Anda di halaman 1dari 40

Komplikasi dan Kecacatan Pasien

Kusta

Dr. Riliani Hastuti, Sp. KK


RSUP dr. Rivai Abdullah
Kusta di Indonesia
• Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang
menimbulkan masalah yang sangat kompleks.
• Masalah : medis dan meluas hingga masalah sosial,
ekonomi, dan budaya karena Kusta sampai saat ini masih
merupakan stigma di masyarakat, keluarga, termasuk
sebagian petugas kesehatan.
• Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan atau
pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap Kusta dan
disabilitas yang ditimbulkannya.
Kusta
Situasi Kusta di Indonesia
• Indonesia telah mencapai Eliminasi Kusta
tingkat nasional (angka prevalensi <1/10.000
penduduk) pada tahun 2000, sesuai
targetEliminasi Kusta global yang diamanatkan
WHA (World Health Assembly)tahun 1991.
• Angka prevalensi Kusta di Indonesia telah
menurun dari 5,2 per 10.000 penduduk pada
tahun 1981 menjadi 0,9 per 10.000 penduduk
pada tahun 2000.
Kusta di Indonesia
Situasi Kusta di Indonesia

• Namun sejak tahun 2001 sampai


sekarang, situasi epidemiologi Kusta di
Indonesia statis dengan angka penemuan
Penderita Kusta baru berada pada kisaran
17.000-20.000 Penderita Kusta baru per
tahunnya dan terjadi peningkatan tren
Penderita Kusta disabilitas tingkat 2,
dengan proporsi di atas 10%.
Distribusi Penderita Kusta di Indonesia
secara Geografi
• Indonesia berada di peringkat ketiga di dunia setelah India dan
Brazil, dengan jumlah Penderita Kusta baru pada tahun 2017
mencapai 15.910 Penderita Kusta (angka penemuan Penderita
Kusta baru 6,07 per 100.000 penduduk).
• Eliminasi Kusta telah dicapai di 24 provinsi (Gambar 2.1) dan
142 Kab/Kota (Gambar 2.2).
• Walaupun demikian, Penderita Kusta masih tersebar di ± 7.548
desa/kelurahan/kampung, mencakup wilayah kerja ± 1.975
Puskesmas, di ± 341 Kab/Kota di seluruh Provinsi di Indonesia.
Capaian Eliminasi Kusta
Trend Kusta
Kasus Kusta Rawat Jalan di RSUP dr. Rivai Abdullah
tahun 2019

1 2
Jumlah Pasien baru MHMB: 232
dan lama: 268
♂: 196, ♀: 73 MHPB: 36

3 4

Jumlah kasus Kasus lain: Ulkus


Reaksi ENL : 77 dan Kecacatan
Kusta

Diagnosis dan tata laksana

PPK 1
Penyulit

Rujuk -1
PPK 2
Penyulit

Rujuk -2
PPK 3
Indikasi merujuk: PPK 2 dan 3
1. BTA ≥ 3+ saat selesai pengobatan
2. Indeks morfologi tidak mencapai 0%
3. Reaksi reversal maupun ENL berat
4. Relaps, reinfeksi, resisten
5. Neuritis akut dan berat
6. Alergi obat
7. Ulkus plantar yang kronik
8. Komplikasi dengan penyakit lain
9. Rencana tindakan operasi
10. Rehabilitasi medik/fisik khusus
11. Lain-lain, termasuk masalah sosial dan psikologik
• PPK 1 :
– Kusta tipe PB dan MB tanpa komplikasi
– Reaksi tipe 1 dan 2 ringan
• PPK 2:
– Kusta tipe PB dan MB dengan komplikasi
– Reaksi tipe 1 dan 2 sedang – berat
– Melibatkan disiplin ilmu lain terkait (Neurologi, Bedah, Mata,
Rehabilitasi Medik, dan lain-lain)
• PPK 3:
– Bila diperlukan tata laksana khusus dengan sarana lebih lengkap.
Contoh: tindakan bedah vaskular, rekonstruksi, flap, dan lain-lain
Tata Laksana Kusta
pada Kondisi Khusus
• Pasien yang tidak bisa mengonsumsi Rifampisin
(alergi, penyakit sistemik lain, resisten)
• Pasien yang menolak untuk mengonsumsi
Klofazimin
• Pasien yang tidak dapat mengonsumsi Dapson
• Keadaan khusus lainnya
Alergi Obat ???
Tata Laksana Medikamentosa
• Dalam bentuk kombinasi obat
 MDT (Multidrug Therapy):
– Pausibasiler (PB) : Rifampisin, DDS
– Multibasiler (MB) : Rifampisin, DDS, dan
Klofazimin
Tidak Dapat Mengonsumsi
Rifampisin (1)
WHO Expert Committee on Leprosy (1997): regimen 24 bulan pada
dewasa dengan kusta MB yang tidak dapat mengonsumsi Rifampisin
Lama Terapi Obat Dosis
6 bulan Klofazimin 50 mg per hari
Ofloksasin 400 mg per hari
Minosiklin 100 mg per hari
Dilanjutkan dengan
18 bulan Klofazimin 50 mg per hari
dengan:
Ofloksasin 400 mg per hari
atau
Minosiklin 100 mg per hari
Tidak Dapat Mengonsumsi
Rifampisin (2)
• WHO Study Group on Chemotherapy of Leprosy
(1994):
– Pemberian 500 mg Klaritromisin per hari dapat
menggantikan penggunaan Ofloksasin atau Minosiklin
pada 6 bulan pertama untuk pasien MB
Menolak Mengonsumsi Klofazimin
(1)
• Pada tata laksana pasien MB, Klofazimin regimen
12 bulan MDT dapat diganti menjadi:
– Ofloksasin, 400 mg per hari selama 12 bulan, ATAU
– Minosiklin, 100 mg per hari selama 12 bulan
Menolak Mengonsumsi Klofazimin
(2)
• WHO Expert Committee on Leprosy (1997)
– Pasien dewasa MB yang menolak konsumsi Klofazimin
dapat menjalani regimen 24 bulan yang mencakup:
• Rifampisin, 600 mg per bulan selama 24 bulan,
• Ofloksasin, 400 mg per bulan selama 24 bulan, DAN
• Minosiklin, 100 mg per bulan selama 24 bulan.
Tidak dapat mengonsumsi Dapson
(1)
• Akibat efek toksik yang berat oleh Dapson sehingga
Dapson harus segera dihentikan

• Pada pasien MB, Dapson dihentikan dan tidak ada


modifikasi lebih lanjut

• Pada pasien PB, Dapson diganti Klofazimin sesuai


dosis Klofazimin pada MDT MB
Tidak dapat mengonsumsi Dapson (2)
Regimen PB pada pasien yang tidak dapat
mengonsumsi Dapson
Rifampisin Klofazimin
Dewasa 600 mg per 50 mg per DAN 300 mg
(50-70 kg) bulan dengan hari per bulan
supervisi dengan
supervisi
Anak 450 mg per 50 mg, DAN 150 mg
(10-14 tahun) bulan dengan dua hari per bulan
supervisi sekali dengan
supervisi
Tata laksana non medikamentosa
• Edukasi mengenai penyakit, pengobatan, dan efek
samping pengobatan.
• Edukasi perawatan kulit, kaki, dan tangan yang
mati rasa.
• Edukasi perawatan luka.
• Edukasi untuk deteksi gangguan mata.
• Bila ada komplikasi pada organ tubuh lain, maka
tata laksana harus diintegrasikan dengan bidang
ilmu terkait, seperti saraf, mata, bedah ortopedi,
bedah vaskular, penyakit dalam, rehabilitasi
medik.
Situasi khusus
• Reaksi kusta:
– Tipe 1: Reaksi Reversal (RR)
– Tipe 2: ENL (Eritema Nodosum Leprosum)
Gambaran Klinis:
Reaksi Reversal
• Kelainan kulit lama bertambah aktif, lebih eritem
dan udem.
• Dapat timbul kelainan kulit baru.
• Dapat disertai neuritis dan nyeri sendi.
Reaksi Reversal (1)
Reaksi Reversal (2)
Gambaran Klinis:
ENL
• Kelainan kulit lama tidak berubah
• Timbul benjolan, eritem, nyeri
• Dapat disertai neuritis, nyeri sendi, mata silau
(fotofobia), udem jari-jari tangan/kaki.
• Gangguan pada organ tubuh lain.
Reaksi ENL
Tata laksana
• Tata laksana dengan prednison atau metilprednisolon oral
bersamaan dengan MDT.

• Jika durasi tata laksana kortikosteroid melebihi 4 bulan,


direkomendasikan untuk pemberian Klofazimin 50 mg per
hari hingga terapi kortikosteroid selesai.

• Pada ketergantungan steroid atau pada kasus fenomena Lucio


dapat diberikan tablet Thalidomide 200-300 mg setiap hari.
Skema pemberian prednison

2 Minggu pertama 40 mg/hari (1x8 tab) pagi hari sesudah makan


2 Minggu kedua 30 mg/hari (1x6 tab) pagi hari sesudah makan
2 Minggu ketiga 20 mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
2 Minggu keempat 15 mg/hari (1x3 tab) pagi hari sesudah makan
2 Minggu kelima 10 mg/hari (1x2 tab) pagi hari sesudah makan
2 Minggu keenam 5 mg/hari (1x1 tab) pagi hari sesudah makan

Catatan:
1 tablet prednison (5 mg) setara dengan 1 tablet metilprednisolon (4 mg)
Pasien kusta yang mengalami
Lagopthalmus
Pasien kusta dengan kontraktur
jari tangan
Pasien Kusta pre amputasi
Pasien kusta post amputasi
Pasien kusta latihan menggunakan kaki palsu
Tendon Transfer
Gambar MH MB
Tendon Transfer
Gambar MH MB
Gambar MH MB
Surgical Procedure of Tipos Transfer
Gambar MH MB

Anda mungkin juga menyukai