Anda di halaman 1dari 5

Tujuan utama yaitu memutuskan mata rantai penularan untuk menurunkan insiden

penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita, mencegah timbulnya penyakit, untuk

mencapai tujuan tersebut, strategi pokok yg dilakukan didasarkan atas deteksi dini dan

pengobatan penderita. Pengobatan kusta disarankan memakai program Multi Drugs Therapy

(MDT) dengan kombinasi rifampisin, klofazimin, dan DDS, direkomendasikan oleh WHO

sejak 1981. Tujuan dari program MDT adalah: mengatasi resistensi dapson yang semakin

meningkat, menurunkan angka putus obat (drop-out rate) dan ketidaktaatan penderita. Obat

antikusta yang paling banyak dipakai pada saat ini adalah DDS, karena merupakan obat atnti

kusta paling murah, sehingga diharapkan dengan MDT dapat mencegah kejadian resistensi

Terhadap obat atntikusta. Pada tahun 1998 WHO menambahkan 3 obat antibiotik lain untuk

pengobatan alternatif yaitu ofloksasin, minosiklin, dan klaritomisin. Dalam melakukan

kombinasi obat perlu diperhatikan efek terapeutik obat, efek samping obat, ketersediaan obat,

harga obat, kemungkinan penerapannya

A. DDS (Dapson) : Merupakan singkatan dari Diamino Diphenyl Sulfon. Dapson

bersifat bakteriostatik dengan menghambat enzim dihidrofolat sintetase. Dapson

bekerja sebagai anti metabolit PABA. Indeks morfologi kuman penderita LL yang

diobati dengan Dapson biasanya menjadi nol setelah 5 sampai 6 bulan. Dosis: dosis

tunggal yaitu 50-100 mg/hari untuk dewasa atau 2 mg/kg berat badan untuk anak-

anak.Efek samping: erupsi obat, anemia hemolitik, leukopenia, insomnia, neuropatia,

nekrolisis epidermal toksik, hepatitis dan methemoglobinemia. Efek samping tersebut

jarang dijumpai pada dosis lazim.

B. Rifampisin : Rifampisin merupakan bakterisidal kuat pada dosis lazim dan merupakan

obat paling ampuh untuk kusta saat ini. Rifampisin bekerja menghambat enzim

polimerase RNA yang berikatan secara irreversibel. Namun obat ini harganya mahal

dan telah dilaporkan adanya resistensi. Dosis: dosis tunggal 600 mg/hari (atau 5-15
mg/kgBB) mampu membunuh kuman kira-kira 99.9% dalam waktu beberapa hari.

Efek samping: hepatotoksik, nefrotoksik, gejala gastrointestinal dan erupsi kulit.

C. Kloafazimin(Lampren) : Obat ini bersifat bakteriostatik setara dengan dapson. Diduga

bekerja melalui gangguan metabolisme radikal oksigen. Obat ini juga mempunyai

efek anti inflamasi sehingga berguna untuk pengobatan reaksi kusta. Dosis: 50

mg/hari atau 100 mg tiga kali seminggu dan untuk anak-anak 1 mg/kgBB/hari. Selain

itu dosis bulanan 300 mg juga diberikan setiap bulan untuk mengurangi reaksi tipe I

dan II.5 Efek samping: hanya terjadi pada dosis tinggi berupa gangguan

gastrointestinal (nyeri abdomen, diare, anoreksia dan vomitus)

D. Protionamide : Dosis diberikan 5-10 mg/kg berat badan setiap hari, dan untuk

Indonesia obat ini tidak atau jarang dipakai. Distribusi protionamid dalam jaringan

tidak merata, sehingga kadar hambat minimalnya sukar ditentukan.

Obat alternatif

a. Ofloksasin : Merupakan turunan fluorokuinolon yang paling aktif terhadap M. leprae

in vitro. Dosis optimal harian adalah 400 mg. Dosis tunggal yang diberikan dalam 22

dosis akan membunuh kuman M. leprae hidup sebesar 99,99%. Efek sampingnya

adalah mual, diare dan gangguan saluran cerna lainnya, berbagai gangguan susunan

saraf pusat termasuk insomnia, nyeri kepala, dizziness, nervousness dan halusinasi.

b. Minoksiklin : Termasuk dalam kelompok tetrasiklin. Efek bakterisidalnya lebih tinggi

daripada klaritromisin, tetapi lebih rendah daripada rifampisin. Dosis standar harian

adalah 100 mg. Efek sampingnya adalah pewarnaan gigi bayi dan anak-anak, kadang-

kadang menyebabkan hiperpigmentasi kulit dan membran mukosa, berbagai simtom

saluran cerna dan susunan saraf pusat, termasuk dizziness dan unsteadiness

c. Klaritromisin : Merupakan kelompok antibiotik makrolid dan mempunyai aktivitas

bakterisidal terhadap M. leprae pada tikus dan manusia. Pada penderita kusta
lepromatosa, dosis harian 500 mg dapat membunuh 99% kuman hidup dalam 28 hari

dan lebih dari 99% dalam 56 hari. Efek sampingnya adalah nausea, vomitus dan diare.

Cara pemberian MDT

a. MDT untuk multibasilar (BB, BL, LL, atau semua tipe dengan BTA positif) adalah:

1. Rifampisin 600 mg setiap bulan, dalam pengawasan

2. DDS 100 mg setiap hari

3. Klofazimin: 300 mg setiap bulan, dalam pengawasan, diteruskan 50 mg sehari

atau 100 mg selama sehari atau 3 kali 100 mg setiap minggu

Kombinasi obat diberikan 24 dosis dalam 24-36 bulan dengan syarat bakteriologis harus

negatif, jika tetap positif dilanjutkan sampai bakteriologis negatif. Selama pengobatan

diperlukan pengecekkan bakteriologis per 3 bulan . penghentian obat lazim setelah

dinyatakan hasil pemeriksaan bakteriologis tiap tahun setelah 5 tahun negative. Bila

dinyatakan bakteriologis negative selama 5 tahun, maka dinyatakan bebas dari pengamatan

pengobatan. Tetapi untuk saat ini, bila klinis sudah tidak menunjukkan gejala, pemberian

obat dihentikan tanpa memperhatikan bakteriologis

2. MDT untuk pausibasilar (I , TT, BT, dengan BTA negatif) adalah:

1. Rifampisin 600 mg setiap bulan, dengan pengawasan

2. DDS 100 mg setiap hari.

Keduanya diberikan dalam 6 dosis selama 6 bulan sampai 9 bulan, berarti RFT setelah 6-9

bulan. Selama pengobatan, pemeriksaan secara klinis setiap bulan dan bakterioskopis setelah

6 bulan pada akhir pengobatan. Pemeriksaan dilakukan minimal setiap tahun selama 2 tahun

secara klinis dan bakterioskopis. Kalau tidak adakeaktifan baru secara klinis dan

bakterioskopis

tetap negatif, maka dinyatakan RFC. Sejak tahun 1995 WHO tidak lagi menganjurkan

pelaksanaan RFC. Apabila RFT telah tercapai, tanpa memperhatikan hasil bakterioskopis,
penderita tidak lagi diawasi sampai RFC, walaupun akhir-akhir ini banyak yang

menganjurkan diberlakukan kembali antara lain untuk mengawasi adanya reaksi dan relaps.

Masa pengobatan untuk kasus MB menjadi 12 dosis dalam 12-18 bulan, sedangkan

pengobatan untuk kasus PB dengan lesi kulit 2-5 buah tetap 6 dosis dalam 6-9 bulan. Bagi

kasus PB dengan lesi tunggal pengobatan adalah Rifampisin 600 mg ditambah dengan

Ofloksasin 400 mg dan Minosiklin 100 mg (ROM) dosis tunggal

Penderita MB yang resisten dengan rifampisin biasanya akan resisten pula dengan

DDS sehingga hanya bisa mendapat klofazimin. Dalam hal ini rejimen pengobatan menjadi

klofazimin 50 mg, ofloksasin 400 mg dan minosiklin 100 mg setiap hari selama 6 bulan,

diteruskan klofazimin 50 mg ditambah ofloksasin 400 mg atau minosiklin 100 mg setiap hari

selama 18 bulan. Bagi penderita MB yang menolak klofazimin, dapat diberikan ofloksasin

400 mg/hari atau minosiklin 100 mg/hari selama 12 bu Ian . Alternatif lain ialah diberikan

rifampisin 600 mg ditambah dengan ofloksasin 400 mg dan minosiklin 100 mg dosis tunggal

setiap bulan selama 24 bulan.

Penatalaksanaan kusta menggunakan Multi Drug Therapy (MDT) menurut WHO tahun 1998

adalah sebagai berikut :

a. Obat dan dosis MDT-PB


b. Obat dan dosis MDT-MB

c. Obat dan dosis MDT WHO untuk anak

Anda mungkin juga menyukai