Anda di halaman 1dari 12

Nama : Jaya I.

Madina
Nim : G70119084
Kelas :B
Tugas 1 Farmakologi Toksikologi 3
Menuliskan tentang mekanisme kerja, farmakokinetik, dosis dan efek
samping masing-masing obat dibawah ini :

A. Obat Anti Amuba


1. Metronidazol
a. Makanisme Kerja
Obat Metronidazole bekerja dengan berdifusi ke dalam organisme
menghambat sintesis protein dan berinteraksi dengan DNA yang
menyebabkan hilangnya struktur DNA pada bakteri sehingga terjadi
penghambatan sintesis DNA dan matinya sel kematian sel pada bakteri
yang menyebabkan penyakit
b. Farmakokinetik
Farmakokinetik dari Metronidazole berupa aspek absorpsi, distribusi,
metabolisme, dan eleminasinya.
 Absorpsi
Bioavailabilitas metronidazole adalah sebagai berikut :
 93 – 100%, bila obat dikonsumsi per oral, atau diberikan secara
intravena
 60 – 80% per rektal
 20 – 25% per vaginal
Konsentrasi puncak dalam serum pada pemberian per oral dan
intravena adalah 10 mcg/ml setelah pemberian 500 mg metronidazole
dosis tunggal. Konsentrasi puncak dicapai sekitar 1 jam setelah
pemberian. Sedangkan pada pemberian rektal, kadar konsentrasi
puncak diperkirakan setangah dari pemberian oral dan intravena, serta
akan tercapai setelah sekitar 4 jam. Data mengenai absorpsi
metronidazole pervaginam masih terbatas. Dipekirakan bahwa kadar
konsentrasi puncak dari pemberian 500 mg metronidazole per
vaginam adalah 2 mcg/ml, dan tercapai setelah 8 hingga 24 jam.

Absorpsi obat pada vagina tergantung faktor – faktor seperti :


 Formulasi obat, supositoria atau krim
 Dosis
 Keadaan fisikokemikal vagina selama pengobatan
Konsentrasi puncak dalam serum, plasma darah, dan minimum lethal
concentration (MLC) tergantung pada dosis obat. Pada pemberian
metronidazole 500 mg intravena setiap 8 jam, diketahui bahwa
konsentrasi serum tertinggi adalah 25 mcg/ml dan terendah adalah 15
mcg/ml.

Fungsi ginjal yang terganggu tidak mengubah waktu paruh serum dari
metronidazole, namun waktu paruh dari metabolit hidroksi akan
meningkat sebanyak 4 kali lipat dan berakumulasi di serum. Plasma
clearance metronidazole akan menurun pada penderita dengan
ganguan fungsi hati.
 Distribusi
Metronidazole secara luas didistribusikan dalam jaringan dan cairan
tubuh, dengan kadar yang secara umum sama dengan konsentrasi
serum. Kadar terapeutik obat ditemukan dalam darah, cairan
serebrospinal, eksudat paru, empedu, cairan seminal, tulang, otak, dan
jaringan pelvis. Metronidazole dapat melewati sawar darah-otak,
sawar plasenta, dan ditemukan dalam saliva serta air susu ibu (ASI)
dalam konsentrasi yang sama dengan konsentrasi serum.
 Metabolisme
Biotransformasi metronidazole terjadi di hepar oleh enzim CYP2C9
melalui hidroksilasi. 2-hidroksimetronidazole merupakan produk
metabolit utama. Efektivitas antimikrobial berkisar 35-60%. Dosis
tinggi tidak dianjurkan bagi lansia, pasien yang sangat sakit, dan
disfungsi hepar. Hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut akan terjadi
metabolisme obat yang menurun sehingga menurunkan clearance obat
dalam darah.
 Eliminasi
Metronidazole 77% diekskresikan ke urine, dan 14% ke feses.
Metabolit obat yang terutama terdapat di urine adalah berupa hasil
metabolisme oksidasi rantai samping, yaitu 5-nitroimidazole dan 2-
metil-5-nitroimidazole asam asetat, dan hasil konjugasi glukuronida.
Sisanya sekitar 20% merupakan metronidazole yang tidak diubah.
Renal clearance obat sekitar 10 mL/menit/1,73 m2. Waktu paruh
metronidazol sekitar 8 jam tetapi pada neonatus memanjang sekitar
25-72 jam. Waktu paruh juga memanjang pada penderita dengan
gangguan hepar.
c. Dosis
Dosis oral, pada :
Trikomoniasis : Metronidazole 2g dosis tunggal, atau Metronidazole 2 x
500 mg/hari, per oral, selama 7 hari.
Amubiasis hati / Intestinal :
Dewasa : 3 x 500 – 750 mg selama 5 – 10 hari.
Anak : 30 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis terbagi selama 5 – 10 hari.
Infeksi anaerob : (biasanya selama 7 hari)
Dosis Dewasa : 3 x 500 mg selama 7 hari
Dosis anak : 7,5 mg/kgBB setiap 8 jam.
Infus IV : selama 20 menit 7,5mg/kgBB setiap 8 jam
d. Efek samping
Efek samping sering : Sakit kepala, mual, mulut kering, rasa kecap
logam.
Efek samping jarang : Muntah, diare, spasme usus. Lidah berselaput,
glositis dan stomatitis. Pusing, vertigo, ataksia, parestesia pada
ekstremitas, urtikaria, flushing, pruritus, disuaria, sistitis, rasa tekan pada
pelvik, rasa kering pada mulut, vagina dan vulva.
2. Iodoquinol
a. Makanisme Kerja
Mekanisme kerja dari obat ini belum diketahui secara pasti. Obat
iodoquinol efektif terhadap organisme yang berada pada lumen usus,
tetapi tidak efektif terhadap trofozoid yang berada pada dinding usus atau
jaringan extrausus.
b. Farmakokinetik
 secara oral, 90% obat ini sulit diabsorpsi (buruk dan tidak menentu)
 Secara topical, obat ini diabsorpsi secara sistemik melalui kulit
 Waktu paruh iodoquinol yaitu 12-14 jam dalam sirkulasi sistemik
 Sebagian besar dieksresikan melalui urin terutama feses dalam bentuk
metabolismenya
c. Dosis
Dewasa : 210 mg – 680 mg/hari
Amebiasis usus : 650 mg per oral setiap 8 jam selama 20 hari, tidak
melebihi 2 g/hari
Anak – anak : 210 mg – 680 mg/hari
Amebiasis usus : 30 – 40 mg/kg/hari terbagi per oral setiap 8 jam selama
20 hari, tidak melebihi 1,95 g/hari
Obat ini diberikan bersamaan ataupun setelah makan, dalam
penggunaannya tablet dapat dihancurkan
d. Efek samping
Diare, mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, anoreksia, neurotoksisitas,
dapat menimbulkan toksisitas (pada dosis berlebih)

3. Klorokuin
a. Makanisme Kerja
Chloroquine bekerja dengan mencegah biokristalisasi heme menjadi
hemozoin, sehingga menyebabkan toksisitas pada parasit akibat
akumulasi heme bebas yang bersifat toksik. Hal ini menyebabkan
kerusakan pada membran sel parasit melalui proses oksidatif.
b. Farmakokinetik
Farmakokinetik chloroquine, atau klorokuin, diabsorpsi secara cepat di
saluran cerna, kemudian didistribusikan berikatan dengan protein plasma,
dan dimetabolisme dalam hepar. Bioavailabilitas mencapai 78-89%,
waktu paruh eliminasi sampai 20-60 hari, sehingga obat ini diekskresikan
melalui urin dalam waktu lama
c. Dosis
Dosis Dewasa & Anak : 10 mg/kgBB/hari (diberikan selama 2 hari yaitu
pada hari 1 dan 2), dan 5 mg/kgBB/hari (diberikan pada hari ketiga).
Profilaksis : 5 mg/kgBB/minggu (dosis tunggal) diberikan 1-2 minggu
sebelum masuk ke daerah endemis sampai dengan 4 minggu setelah
keluar dari daerah endemis.
d. Efek samping
Gangguan pencernaan (mual, muntah, sakit perut, dan diare), pandangan
kabur, sakit kepala, pusing, gangguan pendengaran.

4. Emetin
a. Makanisme Kerja
Obat ini bekerja dengan menghambat perpanjangan rantai poliopeptida
sehingga sintesis protein sel eukariotik dihambat. Obat ini dapat
membunuh bentuk trofozoit E. Histolytica yang berada dalam jaringan
secara langsung tetep tidak untuk bentuk kristal
b. Farmakokinetik
Obat ini terutama menetap di hati, ginjal, limpah, dan paru. Karena sifat
iritasinya terhadap saluran cerna, obat ini diberikan secara intramuskular
atau intravena. Obat ini terutama dieksresikan melalui urin juga diserap
kembali dari tempat injeksi lalu dimetabolisme dan dieksresi secara
lambat
c. Dosis
Dalam pengobatan menggunakan obat emetin, obat ini hanya tersedia
dalam dosis untuk dewasa.
 Injeksi intramuskular
60 mg, 1 kali/hari, selama 10 hari
 Injeksi subkutan
60 mg, 1 kali/hari, selama 10 hari
d. Efek samping
Umunya ringan pada pemakaian 3-5 hari, meningkat seiring waktu dan
berupa nyeri, nyeri tekan, abses steril di tempat penyuntikan, diare, mual,
muntah kelemahan, rasa tidak nyaman di otot, perubahan minor
gambaran elektron-kardiografik.

B. Obat Anti Malaria


1. Primakuin
a. Mekanisme Kerja
Makanisme kerja obat ini belum jelas, diduga obat ini bekerja dengan
menghasilkan oksigen reaktif atau berkompetisi dengan transport
elektron dalam tubuh parasit.
b. Farmakokinetik
Primakuin diabsorbsi dengan baik setelah pemberian oral dan dengan
cepat dimetabolisme. Waktu paruh ±6 jam. Metabolit dari primakuin
merupakan bahan oksidatif dan dapat menyebabkan hemolisis pada
pasien yang sensitif.
 Absorpsi
segera diabsorpi dari saluran gastro intestinal. Waktu untuk mencapai
puncak konsentrasi plasma kira-kira : 1-2 jam
 Distribusi
Didistribusikan secara luas ke seluruh jaringan tubuh. Volume
distribusi yang terlihat kira-kira 150-250 L.
 Metabolisme
Mengalami metabolisme hati yang cepat dan diubah menjadi karboksi
primakuin (metabolit utama)
 Eliminasi
Melalui urin sebagai obat yang tidak berubah dalam jumlah kecil.
Waktu paruh eliminasi 3-6 jam
c. Dosis
Untuk malaria vivaks : 0,25 mg/kgBB/hari (diberikan selama 14 hari)
Untuk malaria falciparum : 0,25 mg/kgBB/hari (diberikan selama 1
hari)
Untuk malaria vivaks yang relaps : 0,5 mg/kgBB/hari (selama 14 hari)
d. Efek Samping
Anoreksia, mual, muntah, sakit perut, dan kram. Sakit pada
lambung/perut dapat dihindari jika minum obat bersama makanan.
Kejang-kejang/gangguan kesadaran. Gangguan sistem hemopoetik. Pada
penderita defisiensi G6PD terjadi hemolisis.

2. Meflokuin
a. Mekanisme Kerja
Mefloquin bekerja dengan cara bertindak sebagai agen antimalaria dan
skizontosida darah yang dapat mengganggu metabolisme parasit serta
kemampuannya memanfaatkan sel darah merah sebagai inangnya. Obat
ini diketahui aktif melawan kebanyakan plasmodium spp dengan
menyebabkan pembengkakan pada vakuola makanan parasit ini, juga
membentuk racun yang dapat merusak dinding sel dan komponen
plasmodial lainnya.
b. Farmakokinetik
 Absorpsi
Meflokuin diserap dengan baik dari saluran gastro intestinal. Makanan
meningkatkan penyerapan. Waktu untuk konsentrasi plasma yaitu 17
jam
 Distribusi
Didistribusikan secara luas; melintasi plasenta memasuki ASI (dalam
jumlah kecil). Volume distribusi kira-kira 20L/kg. Pengikat protein
plasma kira kira98%
 Metabolisme
Mengalami metabolisme hati melalui isoenzim CYP3A4 menjadi 2,8-
bistrifluoromethyl-4-kuinolincarboxylic acid (tidak aktif) dan
metabolit lainnya.
 Eliminasi
Terutama melalui empedu dan feses; urin (9% sebagai obat yang tidak
berubah, 4% sebagai metabolit). Waktu paruh eliminasi sekitar 3
minggu.
c. Dosis
Dewasa : awalnya, 15 mg/kg diikuti 10 mg/kg setelah 6-24 jam
Anak – anak : pada dasarnya sama dengan dosis dewasa yaitu 15 mg/kg
dan diikuti 10 mg/kg setelah 6-24 jam.
d. Efek Samping
Nausea, vomiting diare, extra sistol, ataxia, gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran.

3. Artemisin
a. Mekanisme Kerja
Besi dari pemecahan hemoglobon mereduksi ikatan endoperoksid dan
melepaskan dengan kuat radikal bebas besi oxo dari spesien yang dapat
membunuh parasit dan bekerja pada membran parasit dengan memakai
oksigen lipid dengan peroksidasi lemak. Obat ini menghambat
perkembangan tripozoit yang berarti mencegah progretivitas penyakit.
b. Farmakokinetik
Derivat artemisin diabsorpsi dengan baik pada pemberian secara intra
musular maupun oral, dimetabolisme seluruhnya dan metabolit yang
terbesar adalah dihidroartemisinin yang juga memiliki efek anti parasit.
Obat ini dapat mulai bekerja 12 jam setelah pemberian dan dibersihkan
secara cepat yang sebagian besar melalui aliran empedu.
c. Dosis
Diberikan dengan dosis awal 3,2 mg/kg berat badan/hari, dilanjutkan 1,6
mg/kg/hari hingga pemberian oral dapat dilaksanakan atau dimisalkan 7
hari. Pengobatan secara oral diberikan dengan dosis 4 mg/kg berat badan
pada hari pertama dalam dua kali pemberian dan dilanjutkan dengan 2
mg/kgBB/hari selama 5-7 hari.

d. Efek Samping
Efek samping yang pernah ditemukan meliputi gangguan ringan pada
saluran cerna, pusing, tinitus, neutropenia, meningkatnya aktivitas enzim
hati, abnormalitas elektrokardiograf yang meliputi bradikardia dan
perpanjangan interval QT, walaupun kebanyakan studi tidak menemukan
abnormalitas elektrokardiograf di manusia.

4. Pirimetamin
a. Mekanisme Kerja
Pirimetamin menghambat enzim dihydrofolat reductase (DHF) dari
plasmodium sehingga menghalang sintesa timin dan purin yang
merupakan bahan penting untuk sintesia DNA dan multiplikasi sel.
b. Farmakokinetik
Pirimetamin secara lambat tetapi utuh diabsorpsi setelah pemberian oral
dan dieliminasi dengan lambat. Waktu paruh 80-95 jam. Konsentrasi
yang efektif bisa dijumpai dalam plasma selama lebih dari 2 minggu.
Obat ini bisa dieksresikan melalui ASI
c. Dosis
Dosis dewasa biasa untuk malaria profilaksis 25 mg per oral sekali
seminggu. Dosis dewasa biasa untuk toksoplamosis awalnya/
sulfonamide 50 sampai 75 mg oral sekali sehari dengan 1-4 g
d. Efek Samping
Diare, sakit perut, mual, muntah, tidak nafsu makan.

C. Obat Anti Lepra


1. Dapson
a. Mekanisme Kerja
Dapson mengahambat sintesis asam hidrofilik bakteri melalui kompetisi
dengan para-aminobenzoat untuk situs aktif dihidroteroat sintase.
b. Farmakokinetik
Dapson diabsorbsi hampir seluruhnya dari saluran cerna dengan
konsentrasi puncak di plasma tercapai dalam 2-8 jam setelah pemberian.
Setelah absorpsi, dapson di transpor melalui sirkulasi enterohepatik.
Dapson di metabolisme dihati dan sekitar 46% diekskresikan di urin.
Setelah pemberian dapson dosis tunggal, sekitar 50% diekskresikan
dalam 24 jam pertama.
c. Dosis
Dewasa: 100 mg per hari, selama minimal 6 bulan. Pengobatan dapat
dikombinasikan dengan rifampicin.
Anak-anak usia 10–14 tahun: 50 mg per hari, selama minimal 6 bulan.
Pengobatan ini dapat dikombinasikan dengan rifampicin.
d. Efek Samping
Mual, muntah, diare, anoreksia, anemia hemolitik, anemia, kolaps, dan
syok, gagal ginjal akut, gangguan fungsi hati.

2. Rifampicin
a. Mekanisme Kerja
Obat ini bekerja dengan menghambat DNA-dependent RNA polymerase
dengan mengikat subunit beta enzim dari mikrobakteri dan
mikroorganisme lain dengan menekan terbentuknya rantai dalam sinttesis
RNA
b. Farmakokinetik
Penyerapan baik disaluran cerna, Cp mak 2- 4 jam, TI/2 = 1,5-5 jam,
terdistribusi keseluruh jaringan dan cairan tubuh, dapat melintas plasenta,
menembus CSS, ikatan protein tinggi, metabolism dihati secara asetilasi,
jadi metabolit aktif dan tidak aktif, di ekskresi utamanya dihati menuju
kandung empedu dan sedkit saluran kemih.
c. Dosis
Dosis dewasa : 8-12 mg/kgBB/hari. Dosis maksimal bagi pasien dengan
berat badan <50 kg adalah 450 mg/hari, sedangkan bagi pasien dengan
berat >50 kg adalah 600 mg/hari.
Dosis anak anak : 10-20 mg/kgBB/hari.

d. Efek Samping
Gangguan saluran cerna, seperti mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak
napsu makan, diaere, dan radang usus.
Gangguan pada fungsi hati, seperti hepatitis, penyakit kuning, hingga
kerusakan hati.
Gangguan jantung, seperti gangguan irama jantung dan henti jantung.

3. Klofazimin
a. Mekanisme Kerja
Klofazimin menunjukkan efek bakterisidal lambat terhadap
mycobacterium leprae melalui hambatan pertumbuhan mikrobakterium
serta ikatan pada DNA mikrobakterium yang mengakibatkan gangguan
siklus sel dan transport NA/K ATPase bakteri
b. Farmakokinetik
Klofazimin memiliki variabilitas tingkat absorpsi pada pasien lepra,
berkisar anatara 45%-62% setelah pemberian oral. Konsentrasi rata-rata
serum pada pasien lepra yang mendapat dosis 100 mg pdan 300 mg/hari
didapatkan 0,7 ug/ml dan 1,0 ug/ml. Setelah 24 jam pemberian dosis 300
mg per oral, eliminasi klofazimin dan metabolitnya tidak didapatkan ada
urin. Keadaan ini menunjukkan klofazimin dapat bertahan cukup lama
dalam tubuh manusia. Waktu paruh klofazimin setelah pemberian dosis
per oral berulang, diperkirakan sekitar 70 hari. Sekitar 80% klofazimin
dimetabolisme melalui kandung empedu dan diekskresikan lewat feses.
Sisanya akan mengalami eliminasi melalui urin, sputum, sebum dan
keringat.
c. Dosis
Klofazimin adalah obat yang bisa digunakan pada orang dewasa dan
remaja dengan dosis 50-100 mg sehari sekali. Untuk pengobatan kusta,
obat ini harus dibarengi dengan obat lain.
d. Efek Samping
Umumnya obat ini dapat menyebabkan perubahan warna pada feses,
lapisan kelopak mata, dahak, keringat, air mata, dan urine. Biasanya efek
samping ini tidak memerlukan perawatan medis, tapi perubahan warna
mungkin akan tetap terjadi. Namun, clofazimine adalah obat juga dapat
menyebabkan susah BAB serta BAB berwarna hitam atau berdarah. Efek
samping ini mungkin merupakan gejala dari masalah perdarahan serius
yang harus segera ditangani

Anda mungkin juga menyukai