Anda di halaman 1dari 13

Nama : Eva Rosdiana

NPM : 1810631210017

Kelas : 4A Farmasi

Mata Kuliah : Farmakologi Lanjutan

TUGAS FARMAKOLOGI

1. Buatlah resume secara lengkap bebagai jenis anti protozoa dilengkapi patologi dan
prinsip pengobatannya
2. Bagaimana cacing patogen jenis nematoda, cestoda dan trematoda dapat menimbulkan
penyakit. Bagaimana pengobatannya (Jelaksakan) prinsip pengobatan, mekanisme kerja
obat dan dosisnya)
3. Jelaskan secara lengkap golongan obat antelmintik

Jawab:
1. A. Malaria
Malaria adalah suatau penyakit akut dan dapat menjadi kronik, disebabkan protozoa yang
hidup intrasel, genus plasmodium dan ditandai dengan panas, anemia dan splenomegali
(Zulkarnain, 1998).
Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus
plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles (Muti’ah, 2012).
Patofisiologi
Daur hidup speises malaria terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan
nyamuk dan fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh manusia.

a. Fase Aseksual
Pada fase jaringan, sporozoit dalam darah ke sel hati dan berkembang biak
membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut
skizogoni praeritrosit.(4) Siklus ini berlangsung beberapa hari dan asimtomatik.
Merozoit masuk ke sel hati dan masuk dalam darah untuk memulai siklus eritrosit.
Sebagaian merozoit memulai dengan gametogoni membenruk mikro dan
makrogametosit. Siklus tersebut disebut masa tunas intrinsik (Abdoerrachman, 1989).
b. Fase Seksual
Dalam lambung nyamuk, mikro dan makrogametosit berkembang menjadi mikro dan
makrogamet yang akan membentuk zigot yang disebut ookinet yang akan menembus
dinding lambung nyamuk membentuk ookista yang membentuk banyak sporozoit.
Kemudian sporozoit akan dilepaskan dan masuk dalam kelenjar liur nyamuk. Siklus
tersebut disebut masa tunas ekstrinsik (Abdoerrachman, 1989).
Cara infeksi dapat melalui gigitan nyamuk atau melului transfusi darah
(Abdoerrachman, 1989).
Pengobatan
Tiga jenis pengobatan malaria adalah:
a. Pengobatan Supresi ditujukan untuk menyingkirkan semua parasit dari tubuh penderita
dengan memberikan skizontosid darah dalam waktu lama, lebih lama dari masa hidup
parasit. Untuk P. vivaks, P. malariae dan P. falcifarum (klorokuin dosis tunggal 1 kali,
Primakuin dosis tunggal, 1 hari, khusus daerah yang resisten klorokuin).
b. Pengobatan profilkasis digunakan skizontisid jaringan yang bekerja pada skizon yang
baru memasuki jaringan hati.
 Klorokuin seminggu sekali. Dimulai satu minggu sebelum masuk daerah malaria dan
diteruskan sampai 4 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.
 Di daerah resisten klorokuin. Sulfadoksin/pirimetamin 1 minggu sekali. Klorokuin
tetap diberikan untuk mencegah P. vivaks, dan P. malaria.
c. Pengobatan radikal ditujukan untuk memusnahkan parasit dalam fase eritrosit dan
eksoeritrosit. Untuk P. vivaks, P. malariae dan P. falcifarum klorokuin dosis tunggal
sampai hari ke 3. Primakuin dosis tunggal hari 1 s/d 3 untuk P. falcifarum. Untuk daerah
resisten klorokuin digunakan sulfadoksin/pirimetamin dosis tunggal 1 kali atau kuinin 7
hari berturut-turut, primakuin dosis tunggal 1 hari (Mansjoer, 2001).
B. Disentri

Disentri adalah radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur
darah, Selain diare, gejala disentri yang lain meliputi kram perut, mual, dan
muntah.Etiologi Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih
sering pada anak usia > 5 tahunPatogenesis.
Patofisiologi
Perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu : Faktor yang
meningkatkan kerentanan terhadap diare, Umur, Variasi musiman.
Obat disentri :
• Metronidazol
• Paromomycin
• Dosisiklin
• Klorokuin
• Dehidroemetin.

Paromomicin

Indikasi : untuk pengobatan infeksi intestinal seperti cyptosporidiosis dan amoebiasis


misalnya diare, serta penyakit lain seperti leishmaniasis.

Efek samping : yang umum terjadi pada saluran gastrointestinal adalah mual, muntah,
diare dan perut yang tidak nyaman, terutama jika diberikan dalam dosis tinggi
(biasanya lebih dari 3 gram / hari)

Dosis : amoebiasis : dewasa / anak 25 – 35 mg / kg BB / hari terbagi dalam 3 dosis


selama 5 –10 hari. terapi pada koma hepatikum : 4 gram sehari dalam dosis terbagi 5
– 6 hari.

C. Trikomoniasis

Trikomoniasis adalah suatu penyakit menular seksual pada vagina atau uretra yang
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. Trichomonas vaginalis yaitu organisme
bersel tunggal yang memiliki ekor seperti cambuk.
Kebanyakan spesies Trichomonas tidak begitu patogen dan gejalanya hampir tidak
terlihat. Tetapi beberapa strain dapat menyebabkan inflamasi, gatal-gatal, keluar
cairan putih yang mengandung trichomonas. Protozoa ini memakan bakteri, leukosit
dan sel eksudat. Pengobatan dengan cara oral seperti metronidazole biasanya dapat
sembuh dalam waktu 5 hari.
Obat Trikomoniasis
Metronidazol
Waktu paruh Waktu paruh metronidazol berkisar antara 8-10 jam.Waktu paruh
menjadi lebih lama pada neonatus. Pada beberapa kasus terjadi kegagalan karena
rendahnya kadar sistemik. Ini mungkin dapat disebabkan oleh absorbs yang buruk
atau metabolism yang terlalu cepat (Syarif, Amir dkk. 2011).
Farmakodinamik Metronidazol terutama digunakan untuk amubiasis, trikomoniasis,
dan infeksi bakteri anaerob.Metronidazol efektif untuk amubiasis intestinal maupun
ektraintestinal.Namun, efeknya lebih jelas pada jaringan, sebab sebagian besar
metronidazol mengalami penyerapan di usus halus.Untuk amubiasis intestinal
dianjurkan pemberian amubisid intestinal lain setelah pemberian metronodazol. Pada
abses hati, dosis yang digunakan sama besar dengan dosis yang digunakan untuk
disentri amuba, bahkan dengan dosis yang lebih kecil telah diperoleh respons yang
baik. Meskipun metronidazol efektif untuk abses hati, namun aspirasi abses tetap
diperlukan. Untuk pembawa (carrier ) amuba, efektifitasnya paling rendah. Selain
untuk amubiasis dan trikomoniasis, metronidazol juga diindikasikan untuk
drakunkuliasis sebagai alternative niridazol dan untuk giardiasis. Metronidazol
digunakan untuk profilaksis pasca bedah daerah abdomen, infeksi pelvic, dan
pengobatan endokarditis yang disebabkan oleh B. fragilis. Untuk maksud ini
metronidazol digunakan untuk obat pilihan utama.

2. A. Nematoda (Cacing Askaris)

Patofisiologi

Infeksi pada manusia jerjadi jika larva cacing mengontaminasi makanan dan minuman.
Dalam usu halus larva cacing akan keluar menembus dinding usus halus dan kemudian
menuju pembuluh darah dan limfe dan kemusian turun ke esofagus dan usus halus.
Lama perjalana ini sampai menjadi bentuk cacing dewasa 60-75 hari.

Treatment

Pirantel Pamoat

Dosis : Dosis tunggal 10 atau 11mg/kgBB basa.

Prinsip kerja : Pirantel Pamoat melumpuhkan cacing dengan cara mendepolarisasi


senyawa penghambat neuromuskuler dan mengeluarkannya dari
dalam tubuh biasanya tanpa memerlukan pencahar. Pirantel Pamoat
bekerja mengatasi cacing kremi (enterobius vermicularis), cacing
gelang (ascaris lumbricoides), cacing tambang (ancylostoma
duodenale), cacing tambang (necator americanus), cacing
trichostrongylus colubriformis dan trichostrongylus orientalis.

Mebendazol

Dosis : 2 kali sehari 100 mg selama 3 hari.

Prinsip Kerja : Mebendazole bekerja dengan cara mencegah cacing menyerap


gula yang merupakan sumber makanan yang mereka butuhkan
untuk bertahan hidup. Dalam beberapa hari, mebendazole dapat
melumpuhkan dan membunuh cacing penyebab infeksi.
Mebendazole hanya membunuh cacing dewasa, tetapi tidak
membunuh telur atau bentuk lain dari siklus hidup cacing.

B. Cestoda (Taenia solium/Cacing Pita)

Patofisiologi

Manusia terinfeksi dengan cara makan daging babi mentah atau kurang masak, yang
mengandung larva sistiserkus (Ideham dan Pusarawati, 2007; Wandra et al., 2007;
Tolan, 2011). Di dalam usus manusia, skoleks akan melekatkan diri dengan alat isapnya
pada dinding usus, lalu tumbuh menjadi cacing dewasa dan kemudian membentuk
strobila. Dalam waktu 5-12 minggu atau 3 bulan, cacing T. solium menjadi dewasa dan
mampu memproduksi telur. Seekor cacing T. solium dapat memproduksi 50.000 sampai
60.000 telur setiap hari.

Treatment

Prazikuantel

Dosis : Dosis Tunggal 5 - 10 mm/kgBB

Prinsip Kerja : Bekerja dengan membuat otot cacing kejang parah dan lumpuh.
Setelah, obat diminum dan efek terapi bekerja, cacing akan
dibuang melalui tinja.

Niklosamid

Dosis : Untuk orang dewasa dan anak anak di atas 8 tahun diberikan 2
gram dosis tunggal. Untuk anak - anak setengah dosis dewasa.

Prinsip Kerja : Obat ini dengan konsentrasi rendah dapat merangsang


pengambilan oksigen oleh hymenolepis diminuta, sedangkan pada
kadar yang ebih tinggi menghambar respirasi dan pengambilan
glukosa. Selain itu obat ini menghambat anaerobik ADP yang
merupakan proses pembentukan energi pada cacing. Cacing yang
dipengaruhi akan rusak sehingga skoleks dan segmen dicerna dan
tidak dapat ditemukan pada tinja.

C. Trematoda

Patofisiologi

Schistosoma hidup terutama didalam vena mesenterika superior, dimanatempat ini cacing
betina akan menonjolkan tubuhnya dari yang jantan ataumeninggalkan yang jantan untuk
bertelur didalam venula-venula mesenterika kecil pada dinding usus. Telur berbentuk
oval hingga bulat dan memerlukan waktu beberapa hari untuk berkembang menjadi
mirasidium matang didalam kerangka telur.Massa telur menyebabkan adanya penekanan
pada dinding venula yang tipis, yang biasanya dilemahkan oleh sekresi dari kelenjar
histolitik mirasidium yang masih berada didalam kulit telur. Dinding itu kemudian sobek,
dan telur menembus lumen

Treatment

Niklosamid

Dosis : Untuk orang dewasa dan anak anak di atas 8 tahun diberikan 2 gram
dosis tunggal. Untuk anak - anak setengah dosis dewasa.

Prinsip Kerja : Obat ini dengan konsentrasi rendah dapat merangsang pengambilan
oksigen oleh hymenolepis diminuta, sedangkan pada kadar yang ebih
tinggi menghambar respirasi dan pengambilan glukosa. Selain itu obat ini
menghambat anaerobik ADP yang merupakan proses pembentukan energi
pada cacing. Cacing yang dipengaruhi akan rusak sehingga skoleks dan
segmen dicerna dan tidak dapat ditemukan pada tinja.

3. Golongan Obat Antelmintik

Terdapat 3 golongan obat untuk antelmintika, yaitu obat-obat untuk pengobatan


Nematoda, Trematoda dan Cestoda yang akan dijelaskan berurutan sesuai dengan jenis cacing
dan obat-batnya.

A. Obat-Obat Untuk Pengobatan Nematoda

1. Mebendazol
 Nama Obat Mebendazol
 Sifat fisik :Paling luas spektrumnya,Tidak larut dalam air,Tidak bersifat higroskopis
 Sifat Kimia : Senyawa yang merupakan turunan benzimidazol
 Nama Kimia : methyl [(5-benzoyl-3H-benzoimidazol-2-yl)amino]formate
 Rumus Kimia : C16H13N3O3
 Golongan kelas terapi : Obat Anti helmintes
 Khasiat obat Efektif terhadap cacing Toxocara canis, Toxocara cati, Toxascaris
leonina, Trichuris vulpis, Uncinaria stenocephala, Ancylostoma caninum, Taenia
pisiformis, Taenia hydatigena, Echinococcus granulosus dan aeniaformis hydatigena
o Berefek menghambat pemasukan glukosa ke dalam cacing secara irreversibel
sehingga terjadi pengosongan glikogen dalam cacing o Menyebabkan kerusakan
struktur subseluler o Menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing
 Mekanisme kerja: Mebendazol efektif untuk mengobati infeksi cacing gelang,
cacing kremi, cacing tambang dan T. trichiura, sehingga efektif untuk mengobati
infestasi campuran cacing-cacing tersebut. Mebendazol bekerja dengan
menyebabkan kerusakan struktur subselular dan menghambat sekresi
asetilkolinesterase cacing. Obat ini juga menghambat pengambilan glukosa secara
ireversibel sehingga akan terjadi pengosongan (deplesi) glikogen pada cacing (Syarif
dan Elysabeth, 2011).
 Kontra indikasi Studi toksikologi obat ini memiliki batas keamanan yang lebar. Tetapi
pemberian dosis tunggal sebesar 10 mg/kg BB pada tikus hamil memperlihatkan
efek embriotoksik dan teratogenik.
 Efek samping Diare dan sakit perut ringan yang bersifat sementara.
 Informasi obat Mebendazol tidak menyebabkan efek toksik sistemik mungkin
karena absorbsinya yang buruk sehingga aman diberikan pada penderita dengan
anemia maupun malnutrisi.
 Informasi Farmakokinetik Mebendazol tidak larut dalam iar dan rasanya enak. Pada
pemberian oral absorbsinya buruk. Obat ini memiliki bioavailabilitas sistemik yang
rendah yang disebabkan oleh absorbsinya yang rendah dan mengalami first pass
hepatic metabolisme yang cepat. Diekskresikan lewat urin dalam bentuk yang utuh
dan metabolit sebagai hasil dekarboksilasi dalam waktu 48 jam. Absorbsi
mebendazol akan lebih cepat jika diberikan bersama lemak (Ganirwarna, 1995).

2. Pirantel Pamoat
 Nama Obat Pirantel Pamoat
 Nama dagang pirantel pamoat yang beredar di Indonesia bermacam-macam, ada
Combantrin, Pantrin, Omegpantrin, dan lain-lain.
 Golongan kelas terapi Obat Anti helmintes
 Khasiat obat Pirantel pamoat dapat membasmi berbagai jenis cacing di usus.
Beberapa diantaranya adalah cacing tambang (Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale), cacing gelang (Ascaris lumbrocoides), dan cacing kremi
(Enterobius vermicularis)
 Mekanisme kerja pirantel pamoat adalah dengan melumpuhkan cacing. Cacing
yang lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari tubuh,
cacing akan segera mati.Pirantel pamoat dapat diminum dengan keadaan perut
kosong, atau diminum bersama makanan, susu atau jus.
 Regimen dosis pemberian untuk pasien (dalam mg, mg/kg berat badan, mg/luas
permukaan tubuh atau satuan lainnya )
 Pemakaiannya berupa dosis tunggal, yaitu hanya satu kali diminum.Dosis biasanya
dihitung per berat badan (BB), yaitu 10 mg / kgBB. Walaupun demikian, dosis tidak
boleh melebihi 1 gr. Sediaan biasanya berupa sirup (250 mg/ml) atau tablet (125
mg /tablet). Bagi orang yang mempunyai berat badan 50 kg misalnya,
membutuhkan 500 mg pirantel. Jadi jangan heran jika orang tersebut diresepkan 4
tablet pirantel (125 mg) sekali minum.

3. Tiabendazol

 Nama Obat Tiabendazol


 Nama Sifat fisika : tidak larut dalam air
 Golongan kelas terapi Obat Anti Helmintes
 Khasiat obat Menganggu agregasi mikrotubular
 Mekanisme kerja Obar dihidroksilasi dalam hati dan dikeluarkan dalam urine
 Regimen dosis pemberian untuk pasien (dalam mg, mg/kg berat badan,
mg/luas permukaan tubuh atau satuan lainnya ) Obat mudah diabsorbsi pada
pemberian per oral.
 Efek Samping pusing, tidak mau makan, mual dan muntah.
 Informasi obat Benzimidazol sintetik yang berbeda, efektif terhadap
strongilodiasis yang disebabkan Strongyloides stercoralis (cacing benang),
larva migrans pada kuliat (atau erupsi menjalar) dan tahap awal trikinosis
(disebabkan Trichinella spinalis).
4. Invermektin
 Nama Obat Invermektin
 Golongan kelas terapi Obat Anti Helmintes
 Khasiat obat Efektif untuk scabies
 Mekanisme kerja Ivermektin bekerja pada reseptor GABA (asam ɣ-
amionobutirat) parasite. Aliran klorida dipacu keluar dan terjadi hiperpolarisasi,
menyebabkan paralisis cacing.
 Regimen dosis pemberian untuk pasien (dalam mg, mg/kg berat badan, mg/luas
permukaan tubuh atau satuan lainnya ) Obat diberikan oral. Tidak menembus
sawar darah otak dan tidak memberikan efek farmakologik.
 Kontra Indikasi Tidak boleh diberikan pada pasien meningitis karena sawar tak
darah lebih permiabel dan terjadi pengaruh SSP. Ivermektin juga tidak boleh
untuk orang hamil.
 Efek samping “Mozatti” yaitu berupa demam, sakit kepala, pusing, somnolen,
hipotensi dan sebagainya
 Informasi obat obat pilihan untuk pengobatan onkoserkiasis (buta sungai)
disebabkan Onchocerca volvulus
 Jenis obat atau bahan lain yang dapat menimbulkan inkompabilitas dengan
obat tersebut (jika ada) Tidak boleh untuk pasien yangmenggunakan
benzodiasepin atau barbiturate – obat bekerja pada reseptor GABA

B. Obat Untuk Pengobatan Trematoda


Trematoda merupakan cacing pipih berdaun, digolongkan sesuai jaringan yang diinfeksi.
Misalnya sebagai cacing isap hati, paru, usus atau darah.

1. Prazikuantel
 Nama Obat Prazikuantel
 Golongan kelas terapi Obat Anti Helmintes
 Khasiat obat ,Obat pilihan untuk pengobatan semua bentuk skistosomiasis dan
infeksi cestoda seperti sistisercosis
 Mekanisme kerja Permeabilitas membrane sel terhadap kalsium meningkat
menyebabkan parasite mengalami kontraktur dan paralisis. Prazikuantel mudah
diabsorbsi pada pemberian oral dan tersebar sampai ke cairan serebrospinal.
Kadar yang tinggi dapat dijumpai dalam empedu. Obat dimetabolisme secara
oksidatif dengan sempurna, meyebabkan waktu paruh menjadi pendek.
Metabolit tidak aktif dan dikeluarkan melalui urin dan empedu
 Kontra Indikasi Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau menyusui.
Prazikuantel tidak boleh diberikan untuk mengobati sistiserkosis mata karena
penghancuran organisme dalam mata dapat merusak mata
 Efek samping Mengantuk, pusing, lesu, tidak mau makan dan gangguan
pencernaan
 Informasi obat Infeksi trematoda umumnya diobati dengan prazikuantel Jenis
obat atau bahan lain yang dapat menimbulkan inkompabilitas dengan obat
tersebut (jika ada) Interaksi obat yangterjadi akibat peningkatan metabolisme
telah dilaporkan jika diberikan bersamaan deksametason, fenitoin, dan
karbamazepin, simetidin yang dikenal menghambat isozim sitokrom P-450,
menyebabkan peningkatan kadar prazikuantel.
C. Obat Untuk Pengobatan Cestoda

Cestoda atau cacing pita, bertubuh pipih, bersegmen dan melekat pada usus pejamu.
Sama dengan trematoda, cacing pita tidak mempunyai mulut dan usus selama siklusnya.

1. Niklosamid
 Nama Obat Niklosamid
 Golongan kelas terapi Obat Anti Helmintes
 Khasiat obat Membersihkan usus dari segmen-segmen cacing yang mati agar
tidak terjadi digesti dan pelepasan telur yang dapat menjadi sistiserkosisi.
 Mekanisme kerja Kerjanya menghambat fosforilasi anaerob mitokondria parasite
terhadap ADP yang menghasilkan energy untuk pembentukan ATP. Obat
membunuh skoleks dan segmen cestoda tetapi tidak telur-telurnya.
 Regimen dosis pemberian untuk pasien (dalam mg, mg/kg berat badan, mg/luas
permukaan tubuh atau satuan lainnya ) .Laksan diberikan sebelum pemberian
niklosamid oral
 Informasi obat obat pilihan untuk infeksi cestoda (cacing pita) pada umumnya
 Jenis obat atau bahan lain yang dapat menimbulkan inkompabilitas dengan obat
tersebut (jika ada) Alcohol harus dilarang selama satu hari ketika niklosamid
diberikan

Daftar Pustaka

1. Neva FA, 1994. Brown HW. Basic Clinical Parasitology. Prentice Hall International.
2. Syarif, Amir., dkk. 2009. Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5. Jakarta; Balai Penerbit FKUI
3. Hoan Tan Tjay,drs & Kirana Rahardja. 2003. Obat-obat penting, Khasiat, penggunaan
dan efek sampingnya : Elexmedia Computindo
4. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4.. Bagian Farmakologi FK UI: Jakarta
5. Chapter III. Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai