Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nico Darmawan

NIM : 20482011141
Prodi : S1 Farmasi
Mata Kuliah : Farmakoterapi Gangguan Pernapasan

Buat kajian resep (bisa resep tugas)


A. Skrining kelengkapan resep
B. Kajian kesesuain dosis
C. Aturan pakai dan dosis
D. Mekanisme kerja masing-masing obat (dengan bahasa sendiri atau parafrase)
E. Farmakokinetika obat
F. Farmakodinamika obat
G. Interaksi obat

Gambar Resep !

a. Skrinning Kelengkapan Resep


- Pada resep tidak terdapat nama dokter
- Pada resep tidak terdapat SIP dokter
- Pada resep tidak terdapat alamat dokter
- Pada resep tidak terdapat kelengkapan berat badan pasien
- Pada resep tidak terdapat keterangan alamat pasien
- Pada resep tidak terdapat usia pasien
1. Cefadroxil
a. Kajian Kesesuain Dosis (Medscape)
- Capsule 500mg
- Oral Suspension 250mg/ 5ml dan 500mg/ 5ml
- Tablet 1g

b. Aturan Pakai dan Dosis (Medscape)


- Pada faringitis, 1g PO per hari atau dibagi setiap 12 jam selama 10 jam
- Pada infeksi kulit, 1g PO per hari atau dibagi setiap 12 jam
- Pada Tonisitis, 1g PO per hari atau dibagi setiap 12 jam selama 10 jam
- Pada ISK, 2g PO per hari atau dibagi setiap 12 jam
- Pada Endokarditis, Profilaksis (gigi, prosedur pernapasan atas), 2g PO 1 jam
sebelum prosedur

c. Mekanisme Kerja Obat (Medscape)


- Yang merupakan obat sefalosporin semisintetik generasi pertama yang berguna
menghentikan pertumbuhan bakteri dan juga menghambat sintesis pada dinding
sel bakteri. Dengan aktivitas bakterisidal ini terhadap organisme yang tumbuh
dengan cepat.

d. Farmakokinetika (Istiantoro & Gan, 2007 ; BNF, 2009)


- Cefadroxil merupakan antibiotic yang aktivtasnya pada bakteri gram positif dan
negative. Antibiotic ini digunakan untuk mengobati infeksi saluran kencing,
infeksi saluran napas, otitis media, sinusitis dan infeksi pada kulit dan soft tissue.
Obat ini diberikan secara PO dan diabsorbsi melalui saluran cerna. Makanan tidak
mengganggu proses penyerapan obat. 20% cefadroxil dalam darah berikatan
degan protein plasma dengan waktu paruh sekitar 1 jam 30 menit dan memanjang
pada pasien dengan kelainan ginjal. Metabolism cefadroxil terjadi dalam hepar
dan 90% dieksresi melalui urin.

e. Farmakodinamika (Rang, Dale, Ritter, & Flower, 2007 ; Chambers, 2010)


- Cefadroxil merupakan antibiotik yang bekerja pada membrane atau dinding sel
bakteri. Berbeda dengan golongan β-laktam yang kerjanya dapat dihambat oleh
aktivitas enzim β laktamase, antibiotik golongan sefalosporin lebih stabil terhadap
banyak bakteri penghasil β laktamase, sehingga memiliki spektrum yang lebih
luas. Cefadroxil menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk
sintetis dinding sel bakteri. Hampir semua jenis bakteri memiliki dinding sel yang
mengandung peptidoglikan, kecuali bakteri mycoplasma. Dinding sel bakteri
memiliki lapisan fosfolipid bilayer dan protein. Fungsi lapisan tersebut, sebagai
membrane permeable yang spesifik terhadap berbagai nutrient. Namun, pada
membrane plasma bakteri tidak memiliki kandungan sterils, sehingga
mengizinkan pelekatan bahan kimiawi. Dinding sel bakteri tersusun dari suatu
polimer polisakarida dan polipeptida yang saling berikatan-silang dan kompleks,
yang disebut sebagai peptidoglikan. Polisakarida ini mengandung gula amino
yang berselang seling. Peptide ini berakhir di D-alanin-D-alanin. Obat cefadroxil
memotong aliran silang tersebut dengan peptide didekatnya. Ikatan silang tersebut
menyebabkan dinding sel menjadi kaku. Ikatan ini juga menghambat reaksi
transpeptidase, menghentikan penghasilan peptidoglikan, dan bakteri mati.

f. Interaksi Obat (Istiantoro & Gan, 2007 ; BNF, 2009)


- Interaksi obat dengan antasid, antasid menghambat absorbsi dari cefadroxil.

2. Paracetamol
a. Kajian Kesesuaian Dosis (Medscape)
- Tablet, 325mg dan 500mg
- Caplet, 325mg, 500mg, dan 650mg
- Capsul, 325mg dan 500mg

b. Aturan Pakai dan Dosis (Medscape)


- Dosis maksimal : 325-650mg PO per 4 jam bila perlu, tidak melebihi 3250mg/
hari, berada dipengawasan professional perawatan kesehatan, dosis harian hingga
4g/ hari dapat digunakan dengan pengawasan.

c. Mekanisme Kerja Obat (Medscape)


- Paracetamol bekerja pada bagian hipotalamus untuk menghasilkan antipiresis
pada obat. Paracetamol juga dapat bekerja secara periferal untuk memblokir pada
pembentukan impuls nyeri dan menghambat juga sintesis prostaglandin di SSP.

d. Farmakokinetika (Medscape)
- Waktu Puncak Plasma: 10-60 meit (PO segera dirilis); 60-120 menit (pelepasan
diperpanjang PO); 6 jam (PO 500mg, tablet konvensional); 8 jam (PO 650mg,
tablet pelepasan diperpanjang).
- Konsentrasi Puncak Plasma: 2,1 mcg/mL (PO 500mg, tablet konvensional); 1,8
mcg/mL (PO 650mg, tablet pelepasan diperpanjang).
- Metabolism : Hati (system enzim mikrosom); konjugasi (asam glukuronat/ sulfat).
- Metabolit : N-acetyl-p-benzoquinoneimine, N-acetylimidoquinone, NAPQI; lebih
lanjut dimetabolisme melalui konjugasi dengan glutathione.
- Eliminasi waktu paruh : 1,25-3 jam (remaja); 2-5 jam (anak-anak), 4 jam (bayi); 7
jam (neonates); 2-3 jam (dewasa).
- Eksresi : urin (terutama sebagai acetaminophen glucuronide dengan
acethaminophen sulfate/ mercaptate).

e. Farmakodinamika (Katzung, 2011)


(Katzung, B. G. 2011. Farmakologi Dasar dan Klinik. 8th ed. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.)
- Semua obat mirip aspirin bersifat antipiretik, analgesik dan anti inflamasi.
Terdapat perbedaan aktifitas antara obat-obatan tersebut. Sebagai analgesik dan
antipiretik, obat parasetamol hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah
sampai sedang. Namun memiliki efektifitas yang tinggi terhadap antipiretik. Hal
ini dikarenakan analgesik menghambat cox-2, sedangkan sebagai antipiretik
menghambat cox-3 yang langsung berada pada saraf sentral di hipotalamus atau
sawar otak.

f. Interaksi Obat (Medscape)


- Tidak ada.

3. Ambroxol
a. Kajian Kesesuaian Dosis (Jurnal Sains Farmasi & Klinis)
(Yosmar, R., Andani, M., Arifin, H. 2015. Kajian Regimen Dosis Pengginaan Obat
Asma pada Pasien Pediatri Rawat Inap di Bangsal Anak RSUP. Dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 2(1), 22-29).
- Dosis dianjurkan untuk Ambroxol adalah 1,2-1,6 mg/kgBB/hari setiap 8-12 jam.

b. Aturan Pakai dan Dosis (MIMS)


(The Monthly Index of Medical Specialities)
- Tablet : Dosis harian 30 mg hingga 120 mg dalam 2 hingga 3 dosis terbagi
melalui oral atau sesuai dengan dosis dokter.

c. Mekanisme Obat (Jurnal Sains Farmasi & Klinis)


(Yosmar, R., Andani, M., Arifin, H. 2015. Kajian Regimen Dosis Pengginaan Obat
Asma pada Pasien Pediatri Rawat Inap di Bangsal Anak RSUP. Dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 2(1), 22-29).
- Obat golongan mukolitik merupakan obat batuk yang bekerja dengan cara
mengencerkan sekret saluran pernapasan dengan jalan memecah benang-benang
mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum. Agen mukolitik berfungsi
dengan cara mengubah viskositas sputum melalui aksi kimia langsung pada ikatan
komponen mukoprotein.
d. Farmakokinetika (MIMS)
(The Monthly Index of Medical Specialities)
- Penyerapan : Penyerapan semua bentuk oral pelepasan segera Ambroxol
hidroklorida cepat dan lengkap, dengan linearitas dosis dalam kisaran terapeutik.
Kadar plasma maksimum dicapai dalam 1 sampai 2,5 jam setelah pemberian oral
dari formulasi lepas segera dan setelah rata-rata 6,5 jam dari formulasi lepas
lambat. Bioavailabilitas absolut setelah pemberian tablet Ambroxol 30 mg secara
oral ditemukan sebesar 79%.
- Distribusi : Dalam kisaran terapeutik, pengikatan plasma-protein ditemukan
sekitar 90%. Distribusi Ambroxol hidroklorida dari darah ke jaringan cepat dan
jelas, dengan zat aktif tertinggi ditemukan di paru-paru. Volume distribusi setelah
pemberian oral diperkirakan 552 L.
- Metabolisme dan Eliminasi:Sekitar 30% dari dosis yang diberikan secara oral
dihilangkan melalui metabolisme lintas pertama. Studi pada mikrosom hati
manusia telah menunjukkan bahwa CYP3A4 bertanggung jawab atas metabolisme
Ambroxol. Ambroxol Hydrochloride dimetabolisme terutama di hati melalui
glukuronidasi dan beberapa pembelahan menjadi asam dibromoanthranilic (sekitar
10% dari dosis) selain dari beberapa metabolit minor. Ambroxol hidroklorida
dihilangkan dengan waktu paruh terminal sekitar 10 jam. Total klirens berkisar
660 mL/menit, dengan klirens ginjal kira-kira 83% dari total klirens.
- Populasi Khusus : Pada pasien dengan disfungsi hati, eliminasi Ambroxol
hidroklorida berkurang, menghasilkan kadar plasma sekitar 1,3 hingga 2 kali lipat
lebih tinggi. Karena rentang terapeutik Ambroxol Hydrochloride yang tinggi,
penyesuaian dosis tidak diperlukan.
- Lainnya : Usia dan jenis kelamin tidak ditemukan mempengaruhi farmakokinetik
Ambroxol Hydrochloride ke tingkat yang relevan secara klinis dan dengan
demikian tidak ada kebutuhan untuk penyesuaian rejimen dosis. Makanan tidak
ditemukan mempengaruhi bioavailabilitas Ambroxol hidroklorida.

e. Farmakodinamika (Kimbria et al, 2009).


(Kimbria, G. et al. 2009. Stability study of ambroxol hydroclorid sustained release
pellets coated with acrylic polymer. Journal of Pharm and Science. 1 : 36 – 43).
- Mekanisme kerja ambroxol adalah dengan menstimulasi sel serous dari tonsil
pada mucous membrane saluran broncus, sehingga meningkatkan sekresi mucous
didalamnya merubah kekentalan komponen serous dan mucous dari sputum
menjadi lebih encer dengan menurunkan viskositasnya. Hal ini meningkatkan
produksi surfaktan aliran mucous dan transport oleh mucous siliari clearance.
Peningkatan seksresi cairan dari mucous siliari clearance inilah yang
menyebabkan pengeluaran dahak dan memudahkannya keluar bersamaan batuk.
- Efek anestesi local dari ambroxol telah diobservaso pada hewan (kelinci) yang
mungkin mampu menjelaskan sodium channel blocking, dimana secara in vitro
ambroxol memblok neuronal sodium channel. Ikatannya bersifat reversible dan
bergantung konsentrasi.
- Penelitian efikasi klinis untuk pengobatan gejala salluran pernapasan atas dengan
ambroxol menunjukkan kurangnya rasa sakit yang cepat dan sakit berhubungan
dengan ketidaknyamanan di telingan hidung dan tenggorokan selama inhalasi.

f. Interaksi Obat (MIMS)


(The Monthly Index of Medical Specialities)
- Tidak ada laporan interaksi obat. Ambroxol hidroklorida dapat diberikan dengan
obat lain, terutama pengobatan standar sindrom bronkitis seperti kortikosteroid,
bronkospasmolitik, diuretik, dan antibiotik.

4. Methyl Prednisolone
a. Kajian Kesesuaian Dosis (Fornas Ed. 2 Tahun 1978)
- 4 kali sehari 1 tablet dengan sediaan 4 mg.

b. Aturan Pakai dan Dosis


- Dewasa : Dosis 4-48 mg perhari, pada kondisi parah akut diberikan dosis lebih
tinggi hingga 100 mg perhari.
- Anak-anak : 0,5-1,7 mg/kgBB perhari, dibagi menjadi 2 kali jadwal konsumsi.

c. Mekanisme Kerja Obat


(Ocejo, A., Correa, R. 2022. Methylprednisolone. National for Biotechnology
Information)
- Methylprednisolone adalah glukokortikoid sintetik kerja menengah. Sebagai agen
anti-inflamasi atau imunosuprensif. Methylprednisolone berdifusi secara pasif
melintasi membrane sel dan berikatan dengan reseptor glukokortikoid intraseluler.
Methylprednisolone menghambat fungsi imunologi yang dimediasi sel, terutama
yang bergantung pada limfosit. Pemberian glukokortikoid menghasilkan
leukositosis neutrofilik, peningkatan monosit yang lebih kecil, penurunan
dramatis dalam sirkulasi eosnofil, dan penurunan limfosit yang lebih rendah.
Penggunaan prednisolone mengakibatkan berkurangnya kemampuan leukosit
untuk menempel pada endothelium vascular dan keluar dari sirkulasi.

d. Farmakokinetika
- Penyerapan : Methylprednisolone cepat diabsorpsi secara oral. Puncak konsentrasi
obat untuk mulai menimbulkan efek terapeutik dicapai dalam 1-2 jam untuk
penggunaan oral, 4-8 hari untuk penggunaan intramuskular, dan 1 minggu untuk
penggunaan intraartikular. Methylprednisolone termasuk glukokortikoid dengan
durasi kerja sedang, yakni 12 hingga 36 jam. Durasi kerja dapat mencapai 30-36
jam bila dikonsumsi secara oral. Penggunaan intramuskular bekerja selama 1-4
minggu. Penggunaan intraartikular bekerja selama 1-5 minggu. Waktu paruh
methylprednisolone adalah ≥ 3,5 jam.
- Distribusi : Lebih dari 90% dari methylprednisolone yang diabsorpsi berikatan
dengan protein plasma, terutama albumin dan globulin. Obat ini melewati
plasenta. Volume distribusi methylprednisolone mencapai 0,7 hingga 1,5 L/kg
- Metabolisme : Methylprednisolone mengalami metabolisme di dalam hepar oleh
enzim oksidator mikrosomal liver.
- Eliminasi : Metabolit methylprednisolone dikonjugasikan ke asam glukoronat atau
sulfat dan diekskresikan melalui ginjal.

e. Farmakodinamika
- Methylprednisolone mengikat dan mengaktivasi reseptor glukokortikoid
intraselular pada inti sel. Kemudian, reseptor ini mengikat bagian promoter DNA
dan mengurangi transkripsi protein proinflamasi. Dari sini methylprednisolone
mengakibatkan modifikasi respon imun dengan berbagai cara, termasuk
menurunkan ekspresi sinyal proinflamasi dan meningkatkan ekspresi sinyal
antiinflamasi. Methylprednisolone juga menyebabkan perubahan respon limfosit,
menurunkan respon pro-inflamasi sel T, mengalihkan diferensiasi makrofag dari
M1 (proinflamasi) ke M2 (antiinflamasi, anti alergi), serta mengalihkan
diferensiasi sel T helper.

f. Interaksi Obat
- Tidak ada.

5. Antasida (Kandungan : Alumunium Hidroksida 200 mg, Magnesium Hidroksida 200 mg)
a. Kajian Kesesuaian Dosis (ISO Vol. 52 Tahun 2009)
- Dewasa : 1-2 Tablet 3-4x sehari
- 6-12 Tahun : ½ Tablet 3-4x sehari.

b. Aturan Pakai dan Dosis (ISO Vol. 52 Tahun 2009)


- Dewasa : 1-2 Tablet 3-4x sehari.
- 6-12 Tahun : ½ Tablet 3-4x sehari.
- Tidak dianjurkan digunakan terus menerus lebih dari 2 minggu, kecuali atas
petunjuk dokter. Bila sedang menggunakan obat tukak lambung lain seperti
semitidin atau antibiotic tetrasiklin, harap diberikan selang waktu 1-2 jam. Tidak
dianjurkan pemberian pada anak dibawah 6 tahun, kecuali atas petunjuk dokter.
Hati-hati dalam penggunaan pada penderita diet fosfor rendah, karena dapat
mengurangi kadar fosfor dalam darah.

c. Mekanisme Kerja Obat (Salisbury, B. H., Terrel, J. M, 2022)


(Salisbury, B. H., Terrel, J. M. 2022. Antasida. National Center for Biotechnology
Information).
- Antasida bekerja dengan mengurangi asam yang telah mencapai duodenum
dengan menetralkan keadaan asam yang terdapat dalam lambung. Antasida sendiri
memiliki garam yang menetralkan asam berbeda-beda.
- Pada aluminium hidroksida, dengan menghambat aktivitas pepsin dan juga
berguna dalam hiperfosfatemia karena kemampuannya mengikat fosfat dalam
saluran gastrointestinal (GI) dan menvegah penyerapan fosfat.
- Pada magnesium hidroksida, menghambat aktivitas proteolitik pepsin jika pH
lebih besar dari 4 dan meningkatkan tonus sfinger esophagus bagian bawah.
Magnesium hidroksida juga dapat menambah khasiat penyembuhan maag,
mengikat asam empedu, menghambat aktivitas peptic, menekan pertumbuhan
Helicobacter pylori, dan kemampuan untuk mempromosikan angiogenesis.

d. Farmakokinetika
- Farmakokinetik antasida bergantung pada kandungan obatnya. Absorpsi antasida
dapat ditingkatkan oleh makanan. Antasida diekskresi baik melalui urin maupun
melalui feses.
- Absorpsi : Tiap kandungan obat Antasida berbeda daya absorpsi. Untuk
kandungan Magnesium hitungannya adalah secara inversi proporsional terhadap
dosis, yaitu 50% dengan diet yang terkontrol, dibandingkan dengan 15─30% pada
pemberian dosis tinggi. Untuk kandungan Kalsium bioavailabilitas adalah
25─35%. Makanan akan meningkatkan absorpsi obat 10─30%. Onset kerja obat
tergantung pada lamanya pengosongan lambung. Waktu puncak obat dalam
plasma adalah 20─60 menit dalam keadaan puasa. Apabila obat dikonsumsi satu
jam setelah makan, maka kadar puncak dicapai hingga 3 jam kemudian.
- Distribusi : Tiap kandungan obat Antasida berbeda distribusi obat. Untuk
kandungan Magnesium dapat ditemukan sekitar 50─60% pada tulang. Sekitar
1─2% didistribusikan ke dalam cairan ekstraseluler. Obat berikatan dengan
protein, 30% dengan albumin. Untuk kandungan Kalsium, obat berikatan dengan
protein sebanyak 45%.
- Eliminasi : Renal clearance pada obat Antasida yang mengandung kalsium adalah
50─300 mg per hari. Obat Antasida yang dapat diabsorpsi, akan diekskresikan ke
urine. Sedangkan obat Antasida yang tidak dapat diabsorpsi, akan diekskresikan
ke feses.
e. Farmakodinamika
- Farmakodinamik antasida yang absorbable sedikit berbeda dengan yang non-
absorbable. Antasida absorbable diserap secara sistemik sedangkan antasida non
absorbable tidak diserap secara sistemik.
- Antasida Absorbable : Antasida absorbable dinetralkan secara langsung oleh asam
lambung. Ciri khasnya adalah onset kerja obat yang cepat guna memberikan efek
terapeutik yang diharapkan. Namun, masa kerja obat ini pendek. Tingkat
keasaman lambung, atau pH akan meningkat hingga 7 atau lebih dalam waktu
sekitar 15─20 menit. Keadaan tersebut dapat menstimulasi hipersekresi asam
lambung secara sekunder, yang disebut sebagai sindrom rebound.

f. Interaksi Obat
- Interaksi obat dengan antasid, antasid menghambat absorbsi dari cefadroxil

Anda mungkin juga menyukai