Anda di halaman 1dari 27

Antijamur Sistemik

Pembimbing: dr. Syahfori Widiyani, M.Sc., Sp.KK

Lisa Adelia 1765050229


Nadya Michella Paramita 1965050044
Jasmine Putri Utami 1965050045

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


Periode 4 Mei - 13 Juni 2020
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Jakarta
2020
Terbinafin
Alilamin (allylamines)
Terbinafin: sediaan topikal dan oral (sistemik)

Alilamin

Naftifin: sediaan topikal


Terbinafin
Naftifin
Terbinafin
●Mekanisme Kerja Obat Terbinafin
• Mencegah enzim skualen epoksidase dan penumpukan skualen → menghentikan pembentukan ergosterol →
gangguan pada membran sel jamur dan kematian sel.

●Farmakokinetik
• Absorbsi tidak dipengaruhi oleh makanan
• Bersifat lipofilik → cepat terdistribusi dan menumpuk di folikel rambut, kuku, dan kulit dengan konsentrasi
minimal dalam plasma
• Waktu paruh 17 jam
• Biotransformasi oksidatif obat terjadi di hati melalui enzim CYP2D6
• Sebagian besar obat dieliminasi dalam urin.
Mekanisme Kerja Golongan Alilamin

• Alilamin memiliki aktivitas antijamur yang berbeda; bersifat fungsistatik (menghambat


pertumbuhan jamur) pada spesies Candida dan bersifat fungisidal (membunuh jamur)
• Mecegah sintesis ergosterol dengan menghambat enzim epoksidase skualen (squalene
epoxidase enzyme), yaitu, enzim yang mengkatalisis perubahan prekurson skualen
menjadi ergosterol
• Kekurangan ergosterol berperan pada efek fungistatik, sedangkan penumpukan skualen
berperan pada efek fungisidal.
Terbinafin
• Terbinafine oral memiliki efek fungisidal lebih baik dari griseofulvin dan
itrakonazol, terhadap Trichophyton rubrum dan T. mentagrophytes.

●Indikasi
• Dermatofita, terutama akibat Trichophyton rubrum dan T. mentagrophytes
• Dermatitis Seboroik
• Sporotrikosis kutaneus dan limfokutaneus
• Faeohipomikosis, Kromoblastomikosis, Mukormikosis, Maduromikosis
Terbinafin
●Dosis dan Formulasi
• Terbinafin oral: tablet 250 mg tablets dan granul oral.
• Onikomikosis: Dosis harian 250 mg selama 1 minggu per bulan dilanjutkan
selama 1 tahun
• Tinea barbae, tinea korporis, tinea kruris, tinea faciei, dan tinea pedis tipe
mokasin (moccasin): dosis harian terbinafine 250 mg selama 2 – 4 minggu
• Sporotrikosis kutaneus dan limfokutaneus: dosis 500 mg 2 kali sehari selama 2
– 4 minggu
Sediaan Indikasi, dan Dosis Terbinafin
Terbinafin
●Efek samping
• Gangguan pencernaan minimal: nyeri abdomen, mual, muntah, diare)
• Penurunan nafsu makan
• Penambahan berat badan
• Hilangnya pengecapan
• Efek samping berat, namun jarang terjadi: hepatotoksisitas → kerusakan organ dan kelainan hematologis

●Interaksi obat
• Memiliki efek inhibisi kuat pada CYP2D6, sehingga meningkatkan potensi toksisitas obat yang
dimetabolisme oleh enzim ini, termasuk nortriptilin, amitriptilin, venlafaksin, dan desipramin.
• Mengurangi eliminasi kafein dan siklosporin
• Pemberian terbinafine dengan rifampisin atau simetidin harus hindari

• Rifampisin meningkatkan efek toksisitas terbinafin

• Simetidin mengurangi efisiensi terbinafin


Flukonazol dan
Itrakonazol
Flukonazol
Itrakonazol
Flukonazol
●Mekanisme Kerja
• Menghambat lanosterol 14-demethylase dan mencegah konversi lanosterol menjadi
ergosterol

●Farmakokinetik
• Distribusi luas di berbagai jaringan. Hanya sebagian kecil flukonazol terikat dengan protein
plasma  lebih banyak obat bebas untuk aktivitas terapeutik.
• Waktu paruh 25 – 30 jam. Obat dimetabolisme di hati dan di eliminasi di ginjal

●Indikasi Klinis
• Kandidiasis esofagus, kandidiasis vagina, kandidiasis mukokutan, T. capitis, T. pedis, T.
cruris, T. corporis, T. barbae, T. versikolor, Onikomikosis
Flukonazol
●Dosis dan Formulasi
• Flukonazol tersedia dalam formulasi berikut: kapsul 150 mg, tablet 150mg, solusio untuk
IV
• Kandidiasis esofagus  150mg/hari untuk 2 – 3 mingg
• Kandidiasis vagina  150mg dosis tunggal
• Kandidiasis mukokutan T. versikolor,  300mg/minggu untuk 2 minggu
• T. capitis T. pedis, T. cruris, T. corporis, T. barbae  150mg/minggu untuk 2 – 6 minggu
• Onikomiksis  150 – 300mg/minggu

●Efek Samping
• Sakit kepala, mialgia, pusing, mual, dispepsia, diare, dan sakit perut.
Flukonazol
●Interaksi Obat:
• Merupakan substrat dari isoenzim hati CYP3A  penekan moderat pada CYP3A dan
CYP2C9, dan efek penghambatan yang lemah pada CYP2C19  Pemberian bersamaan
dengan obat yang dimetabolisme oleh salah satu enzim ini mengakibatkan interaksi obat
yang merusak

●Kategori Risiko Kehamilan: C


Itrakonazol
●Mekanisme Kerja
• Menghambat 14α-demethylase  menekan konversi lanosterol menjadi ergosterol

●Farmakokinetik
• Itrakonazol  sangat liposfat.
• Formulasi kapsul  dipengaruhi pH lambung untuk penyerapan  diberikan setelah makan.
• Formulasi larutan oral  tidak dipengaruhi oleh pH lambung  paling baik diserap ketika dikonsumsi
dalam kondisi perut kosong.
• Afinitas tinggi terhadap kuku dan dapat terakumulasi membentuk reservoir obat selama 6 – 9 bulan setelah
penghentian obat.
• Waktu paruh 21 jam. Metabolisme di hati dengan enzim sitokrom CYP3A4
Itrakonazol
●Indikasi Klinis
• Kandidiasis orofaring, onikomikosis, tinea korporis, tinea capitis, tinea pedis, tinea cruris,
dan PV

●Dosis dan Formulasi


• Formulasi kapsul 100mg dan solusio siklodekstrin oral
• Dosis untuk infeksi tinea dan PV adalah 100 mg 2x/hari selama 7 hari
• Untuk pengobatan onikomikosis, dosis harian 200 mg selama 6 minggu atau dosis denyut
bulanan (400 mg/hari selama 1 minggu).
• Dosis obat pada anak-anak 5 mg/kg/hari
Itrakonazol
●Efek Samping
• Nausea, diare, eritema
• Pada lansia sering terjadi trias: edema, hipertensi dan hiperkalemia
• Inotropik negatif sehingga menjadi predisposisi gagal jantung lengkap
• Jarang terjadi : hepatitis, ikterus, sindrom Stevens – Johnson, neuropati perifer, supresi adrenal

●Interaksi Obat
• Inhibitor enzim CYP3A4 di hati mempengaruhi tingkat serum, kemanjuran, dan toksisitas obat yang dimetabolisme oleh enzim
tersebut.
• H2 reseptor blocker dan PPI mengurangi penyerapan obat

●Kategori Risiko Kehamilan: C


Griseofulvin
Griseofulvin
● Aktivitas Antijamur
• Griseofulvin in vitro efektif untuk berbagai jenis jamur dermatofita seperti Trichopyton,
Epidermophyton, dan Microsporum.
• Obat ini menghambat mitosis sel muda dengan menganggu sintesis dan polimerasi asam nukleat

○ Farmakokinetik
• Griseofulvin kurang baik penyerapannya pada saluran cerna atas karena obat ini tidak larut dalam
air
• Absorpsi nya meningkat jika diberikan bersamaan dengan makanan berlemak
• Metabolisme di hepar dan metabolit utama nya adalah 6-metilgriseofulvin
• Waktu paruh 24 jam
• Ekskresi bersama urin dalam bentuk metabolit
Griseofulvin
● Efek Samping
• Urtikaria, reaksi fotosensitivitas, eritema multiforme, vesikula dan erupsi obat menyerupai morbili
• Leukopenia dan granulositopenia  pemakaian dosis tinggi dalam waktu lama
• Sakit kepala, mual, muntah, diare, dan flatulensi
• Atralgia, neuritis perifer, demam, pandangan kabur, dan berkurangnya fungsi motorik

● Indikasi
• Jamur di kulit, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur yang sensitif
• Gejala pada kulit akan berkurang 48-96 jam setelah pengobatan

● Sediaan
• Tablet 125 mg & 500 mg
• Dosis anak 5-15 mg/kgBB/hari ; Dosis dewasa 500-1000 mg/kgBB/hari
DAFTAR PUSTAKA
● Kang S, Amagai M, Bruckner A, Enk A, Margolis D, McMichael A et al. Fitzpatrick’s
Dermatology. 9th ed. New York, N.Y.: McGraw-Hill Education LLC; 2018.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai