Anda di halaman 1dari 21

Fennie Budhiarti

1102010100

1. Amfoterisin B

Mekanisme kerja : berikatan kuat dengan


ergosterol yang terdapat pada sel jamur. Ikatan
ini yang membuat sel bocor dan
mengakibatkan kerusakan tetap pada sel
jamur.
Farmakokinetik : Amfoterisin B sedikit sekali di
cerna melalui saluran cerna. Dosis dimulai
1,5mg/hari lalu ditingkatkan bertahap sampai
0,4-0,6/KgBB/hari. Waktu paruh obat kira-kira
24-48jam.

2. Flusitosin
Mekanisme kerja : masuk ke dalam sel jamur

dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam


sitoplasma akan bergabung dengan RNA. Lalu
akan menghambat sintesis protein jamur.
Farmakokinetik : diserap dengan baik dan cepat
di saluran cerna. Flusitosin dapat dikeluarkan
melalui hemodialisis atau peritoneal dialisis.

3. Imidazol dan Triazol


Farmakokinetik :
Ketokonazol :
o penyerapannya bervariasi terhadap masingmasing individu.
o Penyerapannya berkurang pada pasien yang
memiliki pH lambung yang tinggi.
o Sebagian besar akan diekskresikan bersama cairan
empedu.
Triazol :
o diserap lebih sempurna di saluran cerna bila
bersama makanan
o Berinteraksi dengan enzim mikrosom hati

Efek samping :
Ketokonazol :
o Mual dan muntah
o Kerusakan hati
o Ginekomastia
o Vertigo
Triazol :
o Pruritus
o Edema kaki
o Parastesia

Indikasi :
Ketokonazol :
o Lebih efektif terhadap histoplasmosis paru, tulang, tulang,
sendi, dan jaringan lemak.
o Bermanfaat pada parakoksidioidomikosis, dermatomikosis,
dan kandidiasis
Triazol :
o Efektif terhadap blastomikosis, histoplasmosis,
koksidioidomikosis
o Berguna juga pada sariawan mulut dan tenggorokan
o Serta efektif untuk tinea versikolor.

Kontraindikasi :
Ketokonazol : penggunaan bersamaan dengan
terfanadin, astemizol atau sisaprid
dikontraindikasikan karena dapat menyebabkan
perpanjangan interval QT dan menyebabkan aritmia
ventrikel jantung.
Triazol : pada pasien dengan klirens kreatinin <50
mL/menit atau yang mengalami dialisis tidak
diperbolehkan mendapat terapi secara IV

Dosis :
Ketokonazol : pada dewasa 200-400 mg/hari, pada
anak diberikan 3-6 mg/KgBB/hari
Triazol :
Itrakonazol : 200mg/ hari
Flukonazol : 100-400mg/hari
Vorikonazol : tergantung pada berat badan pasien,
200-400mg/hari

4. Kaspofungin
Farmakokinetik :
Dalam darah obat ini terikat protein
Masa paruh eleminasinya 9-11jam
Metabolisme secara lambat dengan cara hidrolisis
dan asetilasi
Diekskresikan melalui urin sedikit

Efek samping :
Demam
Mual
Muntah
Flushing
Pruritus

Indikasi :
Kandidiasis invasif
Kandidiasis esofagus
Kandidiasis orofaring
Aspergilosis invasif

Dosis :
Hari pertama dosis tunggal 70mg IV
Dilanjutkan 50mg/hari
Obat secara IV diberikan dalam waktu 1 jam

5. Terbinafin
Farmakokinetik : terserap secara baik melalui

saluran cerna, namun bioavailabilitas oralnya


hanya 40% karena melalu metabolisme di hati.
Biasanya terakumulasi di kulit, kuku, dan
jaringan lemak.
Efek samping :
Sakit kepala
Rash
Hepatotoksisitas
SSJ

Indikasi :
Obat biasa digunakan untuk terapi dermatofitosis,
terutama onikomikosis.
Biasanya dikombinasikan dengan golongan
imidazol atau triazol untuk terapi tinea versikolor
Tinea kruris dan korporis

Kontraindikasi :
Pada ibu hamil atau menyusui sebaiknya dihindari
untuk penggunaan obat ini.

Dosis :
Dosis efektifnya 200mg/hari
Tersedia dalam bentuk krim dan gel 1%
Digunakan 1-2x sehari selama 1-2minggu

1. Griseofulvin

Farmakokinetik :
Diserap lebih baik apabila bersamaan dengan
makanan berlemak
Obat ini dimetabolisme di hati dan metabolit
utamanya adalah 6-metilgriseofulvin
Waktu paruhnya kira-kira 24 jam
50% dari dosis oral akan keluar bersama urin

Efek samping :

Leukopenia
Granulositopenia
Demam
Insomnia
Mual dan muntah

Indikasi :
Hasil terbaik terhadap penyakit jamur di kulit,
rambut, dan kuku
Biasa digunakan pada infeksi di bagian telapak
tangan dan kaki

Kontraindikasi:
Tidak dapat digunakan untuk kandidiasis maupun
tinea versikolor

Dosis :
Untuk anak 5-15 mg/KgBB/hari
Dewasa 500-1000 mg/hari

2. Imidazol dan Triazol


Indikasi :
Dermatofitosis
Tinea versikolor
Kandidiasis mukokutan

Efek samping :
Iritasi
Rasa terbakar
Eritema
Gatal
urtikaria

Sediaan dan dosis :


Mikonazol :
Tersedia dalam bentuk krim 2%
Dipakai 2x sehari selama 2-4 minggu
Krim 2% bila digunakan untuk intravaginal
diberikan 1x sehari pada malam hari selama 7 hari
Klotrimazol :
Tersedia dalam bentuk krim 1%
Dioleskan 2x sehari
Krim vaginal 1% digunakan 1x sehari pada malam
hari

3. Tolnaftat dan Tolsiklat


Tolnaftat :
o Efektif digunakan untuk pengobatan sebagian besar
dermatofitosis tapi tidak efektif terhadap kandida.
o Tersedia dalam bentuk krim atau gel dengan kadar 1%
o Digunakan lokal secara 2-3x sehari
o Pada lesi hiperkeratosis, sebaiknya diberikan
bergantian dengan salep asam salisilat 10%

Tolsiklat :
o Antijamur topikal tunan dari tiokarbamat
o Namun spektrumnya sempit, maka tidak
digunakan lagi

4. Nistatin
Mekanisme kerja : nistatin hanya diikat oleh jamur yang

sensitif. Aktivitasnya tergantung adanya ikatan sterol


pada membran sel jamur.
Indikasi :
Infeksi kandida pada kulit, selaput lendir, dan saluran cerna
Vaginitis
Kandidiasis oral

Efek samping :
Mual dan muntah
Diare ringan

Dosis :
Tersedia dalam bentuk krim, bubuk, salep, suspensi,
dan obat tetes yang mengandung 100.000 unit
nistatin per gram atau per mL.
Dosis yang diberikan 500.000-1.000.000 unit , 34x/hari
Tablet vagina mengandung 100.000 unit nistatin

5. Antijamur Topikal Lainnya

Asam benzoat dan asam salisilat


o Kombinasi kedua obat ini 2:1 (biasanya 6% dan 3%),

biasanya dikenal dengan salep Whitfield


o Salep ini biasa digunakan untuk terapi tinea pedis,
terkadang digunakan untuk tinea kapitis
o Dapat terjadi iritasi ringan pada tempat pemakaian
Asam Undesilenat
o Dosis biasa obat ini bersifat fungistatik, tetapi dalam
dosis besar dan pemakaian yang lama bersifat
fungisidal
o Obat ini aktif terhadap Epidermophyton, Tricophyton,
dan Microsporum
o Tersedia dalam bentuk salep campuran mengandung
5% undesilenat dan 20% seng undesilenat.
o Pemakaian pada mukosa dapat menyebabkan iritasi
bila kadarnya lebih dari 1%
o Obat ini dapat menghambat jamur pada tinea pedis

Haloprogin
o Antijamur sintetik, sukar larut dalam air tetapi larut
o
o
o
o

dalam alkohol
Bersifat fungisidal terhadap Epidermophyton,
Tricophyton, Microsporum dan malassezia furfur.
obat ini digunakan untuk tinea versikolor
Biasanya setelah penggunaan obat akan timbul iritasi
lokal, rasa terbakar, vesikel, dan sensitasi.
Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar
1%

Siklopiroks olamin
o Obat ini merupakan antijamur topikal berspektrum luas
o Digunakan untuk dermatofitosis, kandidiasis, dan tinea
versikolor
o Tersedia dalam bentuk krim 1%
o Dioleskan 2x sehari
o Biasanya menimbulkan reaksi iritatif

Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai