Anda di halaman 1dari 10

Anti Jamur dr.

Munawir

Jamur ada yang berbentuk yeast dan molds  ada juga yang berbentuk keduanya

Apabila berada disuhu lingkingan, bentuknya yiest sedangkan kalau sudah masuk
dalam tubuh akan berubah jadi molds  kalua yang bisa berbentuk keduanya

Paling sering dipakai  glukanasole dan ketakonazole

1. AMFOTERICIN B (POLYNES)
Hasil fermentasi Streptomyces nodosus Kristal seperti jarum atau prisma berwarna
kuning jingga, tidak berbau, tidak terasa, tidak larut dalam air, tidak stabil, tidak
tahan suhu > 37oC, dpt bertahan sampai berminggu-minggu pada suhu 4 C,
Aktifikats Anti Jamur
• Pada pH 6,0 – 7,5 berkurang pada pH <
• Bersifat fungistatik / fungisidal
• Kadar 0,3 – 1,0 g/ml ,menghambat : H.capsulatum, C.neoformans, C.immitis,
spesies Candida, Paracoccidiodes braziliensis , Sporotrichum schenckii,
M.audiouini, spesies Aspergillus & spesies Trichophyton
• Pemberian bersama rifampisin atau minosiklin  sinergisme
Mekanisme Kerja
• Terikat pada ergosterol  kerusakan fungsi barier membran, kehilangan
beberapa bahan intrasel, kerusakan membran (potassium keluar dari sel) 
kolaps  kematian sel
• Resistensi terjadi  perubahan reseptor ster ol pada membran sel
Farmakokinetik
• Sedikit di absorbsi melalui sal. cerna
• Waktu paruh 24 – 48 jam pada dosis awal, diikuti eliminasi fase ke-2 dgn waktu
paruh 15 hari
• Distribusi luas ke seluruh jaringan
•  95% terikat pada lipoprotein
• Dapat menembus sawar uri, CSS, humor vitreus, cairan amnion
• Ekskresi via ginjal lambat

Efek Samping

• Amfoterisin B IV  kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil,


anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang, penurunan fungsi ginjal

• Anemia normositik normokrim (pada pemakaian jangka panjang)

• Nefrotoxic  mengganggu arteri di ginjal  pengeluaran potassium 


ketidakseimbangan elektrolit (efek samping paling fatalnya)

Indikasi

• Terapi awal untuk infeksi jamur serius

• Drug of choice untuk blastomikosis

• Amfoterisin B topikal  korneal & keratitis mikotik

Sediaan Dan Pasologi

• Vial berisi 50 mg bubuk lipofilik dilarutkan dgn 10 mg aquades steril kmd


diencerkan dgn dextrose 5% sehingga didapat kadar 0,1 mg/ml  amfoterisin B
konvensional / amfoterisin B deoksikolat

Dosis efektif : 0,3 – 0,5 mg/kgBB

• Infus intratekal 0,5 mg amfoterisin B dilarutkan dlm 5 ml cairan spinal  u/


pasien meningitis oleh Coccidiodes

Amfoterisin B formulasi baru (amfoterisin B liposomal / formulasi lipid) tdd :

1. Amfoterisin B formulasi dispersi koloid (ABCD)  dosis 3 – 4 mg/kgBB/hr dlm


btk infus 3 – 4 jam
2. Amfoterisin B formulasi vesikel unilamelar (Ambisome)  dosis 3 mg/kgBB/hr
3. Amfoterisin B kompleks lipid (ABLC)  dosis 5 mg/kgBB/hr dalam infus
dextrosa 5% selama 2 jam

Tersedia juga amfoterisin B dalam bentuk krim, losio & salep 3%.
Apabila dicampur dengan digoxin  meningkatkan toxicity

2. NYSTATIN
Sering dipakai pada pasien HIV dengan orofaringial candidiasis  di mulut
banyak bercak putihnya.
Pertahankan dulu di mulut 3-5 menit baru bisa menelan setelah memakai obat
ini/
Obat ini tidak ada efek sistemik, hanya bekerja di local saja. Oleh karena itu,
obat ini termasuk aman.
Dapat menyebabkan diare dan mual muntah  tetapi jarang sekali
Menyebabkan iritasi pada kulit atau kemerahan  apabila digunakan di kulit
Karena tidak terabsorbsi jadi tidak saling berpengaruh dengan obat lainnya
3. FLUSITOSIN
Merupakan anti jamur sintetik dari fluorinasi pirimidin
Bentuk kristal putih, tidak bau, sedikit larut dalam air, mudah larut dalam alcohol
Tujuannya untuk obat kemoterapi sebenarnya, tapi ternyata bisa membunuh
jamur juga  oleh karena itu obat ini termasuk obat yang sangat toxic  orang
yang memakai ini harus rajin mengecek darah rutin sebab takutnya kena
tromboxitopeny
Aktivitas Jamur
• Spektrum anti jamur agak sempit
• Efektif untuk terapi kriptokokosis, kandidiasis, kromomikosis, torulopsis &
aspergillosis
Mekanisme Kerja
Flusitosin  sel jamur  sintesis protein sel jamur terganggu oleh
penghambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil
Farmakokinetiik
• Absorbsi baik & cepat, diperlambat oleh makanan, antasida & neomisin
• Kadar puncak 70 – 80 g/ml dlm 1 – 2 jam stlh dosis 37,5 mg/kgBB
• Kadar dlm cairan otak 60 – 90%
• Dlm saliva kadar flusitosin  ½ kadar dlm darah
• 90% dikeluarkan mll filtrasi glomerulus
• Masa paruh eliminasi 3 – 6 jam
• Dpt dikeluarkan melalui hemodialisis atau peritoneal dialisis
Efek Samping
• Anemia, leukopenia & trombositopenia
• Mual, muntah, diare, enterokolitis hebat
• SGOT/SGPT, hepatomegali
• Sakit kepala, pusing, mengantuk & halusinasi
• Born narrow supression
Indikasi
• Pemakaian tunggal untuk infeksi Cryptococcus neoformans, spesies Candida
dan kromoblastomikosis
• Untuk infeksi lain di kombinasi dengan amfoterisin B
Sediaan dan Pasologi
• Kapsul 250 & 500 mg
• Dosis : 50 – 150 mg/kgBB /hr dalam 4 dosis

4. AZOLES
Menghambat sitokrom P4650  enzim yang digunakan hepar untuk
memetabolisme obat
Mempengaruhi stabilitas membrane  jamurnya mati

A. IMIDAZOL & TRIAZOL


Imidazol = Ketokonazol,Mikonazol,Klotrimazol
Triazol = Itrakonazol,Flukonazol, Vorikonazol
A. Ketokonazol
Bersifat lipofilik dan larut dalam air pada pH asam
Tidak bagus terlalu basa dan tidak terlalu bagus kalua asam juga
Ditemukan dalam urin, kelenjar lemak, kulit yang infeksi dll
Aktivitas Anti Jamur
• Aktif sebagai anti jamur sistemik maupun non sistemik
• Efektif terhadap C.neoformans, H.capsulatum, B.dermatititidis, Aspergillus &
Sporothrix spp
Farmakokinetik
• Absorbsi bervariasi antar individu, berkurang pada pH lambung ↑, pemberian
bersama AH2 atau antasida
• Ditemukan dlm urin, kelenjar lemak, liur, kulit yg infeksi, tendo, cairan sinovial,
cairan vaginal
• Sebagian besar mengalami metabolisme lintas pertama
• 84% berikatan dengan protein plasma (albumin), 15% dengan eritrosit, 1%
bentuk bebas
• Ekskresi bersama cairan empedu, sebagian kecil via urin
Efek Samping
• Mual, muntah, sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia
• Pruritus, parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit, trombositopenia
• Peningkatan aktivitas enzim hati  hepatotoksisitas (gangguan khasnya) 
jadi hati-hati diberikan pada orang dengan gangguan hepar
• Ginekomastia pada pria
• Gangguan haid
• KI : wanita hamil & menyusui
Indikasi
• Histoplasmosis paru, tulang, sendi & jaringan lemak
• Kriptokokkus non meningeal
• Parakoksidiomikosis, dermatomikosis, kandidiasis (mukokutan, vaginal & oral)
• HIV
Interaksi Obat
• Pemberian bersama rifampisin, INH, fenitoin  penurunan kadar ketokonazol
• Ketokonazol dapat meningkatkan kadar siklosporin, warfarin, midazolam

Pemberian bersama terfenadin, astemizol, cisaprid  perpanjangan interval QT


dan aritmia ventrikel jantung
Pasologi
• Tablet 200 mg, krim 2%, shampo 2%
• Dosis : dewasa 200 – 400 mg/hr, anak-anak 3,3 – 6,6 mg/kg/hr
• Lama terapi bervariasi :
 Kandidiasis vulvovaginal & Pt.versicolor  5 hari
 Mikosis profunda  6 – 12 bln.

Ada yang bentuk tablet, krim, sampo.

B. Itrakonazol
Kalau bentuk kapsul/ dan zuba maka diberikan disertai memberikan makanan
Kalau antasida mempengaruhi konsentrasi itraconazole

Kalau sirup bisa diberikan tanpa diberikan makan


Tidak berpengaruh pada antasida

 Dapat diberikan per oral & IV


 Aktivitas anti jamur > & efek samping > daripada ketokonazol
 Absorbsi sempurna bila bersama makanan
 Rifampisin menurunkan kadar plasma itrakonazol
Efek Samping
• Mual
• Muntah
• Kemerahan
• Pruritus
• Lesu
• Pusing
• Edema kaki
• Parestesia
• Kehilangan libido
Indikasi
• Blastomikosis
• Histoplasmosis
• Koksidioidomikosis
• Tinea versicolor
• Kandidiasis
Sediaaan
• Kapsul 100 mg, suspensi 10 mg/ml
Dosis
• Dermatofitosis : 100 mg/hr (T.kapitis, T.korporis/krutis selama 2 mgg; T.pedis et
manus selama 4 mgg)
• Tinea unguium : 200 mg/hr  3 bln. Pulse therapy : 400 mg/hr  1 mgg, kuku
tangan 2 PT, kuku kaki 3 PT
• Tinea versicolor : 200 mg/hr  1 mgg
• Vaginal candidosis : 2x200 mg/hr atau 1x200 mg/hr selama 3 hr
• Mikosis profunda : itrakonazol IV 2x200 mg/hr, diikuti 200 mg/hr 12 hr

C. Flukonazol
BTW Azol banyak drup interactionnya
Bagus untuk terapinya candidiasis, bisa j=digunakan sebagai profilaksis di
intensive unite dengan adanya cancer
Ada bentuk sirup dan injeksi
Pasien dengan kelainan ginjal memerlukan dosis tertentu
Ibu hamil hati-hati pemakaiannya  tidak dianjurkan pada ibu hamil
Efek sampingnya hepar kalua golongan azole
 St. fluorinated bis – triazol
• Absorbsi sempurna
• Kadar plasma setelah pemberian oral = IV
• Kadar dalam cairan serebrospinal 50 – 90% kadar plasma
• Waktu paruh eliminasi 25 jam
Efek Samping
• Gangguan saluran cerna
• Urtikaria, eosinofilia, SSJ, gangguan fungsi hati, trombositopenia
• Gangguan aritmia pada jantung  tapi jarang sekali terjadi
Interaksi Obat
Pemberian bersama akan :
• ↑ kadar plasma fenitoin & sulfonilurea
• ↓ kadar plasma warfarin & siklosporin
Berguna mencegah relaps meningitis oleh Cryptococcus pada AIDS
Sediaan
Kapsul 50 & 150 mg
Dosis
• T.kapitis : 6 mg/kgBB/hr  2-3 mgg
• T.korporis/kruris : 150 mg/mgg  2-4 mgg
• T.pedis et manus : 150 mg/mgg  2-6 mgg
• T.unguium : 150 mg/mgg (kuku tangan : 3-6 bln ; kuku kaki : 9-12 bln)
• T.versicolor : 300 mg diulangi 2 mgg kemudian
• Kandidosis kutis : 250 mg/mgg  2-4 mgg
• Vaginal kandidosis : 150 mg single doses
D. Vorikonazol
 Antijamur baru golongan triazol

Indikasi

• Aspergillosis sistemik

• Infeksi jamur berat oleh Scedosporium aplospermun & Fusarium sp

• Candida sp, Cryptococcus sp & Dermatophyte sp

- Absorbsi baik, kadar puncak kurang lebih 2 jam


- 60% terkait dengan protein
- Kadar dalam CSS : 30-68%
- 80% di ekskresi via urin

Efek samping

• Gangguan penglihatan sementara (pandangan kabur, fotofobia)

• Reaksi fotosensitivitas
• Kenaikan kadar transaminase serum sementara

Interaksi Obat

• Jangan diberi bersma rifampisin, karbamazepin, kuinidin

• Pemberian bersama ranitidin, omeprazole, fenitoin, benzodiazepin dan golongan


statin  penyesuaian dosis

Jangan dikasih pada orang dengan gangguan system saraf pusat  tidak akan
bereaksi obat nya

D. Vorikonazole
Tablet  diberikan saat perut kosong
Tidak berpengaruh pada antisida

Obatnya dalam bentuk oral saja


Penggunaan utamanya untuk aspergillosis  di paru-paru, biasanya pada
pasien HIV

Efek samping
Renal
Mata
Gangguan ssp
Hepatotoksik
Gangguan dermatologi

5. Ekinokandins
Umumnya digunakan untuk penyakit terkai golongan candida
Tidak terlalu bagus untuk hiplokokus (?)
Obat terbaru disbanding golongan azole
Paling aman digunakan bila sesuai prosedur  sedikit efek sampingnya
6. Terpenoids
Nice to know
Obat untuk vulva vagina candidiasis
Obat yang baru saja disapprove  masih sedikit datanya
Mempengaruhi GI

Ketokonazole Fluconazole  pelajari yang mau masuk di soal

Anda mungkin juga menyukai