Anda di halaman 1dari 86

ANTIJAMUR

Veronika Marampa A - 1765050128


Sena Putra -1965050118
Ratu Aulia - 1965050059

KEPANITERAAN KLINIK FARMASI


TERAPEUTIK
INFEKSI INFEKSI INFEKSI
DERMATOFIT SISTEMIK MUKOKUTAN

• TRICHOPHYTON INFEKSI INTERNAL INFEKSI SUBKUTAN


• KANDIDA
• EPIDERMOPHYTO
N • ASPERGILOSIS • KROMOMIKOSIS
• BLASTOMIKOSIS • MISETOMA (menyerang mukosa
• MICROSPORUM
• KOKSIDIODOMIK • SPOROTRIKOSIS dan daerah lipatan
OSIS kulit yang lembab)
(yang menyerang • KRIPTOKOKOSIS
kulit, rambut, dan • HISTOPLASMOSIS
kuku) • MUKORMIKOSIS
• PARAKOKSIDIOD
OMIKOSIS
• KANDIDIASIS
ANTIJAMUR UNTUK ANTIJAMUR UNTUK
INFEKSI SISTEMIK INFEKSI DERMATOFIT
DAN MUKOKUTAN
• AMFOTERISIN B
• FLUSITOSIN • GRISEOFULVIN
• IMIDAZOL DAN TRIAZOL
• IMIDAZOL DAN • TOLNAFTAT dan
TRIAZOL TOKSIKLAT
• EKINOKANDIN • NISTATIN
• TERBINAFIN • ANTIJAMUR TOPIKAL
LAIN

• PENGOBATAN INFEKSI • PEMILIHAN PREPARAT


JAMUR SISTEMIK
AMFOTERISIN B

FARMAKOKINETI FARMAKODINAMIK
K

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI

• Sedikit sekali yang melalui • distribusi luas seluruh jaringan


saluran cerna • 95% obat beredar dalam plasma,
terikat pada lipoprotein
• Waktu paruh : 24-48 jam pada
• Kadarnya pada cairan
dosis awal yang diikuti oleh
pleura,peritoneal yang
eliminasi fase kedua dengan mengalami peradangan hanya
t1/2 15 hari 2/3 dari kadar terendah dalam
plasma
METABOLISME EKSRESI
• Eksresi obat ini melalui ginjal
Mekanisme metabolisme
berlangsung lambat sekali
amphotericin B belum diketahui
secara pasti • Hanya 3 % ddari jumlah yang
diberikan selama 24 jam
sebelumnya ditemukan
dalam urin
FARMAKODINAMIK

• Menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang. Aktivitas


antijamurnya yang nyata pada pH 6.0 – 7.5 ; berkurang pada pH yang
lebih rendah
• Antibiotik ini bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung pada
dosis dan sensitivitas jamur yang dipengaruhi

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Injeksi : vial 50 mg bubuk liofilik, dilarutkan dengan


10 mL akuades steril untuk kemudian diencerkan
dengan larutan dekstrosa 5% dalam air sehingga
didapatkan kadar 0.1 mg/mL
• ada 3 jenis sediaan amfoterisin B liposomal, yakni :
amfoterisin B dengan formulasi dispersi koloid (ABCD),
amfoterisin B dengan formulasi vesikel unilamelar
(Ambisome), amfoterisin B kompleks lipid (ABLC)
• Tersedia bentuk krim, lotio, dan salep dengan
kandungan amfoterisin B sebanyak 3%
• Dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan sampai
0.5-0.7 mg/kgBB/hari (dilanjutkan selama 6 minggu,
kalau perlu 3-4 bulan)
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Amikasin,sikosporin,gentamisin,penta • Kulit panas (pada pemberian IV)


midine,streptomycin,vancomycin : • Sakit kepala
risiko kerusakan ginjal
• Demam sampai mengiggil
• Dexamethasone,furosemide,hidrokori
sone,prednisolone : risiko
• Anoreksia
hipokalemia • Kejang
• Digoxin : amfoterisin B meningkatkan • Penurunan fungsi ginjal
keracunan digoxin

INDIKASI KONTRAINDIKASI

• Infeksi jamur • Pasien dengan gangguan fungsi


(aspergilosis,parakoksidioidomiko ginjal
sis, dan kandidiasis) • Ibu hamil
• Tetesan topikal : keratitis mikotik • Ibu menyusui
• Endoftalmitis (intraorbital)
FLUSITOSIN

FARMAKOKINETI FARMAKODINAMIK
K

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI
• Diserap dengan cepat dan baik • Didistribusikan ke seluruh
melalui saluran cerna jaringan dengan volume distribusi
• Pemberian bersama makanan dan mendekati volume total cairan
suspensi aluminium tubuh
hidroksida/magnesium • Kadar dalam cairan otak 60-90%
memperlambat penyerapan kadar dalam plasma
• Masa paruh : 3-6 jam

METABOLISME EKSRESI
• 90 % akan dikeluarkan
- bersama melalui filtrasi
glomerulus dalam bentuk
utuh.
• Dapat dikeluarkan melalui
hemodialisis atau dialisis
peritoneal
FARMAKODINAMIK

• Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin


deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA
setelah mengalami deaminasi menjadi 5-fluorourasil dan fosforilasi.
• Sintesis protein sel jamur akan terganggu akibat penghambatan
langsung sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Tersedia dalam sediaan kapsul 250 dan 500 mg.


Dosis yang dianjurkan antara 50-150
mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 4 dosis. (dosis
harus dikurangi pada pasien dengan
insufisiensi ginjal)
• Dapat dikombinasikan dengan amfoterisin B
untuk meningitis oleh Cryptococcus 100-150
mg/kgBB/hari flusitosin dikombinasikan dengan
0.3 mg/kgBB/hari amfoterisin B
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT
-Kombinasi amfoterisin B dan flusitosin
mempunyai efek sinergis terhadap • Anemia
Candida sp dan Cryptococcus
• Leukopenia
neoformans namun efek nefrotoksik
Amfoterisin B dapat berkurang ketika
• Trombositopenia
flusitosin dieksresi. • Mual
-Sitarabin dapat menurunkan konsentrasi • Muntah
plasma flusitosin • Diare
-Pemberian zidofudin bersama flusitosin • enterokolitis
dapat menimbulkan efek myelosupresif

INDIKASI KONTRAINDIKASI

• Infeksi Cryptococcus • Pasien dengan gangguan fungsi


neoformans, beberapa spesies ginjal
Candida, dan infeksi oleh • Ibu hamil
kromoblastomikosis • Ibu menyusui
• Dapat dikombinasikan dengan
Itrakonazol untuk infeksi
kromoblastomikosis
FLUSITOSIN

FARMAKOKINETI FARMAKODINAMIK
K

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI
• Diserap dengan cepat dan baik • Didistribusikan ke seluruh
melalui saluran cerna jaringan dengan volume distribusi
• Pemberian bersama makanan dan mendekati volume total cairan
suspensi aluminium tubuh
hidroksida/magnesium • Kadar dalam cairan otak 60-90%
memperlambat penyerapan kadar dalam plasma
• Masa paruh : 3-6 jam

METABOLISME EKSRESI
• 90 % akan dikeluarkan
- bersama melalui filtrasi
glomerulus dalam bentuk
utuh.
• Dapat dikeluarkan melalui
hemodialisis atau dialisis
peritoneal
FARMAKODINAMIK

• Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin


deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA
setelah mengalami deaminasi menjadi 5-fluorourasil dan fosforilasi.
• Sintesis protein sel jamur akan terganggu akibat penghambatan
langsung sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Tersedia dalam sediaan kapsul 250 dan 500 mg.


Dosis yang dianjurkan antara 50-150
mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 4 dosis. (dosis
harus dikurangi pada pasien dengan
insufisiensi ginjal)
• Dapat dikombinasikan dengan amfoterisin B
untuk meningitis oleh Cryptococcus 100-150
mg/kgBB/hari flusitosin dikombinasikan dengan
0.3 mg/kgBB/hari amfoterisin B
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Anemia
- • Leukopenia
• Trombositopenia
• Mual
• Muntah
• Diare
• enterokolitis

INDIKASI KONTRAINDIKASI

• Infeksi Cryptococcus • Pasien dengan gangguan fungsi


neoformans, beberapa spesies ginjal
Candida, dan infeksi oleh • Ibu hamil
kromoblastomikosis • Ibu menyusui
• Dapat dikombinasikan dengan
Itrakonazol untuk infeksi
kromoblastomikosis
KETOKONAZOL

FARMAKOKINETI FARMAKODINAMIK
K

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI
• Dalam plasma 84% ketokonazol
• Antijamur sistemik oral yang berikatan dengan protein plasma
penyerapannya bervariasi antar terutama albumin, 15% berikatan
dengan eritrosit dan 1% dalam
individu
bentuk bebas
• Penyerapan obat berkurang • Ditemukan dalam urin,kelenjar
pada pasien dengan pH lambung lemak,liur,dan juga kulit yang
yang tinggi terinfeksi,tendo,cairan sinovial,dan
cairan vaginal

METABOLISME EKSRESI
• Sebagian besar obat ini
• Sebagian besar obat ini dieksresikan bersama cairan
mengalami metabolisme empedu ke lumen usus dan
lintas pertama hanya sebagian kecil saja
yang dikeluarkan besama urin
FARMAKODINAMIK

• Bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH asam


• Ketokonazol aktif sebagai antijamur baik sistemik maupun
nonsistemik yang efektif terhadap Candida, Coccidioides immitis,
Cryptococcus neoformans, H . Capsulatum, B. dermatitidis,
Aspergillus dan Sporothrix spp.

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Tersedia dalam bentuk tablet 200 mg, krim 2%


dan shampo 2%. Dosis yang dianjurkan pada
dewasa adalah satu kali 200-400 mg/hari
• Pada anak-anak diberikan 3.3 – 6.6
mg/kgBB/hari
• Lama pengobatan bervariasi : 5 hari untuk
kandidiasis vulvovaginitis, 2 minggu untuk
kandidiasis esofagus, dan 6-12 bulan untuk
mikosis dalam
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Pemberian ketokonazol dengan obat yang • Mual


menginduksi enzim mikrosom hati
(rifampisin,isoniazid,fenitoin) dapat • Muntah
menurunkan kadar ketokonazol • Vertigo
• Ketokonazol dapat meningkatkan kadar • Nyeri epigastrik
obat yang dimetabolisme oleh enzim • Ginekomastia *
CYP3A4 sitokrom P450
(sikosporin,warfarin,midazolam,indinavi • Ketidakteraturan Haid *
r)

INDIKASI KONTRAINDIKASI

• Histoplasmosis • Penggunaan ketokonazol


paru,tulang,sendi,dan jaringan bersama dengan astemizol
lemak dikontraindikasikan karena dapat
• Efektif untuk kriptokokus menyebabkan perpanjangan QT
monmeningeal interval dan aritmia ventrikel
• Kandidiasis (mukokutan,vaginal, jantung
dan oral)
ITRAKONAZOL

FARMAKOKINETI FARMAKODINAMIK
K

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI
• Dalam plasma 84% ketokonazol
• Diserap lebih sempurna dengan berikatan dengan protein plasma
makanan di saluran cerna terutama albumin, 15% berikatan
dengan eritrosit dan 1% dalam
dibanding ketokonazol
bentuk bebas
• Ditemukan dalam urin,kelenjar
lemak,liur,dan juga kulit yang
terinfeksi,tendo,cairan sinovial,dan
cairan vaginal

METABOLISME EKSRESI
• Sebagian besar obat ini
• Sebagian besar obat ini dieksresikan bersama cairan
mengalami metabolisme empedu ke lumen usus dan
lintas pertama hanya sebagian kecil saja
yang dikeluarkan besama urin
FARMAKODINAMIK

• Bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH asam


• Itrakonazol aktif sebagai antijamur baik sistemik maupun
nonsistemik yang efektif terhadap Candida, Coccidioides immitis,
Cryptococcus neoformans, H . Capsulatum, B. dermatitidis,
Aspergillus dan Sporothrix spp, aspegilosis diluar SSP

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg


• Dosis yang disarankan : 200 mg/hari
• Mikosis : 2 x 200 mg (dengan makanan)
• Onikomikosis : 1 x 200 mg selama 12 minggu
atau dengan terapi berkala (pulse therapy),
yakni 200 mg sehari selama 1 minggu, diikuti 3
minggu periode bebas obat setiap bulannya.
Lama pengobatan biasanya selama 3 bulan
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Berinteraksi dengan enzim mikrosom hari, • Mual


tetapi tidak sebanyak ketokonazol
• Rifampisin akan mengurangi kadar • Muntah
plasma itrakonazol • Vertigo
• Nyeri epigastrik
• Pruritus dan kemerahan
• Edema kaki
• Parestesia

INDIKASI KONTRAINDIKASI

• Histoplasmosis • Penggunaan Itrakonazol bersama


paru,tulang,sendi,dan jaringan dengan astemizol
lemak dikontraindikasikan karena dapat
• Efektif untuk kriptokokus menyebabkan perpanjangan QT
monmeningeal interval dan aritmia ventrikel
• Kandidiasis (mukokutan,vaginal, jantung
dan oral)
FLUKONAZOL

FARMAKOKINETI FARMAKODINAMIK
K

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI
• Suatu fluoronated bis-triazol • Flukonazol tersebar rata kedalam
dengan khasiat baru cairan tubuh juga dalam sputum
• Diserap melalui saluran cerna dan saliva
tanpa dipengaruhi adanya • Kadar dalam CSS 50-90% kadar
makanan/keasaman lambung plasma
• Kadar puncak dicapai setelah
pemberian 100 mg

METABOLISME EKSRESI

• Sebagian besar obat ini • Waktu paruh eliminasinya 25


mengalami metabolisme jam sedangkan eksresi
lintas pertama melalui ginjal melebihi 90%
klirens ginjal
FARMAKODINAMIK

• Bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH asam


• Itrakonazol aktif sebagai antijamur baik sistemik maupun
nonsistemik yang efektif terhadap Candida, Coccidioides immitis,
Cryptococcus neoformans, H . Capsulatum, B. dermatitidis,
Aspergillus dan Sporothrix spp, aspegilosis diluar SSP

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Tersedia untuk pemakaian sistemik (IV) dengan


formula yang mengandung 2 mg/mL
• Tersedia dalam sediaan oral dalam kapsul yang
mengandung 50,100,150,200 mg
• Indonesia : hanya tesedia sediaan 50 dan 150 mg
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Kadar plasma fenitoin dan • Mual


sulfonilurea akan meningkat pada • Muntah
pemakaian bersama flukonazol • Pada pasien AIDS, akan ditemukan
• Sebaliknya akan terjadi urtikaria,eosinofilia,sindroma
penurunan kadar plasma Steven-Johnson,gangguan fungsi
warfarin dan sikosporin hati, dan trombositopenia

INDIKASI KONTRAINDIKASI

• Dapat mencegah relaps • Penggunaan Flukonazol bersama


meningitis yang disebabkan oleh dengan astemizol
Cryptococcus pada pasien AIDS dikontraindikasikan karena dapat
setelah pengobatan dengan menyebabkan perpanjangan QT
amfoterisin B interval dan aritmia ventrikel
• Selektif untuk pengobatan jantung
kandidiasis mulut dan
VORIKONAZOL

FARMAKOKINETI FARMAKODINAMIK
K

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI
• Diserpa baik dalam saluran cerna • 60% obat dalam darah terikat
• Kadar puncak obat tercapai dengan protein
dalam 2 jam • Kadar obat dalam CSS ialah 30-
68% dari kadarnya didalam darah

METABOLISME EKSRESI

• Farmakokinetik obat ini tidak • 80 % vorikonazol


linier akibat terjadinya dieskresikan dalam urin
saturasi metabolisme oleh
sitokrom P450 di hati dan
metabolit utamanya adalah
N-oksida yang tidak aktif
FARMAKODINAMIK

• Bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH asam


• Merupakan antijamur baru golongan triazol

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Dimulai dengan dosis muat secara IV sebesar 6mg/kgBB


yang diulang sekali lagi setelah 12 jam
• Dosis oral pasien BB>40 kg : 400 mg dan BB<40 kg :
200 mg (2 kali dengan interval 12 jam)
• Pengobatan bisa dilanjutkan dengan pemberian oral
200 mg/12 jam (>40 kg) dan 2 x 100 mg (BB<40 kg)
• Pasien dengan gangguan fungsi hati ringan dan
sedang (Child-Pugh kelas A dan B) : dosis muat
seperti biasa,namun dosis pemeliharaan dikurangi
sebanyak 50%
• Pasien dengan klirens kreatinin<50 mL/menit /
dialisis :HARUS terapi vorikonazol secara intravena
• Sediaan : tablet 50 & 200 mg,suspensi oral 40
mg/mL,dan bubuk pemberian IV 200 mg
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Tidak boleh diberikan bersma • Gangguan penglihatan sementara


rifampisin,karbamazepin,kuinidin penglihatan kabur/fotofobia pada
,sirolimus 30% pasien
• Pemberian bersama • Fotosensitivitas dan kenaikan
rifabutin,ranitidin,omeprazole,fe kadar transaminase serum yang
nitoin,benzodiazepin,dan bersifat sementara
golongan statin butuh
penyesuaian dosis.

INDIKASI
KONTRAINDIKASI
• Aspegilosis sitemik dan infeksi
jamur berat yang disebabkan oleh • Hipersensitivitas terhadap
Scedosporium apiospermun, dan Vorikonazol
Fusarium sp.
• Efektivitas baik terhadap
Candida sp,Cryptococcus dan
Dermatophyte sp
EKINOKANDIN

FARMAKOKINETI FARMAKODINAMIK
K

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI
• Tidak diserap secara oral,ganya • Ikatan proteinnya >97%
tersedia sebagai sediaan • Tidak menembus sawar otak
intravena
• Masa kerja kaspofungin : 9-11
jam
• Mikafungin : 11-15 jam
• Anidulafungin : 24-48 jam

METABOLISME EKSRESI

• Kaspofungin dimetabolisme • 71% ditemukan dalam feses


secara lambat dengan cara (dari pemberian IV)
hidrolisis dan asetilasi
• Mikafungin hanya
dimetabolisme dalam jumlah
kecil di hati
FARMAKODINAMIK

• Merupakan siklik-lipopetida dengan inti heksa-peptida


• Menghambat enzim yang digunakan untuk sintesis dinding sel jamur,
yaitu komponen 1.3-beta-D-glukan.Hambatan tersebut
menyebabkan kerusakan integritas dinding sel jamur,instabilitas
osmotik,dan kematian sel tersebut.

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Kaspofungin 70 mg sebagai dosis tunggal disusul


50 mg/hari
• Mikafungin 150 mg/hari (rentang 100-200
mg/hari) selama 10-30 hari
• Profilaksis pasien HSCT : 50 mg/hari selama 6-51
hari
• Infus diberikan dalam waktu 1 jam
• 150 mg/hari : kandida esophageal
• Kandidemia : dosis muat 200 mg disusul 100
mg/hari selama 14 hari setelah biakan darah
positif terakhir
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Kaspofungin & siklosporin : peningkatan • Ekinokandin ditoleransi dengan


enzim hati
• Rifampisin dan induktor CYP3A4 baik.sesekali terjadi gangguan
menurunkan sedikit kadar kaspofungin gastrointestinal,flebitis,rx
• Terjadi peningkatan kadar nifedipin hipersensitivitas dan flushing
sebanyak 18% dan sirolimus 21% pada • Profil keamanannya sebanding
pemberian kombinasi dengan mikafungin
• Anidulafungin menyebabkan terjadinya dengan flukonazol
pelepasan histamin selama infus

INDIKASI
KONTRAINDIKASI
• Kaspofungin : infeksi kandida
mukokutaneus (esofagus & • Hipersensitivitas terhadap
orofaring),terapi empiris febril Ekinokandin
neutropenia (dapat digunakan
pada aspergilosis invasif dalam)
• Mikafungin : profilaksis terhadap
infeksi kandida pada pasien HCST
TERBINAFIN

FARMAKOKINETI FARMAKODINAMIK
K

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI
• Diserap baik oleh saluran cerna • 99% terikat dengan protein
• Waktu paruh awal 12 jam, namun plasma
bisa mencapai 200-400 jam BILA • Terakumulasi di kulit,kuku,dan
mencapai kadar mantap jaringan lemak
• Dapat ditemukan pada plasma
hingga 4-8 minggu setelah
pengobatan yang lama.

METABOLISME EKSRESI

• Dimetabolisme di hati • Disekresikan di urin


menjadi metabolit yang tidak
aktif
FARMAKODINAMIK

• Terbinafin bersifat keratofilik dan fungisidal


• Obat ini mempengaruhi biosintesis ergosterol dinding sel jamur
melalui penghambatan enzim skualen epoksidase pada jamur dan
bukan melalui penghambatan enzim sitokrom P450

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Tersedia dalam bentuk tablet oral 250 mg


• Onikomikosis : 1 x 250 mg (sama efektifnya
dengan itrakonazol 200 mg sehari dan lebih
efektif daripada terapi itrakonazol yang
dilakukan secara berkala/pulsed-dose therapy)
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Belum ada obat yang berinteraksi • Terbilang jarang terjadi


secara signifikan dengan (kalaupun ada hanya berupa
terbinafin gangguan saluran pencernaan)
• Sakit kepala
• rash

INDIKASI
KONTRAINDIKASI
• Kaspofungin : infeksi kandida
mukokutaneus (esofagus & • Wanita hamil : termasuk
orofaring),terapi empiris febril kategori B
neutropenia (dapat digunakan • Ibu menyusui
pada aspergilosis invasif dalam)
• Mikafungin : profilaksis terhadap
infeksi kandida pada pasien HCST
PENGOBATAN INFEKSI JAMUR SISTEMIK
• Infeksi jamur patogen yang terinhalasi : sembuh dengan spontan
• Histoplasmosis atau blastomikosis yang terjadi pada paru yang sehat
bahkan tidak membutuhkan pengobatan
• Kemoterapi dibutuhkan bila ditemukan adanya pneumonia yang
berat,infeksi cenderung menjadi kronis atau adanya risiko penyakit yang
menjadi lebih parah
• Pasien AIDS atau pasien penyakit imunosupresi lain biasanya
membutuhkan kemoterapi untuk mengatasi pneumonia karena jamur
atau sebab lain.
ASPERGILOSIS BLASTOMIKOSIS

• Invasi aspergilosis paru : pasien • Obat terpilih : ketokonazol oral 400 mg


imunosupresi berat yang tidak berespon sehari selama 6-12 bulan
terhadap pengobatan antijamur • Bisa juga dengan Itrakonazol dengan dosis
• Obat pilihan : amfoterisin B IV 0.5-1.0 200-400 mg sekali sehari
mg/kgbb setiap hari dengan infus lambat • Amfoterisin B dapat diberikan untuk pasien
• Infeksi berat : dosis meningkat hingga 2x yang tidak dapat menerima ketokonazol
• Klinisi sekarang : amfoterisin B diganti (infeksi progresif/gangguan SSP) dengan
dengan vorikonazol mikafungin untuk dosis anjuran 0.4 mg/kgbb/hari selama 10
aspergilosis sitemik (efek samping ringan) minggu

KOKSIDIOIDOMIKOSIS
KANDIDIASIS
• Ditemukan kavitas tunggal di paru/ada infiltrasi
• BILA infeksi tidak mengenai parenkim ginjal fobrokavitas yang tidak responsif terhadap
: amfoterisin B kadar 50 ug/mL dalam air kemoterapi (kronis)
steril • Penyebaran ekstrapulmonar : amfoterisin B IV
• dosis harian : 0.25 mg/kgbb/hari selama 5- (dapat juga digunakan untuk penyakit
7 hari imunosupresi dan AIDS)
• Ketokonazol diberikan untuk terapi supresi
• JIKA ada kelainan parenkim ginjal :
jangka panjang terhadap lesi kulit,tulang,dan
amfoterisin B untuk kandidiasis berat jaringan lunak. (atau itrakonazol 200-400 mg)
• Kandidiasis invasif : vorikonazol & • Meningitis akibat Coccidioides : amfoterisin B
mikafungin
KRIPTOKOKOSIS HISTOPLASMOSIS
• Obat terpilih : amfoterisin B IV 0.4-0.5 • Pasien dengan histoplasmosis paru kronis
mg/kgbb/hari
• Pengobatan dilanjutkan sampai hasil kultur (-)
: ketokonazol 400 mg/hari selama 6-12
• Penambahan flusitosin dapat mengurangi bulan ATAU itrakonazol 200-40 mg1x sehari
pemakaian amfoterisin B menjadi 0.3 • Dapat juga diberikan amfoterisin B IV
mg/kgbb/hari (flusitosin bekerja aditif terhadap selama 10 minggu
amfoterisin  dosis amfoterisin dapat • Pencegahan kekambuhan penyebaran
dikurangiresistensi flusitosin berkurang histoplasmosis pasien AIDS : ketokonazol +
• Flukonazol : terapi supresi untuk pasien AIDS amfoterisin B IV 1x seminggu

MUKORMIKOSIS PARAKOKSIDIOIDOMIKOSIS

• Amfoterisin B IV : obat pilihan untuk • Ketokonazol 400 mg/hari merupakan


mukormikosis paru kronis obat pilihan yang diberikan selama 6-
• Mukormikosis kraniofasial : amfoterisin 12 bulan
B IV • Pada keadaan yang berat dapat
• Disamping melakukan debridement ditambahkan amfoterisin B
dan kontrol diabetes mellitus yang
sering menyertainya
OBAT ANTIJAMUR
UNTUK INFEKSI
DERMATOFIT DAN
MUKOKOTAN
 Dermatofit
Yaitu infeksi jamur yang menyerang kulit, rambut, dan
kuku, biasanya disebabkan oleh epidermofiton dan
mikrosporum
 Mikosis mukokutan,
yaitu infeksi jamur pada mukosa dan lipatankulit yang
lembab, biasanya disebabkan oleh kandida
Jenis antijamur untuk infeksi dermatofit dan mukokutan:
 Griseofulfin,
 Golongan imidazol (mikonazol, klotrimazol,
ekonazol,isokonazol, tiokonazol, dan bifonazol),
 Nistatin, tolnaftat,
 Dan antijamur topikal lainnya ( kandisidin, asam
undesilenat, dan natamisin)
1. Griseofulvin

Griseofulvin akan menghambat pertumbuhan jamur


dermatofit, termasuk epidermofiton, mikrosporum,
dan trikofiton dalam kadar 0,5-3 g/ml.

Terhadap sel muda yang sedang berkembang,


griseofulvin bersdifat fungisid dan fungistatik

Mekanisme kerjanya belum sepenuhnya diketahui,


dan efek fungistatiknya mungkin disebabkan oleh
griseofulvin yang mengganggu fungsi mikrotubulus
atau sintesis asam nukleat dan polimerasi
 Farmakokinetik
 Sangat bergantung pada keadaan fisik obat ini dan
absorbsinya dibantu oleh makanan yang banyak
mengandung lemak.
 Senyawa dalam bentuk partikel yang lebih kecil
(microsized) diabsorbsi 2 kali lebih baik daripada partikel
yang lebih besar.

 Metabolisme terjadi di hati. Metabolit utamanya adalah 6-


metilgriseofulvin. Waktu paruhnya kira-kira 24 jam.
Jumlah yang diekskresikan melalui urin adalah 50% dari
dosis oral yang diberikan dalam bentuk metabolit dan
berlangsung selama 5 hari.
 Kulit yang sakit mempunyai afinitas lebih besar terhadap
obat ini., ditimbun dalam sel pembentuk keratin, terikat
kuat dengan keratin dan akan muncul bersama sel yang
baru berdiferensiasi sehingga sel baru ini akan resisten
terhadap serangan jamur.

 Keratin yang mengandung jamur akan terkelupas dan


digantikan oleh sel baru yang normal. Griseofulvin ini
dapat ditemukan dalam sel tanduk 4-8 jam setelah
pemberian per oral.
 Penggunaan Klinis :
 Diindikasikan untuk dermatofitosis berat pada kulit, kuku,
dan rambut, khususnya yang disebabkan oleh Trichophyton
rubrum, yang memberikan respons lemah terhadap
antijamur lain. Obat ini dapat diberikan bersama
antijamur topikal lain.

 Pemberian secara topikal tidak banyak memberikan efek.


Senyawa griseofulvin dalam bentuk ukuran mikro diberikan
per oral 0,5-1 gram per hari, dalam dosis terbagi(dosis
anak 15 mg/kg BB).
 Efek Samping :
 Reaksi alergi: dapat berupa demam, ruam kulit,
leukopenia, dan reaksi tipe serum sickness.
 Toksisitas langsung: dapat terjadi sakit kepala, mual,
muntah, diare,hepatotoksisitas, fotosensitivitas, dan
gangguan mental. Pada binatang percobaan, griseofulvin
bersifat teratogenik dan karsinogenik.

 Interaksi obat
 Griseofulvin dapat menurunkan aktivitas antikoagulan
warfarin. Barbiturat menurunkan aktivitas griseofulvin
karena barbiturat menginduksi sistem enzim mikrosom.
IMIDAZOL DAN
TRIAZOL
Golongan Imidazol

Imidiazol merupakan obat antijamur spectrum luas dan


resistensinya jarang timbul. Imidiazol tidak diabsorpsi dengan
baik secara oral, kecuali ketokonazol.

Yang termasuk dalam golongan ini adalah :


 mikonazol,
 klotrimazol,
 ketokonazol,
 flukonazol,
 itrakonazol,
 triazol,
Mikonazol

 Sumber dan Kimia


 merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif stabil.
Mempunyai spektrum antijamur yang lebar terhadap jamur
dermatofit.
 Obat ini berbentuk kristal putih, tidak berwarna dan tidak
berbau, sebagian kecil larut dalam air tapi lebih larut
dalam pelarut organik.
 Aktivitas antijamur
 Mikonazol menghambat aktivitas jamur trichophyton,
epidermophyton, micosporim, candida, dan malassezia
furfur. Mikonazol in vitro efektif terhadap beberapa kuman
gram positif.

 Mekanisme kerja
 Mikonazol masuk ke dalam sel jamur dan menyebabkan
kerusakan dinding sel sehingga permeabilitas terhadap
berbagai zat intrasel meningkat.
 Mungkin pula terjadi gangguan sintesis sel jamur yang akan
menyebabkan kerusakan. Obat yang sudah menembus ke
dalam lapisan tanduk kulit akan menetap disana sampai 4
hari.
 Penggunaan klinis
 Mikonazol topical diindikasikan untuk dermatofitosis, tinea
versikolor, dan kandidiasis mukokutan.
 Untuk dermatofitosis sedang atau berat yang mengenai
kulit kepala, telapak, dan kuku sebaiknya menggunakan
griseofulvin.
 Obat ini tersedia dalam bentuk cream 2% dan bedak tabur
yang dipakai 2x sehari selama 2-4 minggu. Cream 2% untuk
penggunaan intravaginal diberikan 1x sehari pada malam
hari selama 7 hari
 Gel 2% tersedia untuk kandidiasis oral. Mikonazol tidak
boleh dibubuhkan pada mata.
 Efek Samping
 berupa iritasi, rasa terbakar, dan masersi memerlukan
penghentian terapi.
 penggunaannya pada trimester pertama sebaiknya
dihindari.
Klotrimazol

 Sumber dan kimia


 berbentuk bubuk tidak berwarna yang praktis tidak larut
dalam air,alkohol, dan kloroform, sedikit larut dalam eter.

 Mekanisme Kerja
 mempunyai efek antijamur dan antibaktreri dengan
mekanisme kerja mirip mikonazol dan secara topical
digunakan untuk pengobatan tinea pedis, kruris, dan
korporis yang disebabkan oleh T. rubrum dan juga untuk
infeksi kulit dan vulvovaginitis yang disebabkan oleh C.
albicans.
 Penggunaan klinis
 Obat ini tersedia dalam bentuk cream dan larutan dengan
kadar 1% untuk dioleskan 2x sehari. Cream vaginal 1% atau
tablet vaginal 100 mg digunakan sekali sehari pada malam
hari selama 7 hari. Atau tablet vaginal 500 mg.

 Efek Samping
 Dosis tunggal pada pemakaian topical dapat terjadi rasa
terbakar, eritema, edema, gatal, dan urtikaria.
TOLNAFTAT DAN
TOLSIKLAT
Tolnaftat dan Tolsiklat

 Tolnaftat adalah suatu tiokarbamat yang efektif untuk


pengobatan sebagian besar dermatofitosis seperti
Epidermophyton, Trichophyton spp., Malassezia furfur
dengan mendistorsi hifa dan menghentikan
pertumbuhan miselia pada jamur yang rentan. tetapi
tidak efektif terhadap candida.

 Tolsiklat merupakan antijamur topikal yang diturunkan


dari tiokarbamat. Namun karena spektrumnya yang
sempit, antijamur ini tidak banyak digunakan.
 Tolnaftat tersedia dalam bentuk krim, gel, bubuk,
cairan aerosol atau larutan topikal dengan kadar 1%
 Digunakan local 2 – 3 kali / hari. Rasa gatal akan hilang
dalam 24 – 72 jam. Lesi interdigital oleh jamur yang
rentan dapat sembuh antara 7 – 21 hari
 Pada lesi dengan hyperkeratosis, tolnaftate sebaiknya
diberikan bergantian dengan salep asam salisilat 10%.
NISTATIN
Nistatin

-Berbubuk kuning
Antibiotik Polien yang
kemerahan
dihasilkan oleh
- Bersifat higroskopis
Streptomyces noursei
- Sukar larut dalam
klorofrom dan eter

- Nistatin tidak
digunakan sebagai
obat sistemik
- Tidak diserap melalui
saluran cerna, kulit
maupun vagina
Aktivitas Anti Jamur

Menghambat pertubuhan
berbagai jamur dan ragi

Tidak aktif terhadap


bakteri protozoa dan
virus
Mekanisme
kerja

Aktivitasnya
tergantung dari
Nistatin hanya akan
adanya ikatan dengan
diikat oleh jamur atau
sterol pada membran
ragi yang sensitif
sel jamur/ ragi
terutama ergosterol

Akibat terbentuknya Sel akan kehilangan


ikatan  perubahan berbagai molekul
permeabilitas kecil
membran sel
Mekanisme
kerja

C. tropicalis, C.
guillermondi & C.
Candida albicans  stellatiodes 
tidak resistensi Resisten bahkan tidak
sensitif terhadap
amfoterisin B
Indikasi

Kandidiasis
mulut, esofagus,
- Infeksi lambung 
Paronikia,
kandida di komplikasi dari
vaginitis dan
kulit, selaput penyakit darah
kandidiasis oral
lendir, yang ganas 
cukup diobati
saluran yang sedang
secara topikal
cerna. mendapat
pengobatan
imunosupresif
Indikasi

Bila tidak
menunjukan
Penyakit diatas
perbaikan
memberikan
setelah
respon yang baik
beberapa hari
terhadap
pengobatan atau
nistatin
pasien dalam
keadaan sakit 
Ketokonazol
Side Effect

Jarang ditemukan efek Mual, muntah dan diare


samping ringan  didapatkan
setelah pemakaian oral

Nistatin tidak
mempengaruhi bakteri,
protozoa dan virus 
pemberian dosis tinggi
tidak menimbulkan
superinfeksi
Posologi

Dosis nistatin dinyatakan dalam unit


tiap 1 mg/ 200 U

Tersedia dalam bentuk=


Krim
Bubuk
Salep
Suspensi
Obat tetes = 100.000 U/gr or mL
Posologi

Per Oral:
Tablet 250.000 dan 500.000 U

Tablet vagina 100.000 U

Untuk kandidiasis mulut dan esofagus pasien


dewasa:
500.000 – 1.000.000 U (3-4 x / hari

Obat tidak ditelan namun ditahan dulu dalam rongga


mulut
Posologi

Pemakaian pada kulit :


2 – 3 kali sehari

Pemakaian tablet vagina :


1 – 2 kali sehari selama 14 hari
ANTIJAMUR
TOPIKAL LAINNYA
Asam Benzoat dan Asam
Salisilat
 Kombinasi asam benzoate dan asam salisilat dalam perbandingan 2:1
(biasanya 6% dan 3%)
 Dikenal sebagai salep whitfield
 Asam benzoate  Fungistatik
 Asam Salisilat  Keratolitik

Indikasi:
1. Tinea Pedis
2. Tinea Kapitis
Cara pemberian:
Dewasa: Oleskan 3-4 kali sehari.
Anak-anak: Oleskan 2 kali sehari
sampai kulit lesi membaik, biasanya
selama 4 minggu.

Efek samping Iritasi ringan pada


tempat pemakaian.
Asam Undesilenat

 Cairan kuning dengan bau khas dan tajam


 Obat ini aktif terhadap Epidermophyton,
Trichophyton dan Microsporum
 Dosis biasa dari asam ini hanya menimbulkan
efek fungistatic tetapi dalam dosis tinggi dan
pemakaian lama dapat memberikan efek
fungisidal.
 Indikasi : Tinea Pedis
 Bentuk salep campuran 
mengandung 5%
Undesilenat dan 20% seng
Undesilenat.
 Bentuk bedak dan
aerosol mengandung 2%
undesilenat dengan 20%
seng undesilenat.
 Efek Samping: pemakaian
pada mukosa dapat
menyebabkan iritasi bila
kadarnya lebih dari 1%.
Haloprogin
 Antijamur sintetik berbentuk kristal putih kekuningan, sukar larut dalam
air tetapi larut dalam alcohol
 Bersifat fungisidal terhadap Epidermophyton, Trichophyton,
Microsporum dan Malassezia furfur.
 Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1%.

Indikasi :
- Tinea Pedis
- Tinea Vesikolor
Efek samping :
Iritasi local, rasa terbakar, vesikel, meluasnya maserasi
dan sensitisasi.
Siklopiroks olamin

 Anti jamur topical spektrum luas


 Indikasi : dermatofitosis, kandidiasi dan
tinea vesikolor
 Bentuk krim 1% dioleskan pada lesi 2
kali sehari.
 Efek samping: reaksi iritatif dapat
terjadi meskipun jarang.
Terbinafin
 Derivat alilamin sintetik
dengan struktur mirip
naftitin.
 Indikasi: Tinea Kruris dan
Tinea Korporis
 Tersedia dalam bentuk
krim 1% dan gel 1%.
 Diberikan 1-2 kali sehari
selama 1-2 minggu
PEMILIHAN
PREPARAT
 Infeksi jamur yang paling sering dijumpai adalah
infeksi nonsistemik. Dermatofitosis dapat diatasi
dengan obat bebas (dapat dibeli tanpa resep dokter)
misalnya tolnaftat dan asam undesilenat. Obat
topikal dengan efektivitas sedang yang digunakan
untuk kelainan ini adalah haloprigin. Infeksi yang
lebih berat biasanya dapat diatasi dengan golongan
imidazole misalnya mikonazol, klotrimazol dll
 Lesi hyperkeratosis pada kuku dan telapak  Asam
salisilat (Efek keratolitik, untuk lesi superfisial)
 Infeksi berat pada kepala,telapak dan kuku 
Griseofulvin
 Onikomikosis  Itrakonazol, Terbinafin
 Tinea versikolor  Selenium sulfida, natrium
tiosulfat 25% + asam salilat 1% atau tolnaftat,
haloprogin dan gol imidazole
 Kandida  Topikal haloprogin, nistatin, amfoterisin
B, mikonazol, klotrimazol dan imidazole lainnya atau
konazol PO
 Pemakaian kombinasi kortikosteroid dan anti jamur
topical hanya untuk jangka waktu pendek pada
infeksi dengan tanda peradangan yang jelas. Bila
peradangan telah reda dan rasa gatal sudah
berkurang maka pengobatan dilanjutkan dengan
menggunakan preparat anti jamur saja, karena
pemakaian kortikosteroid dalam waktu berbulan-
bulan dapat menyebabkan atrofi kulit
 Amfoterisin B merupakan antijamur yang efektif
untuk infeksi sistemik yang berat. Tetapi karena
toksisitasnya, obat ini harus diberikan dengan infus
di rumah sakit oleh tenaga yang kompeten
 Vorikonazol merupakan antijamur untuk infeksi
sistemik yang spektrumnya luas, diberikan peroral
dan toksisitasnya relative rendah. Data uji
komparatif membuktikan vorikonazol lebih aktif
terhadap Aspergillus sp daripada amfoterisin B

Anda mungkin juga menyukai