2. Yuddy Apriansyah Sanjaya ( 31161044 ) Antifungi adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh jamur .
Secara umum,mekanisme kerja antifungi terdapat 2 macam, gangguan pada
Membran sel dan gangguan pada sintesis asam nukleat dan protein. Gangguan pada membran sel
• Gangguan ini terjadi karena adanya ergosterol dalam sel jamur.
• Turunan imidazol menimbulkan ketidakteraturan membran sitoplasma jamur ketidak seimbangan metabolik sehingga menghambat pertumbuhan ata menimbulkan sel jamur. Penghambat sintesis asam nukleat dan protein jamur • Disebabkan oleh senyawa turunan primidin. • Senyawa turunan primidin mampu mengalami metabolisme dalam sel jamur menjadi suatu antimetabolit. Metabolik antagonis tersebut kemudian bergabung dengan RNA dan kemudian menghambat sintesis asam nukleat dan protein jamur. • Griveseofulvin yang mampu mengikat protei mikrotubull dalam sel, kemudian merusak struktur spindle mitotic. ANTI JAMUR • Infeksi yang disebabkan oleh jamur disebut mikosis. • Infeksi jamur secara umum dibedakan menjadi infeksi jamur sistemik dan topikal (dermatofit dan mukokutan). • Antijamur untuk infeksi sistemik : Amfoteresin B, flusitosin, grup azol (ketokonazol, flukonazol, itakonazol0, kalium ioda. • Antijamur untuk infeksi topikal : Griseofulvin, imidazol, tolnaftat, nistatin, kandisilin, asam salisilat, asam undesilinat, haloprogin, natamisin. Amfoterisin B • Merupakan hasil fermentasi dari streptomyces nodous. • Menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang. • Bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung dosis. • Efek menghambat sitoplasma capsulatum, Cryptococus neoformans, Candida, Blastomyces dermatitis, aspergillus. Flusitosin • Spektrum anjtijamur sempit • Efek untuk kriptokokosis, kandidiosis, kromomikosis, aspergilosisrasil. Sintesis protein sel jamur • Mekanisme kerja : Flusitosin masuk kedalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-fluorourasil. Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit 5fu. Flusitosin • Farmakokinetik : diserap dengan cepat dan baik melalui sal.cerna, distribusi keseluruh tubuh, ekresi oleh ginjal • Indikasi : kromoblastomikosis, miningitis (Kombinsi dengan amfoterisin B) • Efek samping : toksisitas hermatologik, gangguan hati, gangguan cerna. • Sediaan : kapsul • Dosis : 50-150 mg/kg BB dehari di dalam 4 dosis, lakukan penyesuaian dosis pada penderita insufisiensi ginjal Ketokonazol • Efek terhadap Candida, Coccodioides immitis, Cryptococcus, H. Capsulatum, Aspergillus. • Mekanisme kerja : berinteraksi dengan enzim P-450 untuk menghamabt femitilasi lanosterol menjadi ergosterol yang penting untuk membran jamur. • Farmakokinetik : diserap baik melalui sal. Cerna, distribusi urin, kel.lemak, air ludah, kulit, tendon, cairan sinovial. Ekresi melalui empedu, sebagaian kecil ke urin. • Indikasi : histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan lemak, kriptokokosis, kandidosis. Ketokonazol • Efek samping : gangguan sal.cerna, efek endokrin (ginekosmatia, penurunan libido, impotensi, ketidakteraturan menstruasi) • Kontra indikasi : tidak boleh diberikan bersamaan dengan amfoterisin B Griseofulvin • Jamur yang menyebabkan infeksi jamur superfisial disebut dermatofit. • Mekanisme kerja : obat ini masuk ke dalam sel jamur, berinteraksi dengan mikrotubulus dalam jamur dan merusak serat mitotik dan menghambat mitosis. • Farmakokinetik : absorpsi baik bila diberikan bersama makana berlemak tinggi, distribusi baik ke jaringan yang terkena infeksi, inducer P-450, ekskresi melalui ginjal. Nistatin • Merupakan antibiotik polien. • Mekanisme kerja ; berkaitan dengan ergosterol pada membran jamur, permeabilitas menigkat, sel jamur. • Indikasi : kandidasi kulit, selaput lendir, dan saluran cerna. • Efek samping : jarang ditemukan, mual, muntah, diare ringan Mikonazol dan obat topikal lain • Mikonazol, klotrimazol, ekonazol aktif secara topikal jarang digunakan parental. • Efek samping : iritasi, rasa terbakar. • Mekanisme kerja : distribusi sama dengan ketokonazol. • Sediaan : mikonazol krim 2%, gel 2%, klotrimazol krim 1%. DAFTAR PUSTAKA • Lewis, R. (2011). Current Concepts in Antifungal Pharmacology. Mayo Clin Proc. 86(8), pp. 805–817. • Roemer, T. Krisan, D. (2014). Antifungal Drug Development: Challenges, Unmet Clinical Needs, and New Approaches. Cold Spring Harb Perspect Med. 4(5), pp. a019703. • Dermnet New zealand (2003). Oral Antifungal Medication. • NHS Choices UK (2017). Health A-Z. Antifungal Medicines. TERIMAKASIH