Anda di halaman 1dari 32

Penghambat Sintesis

Protein Bakteri

Dr drg Didi Nugroho Santosa MSc


Bagian Biologi Oral Subdivisi Farmakologi
FKG Universitas Trisakti
Pendahuluan
• Antibiotik penghambat sintesis protein bakteri:
- Tetrasiklin
- Kloramfenikol
- Aminoglikosida
- Makrolid
- Linkosamid
• Mengganggu tahap awal sintesis protein → pengikatan t RNA
dan aktivitas peptidyl transferase
Mekanisme Kerja
• Mengganggu tahap awal
sintesis protein →
pengikatan t RNA dan
aktivitas peptidyl
transferase
AMINOGLIKOSIDA
• Derivatnya antara lain:

- Amikasin - Gentamisin
- Kanamisin - Netilmisin
- Streptomisin - Tobramisin
- Neomisin
Mekanisme Kerja
• Berikatan dengan ribosom 30S untuk menghalangi sintesis
protein:
- mengganggu pembentukan kompleks inisiasi

- menyebabkan kesalahan baca mRNA dan koding asam amino


pada rantai peptida yang sedang dibentuk

- menyebabkan ribosom terpisah dari mRNA


Farmakodinamik
• Efek bakterisid cepat

• Karena mekanisme kerjanya mengacaukan proses translasi →


efek bakterisid tetap ada sekalipun kadar obat dalam plasma
menurun

• Efek pasca antibiotik


Farmakokinetik
• Sangat larut dalam air → sukar menembus membran sel →
diberikan secara parenteral

• Sulit menembus sawar darah otak

• Diakumulasi di telinga dalam dan korteks ginjal → ototoksik


dan nefrotoksik
Indikasi Klinis
• Digunakan untuk infeksi bakteri Gram negatif yang berat
(Enterobakter, Proteus, Klebsiela, Pseudomonas, E.coli,
Serratia) di saluran nafas, cerna, kemih; tulang, kulit, jaringan
lunak, darah

• Sering dikombinasi dengan antibiotik penghambat sintesis


dinding sel → sinergistik
Indikasi Klinis
• Sediaan parenteral gentamisin sering digunakan sebagai obat
terpilih

• Streptomisin sering dikombinasi dengan antibakteri lain untuk


mikobakteri

• Neomisin digunakan secara topikal untuk kulit; diberikan per


oral untuk efek topikal di saluran cerna
Resistensi
• Terjadi pada beberapa bakteri anaerob → mengubah protein di
ribosom sehingga aminoglikosida tidak dapat berikatan

• Inaktivasi aminoglikosida dengan ensim sehingga mengurangi


kemampuannya untuk berikatan dengan ribosom
Efek Samping
• Ototoksik (pendengaran dan keseimbangan) → ireversibel

• Nefrotoksik → reversibel

• Blokade neuromuskular → paralisis otot terutama pada pasien


miasthenia gravis
MAKROLID
• Mempunyai cincin lakton

• Prototipe: Eritromisin
• Derivat lain: Spiramisin
Roksitromisin
Klaritromisin
Azitromisin
Telitromisin
Mekanisme Kerja
Mekanisme Kerja
• Mengikat ribosom subunit 50 S, sama seperti klindamisin dan
kloramfenikol → mempunyai mekanisme resistensi yang sama

• Mencegah translokasi asam amino

• Bersifat bakterisid atau bakteriostatik, tergantung


konsentrasinya
Indikasi Klinik
• Berspektrum lebar → Gram positif, Gram negatif, anaerob,
mikoplasma seperti Borelia, klamidia, treponema, helicobacter,
clostridium tetani

• Untuk infeksi jaringan lunak, genital dan saluran kemih, akne


vulgaris, mata
Indikasi Klinik
• Klaritromisin memiliki aktivitas yang lebih luas dari eritromisin
→ untuk Helicobacter pylori

• Klaritromisin dan azitromisin memiliki aktivitas terhadap Gram


negatif → Haemofilus influenza; penetrasi ke paru dan
makrofag lebih baik dari eritromisin
Indikasi Klinik
• Azitromisin adalah OPU untuk community- acquired
pneumonia dan aktif untuk mikobakterium avium untuk
pasien dengan daya tahan tubuh lemah

• Klaritromisin mempunyai indikasi serupa


Farmakokinetik
• Eritromisin tidak tahan terhadap asam

• Eritromisin per oral dirusak asam lambung, diberikan dalam


bentuk ester stearat; diberi selaput tahan asam

• Adanya makanan menghambat absorpsinya


Farmakokinetik
• Distribusi dengan baik ke seluruh tubuh kecuali ke CSS

• Dimetabolisme secara extensif oleh sitokrom P450 di hati

• Ekskresi sebagian besar lewat empedu dan mengalami sirkulasi


enterohepatik
Spiramisin
• In vitro → daya antibakteri lebih lemah dari eritromisin

• Diberikan per oral, absorpsi cepat

• Kadar dalam jaringan jauh melebihi eritromisin dan bertahan


lama
Roksitromisin, Klaritromisin
• Derivat eritromisin

• Diserap dengan baik pada pemberian per oral, lebih


jarang mengiritasi lambung

• Bioavailabilitas tidak terpengaruh oleh adanya


makanan di lambung
Roksitromisin, Klaritromisin

• Masa paruh eliminasi 10 jam → 2X/hari

• Dosis:
2 X 150 mg / hari (roksitromisin)
2 X 500 mg / hari (klaritromisin)
Azitromisin
• Indikasi seperti eritromisin

• Absorpsi cepat, terganggu oleh adanya makanan di lambung

• Kadar di jaringan dan sel fagosit sangat tinggi


Azitromisin
• Waktu paruh eliminasi 3 hari

• Dosis: 1 X 500 mg / hari selama 3 hari

• Tidak menghambat sitokrom P-450, tidak menimbulkan


interaksi obat
LINKOSAMID
• Derivatnya adalah Linkomisin dan Klindamisin

• Linkomisin sudah ditinggalkan → daya anti bakteri lebih lemah


dan absorpsinya kurang baik dibandingkan klindamisin

• Derivat yang ada: Klindamisin


Klindamisin
• Mekanisme kerja dan resistensinya mirip dengan eritromisin,
tetapi tidak ada reaksi alergi silang

• Efektif untuk bakteri Gram positif, kurang baik untuk bakteri


Gram negatif, kecuali terhadap Bacteroides fragilis (anaerob)
Farmakokinetik
• Absorpsi per oral hampir lengkap, tidak dipengaruhi oleh
adanya makanan

• Distribusi baik ke seluruh tubuh kecuali ke CSS; penetrasi ke


tulang sangat baik →efektif untuk osteomyelitis oleh bakteri
Gram positif

• Metabolisme ekstensif; ekskresi melalui empedu dan urin


Mekanisme Kerja
• Menghambat sintesis protein bakteri dengan cara berikatan
dengan ribosom sub unit 50S

• Mencegah translokasi asam amino di ribosom


Indikasi Klinik
• Secara topikal untuk akne vulgaris, rosacea dan vaginosis

• Secara sistemik, untuk bakteri Gram positif

• Juga untuk bakteri anaerobik Gram negatif, khususnya


Bacteroides fragilis
Indikasi Klinik
• Spektrum luas, untuk infeksi serius pada paru, kulit dan
jaringan lunak, septikemia, intra-abdominal, pelvis

• Pada anak, untuk otitis media rekuren yang tidak dapat diobati
dengan antibiotik lain
Efek Samping
• Kolitis pseudomembranosa akibat pertumbuhan berlebih
Clostridium difficile → dapat fatal → diare, keram perut,
ekskresi darah dan mukus

• Terapi: Vankomisin 4 x 125 mg (7-10 hari)


Metronidazol 3 x 500 mg

Anda mungkin juga menyukai