Anda di halaman 1dari 91

Antibiotika penghambat sintesa

protein bakteri
Drh.Asih Rahayu,M.Kes
TOPIK SEBELUMNYA :
PENGGOLONGAN ANTIBIOTIKA BERDASARKAN
MEKANISME KERJA

1. Menghambat / inhibitor / merusak sintesis dinding


sel bakteri kemoterapeutika 2, antibiotika
yang bekerja pada dinding sel bakteri
2. Menghambat sintesis protein sel bakteri
3. Menghambat sintesis Nucleic Acid : menghambat
replikasi DNA & menghambat transkripsi DNA
4. Menghambat sintesis membran plasma sel bakteri
(mengganggu keutuhan membran sel bakteri
5. Menghambat sintesa metabolit ( mengganggu
aktivitas enzym)
SITUS AKSI & MEKANISME KERJA

TRANSKRIPSI TRANSLASI
DNA
PROTEIN
REPLIKASI

ENZYM

• MODEL BAKTERIA
Antibiotika penghambat sintesis protein
bakteri
• Menghambat sintesa
pro tein bakteri • NOTED :
dengan cara terikat • Ribosom bakteri
secara spesifik pada (70S) : terdiri dari
ribosom bakteri subunit 50S & 30S
• Target antibiotika ini • Ribosom mamalia
pada tahap inisiasi (80S) : terdiri dari
& elongasi rantai subunit 60S & 40S
polypeptida
Biosintesa protein bakteri
• ada 3 tahap yaitu inisiasi, elongasi, terminasi.
• Inisiasi :
proses translasi pada prokariota berupa penggabungan mRNA , subunit
ribosom 30S & formilmetionil –tRNA /f-met-tRNA

membentuk kompleks inisiasi 30S  + 50S ribosom  kompleks inisiasi 70S

• Elongasi :
pengikatan aminoasil-tRNApada situs A ribosom & pemindahan rantai peptida
yang tumbuh dari tRNA yang ada pada situs P ke arah situs A  ikatan peptida

• terminasi
Antibiotika penghambat sintesis protein
bakteri (Pada unit ribosom 30S)
GOLONGAN
TETRASIKLIN GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA

1. Tetrasiklin 1. Streptomisin
2. Neomisin
2. Klortetrasiklin
3. Kanamisin
3. Oksitetrasiklin 4. Gentamisin
4. Demeklosiklin 5. Tobramisin
5. Doksisiklin 6. Amikasin
6. Minosklin 7. Netilmisin
GOLONGAN TETRASIKLIN

 Terdiri dari 4 cincin yang bergabung dengan 2


ikatan terkonjugasi.
 Substansi pada cincin memungkinkan perubahan
sifat farmakokinetik & spektrum aktivitasnya
terhadap bakteri
Noted :
 klortetrasiklin / aureomisin, diisolasi dari
Streptomyces aureofaciens. (1945) oleh Benjamin
Minge Duggar yang diisolasi dari Streptomyces
aureofaciens.
 oksitetrasiklin / terramisin oleh Finlay dkk, diisolasi
dari Streptomyces rimosus.
 1952 : tetrasiklin Sintetis oleh Lloyd Conover (pfizer)
& Robert Woodward
Rumus kimia &
Struktur molekul tetrasiklin
• C22H24N2O8
Cara masuk tetrasiklin ke dalam sel bakteri

• Pada Gram negatif:


masuk secara difusi pasif melalui pori pori hidrofilik
pada membran luar sel bakteri & melalui penyerapan
sistim transport aktif (membutuhkan energi)/
memompakan tetrasiklin melalui membran sitoplasma)
(hal ini membutuhkan protein periplasmik sebagai
pembawa).

• Pada Gram positif


diduga melalui sistim transport aktif (membutuhkan energi)
Mekanisme kerja tetrasiklin
• berikatan secara spesifik dan reversibel dengan SU
ribosom 30S

• menghambat masuknya amino asil-tRNA ke dalam


kompleks mRNA-ribosom

• penambahan AA untuk pemanjangan rantai peptida


terhambat

• sintesa protein bakteri terhambat


Spektrum tetrasiklin
• Broad spectrum
• Bakteriostatic
• Secara sistemik Dapat digunakan untuk : sinusitis,
metritis, pneumonia, mastitis, enteritis,
leptospirosis, shipping fever, listeriosis,
anaplasmosis, penyakit jembrana , anthrax
• Secara topikal : salep kulit, mata
• Efektif terhadap Chlamydia, Mycoplasma, Vibrio,
Spirochaeta / Borrelia
resistensi

• Escherechia coli,
• Pseudomonas
aeruginosa,
• Streptococcus RESISTEN
TERHADAP
pneumoniae,
TETRASIKLIN
• Neisseria, Bacteroides,
• Shigella,
• Staphylococcus aureus
MEKANISME Resistensi

1. bakteri memproduksi pompa protein  memompa tetrasiklin


keluar dari sel bakteri.
• Protein (TetA) yang dicoding oleh plasmid bakteri dapat
dipindahkan antar bakteri melalui mekanisme transduksi /
konjugasi.
• Resistensi terhadap 1 jenis tetrasiklin dapat menyebabkan
resistensi silang terhadap jenis tetrasiklin lainnya kecuali
terhadap MINOSIKLIN ( pada resistensi S.aureus ) dan
DOKSISIKLIN ( pada resistensi Bacteroides fragilis )
2. Inaktivasi oleh enzim  perubahan struktur ribosom bakteri
sehingga mempengaruhi ikatan tetrasiklin dengan ribosom
Farmakokinetik tetrasiklin
ABSORPSI
• Absorpsi cepat tetapi tidak sempurna

• Pada lambung kosong penyerapan :


 Klortetrasiklin 30%
 Oksitetrasiklin . Tetrasiklin, demeklosiklin 60
-80%
 Doksisiklin 95%
 Aminoksiklin 100%
Farmakokinetik tetrasiklin
ABSORPSI
• Absorpsi sebagian besar terjadi di lambung dan usus halus
bagian depan
• Absorpsi dihambat oleh :
 suasana pH tinggi ( basa)
 Pembentukan kompleks tetrasiklin dengan senyawa logam
eg. :
 Aluminiun hidroksida, kalsium dan magnesium ( zat yang
biasa terdapat dalam antacida )
Zat besi

• Doksisiklin & minosiklin diserap dengan baik pada pemberian p.o


• Doksisiklin lebih sering digunakan p.e
Farmakokinetik tetrasiklin
DISTRIBUSI
• Ke Seluruh tubuh terutama pada jaringan yang
pertumbuhan dan metabolismenya cepat.
• Terdapat dalam peredaran darah dalam jangka waktu
yang lama setelah pemberian dihentikan ( karena
sirkulasi enterohepatik)
• Ditemukan dalam air susu dalam kadar yang cukup
tinggi
• Semua golongan tetrasiklin dapat melewati placenta
sehingga dapat terdeposit pada tulang dan gigi janin
• Ditemukan dalam hepar, ren, lien, kulit, kalsifikasi
(gigi, tulang, tumor/ carcinoma lambung)
Farmakokinetik tetrasiklin
DISTRIBUSI

• Dapat masuk ke cairan cerebrospinal tetapi


kadar tidak cukup sebagai efek therapeutik
kecuali MINOSIKLIN
• Minosiklin dapat masuk ke jaringan otak (tanpa
memerlukan kondisi inflamasi) , saliva dan air
mata
Metabolisme tetrasiklin
• Dimetabolisme dalam hepar & dikonjugasi membentuk
senyawa GLUKORONIDA
• Tetrasiklin atau metabolit nya diekskresikan oleh empedu
• Dieliminasi pada urine (filtrasi glomerulus) & feces
(umumnya berbentuk konjugat non aktif)
• Pada Pemberian po , 20-55% diekskresi melalui urine
• Pada Pemberian pe, diekskresi oleh empedu melalui
saluran cerna
• Sebagian besar tetrasiklin diserap ulang pada usus
(sirkulasi enterohepatik) dan difiltrasi glomerulus (urine)
Metabolisme tetrasiklin

• Kelainan pada SALURAN EMPEDU,


HEPAR, REN dapat MEMPERPANJANG
WAKTU PARUH
• Doksisiklin dapat digunakan untuk infeksi
pada penderita yang memilki gangguan ginjal
(karena dapat diekskresikan melalui empedu
ke feces)
Efek samping tetrasiklin

• Gangguan lambung / epigastrik :


irritasi mucosa lambung ( dapat diatasi dengan
cara pemberian bersama makanan non susu)
• Efek terhadap jaringan :
dapat terjadi deposisi pada tulang & gigi
selama calcifikasi sehingga hipoplasia & dapat
terjadi warna kuning pada gigi serta
hambatan tumbuh sementara
KONTRAINDIKASI tetrasiklin
• PASIEN DENGAN GANGGUAN FUNGSI GINJAL 
solusinya pakai DOKSISIKLIN
• Pasien AZOTEMIA dapat terjadi degradasi AA
• PREGNANCY & MENYUSUI
• MASA PERTUMBUHAN
• Makanan & minuman mengandung SUSU
• ANTACIDA eg. Al(OH)3, Natrium bikarbonat, garam
Calcium & Magnesium, Zat Besi  dapat
mengakibatkan penurunan absorpsi tetrasiklin melalui
pembentukan khelat & peningkatan pH lambung
GOLONGAN
AMINOGLIKOSIDA

• Merupakan Drug of choice untuk bakteri


Gram negatif
• Efek sampingnya tinggi  sehingga
digantikan dengan sefalosporin generasi III,
fluorokuinolon, imipenem/silastatin
Mekanisme aksi aminoglikosida
• Difusi Melalui kanal porin • Menyebabkan kesalahan dalam
pembacaan / coding genetik mRNA
pada membran luar sel dan menyebabkan termina si
bakteri Gram negatif yang premature , mengganggu proses
rentan (sensitif) agregasi dan pengum pulan
polysom menghasilkan protein
• Dibawa dengan sistim yang defektif
transpor aktif yang
bersifat oxygen-dependent • Synergismenya dengan antibiotic β-
melalui membran lactam :
sitoplasma bakteri penghambatan pembentukan dinding
sel bakteri oleh antibiotika beta
• Berikatan dengan ribosom
laktam dapat meningkatkan difusi
30S secara irreversibel aminoglikosida ke dalam bakteri
sehingga proses inisiasi
tidak berlanjut
Spektrum aminoglikosida
• Efektif untuk infeksi • Amikasin, gentamisin,
tobramisin, streptomisin : perlu
bakteri Gram kombinasi / efek sinergis
negatif anaerob (eg. Eg.
GENTAMISIN / STREPTOMISIN
Psedomonas + VANKOMISIN / β-LAKTAM
aeruginosa)  EFEKTIF untuk Enterococcus
Gram positif (yang umumnya
• Synergisme : dengan resisten)
antibiotika golongan
• Efektif terhadap infeksi Gram
β-lactam atau negatif Pseudomonas aeruginosa,
vankomisin Francisella tularensis, Brucella
sp, Klebsiella sp
• Bakterisidal
RESISTENSI
• Terjadi Karena • Sintesis enzim yang
penurunan asupan akibat dikode plasmid ( asetil
perubahan pada sistim transferase, nukleotidil
transpor aminoglikosida transferase, fosfo
yang tergantung kepada transferase) akan
oksigen atau kanal porin. mengubah dan
memgaktifkan antibiotik
• Penurunan afinitas
aminoglikosida.
ribosom SU 30S yang
• Netilmisin dan amikasin
aktif berikatan dengan
tidak mudah rusak oleh
aminoglikosida
enzim tersebut.
farmakokinetika
• Struktur polikationik & • Efek baterisid
Polaritasnya tinggi tergantung kadar dan
menyebabkan penyerapan
secara p.o kurang baik
lama penggunaannya
• Baik diberikan Per enteral • Mempunyai post
kecuali neomisin ( biasanya antibiotic effect
secara topikal kulit atau p.o sehingga diberikan 1
untuk profilaksis bedah
kali sehari
gastrointestinal)
• Neomisin ,tidak diberikan
secara p.e karena beresiko
nefrotoksik
Distribusi, metabolisme
• Kadar di dalam jaringan • Melewati plasenta
rendah • Tidak dimetabolisme,
• Penetrasi pada CSF sangat langsung eksresi secara
sedikit walaupun ada
cepat bersama urine
keradangan kecuali
Neomisin p.e ( intra
tekal /intra ventrikuler)
• Kadar tinggi di korteks
renal ; endolimfa&
perilimfa telinga berakibat
nefrotoksik, ototoksik
Efek samping
• Gentamisin, tobramisin, netilmisin, amikasin !!

• Nefrotoksik
• Ototoksik
• Paralisis neuromuskular
• Alergi /dermatitis (neomisin)
GENTAMISIN

• Aminoglikosida yang paling banyak digunakan


• Spektrum luas
• Tidak efektif terhadap bakteri anaerob,
Streptococcus hemolyticus, Pneumococcus
GENTAMISIN
• Pemberian secara p.e : untuk Gram negatif yg sensitif 
Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Serratia, E.coli.,
Enterobacter.
• Pemberian secara p.o penyerapan kurang baik
• Tidak dimetabolisme / diekskresikan secara utuh, sebagian
kecil ditemukan pada empedu
• Ikatan dengan protein plasma rendah
• Waktu paruh 2-3 jam ( pada penderita gangguan ginjal, waktu
paruh makin panjang dan kadar dalam plasma meningkat)
• Memiliki post antibiotic effect  dapat diberikan 1 kali sehari
untuk mengurangi toksisitas
GENTAMISIN
• Nefrotoksik, ototoksik
• Menembus placenta  terakumulasi pada janin
• Kontra indikasi : hipersensitiv, kebuntingan, kelainan fungsi
hepar , kelainan rongga telinga
• Efek samping sama dengan aminoglikosida pd umumnya
• Gentamisin + furosemid / asam etakrinat  ototoksisitas
• Gentamisin + anastesi / opioid  depresi pernafasan akut
• Gentamisin + bifosfonat  hipokalemia
• Gentamisin + ampsilin / benzilpenisilin / β-laktam yang
lain  sinergis
KANAMISIN
• Dari jamur Streptomyces • Kurang selektif  efek
kanamyceticus samping dan toksisitas ,
• Spektrum luas telinga berdenging dan
• Mengikat SU Ribosom alergi, nefrotoksik, sakit
30S proses translasi kepala, mual, muntah,
RNA terhambat diare.
• Menyebabkan kesalahan • Hindari pemakaian
kodon oleh aminoasil bersama polimiksin,
tRNA  AA yang basitrasin, kolis tin,
terbentuk salah protein amfoterisin B, sisplatin,
tsb membunuh mikroba vankomisin, diuretik
KANAMISIN
NEOMISIN
• Dari Streptomyces
fradiae
• Umumnya diberikan
secara topikal
• Per oral tidak diserap
secara baik. Hanya dapat
bekerja secara lokal
• Tidak diberikan secara
per enteral (toksik)
• Nefrotoksik
STREPTOMISIN
• Sangat polar  sulit diserap
saluran cerna ; sulit masuk
dalam jaringan, kadar dalam
jaringan rendah tetapi kadar
dalam korteks ginjal,
endolimfa/ perilimfa telinga
tinggi
• Per enteral • Secara i.m sering iritasi
• Separuh dari streptomisin • Toksik terhadap saraf otak
dalam plasma terikat oleh gangguan vestibular :
protein plasma pusing, nausea, vomit,
• Ekskresi melalui empedu gangguan keseimbangan
• Neurotoksik
Antibiotika penghambat sintesis protein
bakteri
(Pada unit ribosom 50S)
1. GOLONGAN MAKROLIDA
2. KLORAMFENIKOL
3. SPEKTINOMISIN
4. KLINDAMISIN
5. MUPIROSIN
6. GOLONGAN STREPTOGRAMIN :
1. Quinupristin
2. dalfopristin
7. ASAM FUSIDAT
8. LINKOMISIN
9. LINEZOLID
1.GOLONGAN MAKROLIDA
 Mempunyai struktur makrolid
 Eritromisin lakton yang mendapat tambahan
1 atau lebih gula deoksi
 Azitromisin  Eritromisin merupakan yg
pertamakali ditemukan
 Kaitromisin  Sebagai alternatif terhadap
penderita yg alergi terhadap
 Rolsitromisi penisilin dan beta laktam
antibiotika
n  Berikatan secara reversibel pada
ribosom sub unit 50S bakteri
 Telitromisin  Menghambat tahap translokasi
pada sintesis protein
ERITROMISIN

• Berasal dari Streptomyces erythreus,


Sacharopolyspora erythraea, Sarcina lutea

Efektif terhadap Treponema pallidum,


Corynebacterium diphtheriae, Chlamydia
pneumoniae, Chlamydia trachomatis,
Mycoplas ma pneumoniae
RESISTENSI
• Resistensi bakteri terhadap eritromisin karena :
 Ketidakmampuan bakteri mentransport antibiotik ke
dalam sel atau adanya pompa efluks yang dapat
memompa antibiotik ke luar sel bakteri sehingga kadar
obat intraseluler berkurang
 Penurunan afinitas subunit ribosom 50S terhadap
antibiotik sebagai akibat metilasi adenin pada RNA
ribosomal bakteri subunit 23S
 Kehadiran plasmid yang berhubungan dengan
eritromisin esterase
ADME
• Eritromisin p.o tIdak dapat diserap secara baik
• Klaritromisin, azitromisin, telitromisin stabil pada asam
lambung & dapat diserap secara baik
• Makanan mengganggu absorpsi eritromisin & azitromisin
• Makanan meningkatkan absorpsi klaritromisin
• Eritromisin didistribusi secara baik pada cairan tubuh
kecuali CSF
• Eritromisin dapat berdifusi ke prostat & dapat terakumulasi
pada makrofag sehingga inflamasi memberikan penetrasi
eritromisin ke dalam jaringan lebih baik
ADME
• Makrolida terakumulasi pada hepar
• Klaritromisin, azitromisin, telitromisin secara
luas terdistribusi ke dalam jaringan
• Kadar serum dari azitromisin rendah, dan tera
kumulasi pada netrofil, makrofag,
fibroblast , waktu paruh panjang dan
distribusinya paling luas dibanding makrolida
lainnya
ADME
• Eritromisin & telitromisin dimetabolisme secara ekstensif ;
menghambat oksidasi sejumlah obat melalui interaksi
dengan sistim sitokrom P450
• Klaritromisin berinteraksi dengan teofilin & karbamazepin
sehingga metabolisme ke2 obat tersebut terganggu
• Eritomisin & azitromisin diekskresikan dalam bentuk aktif di
dalam empedu; reabsorpsi secara enterohepatik; metabolit
inaktif diekskresikan ke urine
• Ekskresi klaritromisin dan metabolitnya di eliminasi melalui
hepar & ginjal
• Efek samping : gangguan epigastrik, cholestatic jaundice,
ototoksisitas
• Kontraindikasi : penderita gangguan hepar & ginjal
2. kloramfenikol
 Broad spectrum
 Toksisitas cukup tinggi
 Dari Streptomyces venezuelae
 Bakteriostatik ; bakterisid
terhadap S. pneumoniae, N.
meningitidis, H. influenzae
 Terutama untuk Salmonella • Dari Streptomyces
 Efek samping : anemia aplastik venezuelae
 Dapat mempengaruhi sintesis
protein pada sitokrom
mitokondria mamalia &
menimbulkan efek toksik pada
sumsum tulang
Mekanisme kerja kloramfenikol
• mencegah penambahan asam amino pada
pembentukan rantai peptida dengan mengganggu
pengikatan kompleks asam amino-asil-tRNA ke
subunit 50S. hambatan sintesa protein
• Menghambat enzim peptidil transferase yg berperan
sbg katalisator pembentukan ikatan peptida pd sintesa
protein sehingga ikatan peptida tidak terbentuk

• hambatan sintesa protein


resistensi
Resistensi disebabkan :
 Pengaruh enzim kloramfenikol asetil-transferase
bakteri  tidak bisa berikatan dengan subunit
ribosom 50S bakteri
 akibat perubahan permeabilits dinding sel bakteri
Sediaan kloramfenikol
• Kloramfenikol sodium suksinat : i.m, i.v ; hidrolisis di hepar
• Kloramfenikol glisenat
• Kloramfenikol palmitat : p.o ; hidrolisis di hepar
• Kloramfenikol murni : kapsul
• Kloramfenikol larutan dalam propilen glikol 15 -20 % : injeksi

• UNTUK HEWAN TERNAK KONSUMSI (PENGHASIL


PANGAN) tidak diperbolehkan diberikan secara internal /
sistemik
• Pemberian p.o pada ruminantia : absorpsi kurang baik 
dihidrolisis oleh mikroba rumen
Toksisitas kloramfenikol
• Anemia aplastik pada manusia
• Diskrasia darah pada kucing
• Kematian flora normal usus berakibat diare,
konstipasi, vomit, flatus
• Ataxia, inkoordinasi pada kucing
• Memperpanjang waktu anestesi barbiturat pada
anjing, kucing, mencit
• Menurunkan protrombin  mempengaruhi
pembekuan darah
ANTIBIOTIKA
PENGHAMBAT SINTESA
ASAM NUKLEAT
Antibiotik penghambat sintesis asam
nukleat /DNA
1. Inhibitor sintesis prekursor asam nukleat :
sulfonamid, trimetoprim
2. Inhibitor DNA-girase :
 kuinolon
kuinolon generasi I (asam nalidiksat)
kuinolon generasi ke II (norfloksasin, siprofloksasin,
ofloksaksin)
kuinolon generasi ke III (levofloksasin, moxifloksasin,
gatifloksasin, sparfloksasin)
kuinolon generasi IV (trovafloksasin)
 fluorokuinolon
3. Inhibitor RNA –polimerase : rifampisin
SULFONAMID
INHIBITOR SINTESIS PREKURSOR
ASAM NUKLEAT
CARA KERJA

 Sebagai Antagonis kompetitif dari PABA ( Para Amino


Benzoic Acid)  menghambat penggunaan PABA
oleh bakteri yang dibutuhkan untuk sintesis asam
folat (pteroyl glutamic acid)
 Sebagai Penghambat kompetitif dihidropteroat
sintase yang merupakan enzim pada bakteri yang
mengubah senyawa PABA menjadi asam
dihidropteroat (prekursor asam folat) sehingga
pembentukan asam dihidrofolat dihambat

biosintesa asam nukleat dihambat


AKTIVITAS
• bersifat bakteriostatik tetapi pada kadar yang tinggi
dalam urine dapat bersifat baktericid
• Telah banyak bakteri yang resisten terhadap
sulfonamid : Streptococcus pyogenes, Streptococcus
pneumoniae, Haempphilus influenzae, Haemophilus
ducreyi, Nocardia, Actinomyces, Calymatobacterium
granulomatis, Chlamydia trachomatis
• P.O : penyerapan 70%-100% (terutama pada usus halus)
& ditemukan dalam urin 30 menit setelah dikonsumsi
• Kadar obat maksimal dalam plasma diperoleh setelah 2-6
jam
macam sulfonamid
• Sulfanilamid
• Sulfadiazin
• Sulfametoksazol
• Sulfisoksazol
• Sulfasetamid
• dll
• Sulfonamid Berdasar kecepatan absorpsi & ekskresinya :

1. Diserap & diekskresikan secara cepat , waktu paruh


sekitar 10-11 jam : e.g sulfisokzasol, setamid,
sulfadiazin
2. Sulit diabsorpsi secara p.o , hanya aktif di lumen usus :
e.g. Sulfasalazin
3. Sangat sulit diabsorpsi & biasa digunakan secara topikal :
e.g. Sulfasetamid , mafenid & Ag-sulfadiazin
4. Sulfonamid long acting, absorpsi cepat, ekskresi lambat,
waktu paruh panjang 100-230 jam : e.g. sulfadoksin
INDIKAS
I
 ISK (infeksi saluran kencing/kemih) akut &
kronik : pyelonefritis, pyelitis, sistitis yang
disebabkan bakteri : E.coli, Klebsiella,
Enterobacter, Staphylococcus, Proteus
mirabilis, Proteus vulgaris
 Meningitis & otitis media yang disebabkan
bakteri : Haemophilus influenzae
 Trachoma, nokardiosis, toxoplasmosis
SIDE EFFECT

 Gangguan saluran urin : kristaluria pada penggunaan sulfonamid


yang kurang larut dalam urine.
Sulfisoksazol & sulfametoksazol lebih mudah larut dalam urine.,
sulfadiazin lebih sulit larut dalam urine(manusia)
 Anemia hemolitik akut : dapat sebagai akibat sensitasi & defisiensi
aktivitas enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase pada eritrosit (biasa
terjadi pada pemberian sulfadiazin)
 Agranulositosis : sementara
 Kernikterus : karena sulfonamid dapat menggantikan bilirubin dari
tempat ikatannya pada albumin serum
 Anemia aplastik
 Hipersensitivitas
 Gangguan saluran cerna : anoreksia, nausea, vomit
KONTRA INDIKASI

• hipersensitiv, laktasi, pregnansi, neonatus

INTERAK
SI
dengan warfarin , metotreksat dapat
meningkatkan efek ke 2 obat tersebut karena
dapat menghambat metabolisme dengan cara
mengganggu ikatannya dengan albumin
plasma
TRIMETOPRIM
INHIBITOR SINTESIS PREKURSOR
ASAM NUKLEAT
CARA KERJA

Merupakan senyawa trimetoksibenzyl-


pirimidin yang secara selektif
menghambat enzim dihidrofolat
reduktase bakteri yang berfungsi
mengkonversi asam dihidrofolat menjadi
asam tetrahidrofolat yang penting untuk
sintesis purin, (adenin, guanin) dan asam
amnio (metionin , glisin)
SPEKTR
UM
• Serupa dengan sulfametoksazol
• lebih potensial daripada sulfonamid

INDIKASI
ISK, prostatitis bakterial
kombinasi
• trimetoprim+sulfametoksazol = kotrimoksazol
 Aktivitas antibakterinya lebih baik daripada pemberian
tunggal
 Broad spektrum, bakteriostatik
 Sulfametoksazol menghambat PABA menjadi asam folat
 trimetroprim mencegah reduksi dihidrofosfat menjadi
tetrahidrofolat
 Indikasi : ISK, Infeksi saluran nafas, infeksi sistemik
yang resisten terhadap ampisilin atau kloramfenikol
Inhibitor DNA-girase

Menghambat kerja enzim DNA


-girase
• DNA girase :
Ensim topoisomerase II :
melonggarkan pilihan untai DNA
heliks ganda
Enzim topoisomerase IV :
memisahkan anakan DNA dalam
replikasi genom bakteri
quinolone

ASAM NALIDIKSAT
INHIBITOR DNA-GIRASE
 merupakan Hasil samping pembuatan klorokuin
 Menghambat pertumbuhan E. Coli, Proteus spp., Klebsiella
spp.
 Pseudomonas resisten terhadap asam nalidiksat
 Diserap secara baik pada pemberian p.o (96%)
 Kadar dalam plasma 20-50 µg/ml, 95% terikat oleh protein
plasma
 Metabolisme secara cepat di hepar menjadi bentuk metabolit
hidroksi aktif ( asam hidroksinalidiksat dan senyawa
glukoronid yang tidak aktif)
 Waktu paruh 1,5 jam – 2 jam, pada penderita gagal ginjal dapat
mencapai 20 jam
 Di ekskresi pada urin dalam bentuk asam nalidiksat , asam
hidroksinalidiksat dan glukoronid inaktif
• Indikasi : ISK bagian bawah, tidak efektif
untuk ISK bagian atas

• Kontra indikasi :
 penderita gangguan fungsi ginjal dan hepar
INTERAKSI
• Asam nalidiksat + furantonin :
 Daya antibakterinya akan berkurang
• Asam nalidiksat + kloramfenikol :
 daya antibakterinya berkurang
• Asam nalidiksat + antacida :
 Absorpsi berkurang

EFEK SAMPING :
• P.O : nausea, vomit , ruam kulit , urticaria , diare ,
demam, eosinofila, fotosensitivitas , anemia hemolitik
FLUOROQUINOLONE

INHIBITOR DNA-GIRASE
CARA KERJA
• Masuk ke dalam sel bakteri secara difusi pasif
melewati kanal protein / porin pada membran
luar dinding sel bakteri

• Menghambat replikasi DNA (meningikat DNA


–girase / topoisomerase II dan IV

• Pertumbuhan dan reproduksi bakteri terhambat


SPEKTRUM
• Bakterisid , aktivitas bakterisidal tergantung
pada kadarnya
• Aktivitas meningkat bila kadar nya dalam
serum sekitar 30 x kadar hambat minimum
• Efektif terhadap bakteri Gram negatif :
Enterrobacteriaceae , Pseudomonas,
Haemophilus influenzae, Moraxella
catarrhalis, Legionellaceae
• efektif terhadap Chlamydia dan Mycobacteria
resistensi
Perubahan target :
• Mutasi DNA-girase / topoisomerase IV bakteri
menyebabkan penurunan afinitas terhadap fluorokuinolon
Penurunan akumulasi :
• Penurunan kadar fluorokuinolon intraseluler dalam sel
bakteri disebabkan oleh penurunan jumlah porin pada
membran luar sel bakteri resisten sehingga pemasukan obat
untuk bereaksi dengan enzim topoisomerase berkurang ,
juga karena sistim efluks yangb tergantung energi pada
membran sel bakteri akan menurunkan kadar obat dalam
sitoplasma bakteri
farmakokinetik
• Secara p.o absorpsi 85-95% kecuali norfloksasin 35-70%
• Sediaan I.V antara lain : siprofloksasin, levofloksasin,
gatifloksasin, ofloksasin dan trovafloksasin ( yang hanya
i.v)
• Pemakaian bersama : sukralfat, antacida yang
mengandung Aluminium / Magnesium, suplement yang
mengandung Ferrum / Zincum, Calcoium, kation
divalen  mempengaruhi absorpsi fluorokuinolon
• Fluorokuinolon yang mempunyai waktu paruh yang
panjang , diberikan sekali sehari : levofloksasin,
moksifloksasin, sparfloksasin, trovafloksasin
metabolisme
• Fluorokuinolon terikat pada protein plasma sekitar 10-70%
• Kadar plasma yang dicapai norfloksasin tidak mencukupi untuk
terapi infeksi sistemik
• Semua fluorokuinolon didistribusi ke semua jaringan dan cairan
tubuh, kadar tinggi di : tulang, urin, ginjal, prostat, paru
• Penetrasi ke CSF rendah kecuali ofloksasin ( 90% dalam serum )
• Terakumulasi dalam makrofag dan leukosit PMN sehingga efektif
terhadap bakteri intraseluler (Legionella pneumophila)
• Ekskresi : ginjal
Macam Fluorokuinolon
• Siprofloksasin :
 Spektrum luas
 Diserap baik p.o
 Metabolisme : hepar
 Ekskresi : urin
 Waktu paruh : 4 jam
 Efektif terhadap infeksi sistemik, kecuali yang disebabkan oleh
MRSA, enterococci, pneumococci
 Efektif untuk anthrax
 Efektif untuk Pseudomonas
 Sinergis dengan antibiotika golongan ß-laktam
 Untuk TBC resisten
• Norfloksasin
Eucarotic?
Procaryotic ???

 Efek samping tinggi karena dapat menyebabkan


gangguan pada kromosom sel eukaryotik
 Efektif terhadap Gram negatif termasuk
Pseudomonas dan Gram positif , ISK,
prostatitis
 Tidak efektif untuk infeksi sistemik
• Kontra indikasi : tendonitis, ruptur tendon,
hipersensitive terhadap fluorokuinolon,
defisiensi enzim glukosa 6-fosfat, graviditasi,
usia masa pertumbuhan
• Efek samping : anorexia, depresi, gelisah,
halusinasi, bingung, gangguan penglihatan,
gangguan pengecapan, gangguan
pendengaran, peningkatan tekanan
intrakranial, kerusakan tendon ( pada usia tua
dan kombinasi dengan corticosteroid),
gangguan mental, gangguan neurologis, reaksi
hipersensitivitas, erytema
• Interaksi :
 Norfloksasin + NSAID :peningkatan resiko kejang
 Norfloksasin + antacida / sukralfat: penurunan absorpsi
 Norfloksasin+ warfarin : peningkatan efek anticoagulant
 Norfloksasin + sulfonilurea : peningkatan efek sulfonilurea
 Norfloksasin +teofilin : peningkatan kadar teofilin dalam plasma
 Norfloksasin + probenesid : penurunan ekskresi norfloksasin
 Norfloksasin + Fe / Zink : menurunkan absorpsi Norfloksasin
• Levofloksasin
• Efektif untuk infeksi sal pernafasan oleh
Streptococcus pneumoniae
• Trovafloksasin & Moksifloksasin
• Efektif untuk S. pneumoniae
• Efektif untuk bakteri anaerob
• Pseudomonas resisten
• Gatifloksasin
• Efektif untuk S .pneumoniae
INHIBITOR RNA -
POLIMERASE

RIFAMPISIN
RIFAMPISIN
• Dibuat dari Streptomyces mediterranei
• Spektrum : luas
 terhadap bakteri Gram negatif : Pseudomonas,
Neisseria, Haemophilus
 Gram positif : Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis ;
 Mycobacterium : Mycobacterium tuberculosis,
Mycobacterium leprae, Mycobacterium kansasii ,
Mycobacterium avium intracellulare.
CARA KERJA
• Menghambat aktivitas RNA-polimerase bergantung –
DNA (menghalangi pembentukan untai RNA yang
disalin dari DNA)
• Mengikat atau membentuk kompleks stabil dengan
RNA-polimerase subunitß yang dapat mencegah
transkripsi RNA

• Penghambatan pembentukan mRNA mengakibatkan


proses translasi protein tak dapat berlangsung secara
Aktif terutama pada sel yang sedang tumbuh
baik
Terikat pada RNA-polimerase bakteri, tidak
menghambat enzim RNA-polimerase mamalia
FARMAKOKINETIK
P.O :
• absorpsi baik, distribusi luas dalam jaringan, cairan termasuk CSF,
melewati placenta, kelenjar mammae.
• Terikat dengan protein plasma 80%
• Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 2-4 jam
• Bila diberikan bersama asam para amino salisilat harus berjarak 8-12
jam karena dapat memperlambat absorpsi
• Cepat dieliminasi melalui empedu dan mengalami sirkulasi
enterohepatik
• Absorpsi dihambat oleh adanya makanan
• Waktu paruh ; 1,5-5 jam, dapat lebih panjang pada penderita
gangguan fungsi hepar
spektrum
• luas
• Aktivitasnya terhadap Gram positif tidak sekuat Penisilin
–G tetapi lebih kuat daripada eritromisin, linkomisin,
sefalotin
• Aktivitasnya terhadap Gram negatif lebih lemah daripada
tetrasiklin, kloramfenikol, kanamisin, kolistin
• Kadar hambat minimal : 0,1-0,8 µg/ml
• Secara in vitro dapat menghambat M.tuberculosis pada
kadar 0,1-0,2 µg / ml
• M.fortuitum resisten
• Secara in vivo dapat meningkatkan aktivitas
Streptomisin dan isoniazid terhadap M.tuberculosis
INDIKASI
• Tuberkulosis dan infeksi lain oleh Mycobacterium
• Untuk mencegah resistensi : dikombinasikan
dengan setidaknya satu antituberkulosis lain
yang efektif
• Pilihan kombinasi yang tepat harus berdasar uji
sensitivitas in vitro, keamanan, efikasi dan riwayat
penderita
• Terapi nfeksi oleh Haemophillus, Staphylococcus
aureus, Neisseria meningitidis
Kontra indikasi
• Hepatitis
• Hipersensitiv terhadap rifampisin dan rifabutin
• Neonatus
• Gangguan fungsi hepar
• Graviditas
• laktasi
INTERAKSI rifampisin
• + antikoagulan oral / warfarin  penyesuaian dosis
• + antihiperglikemia  rifampisin mengurangi efek
• + penghambat kanal calsium / verapamil,
diltiazem, nifedipin  mengurangi aktivitas
penghambat kanal Calsium
• +klaritromisin  mengurangi kadar klaritromisin
serum
• + kortikosteroid  menyebabkan eksaserbasi
penyakit yang diobati dengan steroid
• + siklosporin  penyesuaian dosis
• +flukonazol  menurunkan bioavailabilitas flukonazol
25% & penurunan waktu paruh flukonazol 20%
• + isoniazid  kemungkinan hepatotoksik pada
penderita asetilator lambat
• + ketokonazol kadar rifampisin berkurang, harus
diberikan jeda waktu pemberian 12 jam
• +Vit D  mengganggu metabolisme vit D
• + disulfiram dan probenesid  menghambat ekskresi
rifampisin oleh ginjal
• +makanan  diberikan pada lambung kososng ( 1 jam
sebelum atau 2 jam sesudah makan)
EFEK SAMPING
• CNS : sakit kepala, mengantuk, kelelahan,
ataxia, pusing, bingung, gangguan visual
• GIT : sariawan mulut dan lidah, dispepsia,
gangguan epigastrium, anorexia, nausea,
vomit, kembung, diare, kolitis
pseudomembranosa
• Hematologis : trombositopenia, eosinofilia,
anemia hemolitik, purpura, leukopenia,
hemoglobinemia
ANTIMIKOBAKTERIA
ANTITUBERKULOS
IS ANTILEPRA ( PADA
MANUSIA):
KLOFAZIMIN,
• LINI • LINI KE DUA: DAPSON, RIFAMPISIN

PERTAMA: o Asam Amino Salisilat


 Etambutol o Kapreomisin
 Isoniazid o Sikloserin
o Etionamid
 Pirazinamid
o Fluorokuinolon
 Rifampisin o Makrolida
 streptomisin o Rifabutin
o rifapentin

Anda mungkin juga menyukai