Anda di halaman 1dari 21

KEPUTIHAN

Disusun oleh:
Jaene Dharmayanti (2065050049)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


PERIODE 28 FEBRUARI-19 MARET 2022
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2022
ALGORITMA KEPUTIHAN
Risiko (+), jika dalam
Keputihan 1 bulan terakhir mengalami 1 atau lebih faktor risiko
dibawah ini:
- Pasangan seks > 1
- Berhubungan seks dengan penjaja seks
Faktor risiko - Episode IMS satu kali atau lebih
- Perilaku pasangan seks berisiko tinggi

Ya Tidak

Servitis Vaginitis

Inkubasi Inkubasi Discar putih,


gatal Kandidiasis VV
> 1 minggu 1-2 minggu

Servitis Discar abu Vaginosis


Servitis gonore Berbau amis Bakterial
non-gonore

Discar berbuih
Trikomoniasis
Berbau busuk
Dalam menghadapi pasien dengan keluhan keputihan sebaiknya dilakukan
anamnesis untuk menggali faktor risiko IMS.

•Jika ada faktor risiko IMS, kasus dikelola sebagai infeksi pada serviks atau servisitis
•Jika tidak ada faktor risiko IMS maka dianggap kasus vaginitis.
SERVISITIS
Peradangan pada endoserviks, biasanya disebabkan oleh infeksi kuman N.
gonorrhoeae atau C. trahomatis

•Penyebab tersering  N. gonorrhoeae atau C. trahomatis.


•Penularan terjadi dapat melalui kontak seksual genito-genital, oro-genital ataupun
ano-genital dengan pasangan yang telah terinfeksi.
•Daerah paling mudah terinfeksi  daerah dengan epitel kuboid atau lapis gepeng
yang immature (endoserviks, mukosa anorectal, maupun mukosa pharing).
• Sebagian besar wanita dengan servitis  70% kasus bersifat asimptomatis
• Keluhan terbanyak  keputihan dengan discar warna kekuningan tanpa disertai gatal atau sakit.
• Pemeriksaan fisik:
- Peradangan pada endoserviks  eritema, edema, ektopi
- Discar keluar dari endoserviks warna kekuningan atau mukopurulen.

Penegakkan diagnosis
1. Pemeriksaan mikroskopis dengan sediaan langsung
2. Kultur
3. Tes definitive N. gonorrhoeae menggunakan tes oksidasi dan tes fermentasi
4. Tes beta-lactamase untuk identifikasi N. gonorrheae
•Rekomendasi terapi servisitis GO non-komplikata:
Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal

•Alternatif terapi:
-Levofloksasin 500 mg per oral dosis tunggal
-Tiamfenikol 3,5 g per oral dosis tunggal
-Kanamisin 2 g injeksi i.m dosis tunggal
-Seftriakson 250 mg injeksi i.m dosis tunggal
•Rekomendasi terapi servisitis non-GO non-komplikata:
Azitromisin 1 g peroral dosis tunggal

•Alternatif terapi:
-Doksisiklin 2x100 mg per oral selama 7 hari
-Eritromisin 4x500 mg per oral selama 7 hari
-Tetrasiklin 4x500 mg per oral selama 7 hari
VAGINITIS TRIKOMONAL
Sering disebut trikomoniasis  penyakit peradangan pada vagina yang
disebabkan infeksi protozoa Trichomonas vaginalis.

• Trichomonas vaginalis  satu-satunya spesies Trichomonas yang pathogen


pada manusia.
• T. vaginalis membelah secara longitudinal dan membentuk koloni trofozoit
pada permukaan sel epitel vagina dan uretra pada wanita

T. vaginalis cepat mati bila mengering, terkena sinar matahari, dan terpapar
air selama 35-40 menit.

Penularan dapat terjadi baik melalui kontak seksual maupun melalui vomite.

T. vaginalis
Keluhan yang sering ditemukan (50-75%)  discar vagina
yang banyak, berbau, dan berwarna kuning kehijauan.

Keluhan lain yang mungkin terjadi adalah rasa gatal dan


perih pada vulva dan kulit sekitarnya, dispareunia,
perdarahan pascakoitus, dan perdarahan intermenstual.

Pemeriksan klinis ditemukan discar vagina warna kehijauan


dan berbusa pada 10-30% kasus.
Pada serviks tampak gambaran khas strawberry cervix
Untuk menegakkan diagnosis trikomoniasis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Sediaan Basah

Pemeriksaan ini memerlukan material discar vagina yang diambil dari forniks
posterior. Dilakukan dengan meneteskan larutan NaCl 0,09% yang diteteskan pada
gelas objek dengan material discar forniks posterior tersebut.
Pada pemeriksaan mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 kali tampak T.
vaginalis menyerupai buah pir dengan flagella yang bergerak.
Dapat juga dilakukan kultur dari specimen discar vagina
Hasil positif sediaan basah  40-80%
Kultur sekitar 95%

•Rekomendasi Terapi:
Metronidazol 2 g per oral dosis tunggal
ATAU • Alternatif Terapi:
Metronidazol 2x500 mg per oral selama 7 hari
Tinidazol 2 g per oral dosis tunggal
VAGINITIS KANDIDA

Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) peradangan pada vagina dan atau vulva


yang disebabkan oleh infeksi jamur candida, khususnya C. albicans (81%)
atau C. glabrata (16%).
Kandidiasis vulvovaginalis disebabkan oleh C. albicans dan ragi (yeast) lain dari
genus Candida sp.
Kandida  mikroorganisme oportunis yang dapat dijumpai di seluruh badan,
terutama mulut, kolon, kuku, vagina, dan saluran anorektal.

Peningkatan koloni candida dan suseptibilitas hospes akan menyebabkan jamur


dalam bentuk aktif  melekat pada mukosa genital  memacu system imun dan
terjadinya peradangan.
•Gejala khas  gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam (masam).
•Pada dinding vagina biasa dijumpai gumpalan keju (cottage cheeses)
•Pada vulva dan/atau vagina dijumpai tanda radang disertai maserasi, adanya pseudomembran, fisura,
dan lesi satelit papulopustular.
•Pada pemeriksaan inspekulo atau kolposkopi  tanda vaginitis dan eksoservisitis.

Pemeriksaan penunjang pemeriksaan mikroskopik menggunakan KOH 10% atau pewarnaan


Gram.
Pemeriksaan mikroskop cahaya pembesaran 400 kali tampak psudohifa dan/atau spora.
Dapat juga dilakukan kultur  media Saboroud atau agar cokelat.
•Rekomendasi Terapi: •Alternatif Terapi:
Mikonazol atau klotrimazol -Nistatin 1x100.000 IU intravaginal
1x200 mg intravaginal selama 3 selama 14 hari
hari -Ketokonazol 2x200 mg per oral
ATAU selama 7 hari
Klotrimazol 500 mg intravaginal -Itrakonazol 2x200 mg per oral
dosis tunggal selama 1 hari
ATAU -Itrakonazol 1x200 mg per oral
selama 3 hari
Flukonazol 150 mg per oral dosis
tunggal.
VAGINOSIS BAKTERIAL
Sindrom klinis polimikroba pada vagina yang dihasilkan oleh pergantian flora
normal Lactobacillus sp., menjadi bakteri anaerob, G. vaginalis, Ureaplasma,
Mycoplasma, dan bakteri anaerob lainnya dalam konsentrasi yang tinggi.

4 bakteri vagina penyebab vaginosis bacterial:


-Gardnerella vaginalis
-Bacteroides sp.,
-Mobiluncus sp.,
-Mycoplasma hominis
Wanita dengan vaginosis bacterial dapat tanpa gejala atau mempunyai bau vagina yang khas  bau
amis, terutama saat berhubungan seksual.

Pada pemeriksaan  discar vagina yang homogen, tipis dan cair, berwarna putih keabu-abuan, tidak
ditemukan inflamasi pada vagina dan vulva.

Penegakkan diagnosis diperlukan juga pemeriksaan penunjang


-Pemeriksaan pH vagina meningkat >4,5
-Pemeriksaan sediaan basah  pengecatan Gram untuk melihat Clue cells dan tes amin (sniff test)
dengan terciumnya bau amis pada pemeriksaan discar vagina yang ditetesi KOH 10%.
•Rekomendasi Terapi: • Terapi pada kehamilan:
Metronidazol 2x500 mg per oral selama 7 hari - Metrodinazol 3x200 mg per oral selama 7 hari,
setelah trimester pertama
- Metronidazol 2 g per oral dosis tunggal, jika
•Alternatif Terapi: diperlukan terapi pada trimester pertama
-Metronidazol 2 g per oral dosis tunggal
-Klindamisin 2% vaginal cream 5 g intravaginal • Alternatif Terapi:
dipakai saat akan tidur selama 7 hari - Klindamisin 2x300 mg per oral selama 7 hari
-Metronidazol 0,75% gel 5 g intravaginal 2 kali - Metronidazol 0,75% gel 5 g intravaginal 2 kali
sehari selama 5 hari sehari selama 5 hari.
-Klindamisin 2x300 mg per oral selama 7 hari
PRINSIP TATA LAKSANA
1. Pasien dengan keluhan keputihan  lakukan anamnesis untuk menggali factor risiko
IMS
2. Jika tidak tersedia sarana pemeriksaan penunjang maka diagnosis ditegakkan dengan
pendekatan sindrom discar vagina
3. Jika fasilitas pemeriksaan penunjang tersedia diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan
pada pemeriksaan tersebut.
4. Terapi bergantung pada diagnosis yang ditegakkan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai