Penyakit radang panggul (PRP) atau pelvis inflammatory disease (PID) dikaenal sebagai
suatu kelainan yang manifesatasinya dapat merusak sistem kesehatan reproduksi wanita. PRP
merupakan sindroma klinis yang disebabkan oleh naiknya mikrooganisme dari vagina dan
endoserviks ke endometrium, tubafallopii, ovarium dan organ sekitarnya sehingga
spektrumnya merupakan kelainan inflamasi dari traktus genitalis bagian atas termasuk
endometritis, salpingitis, abses- tubo-ovarial, dan pelvis-peritonitis. Infeksi intrauterinadapat
bersifat primerbila ditularkan langsung melalui sexually ransmitted disease (STD), atau
bersifat sekunder sebagai akibat pemasangan IUD atau prosedur-2 sirurgik misalnya
terminasi kehamilan. Namun, meskipun IUD selama ini dikaitkan dengan makin
meningkatnya PRD, IUD, modern yang diciptakan akhir-akhir ini resikonya semakin kecil.
(Mbow and Foster, 2000)
Parasit
Ektoparasitosis (investasi oleh parasit yang hidup diatas atau didalam kulit) dapat
menyebabkan morbiditas yang perlu mendapat perhatian. Pedikulosis dan skabies adalah
jenis yang paling biasa dijumpai dan seringkali disebut “penyakit rakyat”.
Pedikulosis Pubis
Merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan kutu Pthirus pubis dan paling
mudah ditularkan melalui kontak dekat (skesual atau nonseksual), memakai handuk atau sprei
bersama. Biasanya terbatas di daerah vulva tetapi dapat menginfeksi kelopak mata dan
bagian-bagian tubuh yang lain. Parasit menaruh telur didasar folikel rambut. Parasit dewasa
mengisap darah manusia dan berpindah dengan pelan.
Keluhan berupa gatal dengan visualisasi telur atau kutu di rambut pubik atau identifikasi
mikroskopik kutu dengan minyak yang tampak seperti ketam.
Tetapi pedikulosis pubis membutuhkan obat yang dapat membunuh kutu dewasa dan
telurnya.
Krim permetrim 5% atau iosin 1%: di Aplikasikan kemudian dibiarkan 10 menit lalu dicuci
dengan air. Dipakai dua kali dengan jarak 10 hari untuk membunuh telur yang baru menetas,
tetapi terapi tersebut merupakan indikasi kontra pada pasien hamil atau menyusui.
Pakaian berbahan linen harus dicuci dengan air panas dan dikeringkan dengan cara
dijemur/dipanaskan.
Skabies
Disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var hominis dan ditularkan melalui kontak dekat
(seksual atau non seksual) dan dapat menginfeksi setiap bagian tubuh, terutama permukaan
fleksural siku dan pergelangan tangan serta genitalia eksterna. Betina deawasa sembunyi dan
meletakkan telur dibawah kulit, serta bergerak cepat melewati kulit.
Keluhan berupa gatal hebat tetapi hanya sebentar. Mungkin gatalnya lebih hebat dimalam
hari. Kelainan kulit dapat berupa papula, vasikel, atau liang. Tangan, pegelangan tangan,
payudara, vulva, adan pantat adalah yang paling sering terkena.
Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan mikroskopik garutan kulit dengan minyak.
Terapi skabies membutuhkan obat yang dapat membunuh kutu dewasa dan telurnya.
Krim permetrin 5% diaplikasikan keseluruh permukaan kulit dari leher sampai ibu jari
kaki. Dipakai selama 10 menit 2x sehari selama 2 hari.
Krim lindan 1% dipakai di daerah yang terkena seminggu sekali. Jangan mandi paling
sedikit 24 jam setelah pengobatan.
Bensil bensoat emulsi topikal 25% dipakai diseluruh tubuh dengan interval 12 jam
kemudian dicuci 12 jam setelah aplikasi terakhir.
Asam salisilat 2% dan endapan belerang 4% dipakai didaerah yang terkena.
Terapi diatas merupakan indikasi kontra pada pasien hamil atau menyusui.
Pakaian berbahan linen harus dicuci dengan air panas dan dikeringkan dengan cara
dijemur/dipanaskan.
Moluskum Kontagiosum
Adalah infeksi tidak berbahaya yang disebabkan oleh virus dari keluarga poxvirus dan
ditularkan melalui kontak dekat seksual atau non seksual otoinokulasi. Masa inkubasi
berkisar beberapa minggu sampai berbulan-bulan. Keluhan dan gejala berupa papula
berkubah dengan lekukan dipusatnya, diameter berkisar 1-5mm. Pada suatu saat dapat timbul
sampai 20 lesi. Diagnosis dibuat dengan inspeksi kasar atau pemeriksaan mikroskopik
material putih sperti lilin yang keluar dari nodul. Diagnosis ditegakkan dengan pengecatan
dengan pengecatan wright atau giemsa untuk melihat benda-benda moluskum
intrasitoplasmik. Terapi terdiri dari pengeluaran material putih, eksisi nodul dengan kuret
dermal, dan mengobati dasarnya dengan ferik subsulfat (larutan mosel) atau asam
trichloroasetat 80%. Dapat juga digunakan krioterapi dengan nitrogen cair.
KONDILOMA AKUMINATUM
Adalah infeksi vulva, vagina, atau serviks oleh beberapa subtipe human papilloma virus
(HPV). Infeksi HPV adalah penyakit menular seksual yang paling biasa dan terkait dengan
lesi-lesi intraepitelial di serviks, vagina dan vulva. Juga dengan karsinoma skuamosa dan
adenokarsinoma. Subtipe yang menyebabkan kondilomata eksofitik biasanya tidak terait
dengan terjadinya karsinoma insidensi puncak pada umur 15-25 tahun. Pasien dengan
kehamilan, imunosupresi, dan diabetes berisiko lebih tinggi.
Keluhan dan gejala-gejala berupa lesi lunak bertangkai pada setiap permukaan mukosa atau
kulit yang bervariasi dalam ukuran dan bentuk. Lesi biasanya tidak menimbulkan keluhan
kecuali terdapat luka atau infeksi sekunder, menyebabkan nyeri dan perdarahan. Diagnosis
dibuat terutama dengan inspeksi kasar. Pemeriksaan kolposkopi dapat membantu identifikasi
lesi-lesi serviks atau vagina.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan melihat perubahan-perubahan akibat HPV pada
pemeriksaan mikroskopik spesimen biopsi atau usapan Pap. Dapat juga dilakukan
pemeriksaan DNA. Terapi berupa mengangkat lesi jika terdapat keluhan atau alasan
kosmetik. Tidak ada terapi yang dapat digunakan untuk membasi habis virus HPV.
Podofilin, lesi diusapi dengan podofilin setiap minggu selama 4 – 6 minggu. Podofilin
harus dicuci setelah 6 jam terapi ini merupakan kontra indikasi pada pasien hamil.
Asam trichloroasetat, dipakai setiap 1 – 2 minggu sampai lesinya tanggal
Krim imikuimod 5%, dipakai 3x semnggu sampai 16 minggu. Biarkan krim dikulit 6-
10 jam.
Terapi krio, elektrokauter atau terapi laser dapat digunakan untuk lesi yang lebih
besar.
Radang pada Vagina
Vaginitis ditandai pruritus, keputihan, dispareunia dan disuria. Bau adalah keluhan
yang paling sering dijumpai pada pasien. Vagina secara normal didiami oleh sejumlah
organisme, antara lain lactobacillus acidophilus, difteroid, candida dan flora yang lain, pH
fisiologisnya adalah sekitar 4,0 yang menghambat bakteria patogenik tumbuh berlebihan.
Ada juga keputihan fisiologik yang terdiri dari flora bakteri, air, elektrolit dan epitel vagina
serta serviks. Khas warnanya putih, halus, tidak berbau dan terlihat divagina didaerah yang
tergantung.
Diagnosis vaginitis umumnya memerlukan pemeriksaan mikroskopik cairan vagina.
Kandida
Vagina kandida bukan infeksi menular seksual karena Candida merupakan penghuni
vagina normal. Pada 25% perempuan bahkan dijumpai direktum dan rongga mulut dalam
presentase yang lebih besar. Candida albicans menjadi patogen pada 80-95% kasus
kandidiasis vulvovaginalis dan sisanya adalah C.glabrata dan C.tropicalis.
Faktor risiko:
Imunosupresi, DM, perubahan hormonal (kehamilan), terapi antibiotika spektrum luas
dan obesitas
Manifestasi klinis:
Pruritus, iritasi vagina, disuria atau keduanya. Cariran vagina klasik berwarna putih
seperti susu dan tidak berbau. Pemeriksaan spekulum seringkali memeperlihatkan
eritema dinding vulva dan vagina, kadang-kadang palak yang menelmpek.
Diagnoisis:
Dibuat apabila pemeriksaan KOH cairan vagina menunjukkan hife dan kuncuo
(larutan KOH 10%-20%) menyebabkan lisis sel darah merah dan putih sehingga
mempermudah identifikasi jamur.
Terapi:
Aplikasi topikal imidasol atau triasol, seperti mikonasol, klotrimasol, butokonasaol
atau terjonasol. Obat-obatan inidapat diresepkan sebagai krim, supositoria, atau
keduanya. Dosis tunggl flukonasol 150 mg per oral mempunyai efektifitas yang
tinggi.
Klamidia Trakomatis
Merupakan organisme yang paling sering ditularkan secara seksual.
Epidemiologi
Angka kejadian infeksi klamida diantara peserta KB di Jakarta Utara tahun 1997
sebesar 9,3% sementara di daerah Bali angka kejadiannya sebesar 5,6%.
Faktor resiko:
Umur dibawah 25 tahun dan aktif secara seksual, stasus sosial ekonomi rendah,
psanagan seksual yang lebih dari satu dan belum menikah.
Manifestasi klinis
Tidak menimbulkan keluhan pada 30%-50% kasus dan dapat menetap selama
beberapa tahun. Pasien dengan servisitis mungkin mengeluh keluar cairan vagna,
bercak darah atau perdarahan pascasenggama. Pada pemeriksaan serviks mungkin
akan tampak erosi dan rapuh. Mungkin ada cairan mukopurulen berwana kuning-
kehijauan. Pengecatan gram memperlihatkan lebih dari 20 leukosit polimorfonukleare
perlapangan pencelupan minyak.
Diagnosis
Dengan biakan diagnosis dapat ditegakkan namun memakan banyak waktu,
memerlukan ketrampilan tinggi dan fasilitas biakan sel yang mememadai.
Terapi
Rekomendasi terapi dari Center for Disease Control and Prevention (CDC):
1. Azitromisin 1g peroral (dosis tunggal) atau
2. Doksisiklin 100 mg peroral 2x sehari selama 7 hari
Terapi alternatif:
1. Eritromisisn basa 500 mg peroral 4x sehari selama 7 hari atau
2. Eritromisin etilsuksinat 800 mg 4x sehari selma 7 hari atau
3. Ofloksasin 300 mg peroral 2x sehari selama 7 hari atau
4. Levofloksasin 500 mg peroral 1x sehari selama 7 hari
5. Pasangan seks perlu diobati juga
Uji kesembuhan hanya diperlukan untuk pasien hamil atau jika keluhan menetap,
Gonorea
Mikrobiologi N.gonnorrhae adalah diplokokus gram negatif yang menginfeksi epitel
kolumner atau pseudostratified. Oleh karena itu traktur urogenitalis merupakan tempat
infeksi yang biasa. Manisfestasi lan infeksi adalah gonorea faringeal atau menyebar. Masa
inkubasi 3-5 hari.
Faktor resiko
Pada dasarnya sama dengan servisitis Chlamidiya. Meskipun insidensi gonorea pada
populasi secara keseluruhan lebih tinggi pada laki-laki dengan ratio 1,5 dibanding 1,
risiko penularan dari laki-laki ke perempuan sebesar 80%-90%, sedangkan risiko
penularan dari perempuan ke laki-laki kurang lebih 25%.
Manifestasi klinis:
Pasien kemungkinan tidak memiliki keluhan, tetapi kemungkinan terdapat keluhan
dengan cairan vagina, disuria atau perdarahan uterus abnormal.
Diagnosis:
Biakan dengan medium selektif merupakan uji terbaik untuk gonorea. Lidi kapas
steril dimasukkan kedalam kanal endoserviks selama 15-30 detik kemudian spesimen
diusap pada medium. Diagnosis ditegakkan jia pengecatan gram terlihat diplokokki
intraseluler tetapi sensitivitasnyaa hanya sekitar 60 %.
Terapi:
1. Seftriakson 125 mg i.m (dosis tunggal) atau
2. Sefiksim 400 mg peroral (dosis tunggal) atau
3. Siprofloksasin 500 mg peroral (dosis tunggal) atau
4. Oflokasain 400 mg peroral (dosis tunggal) atau
5. Levofloksasin 250 peroral (dosis tunggal)
Terapi
Terapi PID harus ditujukan untuk mencegah kerusakan tuba yang menyebakan
infertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan infeksi kronis. Banyak pasien yang
berhasil diterapi dengan rawat jalandan terapi rawat jalan dini harus menjadi pendekatan
terapiutik permulaan. Pemilihan antibiotika harus ditujukan pada organisme etiologik utama.
(N.gonorrhoeae atau C.trachomatis) tetapi juga harus mengarah pada sifat polimikrobial PID.
Untuk pasien dengan PID ringan atau sedang terapi oral dan parental mempunyai
daya guna klinis yang sama. Sebagian besar klinis menganjurkan terapi parental mempunyai
daya guna klinis yang sama. Sebagian besar klinis menganjurkan terapi parental paling tidak
selama 48 jam kemudian dilanjutkan dengan terapi oral 24 jam setelah ada perbaikan klinis.