Anda di halaman 1dari 32

Kondiloma Akuminata

Pendahuluan

 Kondiloma akuminata (KA) atau genital warts


merupakan manifestasi klinis anogenital virus
Human Papiloma Virus (HPV).
 Istilah kondiloma akuminata  sejak jaman
Roma dan Hellenik, condyloma berasal dari
bahasa Yunani yang berarti ”tumor bulat” dan
acuminata berasal dari bahasa Latin yang
berarti ”ujung tajam”.
Epidemiologi

 Sekitar 200 jenis tipe HPV yang dikenal atas


dasar sekuens DNA  Kondiloma akuminata
disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18
 Infeksi HPV menyebar melalui kontak kulit atau
seksual sehingga banyak dijumpai pada populasi
usia seksual aktif. Paling sedikit ½ semua yang
seksual aktif pernah menderita paling tidak sekali
seumur hidupnya
Patogenesis

 Sel basal  tempat pertama infeksi HPV


 Setelahinokulasi melalui trauma, virion HPV
masuk ke sel basal epitel.
 Agar dapat menimbulkan infeksi, HPV mencapai
epitel. Sesuai dengan pembelahan sel basal maka
virion HPV bergerak ke epidermis dimana terjadi
replikasi virus dan pelepasan virus bersama
dengan sel epitel yang akan menginfeksi lapisan
basal yang lain.
Manifestasi Klinis

 Infeksi klinis
Morfologinya adalah:
1. Kondiloma akuminata, yang berbentuk cauliform-like
2. Papular warts, papule berbentuk kubah, flesh-colored dan
biasanya hanya berdiameter 1-4 mm
3. Keratotic Warts, mirip dengan gambaran veruka atau
keratosis seboroik
4. Flat-top papules yang bentuknya berupa papula dengan
permukaan datar, atau plak yang sedikit meninggi.
 Pada pria KA dapat timbul di penis, skrotum,
meatus uretra, dan daerah perianal
 Pada wanita KA dapat timbul di introitus,
vulva, labium dan perineum
DIAGNOSIS BANDING

Veruka vulgaris

Kondiloma Lata

SCC
Infeksi subklinis

Infeksi tanpa disertai dengan lesi klinis.


Keadaan yang termasuk kategori  infeksi
HPV yang positif melalui pemeriksaan Pap
smear, kolposkopi, biopsi, setelah tes dengan
asam asetat atau pemeriksaan lainnya.
Infeksi persisten

Infeksi laten atau persisten  bagian siklus hidup


virus yang disebabkan berulangnya fase akut atau
perkembangan penyakit yang perlahan atau
karena perubahan onkogen.
Infeksi persisten HPV  infeksi yang ditemukan
pada 2 kali kunjungan pemeriksaan kontrol,
selama 4-6 bulan.
Pemeriksaan Penunjang

 Acetowhitening

Menggunakan larutan asam asetat 3-5%


dalam aquades.Oleskan selama 5-10 menit
 putih

Dapat mendeteksi infeksi HPV subklinis


dan menentukan batas pada lesi datar
 Pap smear
Untuk mendeteksi terjadinya kanker serviks  HPV
merupakan penyebab utama pada patogenesis kanker
serviks
 Biopsi

Diindikasikan untuk mengkonfirmasi dan


menyingkirkan squamous cell carcinoma invasive
Penatalaksanaan

 Nonbedah  podofillin, podofilotoksin, 5-


FU (5-fluorourasil), trichloroacetic acid
(TCA), imiquimod, interferon (IFN)
 Bedah  cryotherapy, bedah eksisi,
elektrokoagulasi, dan bedah laser
Th/ Non Bedah (podofilin)

 Podofillin  derivat tanaman resin terdiri atas


beberapa campuran bahan sitotoksik
 Konsentrasi 10-25%  tinktura benzoin, spiritus,
cairan paraffin
 Bersifat : antimitotik, sitotoksik
 Efek teratogenik dan onkogenik
 KI : pada wanita hamil (kematian fetus)
tidak digunakan pada daerah serviks, anal
 Cara pemakaian :
- Batas pemakaian 5 ml u/ eksternal warts dan < 2
cm u/ daerah vagina, setiap kali pemberian
- Sekitar lesi di beri vaselin, diberi podofillin
dibiarkan selama 4 jam kemudian dicuci
 Pemberian pengobatan seminggu 2x sampai lesi
menghilang
Th/ Non Bedah (Podofilotoksin)

• Podofilotoksin  zat aktif yang terdapat pada


podofillin
• Bentuk cairan 0,5% dan krim 0,15%
• Bersifat antimitotik dan dapat digunakan dirumah o/
penderita sendiri
• KI : Wanita hamil dan menyusui dan belum ada
mengenai efektivitas serta keamanan bila digunakan
pada membran mukosa,vagina, dan anal
• Cara pemakaian :
- Dua kali sehari selama 3 hari dgn menggunakan
aplikator, keringkan tanpa perlu dicuci
- Pengobatan dapat diperpanjang 4-5 hari jika
diperlukan.
- Jadwal pengobatan dapat diulang 7 hari setelah
pengobatan pertama, apabila lesi masih menetap
 TCA/BCA  penetrasinya cepat dan mampu
membakat kulit keratin
 Efek kaustik dgn menimbulkan koagulasi dan
nekrosis pada jar. Superfisial terutama pada bentuk
hiperkeratotik
 << iritasi lokal, jarang menimbulkan toksisitas
sistemik
 Cara pemakaian :
- 1 mggu sekali, diulang 1-2 mggu lagi. Mungkin
diperlukan pengobatan 3-4 kali
- Diulang setiap 1 mggu - ± 6 mggu
- Sodium bikarbonas sbg penetral dpt diberi jika
pemberian TCA terlalu berlebihan
5 FU (5-Fluorouracil)  antimetabolit yg
dapat menggangu sintesis DNA,
antineoplasma, dan merangsang aktivitas imun
 Dalam bentuk krim 1-5%
 KI : wanita hamil krn bersifat teratogenik
 Cara pemakaian :
- 5 FU krim 1% : 2 kali sehari secara periodik,2-6
mggu
- Krim 5% : 4 kali sehari selama 10 mggu
 Efek samping : Kondiloma akuminata dpt
berkembang adenosis vagina dan clear cell
adenocarcinoma
Th/Non Bedah (Imiquimod)

 Imiquimod (krim 5%) merangsang respons


imun yaitu sitokin, khususnya interferon alfa(IFN-
alfa)
- KI : wanita hamil dan tidak boleh digunakan
pada daerah perianal, uretra, vagina dan serviks
 Carapemakaian : dioleskan 3 kali seminggu pada
malam hari, didiamkan 6-7 jam kemudian di cuci
Th/Bedah (Eksisi)

Bedah eksisi dapat cepat mengangkat seluruh warts.


Terutama pada KA yang besar dan resisten. Sebelum
anestesi lokal, dan seringkali eksisi dilakukan
lebih dari satu kali.
Teknik eksisinya : pisau, kuret, elektrokoagulasi atau
kombinasi ketiganya. Efeknya dapat berupa nyeri,
perdarahan, sikatriks dan infeksi sekunder
Th/Bedah (Laser)

 Bedah laser
Bedah laser dianjurkan sebagai pengobatan
alternatif terutama untuk KA yang besar atau sulit
hilangnya baik pada anak maupun dewasa.
Pengobatan bedah laser lebih baik dibanding
elektrokoagulasi
 Elektrokoagulasi dan kuretase
Digunakan dengan anestesi lokal, lalu di kauter
kemudian dilakukan kuretase
Mekanisme  menimbulkan kerusakan jaringan
Dapat digunakan pada KA yang resisten terhadap
pengobatan topikal
 Bedah eksisi
Cara ini khususnya digunakan pada KA yang
bertangkai dan dilakukan pembiusan lokal
dibawah lesi
Perdarahan  elektrokoagulasi
Cara ini mungkin dapat mengurangi jaringan
parut
 Cryotherapy
Menggunakan nitrogen cair yang membeku pada lesi 
sitolisis dermal epidermal junction
Cryotherapy  spray dan topikal
Spray dengan cara disemprotkan pada lesi, sebelumnya bisa
diolesi vaselin untuk melindungi daerah sekitarnya
Topikal dioleskan menggunakan cotton-wolltipped swabstick
(10-15 detik) membeku membentuk halo
Prognosis

 Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya


baik.
 Faktor predisposisi perlu dicari misal higiene,
adanya fluor albus, kelembaban pada pria akibat
tidak disirkumsisi

Anda mungkin juga menyukai