Anda di halaman 1dari 36

Lesi Prakanker Serviks

Pembimbing : dr. Dimas Ryan D, SpOG


Oleh : Yesie Manise (112021193)
Kepaniteraan Klinik Obgyn RS Bhayangkara Surabaya
Periode 26 Desember 2022 sampai 4 Maret 2023
Lesi Prakanker Serviks
Masa proliferasi sel atau jaringan normal hingga menjadi abnormal atau kanker  tidak cepat.

 Sebelum terjadi kanker, akan didahului dengan keadaan yang disebut lesi
prakanker atau Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) = perlu waktu sekitar 10-20
tahun untuk berkembang menjadi kanker

Pada stadium lanjut  menyebabkan kematian dalam waktu cepat.

 Human Pappiloma Virus (HPV) = penyebab utama


Epidemiologi
Menurut WHO  TIAP TAHUN, DI SELURUH DUNIA:
• 490,000 perempuan didiagnosa (80% terjadi di negara berkembang) menderita kanker serviks, 240.000 diantaranya meninggal

Menurut data Global Burden Cancer atau International Agency for Research on Cancer (IARC) :
• Kanker serviks = kanker ginekologi penyumbang penyebab kematian tertinggi setelah kanker payudara
• Semakin meningkat tiap tahun, mencapai >460.000 (+) dan 230.000 meninggal
• HIV = 6x lipat lebih tinggi dibanding yang tidak HIV (6% secara global)

Menurut Organisasi Penanggulangan Kanker Dunia dan Badan Kesehatan Dunia,


• Diperkirakan terjadi peningkatan kanker di dunia 300% pada tahun 2030

Menurut Kemenkes  tahun 2022 di Indonesia :


• Dari estimasi jumlah wanita usia subur 15-49 tahun sebanyak 144.250.230 hanya 8,3% (3.207.659) wanita usia subur yang
melakukan deteksi dini
• 50.171 ditemukan IVA (+), 85% dicurigai menderita kanker serviks
Etiologi

 Low risk type ( HPV 6 & 11 ) (tidak menyebabkan


kanker) menyebakan anogenital warts.

30-40 Tipe HPV menyerang anogenital Anogenital : area kelamin (termasuk kulit penis, mulut
vagina & anus)

120 Tipe HPV telah diketahui


 High risk type ( HPV 16 & 18) menyebabkan kanker
serviks
Infeksi dengan HPV seringkali TIDAK menimbulkan gejala
 Banyak orang TIDAK tidak tahu mereka terinfeksi HPV
 Banyak orang dapat menularkan HPV TANPA menyadarinya
Usia >35 tahun  gabungan meningkatnya dan bertambahnya lama waktu pemaparan
karsinogen serta semakin lemahnya sistem imunitas tubuh, kegemukan, depresi,
pernyakit serius tertentu
Aktivitas seksual pada usia muda  karsinogen pada zona transformasi yang sedang
berkembang (belum matang) dan paling berbahaya apabila terpajan HPV dalam 5-10
tahun setelah menarche.

Berhubungan seksual dengan multipartner  menular

Merokok  paparan asap rokok

Mempunyai anak banyak


Faktor Risiko
Sosial ekonomi rendah

Pemakaian pil KB jangka panjang (dengan HPV negatif atau positif)

Penyakit menular seksual

Gangguan imunitas

Riwayat keluarga  faktor genetik


• Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala.
• Bila menjadi kanker invasif, gejala yang paling umum adalah :
• Perdarahan (contact bleeding, perdarahan saat berhubungan intim)
• Keputihan atau keluar cairan putih kekuningan seperti nanah (kadang bercampur darah)
• Pada stadium lanjut, gejala dapat berkembang menjadi :
• Nyeri pinggang atau perut bagian bawah (desakan tumor di daerah pelvik ke arah lateral sampai obstruksi ureter,
bahkan sampai oligo atau anuria)
• Gejala lanjutan bisa terjadi sesuai dengan infiltrasi ke organ yang terkena, misalnya:
• fistula vesikovaginal,
• fistula rektovaginal,
• edema tungkai.
Patofisiologi
Kanker serviks dapat berkembang ketika sel yang abnormal dalam serviks mulai membelah diri tanpa
terkendali  Sel yang abnormal pada serviks dapat berkumpul menjadi tumor

Jinak
• tidak berbahaya
• tetap pada daerah sumbernya,
TUMOR tidak menyebar

Ganas
• berbahaya , dapat menjadi kanker
• akan menyebar ke daerah lain
Lesi Prakanker Karsinoma Serviks (CIN / SIL)

Semua karsinoma sel skuamosa invasif timbul dari pra-kanker (lesi non invasif) perubahan epitel disebut Cerviks
Intraepithelial Neoplasia (CIN) atau lesi intraepitel skuamosa.

Skuamosa Intraepithelial Lesi (SIL)  istilah yang digunakan di sitologi


CIN  terminologi yang digunakan dalam histologi (biopsi)

Deteksi tepat waktu dan diagnosis CIN sangat penting dalam mencegah perkembangan karsinoma (invasif lesi)
CIN I
 Sel atipikal koilositotik terkait HPV
 1/3 bawah dari epitel digantikan oleh sel pleimorfik
CIN III/ carcinoma in situ
 Dengan difusi atipikal dan hilangnya
CIN II kematangan sel.
 Sel atipikal yang progresif pada lapisan epitel  Seluruh area dari lapisan epitel
 2/3 bawah dari epitel digantikan oleh sel pleimorfik
digantikan oleh sel pleimorfik

.
Lesi Prakanker Karsinoma Serviks (CIN / SIL)

 Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion


(LSIL) :
• CIN I = displasia ringan
• HVP Infection

 High Grade Squamous Intraepithelial Lesion


(HSIL) :
• CIN II = displasia sedang
• CIN III = displasia berat dan Ca In Situ
(keganasan, meliputi seluruh ketebalan epitel
skuamosa serviks tanpa menembus membran
basalis
Perkembangan Ca cervix
Pencegahan Kanker
Serviks
Pencegahan Primer
Vaksin HPV
 Untuk mencegah infeksi HPV dan pengendalian faktor risiko.
 Perempuan 15 - 26 tahun yang belum aktif secara seksual.
 Dosis = 3 dosis melalui injeksi intramuscular dalam waktu 6 bulan. Dosis kedua dan ketiga diberikan 2
dan 6 bulan setelah dosis pertama.
• Jadwal vaksin HPV bivalen = 0, 1 dan 6 bulan
• Jadwal vaksin HPV quadrivalen dan gardasil = 0, 2 dan 6 bulan.
 Pengendalian faktor risiko : menghindari rokok, tidak melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti
pasangan, tidak menggunakan kontrasepsi oral jangka panjang (>5 tahun), serta menjalani diet sehat
Berbagai Jenis Vaksin Kanker Serviks
Vaksin Cervarix (Bivalen)
• Vaksin Cervarix  mencegah kanker serviks yang disebabkan oleh infeksi
HPV-16 dan HPV-18 (wanita berusia 9–25 tahun).
• Setiap dosis 0,5 mL mengandung 20 mcg protein L1 HPV-16, 20 mcg protein
L1 HPV-18, 50 mcg 3-O-desacyl-4’-monophosphoryl lipid A (MPL), dan 0,5
mg aluminium hidroksida, 4,4 mg natrium klorida dan 0,624 mg natrium
dihidrat fosfat dihidrogen.
• Tidak mengandung pengawet.
• Pada uji coba Cervarix  dapat melindungi hampir 100% terhadap infeksi
serviks persisten oleh HPV tipe 16 dan 18 dan perubahan sel serviks yang
disebabkan oleh infeksi tersebut.
• Kontraindikasi = pada responden yang memiliki reaksi alergi parah terhadap
komponen vaksin.
Vaksin Quadrivalen (Gardasil)
• Vaksin quadrivalen (Gardasil)  vaksin profilaktik HPV yang mengandung protein
kapsid L1 rekombinan HPV tipe 6, 11, 16 dan 18.
• Setiap dosis vaksin Gardasil 0,5 mL mengandung sekitar 20 mcg protein L1 HPV-6, 40
mcg protein L1 HPV-11, 40 mcg protein L1HPV-16, dan 20 mcg protein L1 HPV-18
dengan 225 mcg aluminium (sebagai adjuvan amorf Aluminium Hydroxyphosphate
Sulfat), 9,56 mg natrium klorida, 0,78 mg L-histidin, 50 mcg polisorbat 80, 35 mcg
natrium borat, <7mcg protein ragi/dosis, dan air untuk injeksi.
• Tidak mengandung pengawet atau antibiotik.
• Efektivitas sekitar 70% dan sekitar 90% mencegah kutil kelamin (HPV-6 dan HPV-11).
• Memberi perlindungan sekitar 70% kanker vagina, 50% kanker vulva dan 80% kanker
anal.
• Kontraindikasi = pada responden yang mempunyai hipersensitivitas, termasuk reaksi
alergi parah terhadap ragi (komponen vaksin) atau setelah pemberian dosis Gardasil
sebelumnya
Vaksin 9-valen (Gardasil 9)
• Vaksin 9-valen (Gardasil 9), berasal dari protein kapsid L1 rekombinan HPV tipe 6, 11, 16,
18, 31, 33, 45, 52, dan 58.
• Setiap dosis vaksin Gardasil 9 0,5 mL mengandung sekitar 30 mcg protein L1 HPV tipe 6,
40 mcg protein L1 HPV -11, 60 mcg protein L1 HPV-16, 40 mcg protein L1 HPV-18, 20
mcg protein L1 HPV-31, 20 mcg protein L1HPV-33, 20 mcg protein L1 HPV-45, 20 mcg
protein L1 HPV tipe 52, dan 20 mcg protein L1 HPV tipe 58 dengan sekitar 500 mcg
aluminium (disediakan sebagai AAHS), 9,56 mg natrium klorida, 0,78 mg L-histidin, 50
mcg polisorbat 80, 35 mcg natrium borat, >7mcg protein ragi, dan air untuk injeksi.
• Diperkirakan 97% efektif mencegah kanker leher rahim, vulva dan vagina oleh tipe
tambahan HPV (31, 33, 45, 52, dan 58).
• Efektivitas sama dengan Gardasil (cegah penyakit yang disebabkan oleh tipe HPV 6, 11,
16, dan 18)
• Kontraindikasi = pada responden yang mempunyai hipersensitivitas, termasuk reaksi alergi
parah terhadap ragi (komponen vaksin) atau setelah pemberian dosis Gardasil atau
Gardasil 9 sebelumnya.
Rekomendasi Satgas Imunisasi IDAI tentang vaksin HPV, yaitu:
• Imunisasi vaksin HPV diperuntukan pada anak perempuan sejak umur 9 – 14
tahun
• 2 dosis dengan jarak 6 - 15 bulan
Pencegahan Kanker Serviks
Pencegahan sekunder
Deteksi lesi pra kanker terdiri dari berbagai metode :
1. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA),
2. Papsmear (konvensional atau liquid-base cytology /LBC ),
 IVA test  pemeriksaan visual yang dapat dilakukan dengan mata telanjang dengan
memanfaatkan asam asetat dalam prosesnya.
 Syarat :
• Sudah pernah berhubungan seksual
• Tidak berhubungan seksual dalam waktu 24 jam
• Tidak sedang hamil
• Ibu yang baru melahirkan, dilakukan setelah 6 minggu pascapersalinan
• Tidak sedang menstruasi
Positif atau abnormal =  adanya bercak putih yang tebal pada leher rahim
(acetowhite positif). Dugaan semakin kuat bila ditemukan gejala lain di sekitar
vagina : kutil kelamin dan bercak putih (leukoplakia).
Negatif atau normal = tidak ditemukannya bercak putih (leher rahim tidak
menunjukkan warna merah atau merah muda)
IVA TEST

IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat 3-


5%)
• Non - invasif
• Mudah – murah
• Di Puskesmas
• Hasil langsung

Memadai untuk negara di sarana terbatas

Setelah dipulas Asam Asetat 3 - 5% (ada


bercak putih)
Serviks Normal (Leher Rahim)
 Pap smear  pemeriksaan mikroskopis terhadap sel leher rahim
untuk mendeteksi perubahan akibat infeksi virus HPV tipe 16 dan 18.
 Untuk wanita usia 21 tahun atau yang sudah pernah berhubungan
seksual. Dilakukan secara rutin dan diulang setiap 3 tahun.
 Waktu terbaik = tidak sedang menstruasi, hindari berhubungan intim,
tidak memakai alat kontasepsi vagina (busa spermisidal, krim atau
jeli), douching atau alat pembersih kewanitaan, atau tidak
menggunakan obat vagina sebelum pemeriksaan.
 Sebetulnya tidak sakit, tapi dapat mengalami kram atau
ketidaknyamanan akibat rasa tegang atau takut. 
 Negatif atau normal = leher rahim terlihat sehat, semua sel memiliki
ukuran dan bentuk yang normal.
 Positif atau abnormal = ditemukan kelainan pada sampel (sel dengan
ukuran dan bentuk yang berbeda dari ukuran normal).
PAP SMEAR
Pengambilan sel = sel serviks dengan spatula atau sitobrush
 dioleskan di objek glas  diperiksa dengan mikroskop.
Metode Skrining Test PAP Smear IVA Test

Petugas kesehatan Sample takers Bidan


(Bidan/perawat, dokter umum/dokter Perawat
spesialis) Dokter umum
↓ Dokter spesialis
Skrinner / Sitologis / Patologis
Perbandinga
n Sensitivitas 70% - 80% 64% - 96%

Pemeriksaan Spesifitas 90% - 95% 54% - 98%

Tes Pap dan Hasil 1 hari – 1 bulan Langsung


IVA Sarana Spekulum Spekulum
Lampu sorot Lampu sorot
Kaca benda Asam asetat
Laboratorium

Biaya Rp. 200.000,- sampai Rp. 1.000.000 Rp. 25.000,- sampai Rp.
70.000,-
Pengobatan Lesi
 LSIL (CIN I) : Awal HSIL (CIN II – CIN III) :
• Masih bisa dilakukan hanya pengamatan ulang • Harus dilakukan tindakan
• Menurut Sistem Bethesda 2001 : • Kriosurgeri
• Observasi dan ulang pap smear selama 1 tahun • Kauterisasi
• Normal  kembali ke jadwal skrining rutin • Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel
• Bila menjadi lebih berat  Kolposkopi yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat
• Bila LSIL persisten dalam 2 tahun observasi, di sekitarnya
dilanjutkan dengan ablasi dan eksisi • LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure)
atau konisasi
• Menurut Kemenkes 2018 :
• Konfirmasi disgnostik dengan Kolposkopi.
• Bila perlu dilanjutkan dengan LEEP
• LSIL  dilakukan LEEP dan observasi 1 tahun
• HSIL  dilakukan LEEP dan observasi 6 bulan
Kriosurgeri (pembekuan)
 Cryoterapy serviks = sering digunakan untuk pengobatan displasia serviks (prakanker)
 Membekukan bagian serviks dengan alat bedah yang menghasilkan suhu sangat dingin dan
diaplikasikan ke area superfisial jaringan serviks  menyebabkan kematian sel (nekrosis
jaringan mencapai 7mm)
 Dianggap aman dan memiliki risiko komplikasi yang rendah
Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi)
 Prosedur memanfaatkan diatermi atau panas untuk menghancurkan sel atau jaringan
abnormal
 Dapat meregenerasi sel yang halus dan mudah rusak menjadi lebih baru, sehat dan kuat
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
 Upaya pencegahan dan pengendalian kanker serviks dilakukan
dengan vaksinasi HPV (dapat diberikan pada anak perempuan
dan laki-laki).
 Selain vaksinasi, transmisi HPV juga dapat diturunkan dengan
melakukan perilaku seksual yang aman, seperti menggunakan
kondom.
 Penggunaan kondom tidak memberikan perlindungan total
dari infeksi HPV  kondom tidak menutupi semua kulit
genital yang terbuka.

Anda mungkin juga menyukai