PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi hipertensi pada anak dan remaja tidak dapat disebut dengan satu
angka, karena nilai tekanan darah normal bervariasi pada berbagai usia. 9 Definisi
hipertensi pada anak dan remaja adalah tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih
dari persentil 95 menurut jenis kelamin, usia dan tinggi badan.10
Prehipertensi yaitu rerata TDS atau TDD > persentil 90 tetapi < persentil 95
merupakan, keadaan yang berisiko tinggi berkembang menjadi hipertensi. Terdapat
istilah “white-coat hypertension” yang merupakan keadaan penderita yang tekanan
darahnya > persentil 95 pada pemeriksaan di klinik atau praktek dokter, namun pada
keadaan lain TD tidak mencapai atau melebihi persentil 95. Kelompok ini memiliki
kemungkinan yang lebih baik untuk tidak menderita penyakit kardiovaskular
dikemudian hari dibandingkan dengan kelompok yang memiliki hipertensi yang
menetap.8,11
Anak-anak dan remaja dengan tekanan darah lebih tinggi dari persentil ke-90
berdasarkan usianya memiliki kemungkinan tiga kali lipat lebih besar untuk menjadi
hipertensi pada usia dewasa dibandingkan dengan sebayanya dengan tekanan darah
pada persentil ke-50. Temuan ini dengan jelas menunjukkan bahwa beban tekanan
darah tinggi dimulai pada masa kanak-kanak dan berlanjut hingga remaja akan
menetap dalam fase sisa kehidupannya.14
Data National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), tekanan
darah anak laki-laki dan anak perempuan berdasarkan persentil usia dan tinggi badan
yang sudah direvisi tersaji pada tabel 1 dan 2 di bawah ini.8,11,12,13
2
Tabel 1. Tekanan Darah Anak Laki-Laki Berdasarkan Usia dan Persentil Tinggi Badan 8
3
Tabel 2. Tekanan Darah Anak Perempuan Berdasarkan Usia dan Persentil Tinggi Badan 8
4
Tabel 3. Persentil ke-95 tekanan darah anak dan remaja menurut usia dan jenis kelamin pada
persentil tinggi badan ke-5,50, dan 95.15
5
Tabel 4. Kurva tekanan darah berdasarkan jenis kelamin pada bayi usia 0-1215
Tabel 5. Klasifikasi Hipertensi pada Anak Usia 1 tahun atau Lebih dan Usia Remaja 15
3. Gunakan tabel TDS dan TDD yang benar sesuai jenis kelamin.
6
4. Lihat usia anak pada sisi kiri tabel. Ikuti perpotongan baris usia secara
5. Kemudian cari persentil 50, 90, 95, dan 99 TDS di kolom kiri dan TDD di
kolom kanan.
7. Bila TD >persentil 90, pengukuran TD harus diulang sebanyak dua kali pada
kunjungan berikutnya di tempat yang sama, dan rerata TDS dan TDD harus
dipergunakan.
8. Bila TD >persentil 95, TD harus diklasifikasikan dan dievaluasi lebih lanjut.
Adapun formula untuk menghitung tekanan darah pada anak juga dikembangkan untuk
mendukung deteksi dini hipertensi pada anak yaitu:8
Tekanan darah sistolik (persentil 95)
1-17 tahun =100+(usia dalam tahun x 2)
Tekanan darah diastolik (persentil 95)
1-10 tahun = 60 + (usia dalam tahun x 2)
11-17 tahun = 70 + (usia dalam tahun)
2.2 Epidemiologi
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2013, pada tahun
2009 sampai 2010, 85,5% dari anak-anak dan 44,3% dari dewasa memenuhi
hipertensi. Prevalensi hipertensi tertinggi di wilayah Afrika yaitu 46% dari orang
dewasa berusia 25 tahun keata, sedangkan prevalensi terendah yaitu 35% ditemukan
di Amerika. Penelitian yang dilakukan oleh American Heart Association tahun 2014
juga menyatakan bahwa tekanan darah tinggi terdaftar disertifikat kematian sebagai
penyebab utama 63.119 kematian di Amerika pada tahun 2010. Selain itu dalam
penelitian lain terhadap 14.686 orang anak berusia 10-15 tahun menemukan 4% anak
mengalami hipertensi.10 Penelitian yang dilakukan oleh Saing16 pada tahun 2005
7
menyatakan bahwa angka prevalensi kejadian hipertensi pada anak dan remaja di
Indonesia bervariasi dari angka 3,11% sampai 4,6%.
2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi atas primer (esensial) dan
sekunder. Penyebab hipertensi pada anak, terutama masa preadolesens, umumnya
adalah sekunder. Di antara penyebab sekunder, penyakit parenkim ginjal
merupakan bentuk yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar 60-70%.
Memasuki usia remaja, penyebab tersering hipertensi adalah primer, yaitu sekitar
85-95%.15
1) Hipertensi Primer
8
yang dalam jangka panjang dapat mendorong penyimpanan trigliserida dalam
hati, otot rangka, serta pankreas, sehingga menyebabkan resistensi insulin. 18
Selain itu obesitas juga dapat mengakibatkan disfungsi/kerusakan
fungsi vasoaktif dari sel endotelial, di mana terjadi penurunan nitric oxide
yang merupakan vasodilator dan peningkatan endhotelin yang merupakan
vasokontriktor. Peningkatan kadar leptin yang merupakan salah satu
adipocyte-derived substances juga berperan dalam peningkatan tekanan darah
melaui peningkatan stimulasi saraf simpatis, di mana leptin mengaktivasi saraf
simpatis secara sentral melalui efeknya pada hypothalamus dan secara perifer
lokal.18
Pada obesitas juga terjadi resistensi insulin dan atau hiperinsulinemia
yang dapat meningkatkan tekanan darah melalui beberapa mekanisme di
antaranya adalah efek antinatriuretik dari insulin, peningkatan sistem saraf
simpatis, peningkatan respon dari zat-zat vasokonstriktor, perubahan transpor
kation pada membran pembuluh darah, kerusakan sistem vasodilator
endotelium, dan efek stimulasi pertumbuhan otot polos pembuluh darah oleh
insulin.18
9
2) Hipertensi Sekunder 6
10
Kelompok umur Penyebab
Neonatus Trombosis arteri renalis, stenosis arteri
renalis, koarktasio aorta, displasia
bronkopulmoner
Bayi – 6 tahun Penyakit parenkim ginjal, stenosis arteri
renalis, koarktasio aorta
6 – 10 tahun Hipertensi essensial, penyakit parenkim
ginjal, stenosis arteri renalis
Adolesens Hipertensi essensial, penyakit parenkim
ginjal
11
Tabel 7. Etiologi dan pemeriksaan yang ditemukan
2.4 Patogenesis19
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral resistance.
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi
maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang
berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh
gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka
panjang.
Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai
dari sistem reaksi cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri
pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui
perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh
hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan
berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah
cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon renin (diproduksi
oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Hipertensi berat 12
Pada keadaan hipertensi berat yang bersifat mengancam jiwa atau
menggangu fungsi organ vital dapat timbul gejala yang nyata. Keadaan ini
disebut krisis hipertensi. Krisis hipertensi ini dibagi menjadi dua kondisi yaitu
hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi. Manifestasi klinisnya sangat
bervariasi namun komplikasi utama pada anak melibatkan sistem saraf pusat,
mata, jantung, dan ginjal. Anak dapat mengalami gejala berupa sakit kepala,
pusing, nyeri perut, muntah, atau gangguan penglihatan. Krisis hipertensi
dapat pula bermanifestasi sebagai keadaan hipertensi berat yang diikuti
komplikasi yang mengancam jiwa atau fungsi organ seperti ensefalopati, gagal
jantung akut, infark miokardial, edema paru, atau gagal ginjal akut.
Ensefalopati Hipertensif 8
Ensefalopati hipertensif ditandai oleh kejang fokal maupun umum
diikuti penurunan kesadaran dari somnolen sampai koma. Gejala yang tampak
pada anak dengan ensefalopati hipertensif umumnya akan segera menghilang
bila pengobatan segera diberikan dan tekanan darah diturunkan. Gejala dan
tanda kardiomegali, retinopati hipertensif, atau gambaran neurologis yang
berat sangat penting karena menunjukkan hipertensi yang telah berlangsung
lama.
Gambar 4. Lingkaran Lengan Atas Harus Diukur Tengah-tengah Antara Olekranon dan
Akromion
Gambar 5. Cuff Pengukur Tekanan Darah
Panjang cuff manset harus melingkupi minimal 80% lingkar lengan atas,
sedangkan lebar cuff harus lebih dari 40% lingkar lengan atas (jarak antara akromion
dan olekranon. Ukuran cuff yang terlalu besar akan menghasilkan nilai tekanan darah
yang lebih rendah, sedangkan ukuran cuff yang terlalu kecil akan menghasilkan nilai
tekanan darah yang lebih tinggi.13
Tekanan darah sebaiknya diukur setelah istirahat selama 3-5 menit, suasana
sekitarnya dalam keadaan tenang. Anak diukur dalam posisi duduk dengan lengan
kanan diletakkan sejajar jantung, sedangkan bayi diukur dalam keadaan telentang.
Jika tekanan darah menunjukkan angka di atas persentil ke-90, tekanan darah harus
diulang dua kali pada kunjungan yang sama untuk menguji kesahihan hasil
pengukuran.15
Tabel 9. Obat anti hipertensi pada anak 1-17 tahun rawat jalan8
The Fourth Report on the diagnosis, evaluation, and treatment of high
blood pressure in children and adolescents mendefinisikan hipertensi berat bila
tekanan darah melebihi 5 mmHg di atas persentil 99 menurut usia. Krisis
hipertensi yaitu rerata TDS atau TDD >5 mmHg di atas persentil 99 disertai gejala
dan tanda klinis. Pendapat lain menyebutkan bahwa hipertensi krisis dapat bersifat
emergensi yaitu peningkatan TDS atau TDD yang telah atau dalam proses
menimbulkan kerusakan organ dalam beberapa menit-jam atau urgensi yang perlu
diturunkan dalam 12-24 jam karena sewaktu-waktu dapat progresif menjadi
hipertensi emergensi (TDS >180 mmHg dan TDD >120 mmHg).
Krisis hipertensi yang disertai gejala ensefalopati hipertensif memerlukan
pengobatan dengan antihipertensi intravena untuk mengendalikan penurunan
tekanan darah dengan tujuan terapi menurunkan tekanan darah >25% selama 8
jam pertama setelah krisis dan secara perlahan-lahan menormalkan tekanan darah
dalam 26 sampai 48 jam. Krisis hipertensi dengan gejala lain yang lebih ringan
seperti sakit kepala berat atau muntah dapat diobati dengan antihipertensi oral atau
intravena. Sodium nitroprusid, nikardipin, dan labetalol dianjurkan sebagai obat
intravena yang aman dan efektif karena mudah dititrasi dan dengan toksisitas yang
rendah.
Obat lain yang dianjurkan adalah hidralazin, klonidin, esmolol, enalaprilat.
Nipedipin yang diberikan sublingual juga dianjurkan. Keamanan dan efikasi
nipedipin kerja cepat telah terbukti aman dan hanya menimbulkan sedikit efek
samping saat digunakan pada anak dengan hipertensi yang dirawat inap. Obat oral
perlu mendapat perhatian khusus karena efek penurunan tekanan darah tabg tidak
terkendali sehingga respons penurunan tekanan darah tidak dapat diprediksi.15
Tabel 10. Antihipertensi untuk menajemen hipertensi berat pada anak 1-17 tahun
Gambar 7. Penatalaksanaan Hipertensi pada Anak
2.8 Pencegahan
Upaya pencegahan terhadap penyakit hipertensi pada anak harus mencakup
pencegahan primer, sekunder, maupun tersier.
Pencegahan Primer21,22
Pencegahan primer hipertensi harus dilihat sebagai bagian dari
pencegahan terhadap penyakit lain seperti penyakit kardiovaskular dan stroke
yang merupakan penyebab utama kematian pada orang dewasa. Penting pula
diperhatikan faktor-faktor risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular
seperti obesitas, kadar kolesterol darah yang meningkat, diet tinggi garam,
gaya hidupyang salah, serta penggunaan rokok dan alkohol. Sejak usia
sekolah, sebaiknya dilakukan pencegahan terhadap hipertensi primer dengan
cara mengurangi asupan natrium dan melakukan olah raga teratur.
Konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio konsumsi
natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1:1. Sumber kalium yang baik
adalah buah-buahan seperti pisang dan jeruk. Secara alami, banyak
bahanpanganyang memiliki kandungan kalium dengan rasio lebih tinggi
dibandingkan dengan natrium. Rasio tersebut kemudian menjadi terbalik
akibat proses pengolahan yang banyak menambahkan garam ke dalamnya.
Sebagai contoh, rasio kalium terhadap natrium pada tomat segar adalah
100:1, menjadi 10:6 pada makanan kaleng dan 1:28 pada saus tomat. Contoh
lain adalah rasio kalium terhadap natrium pada kentang bakar 100:1, menjadi
10:9 pada keripik dan 1:1,7 pada salad kentang. Memberikan ASI eksklusif
pada bayi merupakan cara penting untuk mengurangi faktor risiko terjadinya
hipertensi.
Pencegahan Sekunder15
Pencegahan sekunder dilakukan bila anak sudah menderita hipertensi
untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti infark miokard, stroke, gagal
ginjal atau kelainan organ target. Pencegahan ini meliputi modifikasi gaya
hidup menjadi lebih benar, seperti menurunkan berat badan, olahraga secara
teratur, diet rendahlemak dan garam, menghentikan kebiasaan merokok atau
minumalkohol. Olah raga yang baik pada anak yang menderita hipertensi
sebagai bagian dari pencegahan sekunder merupakan kombinasi dari jenis
aerobik dan statik. Olah raga yang bersifat kompetitif diperbolehkan pada anak
dengan prehipertensi, hipertensi stadium 1 dan 2 yang terkontrol, tanpa
disertai gejala atau kerusakan organ target.
Selain itu secara umum olahraga yang teratur akan membuat badan kita
sehat dan terasa nyaman. Olahraga teratur sering dikaitkan juga dengan
pelepasan zat yang disebut endorphins, yang membuat perasaan menjadi lebih
nyaman dan santai. Asupan makanan mengandung kalsium dapat dilakukan
sebagai pengobatan alternatif untuk mengatasi hipertensi. Kadar kalsium yang
tinggi dalam darah akan menurunkan kadar natrium. Apabila komplikasi sudah
terjadi, misalnya stroke dan retinopati, maka upaya rehabilitatif dan promotif
yang merupakan bagian dari pencegahan tersier dapat dilakukan untuk
mencegah kematian dan mempertahankan fungsi organ yang terkena
seefektifmungkin.
DAFTAR PUSTAKA