Anda di halaman 1dari 69

SKIZOFRENIA PARANOID

Pembimbing: dr. Meidian Sari, Sp. KJ.

Maret 2018 Desmia Jayanti Putri, S.Ked (71.2017.003)


BAB I
IDENTIFIKASI PENDERITA

 Nama : Ny. M
 Usia : 50 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Status Perkawinan: Belum menikah
 Suku / Bangsa: Palembang / Indonesia
 Pendidikan : Tidak tamat SD
 Pekerjaan : Tidak bekerja
 Agama : Islam
 Alamat : Jalan Ariodila, Kota Palembang. Sumatera Selatan.
 Datang ke RS: Sabtu, 3 Maret 2018, Pukul 10.00 WIB
 Cara ke RS :Pergi sendiri menggunakan bus kota
 Tempat Pemeriksaan :Poli Jiwa RS.dr. Ernaldi Bahar Palembang
.
RIWAYAT PSIKIATRI
 Riwayat psikiatri diperoleh dari:
Autoanamnesis dengan penderita pada Sabtu, 3
Maret 2018
 Keluhan Utama

Tidak ada keluhan


Riwayat Perjalanan Penyakit
 Sejak 1 bulan os masih sering mendengar bisikan.
Bisikan berisi ejekan bahwa os tidak berdaya.
Sebelumnya os pernah melihat bayangan orang tua
menggunakan topi, tanpa baju dan membawa
pancingan. Os merasa sangat takut terhadap
bayangan tersebut.
 Namun os merasa keluhannya makin berkurang karena
os minum obat secara teratur dan os banyak melakukan
aktivitas dirumah seperti, membersihkan rumah,
menyapu, mengepel dan mencuci piring
 Os mengaku apabila tidak minum obat maka os
akan merasa tidak nyaman pada tubuhnya dan os
akan gelisah.
 Untuk rutinitas setiap hari seperti makan dan mandi
os melakukanya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Os makan 3-4 kali sehari os mengaku nafsu
makannya baik. Dan untuk mandi os mandi 2 kali
dalam satu hari pagi dan sore hari.
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA
Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya

Os sudah berobat ke psikiatrik sejak tahun 1984.


Awalnya karena hubunganya dengan seorang duda
beranak satu tidak direstui oleh neneknya. Selain itu
umurnya saat itu masih sangat muda saat itu yaitu 14
tahun. Sehingga neneknya tidak memperbolehkan os
menikah dengan duda tersebut. Sejak saat itu os
mulai menutup diri dan banyak melamun dirumahnya.
 Os sering mendengar bisikan yang mengejek
sehingga os menjadi mudah tersinggung. Pasien
pernah bertengkar dengan tetangganya, akibat
mengikuti bisikan dan os curiga bahwa
tetangganya mengejeknya padahal hal tersebut
hanya salah paham. Kemudian pada tahun 1989
atau 5 tahun setelah kejadian tersebut os dibawa
kerumah sakit jiwa di daerah Magelang karena os
gelisah dan akhirnya os dirawat selama satu bulan
di rumah sakit tersebut.
 Lalu 5 tahun kemudian pada tahun 1994 os kembali
dirawat di rumah sakit jiwa di daerah Lampung dengan
keluhan gelisah dan mengamuk. Setelah itu os mengaku
tidak pernah lagi dirawat dan selalu kontrol di Rumah
Sakit Ernaldi Bahar secara teratur setiap satu bulan
sekali. Namun os pernah putus obat selama ± 5 tahun
karena berobat di pengobatan alternatif dan tidak
diperbolehkan mengkonsumsi obat dari dokter. Karena
tidak membuahkan hasil maka os kembali berobat di
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang dan kontrol
setiap satu bulan sekali.

Riwayat Kondisi Medis Umum
 Riwayat asam urat (+) : sejak tahun 2016
 Riwayat alergi makanan (+) : fermentasi ikan
 Riwayat trauma kapitis (-)
 Riwayat asma (-)
 Riwayat demam tinggi (-)
 Riwayat kejang (-)
Penggunaan Zat Psikoaktif
Os tidak pernah memakai zat psikoaktif apapun.
Timeline Perjalanan Penyakit Pasien
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
Riwayat Premorbid

 Bayi : Menurut os ia lahir spontan, cukup bulan,


ditolong oleh dukun beranak dan mengkonsumsi ASI.
 Anak : Menurut os ia banyak teman dan periang.
 Remaja : Menurut os ia lebih banyak dirumah karena
dipingit oleh orangtuanya, temannya hanya 1-2 orang.
 Dewasa : Menurut os ia jarang bergaul dengan orang
sekitar karena penyakitnya.
Situasi Kehidupan Sekarang
 Os tinggal dirumah dengan ibunya
Riwayat Keluarga
 Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang
sama tidak ada.
Riwayat pendidikan
 Os sekolah hanya sampai kelas 5 SD.
Riwayat pekerjaan
 Os belum pernah bekerja semenjak sakit
RIWAYAT PERNIKAHAN
 Pasien belum menikah
AGAMA
 Os beragama Islam
Riwayat Sosial Ekonomi
 Pasien tinggal dengan ibu yang sudah tidak
bekerja, sehingga biaya kehidupannya berasal
dari saudaranya
Riwayat pelanggaran hukum

 Penderita belum pernah berurusan dengan pihak


berwajib.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Deskripsi Umum

 Penampilan
Os berjenis kelamin perempuan berusia 49 tahun pada saat
wawancara os menggunakan baju kaos berwarna coklat dan
celana panjang. Penampilan sesuai usia. Perawatan terhadap diri
rapi.

 Perilaku dan aktivitas psikomotor


Os tenang, duduk dan menjawab sesuai pertanyaan.

 Sikap terhadap pemeriksa


Kontak (+), adekuat dan kooperatif
Mood dan Afek

 Mood : Distimik (Disforik)


 Afek : Sesuai (Approprite)
 Keserasian : Serasi antara pikiran, perasaan,
dan perilaku
Pembicaraan
 Koheren (+)
Gangguan Persepsi
1. Halusinasi dan ilusi:
 Halusinasi auditorik (+) adaos mendengar suara
yang berisi ejekan dan hinaan yang mengatakan
bahwa os tidak berdaya.
 Halusinasi visual (+) adaos melihat bayangan
laki-laki tua menggunakan topi, tanpa pakaian dan
membawa pancingan.
2. Ilusi (-) tidak ada
3. Depersonalisasi dan derealisasi : (-)
Pikiran
 Proses dan bentuk pikiran : koheren (+)
 Produktivitas : Menjawab jika diberikan pertanyaan

 Kontinuitas : Kontinu
 Hendaya berbahasa : Tidak ada

Isi pikiran
 Preokupasi : Tidak ada

 Gangguan pikiran : Waham(-),self acusation(+),

obsesi(-), Ide(-)
Kesadaran dan Kognisi
 Tingkat kesadaran dan kesigapan : compos mentis
Orientasi
 Waktu : Baik
 Tempat : Baik
 Orang : Baik
Daya ingat
 Daya ingat jangka panjang : cukup baik

 Daya ingat jangka segera : baik

 Daya ingat jangka pendek : baik

 Daya ingat segera : baik


 Konsentrasi dan perhatian : baik
 Kemampuan membaca dan menulis : Os dapat membaca dan
menulis
 Kemampuan visuospasial : Os dapat menjela cara
perjalanan dari rumahnya sampai tiba ke RS. dr. Ernaldi
Bahar Palembang.
 Kemampuan menolong diri sendiri : Baik, os bisa makan dan
minum sendiri. BAB dan BAK sendiri.
Pengendalian Impuls
 Impulsivitas (+) ada.
Daya Nilai
 Daya nilai sosial : Baik
 Penilaian realita : RTA tidak terganggu
 Tilikan : Derajat 4, os menyadari dirinya sakit dan
butuh bantuan, namun tidak memahami penyebab
penyakitnya.
Taraf Dapat Dipercaya
 Penjelasan yang diberikan penderita cukup dapat
dipercaya, karena penderita datang sendiri untuk
kontrol ke rumah sakit.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH
LANJUT
Status Internus
 Keadaan umum: Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda vital :TD : 110/70 mmHg
N : 72 x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 36,60C
 Kepala :Normosefali, conj. palpebra tidak anemis,
sklera ikterik (-)
 Thorax :Jantung : SI-SII normal, suara tambahan (-)
 Paru : vesikuler normal (+)
 Abdomen :datar, lemas, nyeri epigastrium (-), BU (+) normal
 Pembesaran hepar dan lien (-)
 Ekstremitas :hangat, edema (-), sianosis (-)
Status Neurologikus

GCS: 15
E : membuka mata spontan (4)
V : berbicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
Fungsi sensorik: tidak terganggu
Fungsi motorik: kekuatan otot
IKHTISAR PENEMUAAN BERMAKNA
 Berdasarkan wawancara psikiatri didapatkan
informasi bahwa os seorang perempuan berusia 50
tahun, asal Palembang, pendidikan terakhir tidak
tamat SD, sampai saat ini os belum bekerja. Os
datang ke RS.dr. Ernaldi Bahar Palembang pada
Sabtu, 3 Maret 2018, Pukul 10.00 WIB untuk
kontrol ulang dan obat habis.
 Pada pemeriksaan status mental, didapatkan os
berpenampilan rapi menggunakan baju kaos berwarna
coklat dan celana panjang. Penampilan sesuai usia.
Perawatan terhadap diri rapi. Selama pemeriksaan, os
kooperatif dan menjawab setiap pertanyaan
pemeriksa dan tampak tenang. Suasana mood os
didapatkan distimik disforik. Selama pembicaraan
penderita tampak koheren. Tampak gangguan persepsi
berupa halusinasi auditorik dan halusinasi visual, ilusi
tidak ada. Proses dan bentuk pikiran dengan
produktivitas baik dan kontinu. Gangguan pikiran pada
penderita ditemukan self acuation.
 Dikeluarga os tidak ada yang memiliki keluhan
serupa. Os sampai saat ini tidak memiliki pekerjaan
dan belum menikah. Os mengisi waktu luangnya
hanya dengan melakukan pekerjaan rumah. Os
hanya tinggal dengan ibunya yang sudah tua dan
tidak lagi bekerja dirumah, sehingga kebutuhan
sehari-hari os dan ibunya dipenuhi oleh
saudaranya.
FORMULASI DIAGNOSTIK
Pasien tidak
Berdasarkan merokok, tidak
anamnesis dan mengkonsumsi
pemeriksaan fisik
alkohol, tidak
yang telah
dilakukan tidak ada R/ konsumsi ditemukan adanya
terdapat penyakit NAPZA bukan gangguan dalam
yang menyebabkan F.1 menilai realita berupa
disfungsi otak adanya halusinasi dan
bukan F.0 waham curiga F.2

AKSIS I

Berdasarkan Halusinasi dan


PPDGJ III waham yang
dialami pasien
ditegakkan
sudah terjadi
diagnosis untuk Terdapat halusinasi sejak ± 34
aksis I adalah auditori tahunF.20
F20.0 Skizofrenia & visual, serta
Paranoid. waham
curigaF.20.0
Pada diagnosis
multiaksial aksis II
ditemukan gangguan
AKSIS II kepribadian. yaitu
aksis II Gangguan
kepribadian skizoid
Pada diagnosis
multiaksial aksis III
ditemukan adanya
AKSIS III gangguan kondisi medik
umum yang menyertai
penderita yaitu gout
arthritis Maka pada os
didapatkan aksis III
Gout arthritis
Pada penderita untuk
aksis IV yaitu
AKSIS IV Masalah berkaitan
dengan lingkungan
sosial
Pada aksis V
didapatkan Global
Assessment of
Functioning (GAF)
AKSIS V Scale 70-61
beberapa gejala
ringan dan menetap,
disabilitas ringan
dalam fungsi, secara
umum masih baik.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I: F20.0 Skizofrenia Aksis IV: Masalah berkaitan
Paranoid dengan lingkungan sosial

Aksis II: Gangguan


kepribadian skizoid Aksis V :GAF Scale 70-61

Aksis III: Gout Arthritis


DAFTAR MASALAH
Organobiologik

Tidak ditemukan faktor genetik gangguan


kejiwaan.
Psikologik
 Os memiliki persepsi halusinasi auditorik
Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Os tinggal dirumah dengan ibu yang sudah tua,
belum memiliki pasangan dan pasien tidak bekerja.
PROGNOSIS
Quo ad vitam :dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanasionam : dubia ad bonam
RENCANA PENATALAKSANAAN
Psikofarmaka
 Antipsikotik: Haloperidol 2x5 mg
 Antipsikotik: Clozapine 1x25 mg
 Antimuskarinik: Trihexyphenidyl 2x2 mg
Psikoterapi
Terhadap penderita
 Memberikan edukasi terhadap penderita agar
memahami gangguannya lebih lanjut, cara
pengobatan dan penanganannya, efek samping
yang dapat muncul, serta pentingnya kepatuhan
dan keteraturan dalam minum obat.
 Intervensi langsung dan dukungan untuk
meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan
fungsi sosial, dan pencapaian kualitas hidup yang
baik.
Terhadap keluarga (apabila pasien datang bersama
keluarganya)
 Informasi dan edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien,
gejala, kemungkinan penyebab, dampak, factor- factor pemicu
kekambuhan dan prognosis sehingga keluarga dapat
memberikan dukungan kepada pasien
 Meminta keluarga untuk mendukung pasien, mengajak pasien
berinteraksi dan beraktivitas serta membantu hubungan social
pasien ketika pasien sudah kembali ke rumah
 Meminta keluarga untuk selalu mengingatkan pasien untuk
control rutin dan minum obat secara teratur
 Menginformasikan bahwa penyakit ini bersifat jangka panjang
sehingga dibutuhkan kesabaran dan perhatian keluarga
secara penuh
BAB II
DISKUSI
 Pada kondisi penderita ditemukan halusinasi
auditorik dan visual. Panca indera manapun dapat
dipengaruhi pengalaman halusinatorik pada pasien
skizofrenia. Meski demikian, halusinasi yang paling
umum adalah auditorik, dengan suara yang
seringkali mengancam, menuduh, ataupun mengina.
Halusnasi visual juga lazim, namun halusinasi taktil,
olfaktori, dan gustatory tidak biasa dijumpai. Pada
pasien ini mengalami halusinasi auditori yang berisi
pengihinaan atas ketidakberdayaan pasien.
 Selain itu pada kondisi penderita ditemukan juga
waham curiga. Gangguan isi pikir tersebut dapat
mencerminkan ide, kepercayaan, dan interpretasi
pasien terhadap rangsang. Selama wawancara
psikiatri, penderita bersikap kooperatif, terdapat
kontak, mood distimik (disforik), afek sesuai,
pandangan terhadap pemeriksa saat wawancara
baik, proses dan bentuk pikiran self acusation atau
lebih banyak menyalahkan diri sendiri.
 Pada penderita dipilih terapi anti psikotik golongan
atipikal berupa haloperidol 1 x 25 mg dari
golongan nonfenotiazin dengan potensi terapi
tinggi, dengan sasaran kerja adalah reseptor
dopamin D2 di sistem nigrostriatal,
mesolimbokortikal, dan tuberoinfundibuler pada
otak. Obat yang bekerja pada reseptor dopamin
dipilih karena gejala positif pada pasien
skizofrenia diperkirakan terjadi akibat aktivitas
dopamin berlebih.
 Selain itu pada penderita diberikan juga clozapine
yang merupakan antipsikotik yang efek samping
ekstrapiramidalnya minimal. Dibandingkan dengan
generasi pertama, semua APG-II mempunyai rasio
blokade serotonin (5 hidroksitriptamin) (5HT) tipe 2 (5-
HT2) terhadap reseptor dopamin tipe 2 (D2) lebih
tinggi. Clozapine lebih banyak bekerja pada sistem
dopamin mesolimbik daripada striatum. Clozapine
efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan
skizofrenia bak yang positif (iritabilitas) maupun
negatif (social disinterest dan incompetence, personal
neatness)
 Kemudian penderita diberikan THP 2x2 mg.
Trihexylphenidil (THP) diberikan apabila terjadi
efek samping ekstrapiramidal. Semua antagonis
reseptor dopamin berkaitan dengan efek samping
ekstra piramidal. Hal ini disebabkan karena
berkurangnya aktivitas dopamin pada ganglia
basalis, yang diakibatkan karena afinitasnya
terhadap reseptor D2
 Selain menggunakan terapi psikofarmaka,
penderita juga ditunjang dengan psikoterapi.
Psikoterapi suportif bertujuan agar penderita
merasa aman, diterima, dan dilindungi. Psikoterapi
suportif dapat diberikan pada penderita yang
mengalami gangguan proses kognitif, gangguan
dalam penilaian realita, gangguan proses pikir,
serta adanya gangguan dalam melakukan
hubungan dengan orang lain.
 Dalam hal ini diberikan melalui edukasi terhadap
penderita agar memahami tentang penyakit yang
diderita, faktor risiko, gejala, faktor penyebab,
cara perngobatan, prognosis, dan risiko
kekambuhan agar pasien tetap taat minum obat
dan segara datang ke dokter bila gejala serupa
muncul dikemudian hari. Dijelaskan juga bahwa
pengobatan berlangsung lama, adanya efek
samping obat dan pengaturan dosis hanya boleh
diatur oleh dokter..
 Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi
langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa
percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan
pencapaian kualitas hidup yang baik sehingga
memotivasi penderita agar dapat menjalankan fungsi
sosialnya dengan baik. Keluarga penderita juga
diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi
berupa penyampaian informasi kepada keluarga
mengenai penyebab penyakit yang dialami penderita
serta pengobatannya sehingga keluarga dapat
memahami dan menerima kondisi penderita untuk
minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali
gejala-gejala kekambuhan secara dini.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai