Anda di halaman 1dari 30

BAB I

LAPORAN KASUS
SKIZOAFEKTIF TIPE MANIA
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. S

Umur

: 34 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status Perkawinan

: Sudah Menikah

Agama

: Islam

Warga Negara

: Indonesia

Alamat

: Pattanrongnge Lanrae Dusun Nepo,

Mallusetasi, Pare-Pare
Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Masuk RS

: 20-08-2016

Alloanamnesis diperoleh dari Adik pasien


Nama

: Maemunah

Alamat

: Pattanrongnge Lanrae Dusun Nepo,

Malassetasi, Pare-Pare
No. Telepon

: 08237107756

LAPORAN PSIKIATRI
I.

RIWAYAT PENYAKIT :
A. Keluhan utama:
Gelisah
B. Riwayat gangguan sekarang :
Keluhan dan gejala:
Pasien perempuan berusia 34 tahun masuk untuk
yang ke-4 kalinya di RSKD Dadi dengan keluhan
gelisah dan mengganggu tetangga, dialami sejak 5
bulan yang lalu. Pasien sering membongkar barang,
melarang anaknya ke sekolah, tertawa sendiri dan
sulit tidur pada malam hari. Pasien juga mencurigai
tetangganya menceritakan kejelekan dirinya, adiknya
16

mengambil

barang-barangnya,

dan

suaminya

berselingkuh dengan adiknya ataupun perempuan


lain. Pasien sering melihat ular di rumahnya yang
akan menggigitnya. Selain itu mendengar suara
perempuan yang memerintahkan pasien untuk pergi
serta

menghasut

berselingkuh.

pasien

Pasien

bahwa

meyakini

suaminya

dirinya

pernah

melahirkan buaya yang merupakan kembaran dari


anak keduanya. Pasien sering sekali ke rumah
tetangganya untuk mengobrol, meminta makanan
dan mengamuk bila tidak diberikan. Pasien senang
dandan menor terutama jika akan pergi ke acaraacara.
Awal perubahan perilaku diawali 7 tahun yang
lalu.

Pasien

mengalami

gagal

panen

dan

perekonomiannya jatuh, sementara pasien memiliki


anak berumur 6 bulan pada saat itu. Pasien mulai
curiga dan menuduh suaminya sering memberi uang
kepada

orang

lain

sampai

kemudian

menuduh

suaminya berselingkuh. Pasien pernah dirawat di


RSKD Dadi pertama kali pada tahun 2009 dan
terakhir kali masuk pada bulan Februari 2016, pasien
pernah mendapatkan pengobatan haloperidol dan
clozapine. Pasien tidak mengonsumsi obatnya secara
teratur, karena bila pasien merasa baikan, pasien
menolak melanjutkan minum obat. Sebelum sakit
pasien merupakan orang yang pendiam dan memiliki
hubungan

yang

baik

dengan orang-orang yang

disekitarnya. Riwayat keluarga dengan keluhan yang


sama ada, yaitu ibu pasien.
Hendaya / disfungsi
o
Hendaya dalam bidang sosial (+)

17

o
Hendaya dalam bidang pekerjaan (+)
o
Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)
Faktor stressor psikososial :
Pasien mengalami gagal panen 7 tahun yang lalu
sehingga perekonomian keluarganya jatuh dan suami

pasien meninggalkan rumah 5 bulan yang lalu


Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit

fisik dan psikis sebelumnya :


o Riwayat infeksi tidak ada
o Riwayat trauma tidak ada
o Riwayat kejang tidak ada
o Riwayat NAPZA ada, yaitu pasien merokok
C. Riwayat gangguan sebelumnya :
Awalnya perubahan perilaku dialami sejak 7 tahun
yang lalu. Pasien pernah dirawat di RSKD Provinsi
Sulawesi Selatan sebanyak 3 kali dengan keluhan yang
sama.
D. Riwayat kehidupan pribadi :
1. Riwayat prenatal dan perinatal (0-1 tahun)
Lahir pada tanggal 11 Juli 1979, cukup bulan, lahir
normal,

dibantu

oleh

dukun

di

rumah.

Pasien

mendapatkan ASI. Perkembangan pasien baik.


2. Riwayat Kanak Awal (1-3 tahun)
Perkembangan masa kanak-kanak awal pasien seperti
berjalan,

berbicara

baik,

perkembangan

berlangsung baik. Pasien bermain

dengan

motorik
teman

seusianya. Tidak ada masalah perilaku yang menonjol.


Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya.
3. Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tinggal bersama orang tua, cukup mendapatkan
perhatian dan kasih sayang. Pada usia 6 tahun pasien
masuk SD. Pasien adalah murid yang biasa-biasa saja.
Perkembangan

di

sekolah

baik,

hubungan

pasien

dengan teman-temannya baik.


4. Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien melanjutkan pendidikan tingkat SMP. Pasien
merupakan murid yang baik. Hubungan dengan teman-

18

teman nya baik. Setelah lulus SMP pasien tidak


melanjutkan sekolah ke SMA.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan: Setelah lulus SMP pasien tidak
melanjutkan pendidikannya
b. Riwayat Pekerjaan: Pasien tidak bekerja dan hanya
menjadi ibu rumah tangga
c. Riwayat Pernikahan : Pasien menikah.
d. Riwayat Agama : Pasien memeluk agama Islam
e. Situasi
kehidupan
sekarang:
Pasien
tinggal
sendirian.
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
- Pasien anak ke-5 dari 6 bersaudara (, , , , , )
- Pasien sudah menikah dan memiliki 4 orang anak
- Pasien berpisah dengan suaminya 5 bulan yang lalu.
- Hubungan pasien dengan keluarga baik.
- Riwayat keluarga dengan gejala yang sama ada.
F. Situasi Sekarang
Pasien tinggal sendirian, kadang dikunjungi anaknya.
Pasien sering berkunjung ke rumah adiknya.
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien tidak merasa dirinya sakit
II.

STATUS MENTAL :
A. Deskripsi Umum :
Penampilan
Tampak seorang perempuan memakai piyama dengan
celana panjang berwarna biru bercorak, perawakan
sedang, wajah sesuai usia, perawatan diri kurang.
Kesadaran
: Berubah
Aktivitas psikomotor : Gelisah
Pembicaraan
: Membanjir
Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif (mood), perasaan, dan empati,
perhatian :
Mood
: hipertimia
Afek
: hipertimia
Empati
: tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (kognitif) :
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan
sesuai dengan pendidikan.
19

2. Daya konsentrasi
: Tidak terganggu
3. Orientasi
:
Orientasi waktu : Tidak terganggu
Orang
: Tidak terganggu
Tempat
: Tidak terganggu
4. Daya ingat
:
Jangka panjang : Tidak terganggu
Jangka pendek
: Tidak terganggu
Jangka segera
: Tidak terganggu
5. Pikiran abstrak
: Tidak terganggu
6. Bakat kreatif
: Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Terganggu
D. Gangguan Persepsi :
1. Halusinasi
:
- Auditorik : mendengar suara perempuan yang
menghasut pasien bahwa suaminya berselingkuh
dan menyuruhnya untuk pergi
- Visual : melihat ular di rumahnya
2. Ilusi
: Tidak ada
3. Depersonalisasi
: Tidak ada
4. Derealisasi
: Tidak ada
E. Proses Berpikir :
1. Arus pikiran : kadang irrelevan, koheren
Produktivitas
: Berlebih
Kontinuitas
: Flight of ideas
Hendaya berbahasa
:
Organik : Tidak ada
Non-organik : Tidak ada
2. Isi pikiran :
Preokupasi
: Tidak ada
Gangguan isi pikiran
:
Waham bizarre (+)
: Pasien meyakini
melahirkan buaya
Waham Curiga (+)

Pasien

merasa

dirinya
curiga

dengan tetangganya menceritai kejelekan dirinya,


serta curiga suaminya berselingkuh dengan adiknya
ataupun perempuan lain
F. Pengendalian impuls
: Tidak terganggu
G. Daya nilai :
Norma sosial
: Terganggu
Uji daya nilai
: Terganggu
Penilaian realitas
: Terganggu

20

H. Tilikan (insight)
Derajat

:
(Pasien

tidak

merasa dirinya sakit)


I. Taraf dipercaya
: Dapat dipercaya
III.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT:
1. Status Internus
a. Keadaan umum
: Baik
b. Kesadaran
: Composmentis
c. Tanda vital
- Tekanan darah
: 120/80 mmHg
- Nadi
: 90x/menit
- Suhu
: 36,8 C
- Pernapasan : 20x/menit
d. Konjungtiva : Anemis (-), Ikterus (-)
e. Cor, Pulmo dan Abdomen dalam batas normal.
f. Ekstremitas atas dan bawah tidak ditemukan kelainan
2. Status Neurologi
a. GCS
: E4M6V5 (Composmentis)
b. Rangsang meningeal
: Tidak dilakukan
c. Tanda ekstrapiramidal
3. Tremor tangan
: Tidak ada
4. Cara berjalan
: Normal
5. Keseimbangan
: Baik
d. Sistem saraf motorik
: Dalam batas normal
e. Sistem saraf sensorik
: Dalam batas normal
f. Pupil : Bulat isokor diameter ODS

1) Kesan
IV.

2,5mm / 2,5 mm
g. Refleks cahaya : +/+
: normal

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA :


Seorang perempuan berumur 36 tahun masuk ke RSKD
Dadi untuk ke-4 kalinya dengan keluhan gelisah di rumah dan
mengganggu tetangga dialami sejak 5 bulan yang lalu. Pasien
sering membongkar barang, melarang anaknya ke sekolah,
tertawa sendiri dan sulit tidur di malam hari. Pasien mencurigai
tetangganya

menceritakan

dirinya

dan

curiga

suaminya

berselingkuh dengan adiknya ataupun perempuan lain. Awal


perubahan perilaku dialami saat pasien dan suami gagal panen
7 tahun yang lalu. Pasien sebelumnya adalah pribadi yang
pendiam. Kini pasien senang menari dan bernyanyi di acara

21

umum. Pasien sering sekali ke rumah tetangganya untuk


mengobrol, meminta makanan dan mengamuk bila tidak
diberikan. Pasien senang dandan menor terutama jika akan
pergi ke acara-acara.
Pasien tinggal sendiri setelah berpisah dengan suaminya 5
bulan lalu dan anaknya tinggal di rumah saudaranya yang
kadang-kadang menjenguk pasien.
Sebelum sakit, pasien adalah orang yang pendiam dan
memiliki hubungan baik dengan keluarga. Riwayat keluarga
dengan gejala yang sama ada, yaitu ibu pasien. Pasien
merokok.
Dari hasil pemeriksaan fisik, status internus dan status
neurologis didapatkan dalam batas normal.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang
perempuan memakai piyama dengan celana panjang berwarna
biru

bercorak,

perawakan

sedang,

wajah

sesuai

usia,

perawatan diri kurang. Kesadaran berubah, perilaku dan


aktivitas
koperatif,

psikomotorik
afek

pasien

gelisah,

pembicaraan

hipertimia,

empati

membanjir,
tidak

dapat

dirabarasakan.
Ada gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik, yaitu
suara perempuan yang menyuruh pasien untuk pergi dan
menghasut bahwa suaminya berselingkuh. Terdapat halusinasi
visual dimana pasien melihat ular di rumahnya yang akan
menggigitnya.
Kontuinitas flight of idea, gangguan isi pikiran terdapat
waham curiga yaitu pasien mencurigai suaminya berselingkuh
dengan adiknya ataupun dengan perempuan lain. Terdapat
waham

bizarre

yaitu

pasien

meyakini

dirinya

pernah

melahirkan buaya. Norma sosial dan daya nilai terganggu.


Tilikan 1 pasien tidak mengakui dirinya sakit. Taraf kepercayaan
dapat dipercayai.

22

V.

EVALUASI MULTIAKSIAL :
Aksis I :
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan
pemeriksaan status mental didapatkan gejala klinis yang
bermakna yaitu gelisah, sulit tidur pada malam hari,
menganggu tetangga, melarang anaknya ke sekolah,
sering

curiga

tetangganya

sering

membicarakan

kejelekannya, curiga pada suaminya berselingkuh serta


pasien

sering

mendengar

suara

perempuan

yang

menyuruh pasien pergi dan menghasut pasien bahwa


suaminya berselingkuh, melihat ular dan meyakini bahwa
dirinya

melahirkan

seekor

buaya.

Keadaan

ini

menimbulkan penderitaan (Distress) pada pasien dan


keluarga serta terdapat hendaya (Disability) pada fungsi
psikososial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita
gangguan jiwa.
Karena

adanya

hendaya

berat dalam menilai

realita yang ditandai dengan adanya halusinasi dan


waham,

maka

pasien

dapat

dikatakan

menderita

gangguan jiwa psikotik


Pada pemeriksaan status internus dan neurologi
tidak

ditemukan

gangguan

adanya

mental

kelainan,

organik

dapat

sehingga

adanya

disingkirkan

dan

didiagnosis gangguan jiwa psikotik non organik.


Pada

pemeriksaan

status

mental

didapatkan

gejala yang sesuai dengan diagnose 1 gejala skizofrenia


berdasarkan PPDGJ-III yaitu, adanya waham bizarre (pasien
melahirkan seekor buaya) sehingga disimpulkan pasien
menderita skizofrenia. Selain itu didapatkan gejala yang
memenuhi

trias

mania

yaitu

psikomotor

23

gelisah/meningkat, afek meningkat/hipertimia, dan flight


of idea, sehingga dapat disimpulkan pasien ini masuk
dalam kategori gangguan skizoafektif tipe manik
(F25.0)
Aksis II :
Tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III :
Tidak terdapat gangguan fisik
Aksis IV :
Masalah dengan primary support group : Suami pasien
meninggalkan rumah 5 bulan yang lalu.
Aksis V :
GAF scale saat ini : 60-51 gejala sedang (moderat),
disabilitas sedang.
VI.

DAFTAR MASALAH :
Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, namun
diduga terdapat ketidak seimbangan neurotransmitter,

maka dari itu pasien memerlukan farmakoterapi


Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita
berupa adanya waham bizarre, waham curiga serta
halusinasi auditorik dan visual sehingga memerlukan

psikoterapi.
Sosiologik
Ditemukan adanya

hendaya

dalam

bidang

sosial,

pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga


memerlukan sosioterapi.
VII.

RENCANA TERAPI :
Psikofarmakoterapi :
o Risperidon 2 mg 3x1
o Clozapin 25 mg 0-0-1
Psikoterapi :
- Ventilasi : Memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan isi hati dan keinginannya sehingga
pasien merasa lega.

24

Konseling:
kepada

Memberikan

pasien

tentang

penjelasan

dan

penyakitnya,

pengertian

agar

pasien

memahami cara menghadapinya, serta memotivasi


-

pasien agar tetap rutin minum obat.


Sosioterapi : Memberikan penjelasan kepada pasien,
keluarga

pasien

dan

orang

disekitarnya

tentang

gangguan yang dialami pasien sehingga mereka dapat


menerima dan menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk membantu proses pemulihan pasien.
VIII.

PROGNOSIS :
Ad Vitam

: Dubia ad malam.

Ad Sanatiorem

: Dubia ad malam.

Faktor Pendukung :

Tidak ada kelainan organobiologi.


Ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.
Keluarga mendukung kesembuhan pasien.

Faktor penghambat

IX.

Pasien tidak teratur minum obat


Onset penyakit sudah lama (kurang lebih 7 tahun)
Pasien masuk untuk keempat kalinya

FOLLOW UP :
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan

penyakitnya, efektifitas terapi serta kemungkinan terjadinya efek


samping dari obat yang diberikan.

25

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu
yang ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala
skizofrenia dan gejala gangguan afektif.Penyebab gangguan
skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat model konseptual
telah dikembangkan.Gangguan dapat berupa tipe skizofrenia
atau tipe gangguan mood.Gangguan skizoafektif mungkin
merupakan tipe psikosis ketiga yang berbeda, yang bukan
merupakan gangguan skizofrenia maupun gangguan mood.
Keempat

dan

yang

paling

mungkin,

bahwa

gangguan

skizoafektif adalah kelompok heterogen gangguan yang


menetap ketiga kemungkinan pertama.1
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan
episodik

gejala

gangguan

mood

maupun

gejala

skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama,


baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa
hari. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode
penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif
tipe manik..2
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham,
halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam
persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan
baik itu manik maupun depresif.2,3
Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan
DSM-V-TR, merupakan suatu produk beberapa revisi yang
mencoba mengklarifikasi beberapa diagnosis, dan untuk
memastikan bahwa diagnosis memenuhi kriteria baik episode
manik maupun depresif dan menentukan lama setiap episode
secara tepat.1

26

Pada

setiap

pemeriksaan

medis

menyingkirkan
dituliskan
gangguan

di

diagnosis

lengkap

penyebab
dalam

mood

banding
harus

psikotik,

dilakukan

organik.Semua

diagnosis

perlu

gangguan

banding

kondisi
skizofrenia

dipertimbangkan.Sebagai

untuk
yang
dan
suatu

kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai


prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan
skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood.
Sebagai

suatu

kelompok,

pasien

dengan

gangguan

skizoafektif memiliki prognosis yang lebih buruk daripada


pasien dengan gangguan depresif maupun gangguan bipolar,
tetapi memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien
dengan skizofrenia.1
A. DEFINISI
Gangguan

Skizoafektif

mempunyai

gambaran

baik

skizofrenia maupun gangguan afektif.Gangguan skizoafektif


memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan pada saat
bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang
menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu, tipe
manik dan tipe depresif.1,3
B. SEJARAH
Di tahun 1913 George H. Kirby dan pada tahun 1921
August Hoch keduanya menggambarkan pasien dengan ciri
campuran skizofrenia dan gangguan afektif (mood).Karena
pasiennya tidak mengalami perjalanan demensia prekoks
yang memburuk, Kirby dan Hoch mengklasifikasikan mereka
di dalam kelompok psikosis manic-depresif Emil Kraepelin.Di
tahun 1933 Jacob Kasanin memperkenalkan istilah gangguan
skizoafektif untuk suatu gangguan dengan gejala skizofrenik
dan gejala gangguan mood yang bermakna.Pasien dengan

27

gangguan ini juga ditandai oleh onset gejala yang tiba-tiba,


seringkali pada masa remajanya.Pasien cenderung memiliki
tingkat fungsi premorbid yang baik, dan seringkali suatu
stressor yang spesifik
keluarga

pasien

mendahului onset gejala.Riwayat

sering

kali

terdapat

suatu

gangguan

mood.Kasanin percaya bahwa pasien memiliki suatu jenis


skizofrenia. Dari 1933 sampai kira-kira tahun 1970, pasien
yang gejalanya mirip dengan gejala pasien-pasien Kasanin
secara

bervariasi

diklarifikasi

menderita

gangguan

skizoafektif, skizofrenia atipikal, skizofrenia dalam remisi, dan


psikosis sikloid.4

C. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi

seumur

hidup

dari

gangguan

skizoafektif

adalah kurang dari 1 persen, kemungkinan dalam rentang 0,5


sampai 0,8 persen. Namun, angka tersebut adalah angka
perkiraan, karena di dalam praktik klinis diagnosis gangguan
skizoafektif sering kali digunakan jika klinisi tidak yakin akan
diagnosis. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah
pada laki-laki dibandingkan para wanita; khususnya wanita
yang menikah; usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut
daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia.
Laki-laki

dengan

gangguan

skizoafektif

kemungkinan

menunjukkan perilaku antisosial dan memiliki pendataran


atau ketidaksesuaian afek yang nyata.
D. ETIOLOGI
Sulit untuk menentukan penyebab penyakit yang telah
berubah begitu banyak dari waktu ke waktu.Dugaan saat ini

28

bahwa

penyebab

gangguan

skizoafektif

mungkin

mirip

dengan etiologi skizofrenia.Oleh karena itu teori etiologi


mengenai

gangguan

skizoafektif

juga

mencakup

kausa

genetik dan lingkungan.


Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui,
tetapi empat model konseptual telah diajukan.
1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe
skizofrenia atau suatu tipe gangguan mood.
2. Gangguan

skizoafektif

mungkin

merupakan

ekspresi

bersama-sama dari skizofrenia dan gangguan mood.


3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe
psikosis

ketiga

yang

berbeda,

tipe

yang

tidak

berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu gangguan


mood.
4. Kemungkinan

terbesar

adalah

bahwa

gangguan

skizoafektif adalah kelompok gangguan yang heterogen


yang

meliputi

semua

tiga

kemungkinan

pertama.

Sebagian besar penelitian telah menganggap pasien


dengan gangguan skizoafektif sebagai suatu kelompok
heterogen.
E. TANDA DAN GEJALA
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan
episodik

gejala

gangguan

mood

maupun

gejala

skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama,


baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa
hari. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode
penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif
tipe manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif,
gejala depresif yang menonjol.2
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham,
halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam

29

persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan


baik itu manik maupun depresif.2,3
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan
diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III):3 Harus ada sedikitnya
satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a) thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang
atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi
pikiran

ulangan,

walaupun

sama, namun kualitasnya

isinya

berbeda ; atau thought

insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk


ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
thought broadcasting= isi pikirannya tersiar keluar
sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;
b) delusion

of

control

waham

tentang

dirinya

dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau


delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang dirinya = secara jelas merujuk kepergerakan
tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan

khusus).

delusional

perception

pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna


sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar
secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau
mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka
sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau
jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.

30

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut


budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja,
apabila disertai baik oleh waham yang mengambang
maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu minggu atau berbulanbulan terus menerus.
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.
g) Perilaku

katatonik,

seperti

keadaan

gaduh-gelisah

(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau


fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara
yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau
tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial;
tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya

gejala-gejala

khas

tersebut

diatas

telah

berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak


berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal). Harus ada
suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku
pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya

31

minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut


dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri
secara sosial.
F. DIAGNOSIS
Konsep
diagnostik

gangguan
baik

skizoafektif

skizofrenia

maupun

melibatkan
gangguan

konsep
mood,

beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik untuk gangguan


skizoafektif mencerminkan perubahan yang telah terjadi di
dalam kriteria diagnostik untuk kedua kondisi lain.
Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif
(Tabel 1) adalah bahwa pasien telah memenuhi kriteria
diagnostik untuk episode depresif berat atau episode manik
yang bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik
untuk fase aktif dari skizofrenia.Disamping itu, pasien harus
memiliki waham atau halusinasi selama sekurangnya dua
minggu

tanpa

adanya

gejala

gangguan

mood

yang

menonjol.Gejala gangguan mood juga harus ditemukan untuk


sebagian besar periode psikotik aktif dan residual.Pada
intinya,

kriteria

dituliskan

untuk

membantu

klinisi

menghindari mendiagnosis suatu gangguan mood dengan ciri


psikotik sebagai suatu gangguan skizoafektif.
Tabel

1.

Kriteria

Diagnostik

untuk

Gangguan

Skizoafektif (DSM-V)
Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana,
pada suatu waktu.
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau
suatu episode campuran dengan
gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1:
mood terdepresi.

32

B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau


halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang
menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood
ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari
penyakit.
D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu
zat (misalnya, obat
yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi
medis umum.
Sebutkan tipe:
Tipe bipolar (F25.0) : jika gangguan termasuk suatu
episode manik atau campuran (atau suatu manik
suatu episode campuran dan episode depresif berat)
Tipe depresif (F25.1) :jika gangguan hanya termasuk
episode depresif berat.
DSM-V juga membantu klinisi untuk menentukan apakah
pasien menderita gangguan skizoafektif, tipe bipolar, atau
gangguan

skizoafektif,

tipe

depresif.

Seorang

pasien

diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada


adalah dari tipe manik atau suatu episode campuran dan
episode depresif berat.5
Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori
yang terpisah karena cukup sering dijumpai sehingga tidak
dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-kondisi lain dengan
gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau
membentuk sebagian penyakit skizofrenik yang sudah ada,
atau di mana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau
secara

bergantian

dengan

gangguan-gangguan

waham

menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang

33

sesuai dalam F20-F29.Waham atau halusinasi yang tak serasi


dengan suasana perasaan (mood) pada gangguan afektif
tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gangguan
skizoafektif.
Tabel 2. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif
berdasarkan PPDGJ-III

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejalagejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia
dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang
satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang
sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode
penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun

episode manik atau depresif.


Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan
gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode

penyaki yang berbeda.


Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif
setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode
diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien
dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis
manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari
keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua
episode manik atau depresif (F30-F33)
Tabel 3. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif
Tipe Manik Berdasarkan PPDGJ III

Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe


manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang

dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik.


Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan
afek yang tak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas
atau kegelisahan yang memuncak.
34

Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu


atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas
(sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.- pedoman
diagnostic (a) sampai dengan (d)).

G. DIAGNOSIS BANDING
Semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding
skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan di
dalam diagnosis banding gangguan skizoafektif.Pasien yang
diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin dan
phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi
lobus temporalis secara khusus kemungkinan datang dengan
gejala skizofrenik dan gangguan mood yang bersamasama.Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua
kemungkinan

yang

biasanya

dipertimbangkan

untuk

skizofrenia dan gangguan mood.Di dalam praktik klinis,


psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi
gejala gangguan mood pada masa tersebut atau masa lalu.
Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis psikiatrik
akhir

sampai

gejala

psikosis

yang

paling

akut

telah

terkendali.1,3
H. PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS
Sebagai

suatu

kelompok,

pasien

dengan

gangguan

skizoafektif mempunyai prognosis di pertengahan antara


prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien
dengan gangguan mood.Sebagai suatu kelompok, pasien
dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh
lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif,
memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan
gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik
daripada pasien dengan skizofrenia. Generalitas tersebut

35

telah didukung oleh beberapa penelitian yang mengikuti


pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang
ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan
juga perjalanan gangguan itu sendiri.
Data

menyatakan

bahwa

pasien

dengan

gangguan

skizoafketif, tipe bipolar, mempunyai prognosis yang mirip


dengan prognosis pasien dengan gangguan bipolar I dan
bahwa pasien dengan premorbid yang buruk; onset yang
perlahan-lahan; tidak ada faktor pencetus; menonjolnya
gejala pskotik, khususnya gejala defisit atau gejala negatif;
onset yang awal; perjalanan yang tidak mengalami remisi;
dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masingmasing karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang
baik.Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama dari
Schneider tampaknya tidak meramalkan perjalanan penyakit.
Walaupun tampaknya tidak terdapat perbedaan yang
berhubungan

dengan

jenis

kelamin

pada

hasil

akhir

gangguan skizoafektif, beberapa data menyatakan bahwa


perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada wanita dengan
gangguan skizoafektif daripada laki-laki dengan gangguan
tersebut.Insidensi

bunuh

diri

di

antara

pasien

dengan

gangguan skizoafektif diperkirakan sekurangnya 10 persen.


I. TERAPI
Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif
adalah perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi
psikososial.Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk
gangguan skizoafektif adalah bahwa protokol antidepresan
dan antimanik diikuti jika semuanya diindikasikan dan bahwa
antipsikotik
pengendalian

digunakan
jangka

hanya

pendek.

jika
Pasien

diperlukan
dengan

untuk

gangguan

skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan

36

lithium, carbamazepine (Tegretol), valproate (Depakene), atau


suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak
efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif,
harus

diberikan

percobaan

antidepresan

dan

terapi

elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka diputuskan tidak


responsif terhadap terapi antidepresan.5
J. STRATEGI DAN TEKNIK PSIKOTERAPI DAN PSIKOSOSIAL
1. Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang
sama
2. Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan
yang memadai
3. Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke
personal dan ke masalah sosial.
K. STRATEGI DAN TEKNIK FARMAKOLOGIKAL DAN FISIK
1. Diberikan hanya bila indikasinya jelas
2. Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi
3. Anti anxietas dan antidepressant.
L. KESIMPULAN
Gangguan skizoafektif merupakan suatu gangguan jiwa
yang gejala skizofrenia dan gejala afektif terjadi bersamaan
dan

sama-sama

menonjol.

Prevalensi

gangguan

telah

dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan para


wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk
wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti
juga pada skizofrenia. Teori etiologi mengenai gangguan
skizoafektif mencakup kausa genetik dan lingkungan.Tanda
dan gejala klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk
semua tanda dan gejala skizofrenia, episode manik, dan
gangguan depresif. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya
dibuat apabila gejala2 definitif adanya

skizofrenia

dan

gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang

37

bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain,


dalam

episode

gangguan

yang

sama.

skizoafektif

Sebagian

mengalami

diantara

episode

pasien

skizoafektif

berulang, baik yang tipe manik, depresif atau campuran


keduanya.Terapi

dilakukan

dengan

melibatkan

keluarga,

pengembangan skill sosial dan berfokus pada rehabilitasi


kognitif.Pada
psikotik

farmakoterapi,

dengan

anti

digunakan

depresan

bila

kombinasi

memenuhi

anti

kriteria

diagnostik gangguan skizoafektif tipe depresif.Sedangkan


apabila gangguan skizoafektif tipe manik terapi kombinasi
yang diberikan adalah antara anti psokotik dengan mood
stabilizer.Prognosis

bisa

diperkirakan

dengan

melihat

seberapa jauh menonjolnya gejala skizofrenianya, atau gejala


gangguan afektifnya. Semakin menonjol dan persisten gejala
skizofrenianya maka pronosisnya buruk, dan sebaliknya
semakin

persisten

gejala-gejala

gangguan

afektifnya,

prognosis diperkirakan akan lebih baik.

38

BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis maka pasien ini didiagnosis dengan
Skizoafektif tipe manik. Hal ini didasarkan karena gejala yang
disampaikan pasien. Pasien memiliki waham bizarre dimana
pasien meyakini pernah melahirkan buaya. Dari pemeriksaan
status mental didapatkan hiperaktivitas motorik, afek hipertimia,
serta flight of idea.
Pada pasien ini memenuhi kriteria untuk Skizoafektif tipe
manik berdasarkan PPDGJ III yaitu :
a. Adanya waham menetap (Gejala Skizofrenia)
b. Terdapat trias manik yaitu hiperaktivitas motoric, flight of
ideas, dan afek hipertimia (Gejala gangguan afek)
c. Kedua gejala (a) dan (b) sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan.
d. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan
keluarga yang berkaitan dengan sifat keluhan keluhannya
dan dampak dari perilakunya.
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila
gejala gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan
afektif bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan,
atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode
yang sama. Pada farmakoterapi, digunakan kombinasi anti
psikotik

dengan

anti

depresan

bila

memenuhi

kriteria

39

diagnostik gangguan skizoafektif tipe depresif. Sedangkan


apabila gangguan skizoafektif tipe manik terapi kombinasi
yang diberikan adalah antara anti psikotik dengan mood
stabilizer.

Prognosis

bisa

diperkirakan

dengan

melihat

seberapa jauh menonjolnya gejala skizofrenianya, atau gejala


gangguan afektifnya. Semakin menonjol dan persisten gejala
skizofrenianya maka pronosisnya buruk, dan sebaliknya
semakin

persisten

gejala-gejala

gangguan

afektifnya,

prognosis diperkirakan akan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya. Jakarta : PT Nuh Jaya. 2013.
2. Kaplan, I. H. and Sadock, J. B. Sinopsis Psikiatri Ilmu Perilaku
Psikiatri Klinis, Edisi Ketujuh. Binarupa Aksara Publisher:
Jakarta.
3. Supratanda, Feri Eka. Penatalaksanaan Skizoafektif Tipe
Depresif

Dengan

Sindrom

Ekstrapiramidal.

Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung.


4. Olfson, Mark. Treatment Patterns for Schizoaffective Disorder
and

Schizophrenia

Among

Medicaid

Patients.Psychiatric

Services. 2009.
5. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical
Manual

of

Mental

disorders

(DSM

TM).

American

Psychological Association (APA): Washington DC.

40

LAMPIRAN

D : Dokter Muda
S : Ibu Sahra

D : Ibu Sahra.. Bagaimana perasaan ta?


S : Bagus ji dok
D : Saya tanya-tanya ki dulu nah. Siapa bawa ki ke sini?
S : Saudaraku
D : Kenapa ki dibawa ke sini?
S : Marah-marahi tetangga dok. Jadi na bawa ma saudaraku ke sini.
D : Marah-marah kenapa tetangga ta?
S : Suka ka jalan-jalan ke rumahnya orang. Menyanyi-menyanyika, makan ka apa
di rumahnya orang, itumi marahki.
D : Oh, ada masalah apa kah memang di rumah?

41

S : Itu ji dok, marah-marahi tetangga.


D : Kita tinggal sama siapa kah?
S : Sama anakku. Sama suamiku juga. Tapi pergi mi suamiku. Na tinggal ka.
D : Ditinggal kenapa ki?
S : Selingkuhi dok. Pergi ki sama perempuan. Nda na suka mka apa nda cantik
mka. Jelek mka sekarang. Padahal dulu cantik ka. Suk aka dandan.
D : Darimana ki tau suami ta selingkuh?
S : Memang. Pergi ki sama perempuan. Baru na bilangika selingkuh juga. Karena
kalo keluarka cantik-cantik ka, baru na bilang Kenapa kalo keluar ko cantikcantik baru kalo di rumah jelek-jelek jko? Itumi marahi dok, jadi ku kasih jelekjelek mi diriku.
D : Ah cantik jki sekarang.
S : Nda cantik mka. Nda pake bedak ka. Na dulu cantik sekali ka dok. Passolek
ka. Pergi ka ke acara-acara menyanyi, naik ka di atas panggung baru menyanyi ka.
D : Nda ma candoleng-doleng jki?
S : Ma candoleng-doleng ka dok. Pake seksi-seksi mka, pake rok pendek sama
beha, baru ma sawer-sawer mi orang.
D : Ih gara-gara itumi mungkin marah suamita.
S : Nda tau mi dok.
Waktu SMA Paskibraka ka juga dok. [Pasien berdiri] Indonesia merah darahku,
putih tulangku bersatu dalam semangatku. Indonesia..
D : Suka ki menyanyi di?
S : Suka ka dok. Na undang ka itu orang-orang menyanyi di electon.
D : Coba menyanyi ki bede. Bagaimana kalo menyanyiki.
S : [Pasien berdiri] Sakitnya tuh di sini di dalam hatiku, sakitnya tuh di sini
melihat kau selingkuh. Sakitnya tuh di sini di dalam hatiku. Sakitnya tuh di sini,
kau menduakan aku. Sakit..Sakit.. Sakitnya tuh di sini. [Sambil berjoget]
D : Oh begitu di. Anak ta berapa pale?
S : 4 dok. Satu SMA mi, satu SMP, satu diambili sama saudaraku dipelihara,
satunya masih kecil. Yang kedua itu dok kembar i.

42

D : Oh kembar?
S : Iya dok, buaya itu kembarnya.
D : Buaya? Kita liat itu buaya memang keluar?
S : Iya, saya liat i.
D : Ada ka yang sering kita dengar-dengar?
S : Ada dok.
D : Oh siapa? Apa na bilang?
S : Suara perempuan, laki-laki. Na bilang pergiko,pergiko
D : Kalo yang kita liat-liat?
S : Ada ular di rumahku dok. Ular besar dua. Mau ka na gigit. Tapi lari ka toh.
D : Memang ada itu ular dalam rumah?
S : Ada dok. Besarnya lagi itu ular.
D : Jadi sekarang di mana mi suami ta?
S : Ada di toli-toli.
D : Katanya kita ji bede yang usir suami ta.
S : Ah tidak dok. Dia tinggal ka. Na saya itu dok saya suka sekali suamiku. Selalu
ka bilang I love u. Dulu itu suka ka manja-manja sama suamiku. Kutunggumi na
kasih ka kembang. Tapi nda na kasih ka.
D : Oh begitu
S : Iya dok. Mesra sekali ka dulu sama suamiku. Pegangan tangan, mesra-mesraan
ki di depannya orang-orang. Serasa dunia milik berdua. Na itu mi iri orang-orang
sama saya dengan suamiku toh dok. Mau mi na ambil suamiku. Itu juga saudaraku
dok..
D : Kenapa saudara ta?
S : Na suka-suka itu suamiku dok.
D : Oh iya kah?
S : Iya dok. Suka apa na ambil barang-barangku.
D : Kita liat na ambil barang-barang ta?

43

S : Iya. Na foto ka apa telanjang baru na kasih liat orang bilang liat ko ini
candoleng-doleng. Mau menikah lagi suamiku jadi sekongkol ki na kasih gila ka.
Padahal ku suka sekali suamiku dulu dok. Mauka saya itu diperhatikan
D : Bilangki sama suami ta toh
S : Pernah itu ulang tahun ka na ma cantik-cantik ma, ku tunggui mi na bawakan
ka kembang tapi nda datang-datang. Malah pergi ki sama perempuan lain.
Disitumi mengamukka
D : Bilang ki harusya sama suami ta
S : Nda mau ma sama suamiku. Mauka cari yang lain. Sering ka na tinju, na
tampar. Pergi selingkuh baru kembali na tampar ka.
D : Kita liat betulan suamita selingkuh
S : Iya, kuliat i. Nda mau mi sama saya karena gila ka. Bisa ka sembuh ini dok?
D : Kalo minum ki obat teratur bisa. 7 tahun yang lalu ki masuk ke sini di pertama
kali
S : Darimana ki tau dok?
D : Saya tau. Saya liat dari mata ta
S : Masa? Orang pintar ki toh. Bagaimana cara ta tau nda pernah ka bilang
D : Ibu, tau ki apa artinya panjang tangan?
S : Pencuri
D : Bisa ki hitung 100-7?
S : Sembilan tiga
D : Sembilan tiga 7?
S : Nda ku tau i.
D : Oh oke mi pale. Sudah mi dulu nah ibu. Istirahat mki dulu.
S : Mau ka minum jamu dok.
D : Iya,iya sebentar nah. Nanti saya kasih obat juga, diminum nah.
S : Dok darimana ki tau 7 tahun lalu ka masuk ke sini?
D : Saya tau dari mata ta. Sudah mi dulu nah ibu.

44

45

Anda mungkin juga menyukai