Anda di halaman 1dari 5

I.

SKENARIO KASUS
Seorang perempuan, 29 tahun, P2A0, dating ke poliklinik dengan keluhan
keputihan berwarna putih seperti susu disertai rasa gatal.

II. KATA SULIT


 P2A0 : Partu 2x, Abortus 0
 Keputihan (Flour Albos) : Keluarnya cairan dari organ genitalia wanita yang
abnormal

III. KATA KUNCI


1. Perempuan 29 tahun
2. P2A0
3. Keluhan keputihan berwarna putih seperti susu disertai rasa gatal

IV. PERTANYAAN
1. Jelaskan keputihan fisiologis dan patalogis !
2. Jelaskan etiologi keputihan yang patologis !
3. Apa saja faktor predisposisi yang dapat menyebabkan keputihan patologs?
4. Jelaskan tanda dan gejala dari penyakit infeksi penyebab keputihan !
5. Jelaskan mekanisme terjadinya rasa gatal pada saat kehamilan !
6. Jelaskan bagaimana pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis !
7. Jelaskan penatalaksanaan penyakit dan gejala keputihan !
8. Jelaskan komplikasi infeksi dengan keputihan !
9. Jelaskan pencegahan penyakit yang menyebabkan gejala keputihan !

Jawaban :
1. A. keputihan fisiologi
Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang menstruasi, pada sekitar
fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi. Keputihan yang fisiologis terjadi
akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan selama proses
ovulasi.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keputihan fisiologis adalah
1) Bayi yang baru lahir kirakira 10 hari, keputihan ini disebabkanoleh pengaruh
hormon estrogen dari ibunya;
2) Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang, keadaan ini
ditunjang oleh hormon estrogen;
3) Masa di sekitar ovulasi karena poduksi kelenjarkelenjar rahim dan pengaruh
dari hormon estrogen serta progesterone;
4) Seorang wanita yang terangsang secara seksual. Ransangan seksual ini
berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi senggama,
vagina mengeluarkan cairan yang digunakan sebagai pelumas dalam
senggama;
5) Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke vagina dan
mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina;
6) Akseptor kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron yang dapat meningkatkan lendir servik menjadi lebih encer;
7) Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang menderita
penyakit kronik

B. Keputihan Patologi
Keputihan patologis yaitu keputihan yang terjadi pada semua infeksi alat
kelamin ( infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, jaringan
penyangga, dan pada infeksi karena penyakit menular seksua
Ciri-ciri keputihan patologik
 Terdapat banyak leukosit
 Jumlahnya banyak
 Timbul terus menerus
 Warnanya berubah ( biasanya kuning, hijau, abu-abu dan menyerupai susu)
 Disertai dengan keluhan gatal, panas, dan nyeri, serta berbau amis dan
busuk.

2. Etiologi
 Bakteri
a. Gardnerella
b. Gonococcus
c. Chlamydia Trachomatis
 Jamur Candida
 Parasit
 Virus
Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes
Simplex (VHS) tipe-2 dan Human Papilloma Virus (HPV).

3. Faktor- faktor Predisposisi :


 Kelelahan fisik
 Ketegangan psikis
 Kebersihan diri

4. Tanda dan Gejala


 Bacterial vaginosis keluhan dan gejala . ciri-ciri keputihan VB adalah tipis,
homogen, warna putih abu-abu, dan berbau amis. Keputihannya bisa banyak
sekali pada pemeriksaan dengan speculum lengket di dinding vagina.
 Trikomonas, keluhan dan gejala. Cairan vagina yang berbuih, tipis, berbau
tidak enak, dan banyak. Warnanya bisa abu-abu, putih, atau kuning
kehijauan. Terdapat eritema atau edema vulva dan vagina. Mungkin serviks
juga tampak eritematosus rapuh.
 Kandida, keluhan dan gejala. Pruritus, seringkali disertai iritasi vagina,
disuria, atau keduanya. Cairan vagina berwarna putih seperti susu yang
menjedal dan tidak berbau. Pemeriksaan speculum seringkali
memperlihatkan eritema dinding vulva dan vagina, kadang-kadang dengan
plak yang menempel.
 Gonore, tanda dan gejala. Disuria, perdarahan uterus abnormal, keluar cairan
vagina bercak darah, perdarahan pasca senggama. Pada pemeriksaan serviks
tampak erosi dan rapuh, terdapat cairan mukopurulen.

5. –

6. Pemeriksaan-pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis


Pemeriksaan laboratorium biasa
Tidak selalu, akan tetapi bila dianggap perlu , dilakukan pemeriksaan darah
dan air seni. Jumlah leukosit dan laju endap darah
Whiff test
Whiff test dinyatakan positif bila bau amis atau bau amin terdeteksi dengan
penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret vagina.
Tes lakmus untuk Ph
Kertas lakmus ditempatkan pada dinding lateral vagina. Warna kertas
dibandingkan dengan warna standar.
Pewarnaan gram sekret vagina
Pewarnaan gram sekret vagina dari bakterial vaginosis tidak ditemukan
Lactobacillus sebaliknya ditemukan pertumbuhan berlebihan dari Gardnerella
vaginalis dan atau Mobilincus sp. dan bakteri anaerob lainnya.
Kultur vagina
Kultur Gardnerella vaginalis kurang bermanfaat untuk diagnosis bakterial
vaginosis.
Uji H2O2

7. .Tatalaksana
A. Trichomonas vaginalis
Dosis tunggal Metronidazole 2 per oral atau 2x500 mg per hari selama 7 hari
merupakan pilihan utama.Dosis dapat ditingkatkan pada pasien yang tidak
memberikan respon terhadap Metronidazole dosis standar atau diganti dengan
pemeberian parenteral.
B. Vaginosis Bakterial
Antimikroba berspektrum luas terhadap sebagian besar bakteri
anaerob,biasanya efektif untuk mengatasi vaginosis bakterial.
Pilihan rejimen pengobatan:
Metronidazole dengan dosis 2x500 mg setiap hari selama 7 hari
Metronidazole 2 gram dosis tunggal
Klindamisin 2x300 mg per oral sehari selama 7 hari
Tinidazole 2x500 mg setiap hari selama 5 hari
Ampisilin atau amoksisilin dengan dosis 4x500 mg per oral selama 5
hari.
C. Candidiasis Vulvovaginitis
Terapi terdiri dari aplikasi topikal imidasol atau triasol, seperti
mikonasol, klotrimasol, butokonasol, atau terjonasol.Obat-obat ini dapat
diresepkan sebagai krim, supposutoria, atau keduanya. Lama pengobatan
bervariasi tergantung obat yang dipilih.

8. komplikasi
a) Wanita tidak hamil\
 Salfingitis
 Abses kelenjar bartholin
 Penyakit radang panggul
 Infetilitas
 neoplasma
 memudahkan terinfeksi HIV melalui jalur seksual
 peningkatan risiko infeksi pasca histeroktomi.
b) wanita hamil
 peningkatan risiko persalinan prematur
 BBLR
 Abortus
 Infeksi cairan amnion
 Korioamnionitis
 Penyakit radang panggul pasca abortus
 Endometritis post partum.

9. Pencegahan
Pencegahan keputihan yang terpenting harus dilakukan adalah menjaga
kebersihan organ reproduksi dengan cara yang benar, menyeimbangkan
antara aktifitas dan istirahat, mengurangi ketegangan psikis yang dialami.
Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang mengandung
deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal itu dapat
mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang munculnya jamur
atau bakteri.
Menjaga kuku tetap bersih dan pendek merupakan salah satu cara untuk
mencegah keputihan pada remaja. Kuku dapat terinfeksi Candida akibat
garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun dibawah kuku
tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok (Army, 2007).
(Johar, WE, dkk.2013)
Tidak mengguanakan pakaian yang ketat. Pakaian yang ketat akan
menimbulkan keadaan sekitar vagian lebih gerah dan peredaran darah tidak
lancer. (
Sering menggant ipembalut 4-5 kali sehari untuk menghin dari dari
pertumbuhan bakteri.

Anda mungkin juga menyukai