Anda di halaman 1dari 30

Dr. Tigor P. Simanjuntak, SpOG., M.

Kes
Departemen Obstetri dan Ginekologi
FK. UKI - Jakarta
Learning Objective:
Mengetahui definisi fluor albus
Mengetahui gejala klinis fluor albus
Mengetahui etiologi fluor albus
Mengetahui penatalaksanaan fluor
albus
Mengetahui pencegahan fluor albus.
Fluor albus

Keluarnya cairan yang berlebihan


dari vagina

Fisiologis dan Patologis


Fluor Albus
Fisiologis: Patologis:
Cairan yang keluar Cairan yang keluar
encer bersifat kental
Berwarna bening Berwarna putih susu,
atau krem kuning atau hijau
Tidak berbau Terasa gatal
Tidak gatal Berbau tidak sedap
Jumlahnya sedikit Jumlahnya banyak
Fluor Albus
Fisiologis: Patologis:
1. Pra dan Pasca 1. Infeksi ( bakteri,
menstruasi jamur, parasit, dan
2. Saat subur virus)
3. Stress 2. Gangguan hormonal
3. Keganasan
4. Benda asing
5. Kelainan didapat atau
bawaan
kondisi yg berisiko:
Sering memakai tissue saat membasuh bagian
kewanitaan, sehabis BAK maupun BAB

Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis

Sering menggunakan WC Umum yg kotor

Tidak mengganti panty liner

Membilas vagina dari arah yang salah. Yaitu dari ke


arah anus ke arah depan vagina
kondisi yg berisiko:
Sering bertukar celana dalam/handuk dgn orang lain
Kurang menjaga kebersihan vagina
Kelelahan yang amat sangat
Stress
Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi
Memakai sembarang sabun untuk membasuh vagina
Tidak mejalani pola hidup sehat (makan tidak teratur,
tidak pernah olah raga, tidur kurang)
Tinggal di daerah tropis yang lembab
Lingkungan sanitasi yang kotor.
kondisi yg berisiko:
Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas.
Jamur yang menyebabkan keputihan lebih mungkin
tumbuh di kondisi hangat.

Sering berganti pasangan dalam berhubungan sex

Kadar gula darah tinggi

Hormon yang tidak seimbang

Sering menggaruk vagina


1.1. Infeksi bakteri Neisseria
Gonorrhoea
1.2. Chlamydia Trachomatis
Hidup di sitoplasma sel
mukosa vagina

Klinis:

Pw: Giemsa

Terapi: AB
1.3. Infeksi Garderella
Radang epitel mukosa vagina Hidup

Bentuk khas: clue cell

Menghasilkan asam amino yg diubah


menjadi senyawa amin: bau amis

Klinis: sekret keabu-abuan

Terapi: AB
2. Jamur
Kandidosis vulvovaginitis atau
disebut juga kandidiasis vulvovaginitis
adalah infeksi vagina dan atau vulva
yang bersifat akut atau subakut
disebabkan oleh spesies Candida,
biasanya oleh spesies Candida
albicans (81%)
2. Jamur

Moses membagi etiologi kandidosis


vulvovaginitis menjadi :

Kandidosis vulvovaginitis akut:


Etiologi : Candida albicans (90%).

Kandidosis vulvovaginitis kambuhan:


Etiologi : Candida glabrata (15%), C.parapsilois,
Saccaromyces cereviceae.
2. Jamur
PREDISPOSISI:
Faktor endogen, yang meliputi :

1. Perubahan fisiologik :
Kehamilan, Kegemukan, Keadaan imunodepresi
Iatrogenik, Diabetes Mellitus

2. Medikasi :
- Penggunaan obat antibiotik dan kortikosteroid jangka
lama.
- Alat-alat kontrasepsi (IUD, kondom, diafragma, spons)
dan kotrasepsi oral.
2. Jamur
PREDISPOSISI:
Faktor eksogen , yang meliputi :

Iklim, panas, kelembaban menyebabkan perspirasi


meningkat.

Keadaan higenitas.

Pemakaian pakaian yang berbahan panas, tidak


menyerap keringat, terlalu ketat seperti bahan nylon.
2. Jamur
Tanda :

Asimtomatik pada 20-50% wanita


Rasa panas
Sekret berwarna keputihan, tidak berbau tapi kadang
berbau masam atau asam
Iritasi pada vulva
Rasa gatal (itching)
Disuria
Dispareuni
2. Jamur
GEJALA :

vulvitis dengan eritem dan edema vulva


fisura perineal
pseudomembran
lesi satelit papulopustular disekitar pseudomembran
karakteristik duh vagina berbentuk keju berwarna
putih
terdapat vaginitis dan ekskoriasivitis baik pada
pemeriksaan langsung maupun dengan kolposkopik.
2. Jamur
GEJALA :
Asimtomatik pada 20-50% wanita
Rasa panas
Sekret berwarna keputihan, tidak berbau tapi kadang
berbau masam atau asam
Iritasi pada vulva
Rasa gatal (itching)
Disuria
Dispareuni
2. Jamur :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan mikroskopik
Pada pemeriksaan mikroskopik sekret vagina dengan
sediaan basah KOH 10% dapat terlihat adanya bentuk ragi
(yeast form): blastospora dan pseudohifa (seperti sosis
panjang tersambung). Dengan pewarnaan Gram dapat
ditemukan pseudohifa yang bersifat Gram positif dan
blastospora.
2. Kultur fungal positif
3. Candida on Pap Smear : Spesifik tetapi tidak sensitif.
4. Konfirmasi PH vagina : Normal PH vagina adalah 4-4,5
5. Tes amin (sniff atau amin odor test)
Hasil positif pada kandidosis vulvovaginitis, negative pada
vaginitis bacterial.
2. Jamur :
Pengobatan kandidosis vulvovaginitis dengan obat
anti kandida topikal krim maupun tablet vaginal.
Preparat azol lebih efektif daripada nistatin.
Pengobatan menghasilkan penyembuhan 80-90%.

a. Pengobatan topikal :
- mikonazol 200 mg intravaginal/hari selama 3 hari
- klotrimazol 200 mg intravaginal/hari selama 3 hari
- klotrimazol 500 mg intravaginal dosis tunggal
- butoconazol 2% krim vulva diberikan selama 1-7 hari
- nistatin 100.000 IU intravaginal/hari selama 7-14 hari
- klotrimazol 1 % atau mikonazol 2 % atau tiokonazol
6,5% krim vulva 7-14 hari
2. Jamur :
Pengobatan sistemik :
Beberapa uji coba menunjukkan hasil pengobatan oral dengan
flukonazol, ketokonazol, atau itrakonazol sama efektifnya
dengan pengobatan topikal. Penggunaan secara oral memang
lebih mudah, tetapi potensi toksisitasnya khususnya
ketokonazol harus dipertimbangkan.

Nistatin oral tidak terbukti efektif untuk pengobatan kandidosis

Ketokonazol dosis 2 x 200 mg selama 5 hari, atau

Flukonazol 150 mg sebagai dosis tunggal

Kandidosis vulvovaginitis kambuhan atau rekuren:


- Pengobatan/bln, satu klotrimazol 500 mg intravaginal,
- Ketokonazol 200 mg/hari selama 5 hari setiap bulan, atau
- Flukonazol 150 mg oral setiap bulan.
2. Jamur :
Pengobatan sistemik :
Beberapa uji coba menunjukkan hasil pengobatan oral dengan
flukonazol, ketokonazol, atau itrakonazol sama efektifnya
dengan pengobatan topikal. Penggunaan secara oral memang
lebih mudah, tetapi potensi toksisitasnya khususnya
ketokonazol harus dipertimbangkan.

Nistatin oral tidak terbukti efektif untuk pengobatan kandidosis

Ketokonazol dosis 2 x 200 mg selama 5 hari, atau

Flukonazol 150 mg sebagai dosis tunggal

Kandidosis vulvovaginitis kambuhan atau rekuren:


- Pengobatan/bln, satu klotrimazol 500 mg intravaginal,
- Ketokonazol 200 mg/hari selama 5 hari setiap bulan, atau
- Flukonazol 150 mg oral setiap bulan.
3. Parasit :
Klinis
Trichomonas vaginalis merupakan
suatu parasit penyebab keputihan
yang umumnya ditemukan
disaluran genitourinaria wanita.

Trichomonas
Trichomonas vaginalis tumbuh
Vaginalis
dilingkungan daerah kewanitaan yang
basah atau lembab dengan suhu 35-
37C dan pH nya antara 4,9-7,5.

Trichomonas vaginalis tidak


menyerang jaringan disebelah vagina
karena ia hanya hidup dirongga
vagina.
3. Parasit
Trichomonas vaginalis menginfeksi sel epitel vagina
sehingga terjadi proses kematian sel hospes pada
vagina.

Trichomonas vaginalis juga merusak eritrosit (sel yang


mengandung kolesterol esensial dan asam lemak yang
diperlukan bagi pembentukan membran
trichomonad dalam menjaga kelembaban vagina).

Apabila eritrosit rusak maka Trichomonas


vaginalis akan tumbuh dan menyebabkan vagina
mengeluarkan cairan putih yang berbau tidak sedap/
keputihan.
3. Parasit
Parasit Trichomonas vaginalis dapat
menyebar melalui hubungan seksual, saling
bertukar peralatan mandi serta menggunakan
WC duduk.

Ciri-ciri keputihan yang disebabkan oleh


parasit Trichomonas vaginalis ini yaitu cairan
yang keluar dari vagina berwarna kuning atau
kehijauan, cairan sangat kental, biasanya
berbuih dan baunya tidak sedap, vulva
menjadi kemerahan dan membengkak.
3. Parasit
Penatalaksanaan :
- Metronidazol 3 x 250 mg
4. Virus
Penyebab : HPV

Klinis : sekret agak bening,


berbau, tidak gatal.

Penyebaran : trans seksual (PHS)

Terapi:
4. Virus
Penyebab : herpes simplek tipe 2

Klinis : awalnya kulit tampak


melepuh, lalu pecah, menjadi luka
dan rasa sakit.

Pap smear : tampak gambaran benda


inklusi dalam inti sel.

Penyebaran : trans seksual (PHS)

Terapi:
5. Lain - lain
Penyebab lainnya:
1. Fistula
2. Benda asing : Pesarium,
Benang IUD, Kondom
tertinggal.
3. Kanker mulut rahim.
Pencegahan

Live style yg sehat dan


bertanggung jawab:
A. Personal Higyene
B. Keseimbangan gizi
C. Pemilihan pakain dalam
D. No drug and Free sex
E. Penggunaan kondom.
F. Pap smear teratur

Anda mungkin juga menyukai