Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

NEURO-ANATOMI

OLEH :
Dr. IB Kusuma Putra, Sp.S
Putri Ayuna Sundari

PROGRAM STUDI NEUROLOGI FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

Secara hirarkis pusat tertinggi untuk kontrol pergerakan adalah korteks


serebri, yang sinyalnya ditransmisikan oleh jaras piramidalis ke nuklei nervi
kranialis motorik dan ke sel-sel kornu anterior medula spinalis (sistem
ekstrapiramidalis). Sejumlah struktur lain pada sistem saraf pusat berperan dalam
inisiasi dan modulasi pergerakan. Pusat motorik asesoris terpenting adalah
ganglia basalis yang merupakan suatu kumpulan nuklei subkortikales yang
terletak di substansia alba telensefali yang dalam. Sistem piramidalis telah lama
dianggap sebagai sistem mayor untuk kontrol pergerakan karena sistem ini
menyediakan hubungan langsung dan paling banyak antara korteks dan neuron
motorik batang otak dan medula spinalis. Semua struktur lain yang berperan
dalam pergerakan dikelompokkan dalam struktur yang disebut sistem
extrapiramidalis. Namun, istilah ini menyesatkan karena sistem piramidalis dan
sistem ekstrapiramidalis tidak bekerja secara terpisah. Akan tetapi, struktur-
struktur ini menjadi subunit sebuah sistem motorik terintegrasi dan berhubungan
erat satu dengan yang lainnya baik secara struktural maupun fungsional. Dengan
demikian terdapat hubungan yang luas, misalnya antara korteks motorik dan
striatum, sebuah nukleus penting dalam ganglia basalis (Duus, 2010)
Istilah ganglia basalis mengacu pada massa dari gray matter jauh di dalam
hemisfer serebral. Istilah ganglia basalis masih diperdebatkan karena massa ini
adalah inti dari ganglia, dan beberapa diantaranya bukan merupakan basal, tetapi
banyak memiliki kegunaan. Dari masing-masing bagiannya, ganglia basalis
memerankan fungsi penting kontrol motorik. Adapun anatomi ganglia basalis
tersebut mencakup nukleus kaudatus, putamen, dan globus palidus
(Noback,1991).
Kontrol motorik diantaranya mencakup gerakan yang disadari serta yang
tidak disadari atau tidak disengaja. Gerakan tersebut didasarkan pada pola
kontraksi otot sementara yang dicetuskan dan dikoordinasikan oleh struktur yang
berbeda di sistem saraf pusat. Struktur dan jaringan saraf yang terlibat dalam

2
eksekusi motorik sangat penting untuk ekspresi perilaku motorik yang memadai.
Dalam hal ini, korteks serebral, serebelum dan basal ganglia memiliki peranan
penting dalam hal keterampilan motorik. Pengetahuan hubungan struktural dan
fungsional normal di antara struktur otak yang terlibat dalam fungsi motorik
adalah penting untuk wawasan etiologi dan patogenesis dari berbagai gangguan
gerak, termasuk kekakuan (Henk J,2003).
Adapun dampak dari gangguan yang timbul apabila terdapat gangguan
pada ganglia basalis berupa gangguan pergerakan seperti akinesia, bradikinesia
yaitu perlambatan dalam pergerakan, dan diskinesia atau gerakan involunter
(Waxman, 2009).
Pada pelaksanaannya, gerakan disengaja membutuhkan kerjasama dari
sistem motorik dan sistem sensorik. Kompleks gerakan harus dipelajari dan
sering diperagakan. Gerakan yang benar tergantung pada ketepatan dalam
aktivitas dan perpidahan dari program motorik yang terekam di otak. Gerakan
yang disadari pada dasarnya dimulai oleh korteks motorik otak secara langsung
atau tidak langsung melalui sirkuit premotor lokal, mencapai batang otak atau
neuron motorik tulang belakang (Waxman,2009).
Ganglia basalis dan serebelum mempengaruhi output yang melalui talamus
turun ke kortikobulbar dan kortikospinal jalur yang berasal dari motorik dan
premotorik korteks serebral. Ganglia basalis dan serebelum memiliki peranan
penting dalam organisasi (koordinasi, waktu dan pengurutan) dari output motorik
normal (Henk J,2003).
Tinjauan pustaka ini secara singkat meninjau anatomi ganglia basalis
dalam kaitannya dengan sirkuit otak yang terlibat. Pengaturan dari faktor intrinsik,
penghubung antara struktur ganglia basalis serta anatominya dengan bagian
(frontal) sistem talamokortikal serta seperti sejumlah pusat di mesencefalon
tersebut. Hal ini memberikan hipotesis bahwa ganglia basalis berperan dalam
fasilitasi yang diinginkan program motorik dalam gerakan yang disadari atau yang
berlawanan. Ganglia basalis memegang suatu aturan yang berperan dalam
pembelajaran keterampilan pergerakan dan program perilaku, baik dalam
pengembangan awal atau untuk selanjutnya. Kekakuan gerakan dapat dikaitkan

3
dengan gangguan pada fungsi ganglia basalis atau gangguan yang berhubungan
dengan peran ganglia basalis dalam pengembangan perilaku motorik normal
(Henk J,2003).

4
BAB II
NEUROANATOMI GANGLIA BASALIS

Ganglia basalis adalah bagian sistem motorik. Ganglia basalis memiliki


beberapa nuklei utama yang semuanya terletak di substansia alba subkortikalis
telensefali. Nuklei tersebut berhubungan satu dengan lainnya, dan dengan korteks
motorik, dalam sirkuit regulasi yang kompleks. Nuklei tersebut memberikan efek
inhibitorik dan eksitatorik pada korteks motorik. Struktur ini memiliki peran
penting pada inhibisi dan modulasi pergerakan serta pada kontrol tonus otot. Lesi
pada ganglia basalis dan pada nuklei lain yang memiliki fungsi yang berkaitan
dengan pergerakan yang kurang atau berlebih dan perubahan patologis tonus otot.
Gangguan ganglia basalis tersering pada penyakit Parkinson, yang ditandai
dengan trias klinis berupa rigiditas, akinesia, dan tremor (Duus, 2010).
Istilah ganglion basal merujuk ke beberapa massa zat kelabu subkorteks
yang terletak di bagian dalam hemisfer serebrum. Ganglion basal ini (nukleus
telensefalon) secara fungsional diintegrasikan ke dalam aktivitas motorik.
Ganglia basalis mencakup nukleus kaudatus dan nukleus lentiformis (lentikuler)
dan menurut beberapa ahli, badan amigdaloid (komplek amigdaloid, korpus
amigdaloideum) dan klaustrum. Nukleus kaudatus terdiri dari kepala (dasar
tanduk anterior ventrikel) dan ekor. Ekor itu panjang dan ujungnya mengecil
(mulai setinggi foramen antar bilik), membentuk batas badan dan tanduk
temporal ventrikel lateral. Nukleus lentiformis dibagi menjadi nukleus medial
yang disebut globus palidus (palidum) dan nukleus lateral yang disebut putamen
(Noback, 1991).
Badan amigdaloid terdapat di bagian dalam unkus, rostral terhadap tanduk
temporal di mana badan ini sedikit banyak bersatu dengan ujung ekor nukleus
kaudatus. Klaustrum ialah lempeng tipis dari zat kelabu yang terletak di antara
korteks lobus sentral (insula) dan putamen. Nukleus lentiform (lentikular) dan
nukleus kaudatus bersama-sama dinamakan korpus striatal. Globus palidus
dirujuk sebagai paleostrial, badan amigdaloid sebagai arkistriatum sedangkan
nukleus kaudatus dan putamen sebagai neostriatum atau striatum. Badan

5
amigdaloid merupakan suatu kelompok nukleus yang berhubungan dengan sistem
limbik dan oleh beberapa ahli tidak dianggap sebagai nukleus ganglion basal
(Noback, 1991).

Gambar 2.1 Komponen-komponen basal ganglia (http:// www.docstoc.com/


docs/121977404/Basal-ganglion)

Secara filogenetik, korpus striatum dapat dibagi dalam dua bagian yaitu :
paleo-striatum dan neo-striatum (striatum). Paleostriatum juga dinamakan globus
palidus atau palidum. Neostriatum dibagi menjadi putamen dan nukleus kaudatus.
Pada serabut-serabut sentriatopetal, korpus striatum menerima serabut-serabut
dari korteks serebri yang mengirim serabut-serabut ke nukleus kaudatus dan ke
putamen. Disamping itu ada serabut-serabut talamo-striatal, seperti serabut-
serabut yang menghubungkan centre median dengan putamen dan nukleus
kaudatus. Selain dari itu ada pula serabut-serabut nigrostriatal dan nigro-palidal,
yang mempergunakan dopamin sebagai neurotransmiter (Ngoerah, 1991).
Korpus striatum merupakan suatu kumpulan substantia grisea, yang dalam
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya mengalami pemisahan oleh berkas-
berkas kapsula interna, menjadi dua kumpulan sel neuron, nukleus kaudatus dan
nukleus lentiformis. Di sebelah anterior, kaput nukleus kaudatus masih
berhubungan dengan nukleus lentiformis (yaitu dengan putamen) (Sukardi, 1984).
Korpus stratum terletak di lateral talamus. Korpus ini hampir terbagi
secara lengkap oleh sebuah pita serabut saraf yaitu kapsula interna menjadi
nukleus kaudatus dan lentiformis (Snell, 2006).

6
Serabut-serabut striatofugal meliputi serabut-serabut dari nukleus kaudatus
dan putamen yang hampir seluruhnya menuju palidum, walaupun ada pula
serabut-serabut yang menuju ke substansia nigra dan talamus. Serabut-serabut
eferen dari striatum yang menuju ke palidum berakhir sebagian di pars eksterna
dan sebagian lagi di pars interna dari globus palidus (Ngoerah, 1991).

Gambar 2.2 Topografi basal ganglia (Duus,2005)

Gambar 2.3 Tampak lateral basal ganglia dan sistem ventrikel (Duus,2005)

7
2.1 Nukleus Kaudatus
Nukleus kaudatus merupakan sebuah massa substantia grisea yang besar
dan berbentuk huruf C berhubungan erat dengan ventrikel lateralis, dan terletak di
sebelah lateral talamus. Permukaan lateral nukleus menempel dengan kapsula
interna yang memisahkannya dari nukleus lentiformis (Snell, 2006).
Nukleus kaudatus dan putamen yang bersama-sama disebut striatum,
mempunyai susunan histologik yang sama : (1) terutama terdiri atas sel-sel
granular yang kecil dengan akson-akson pendek dan mengandung sel-sel neuron
besar dengan akson-akson yang panjang dan tersebar letaknya; (2) pada otak yang
masih segar, kedua elemen saraf tersebut berwarna abu-abu gelap dan
menunjukkan susunan bergaris-garis oleh karena adanya berkas-berkas
berselubung mielin (oleh karena itu disebut striatum). Nukleus kaudatus dan
putamen hanya dalam bentuk dan hubungan serat-seratnya (Sukardi, 1984).
Nukleus kaudatus mempunyai bentuk memanjang, melengkung dan
mempunyai hubungan yang erat dengan ventrikel lateralis. Bagian anteriornya
membesar dan dikenal sebagai kaput yang menonjol ke dalam lumen kornu
anterius ventrikuli lateralis. Bagian kaudalnya yang memanjang dan langsing
dikenal sebagai kauda. Pada ujung kauda nuklei kaudatus terdapat korpus
amigdaloideum (Sukardi, 1984).
Nukleus lentiformis adalah massa substansia grisea yang berbentuk baji
dengan bagian dasarnya yang lebar dan cembung mengarah ke lateral, sedangkan
bagian ujung ke medial. Nukleus ini terletak dalam di substansia alba
hemispherium serebri dan disebelah medial berhubungan dengan kapsula interna,
yang memisah dari nukleus kaudatus dan talamus. Pada bagian lateral, nukleus
lentiformis berhubungan dengan selapis tipis substansia alba dan disebut kapsula
eksterna, yang memisahkan nukleus lentiformis dari lapisan tipis substantia grisea
disebut klaustrum. Dengan demikian, klaustrum memisahkan kapsula eksterna
dari substansia alba subkortikalis insula. Di bagian inferior ujung anteriornya,
nukleus lentiformis bersambung dengan nukleus kaudatus. Singkatnya dapat
dikatakan bahwa korpus striatum menerima serabut-serabut aferen dari berbagai
daerah di korteks serebri, talamus, subtalamus, dan batang otak, kemudian

8
serabut-serabut eferen berjalan kembali menuju daerah susunan saraf yang sama
(Snell, 2006).

Gambar 2.4 Potongan sagital ganglia basalis (Duus,2005)

2.2 Putamen
Putamen terletak di dalam daerah di antara klaustrum, (kapsula eksterna),
dan globus palidus. Batas antara putamen dan globus palidus berupa suatu lapisan
substansia alba yang tipis yang disebut lamina medularis eksternal. Lamina
medularis interna memisahkan globus palidus lateralis dari globus palidus
medialis (Snell, 2006).

Serat-serat fasikulus talamikus berjalan ke arah dorsolateral memasuki


bagian ventral talamikus untuk berakhir di dalam nukleus ventralis anterior talami
(untuk serat-serat dari palidum), nukles ventralis lateralis talami (untuk serat-serat
di globus palidus, dan nukleus dentatus dan nukleus ruber) dan nukleus
centromedianus (untuk serat-serat dari globus palidus). Beberapa dari serat traktus
dentatotalamikus ini juga mencapai nuklei intralaminares talami. Ada serat-serat
eferen globus palidus yang meninggalkan fasikulus dan ansa lentikularis pada
tempat kedua berkas mengabungkan diri menjadi satu, untuk berjalan ke arah

9
ventromedial melintasi kolumna fornikis untuk mencapai nukleus hipotalamikus
ventromedialis di daerah tuber sinereum (Sukardi, 1984).
Serabut ansa lentikularis Meynert ini berasal di pars interna dari globus
palidus. Serabut-serabut ini tidak menembus kapsula interna, tetapi membentuk
suatu lengkung di bawah kapsula interna kemudian serabut-serabutnya menjadi
satu dengan serabut lentikularis di kampus tegmenti H2 Forel (Ngoerah, 1991).
Berkas ini keluar dari bagian ventral globus palidus medialis dan
merupakan suatu berkas yang jelas pada permukaan ventral globus palidus.
Berkas ini mula-mula berjalan ke arah ventromedial dan dorsal meliputi krus
posterior kapsula interna dan selanjutnya memasuki area Forel H (Sukardi, 1984).
Fibrae palidotegmentales merupakan suatu berkas descendens yang kecil
yang berassal dari globus palidus medialis yang menuju ke bagian kaudal
mesencefalon dan berakhir di dalam nukleus pedunkulopontinus. Tidak ada fibrae
palidofugales yang mencapai medula spinalis. Fibrae palidosubtalamika (fasikulus
subtalamikus) terdiri dari fibrae palidofugales yang berjalan melintasi kapsula
interna untuk mencapai nukleus subtalamikus yang berasal dari globus palidus
lateralis, dan fibrae subtalamopalidae yang berakhir di dalam globus palidus
medial, dan berasal dari nukleus subtalamikus (Sukardi, 1984).
Nukleus subtalamikus (korpus Luysi) terletak di sebelah ventral talamus,
di sebelah medial kapsula interna, dan disebelah lateral dan posterior hipotalamus.
Medial dan bergabung dengan serat-serat ansa lentikularis. Sebagian besar serat-
serat fasikulus dan ansa lentikularis memasuki daerah fasikulus talamikus (area
forel H1). Fasikulus talamikus merupakan suatu berkas yang mempunyai susunan
yang amat kompleks, terdiri dari fibrae palidotalamika, dan juga traktus
rubrotalamikus dan traktus dentatotalamikus. Traktus rubrodentatotalamikus ini
berjalan ke arah rostral melalui daerah-daerah prerubral (area forel H) (Sukardi,
1984).

10
Gambar 2.5 Potongan korona ganglia basalis (Duus,2005)

2.2.1 Hubungan-hubungan aferen dan eferen striatum


Serat eferen striatum ini berasal dari dua buah sumber utama, yaitu (a)
korteks serebri (fibrae cortocostriae) dan (b) talamus (fibrae nigrostriae). Teknik
pengecatan dengan impregnasi perak menunjukkan bahwa hampir semua daerah
korteks mengirimkan serat-seratnya ke striatum melalui berkas-berkas kecil di
berbagai jalan (Webster, 1965, Carmen et al, 1963). Daerah-daerah korteks ini
dapat dianggap sebagai kortikal untuk sistem ekstrapiramidalis (misalnya area 6
merupakan salah satu pusat kortikal untuk sistem ekstrapiramidalis).
Serat-serat yang berasal dari talamus merupakan serat-serat yang penting
dan berasal dari nukleus centromedianus; serat-serat ini hanya disebarkan ke
putamen (Powell dan Cowan, 1956) dan beberapa serat juga berasal dari nuklei
intralaminares dan nukleus parafasikularis. Fibrae nigrostriatae berasal dari pars
compakta substantia nigra dan disebarkan ke putamen.
Serat-serat eferen dari striatum disebarkan ke (1) globus palidus dan (2)
substantia nigra. Fibrae striopalidae tersusun secara topografik dalam urutan-

11
urutan dorsoventral dan anteroposterior (fronto-occipital) dan berjalan secara
radial ke berbagai bagian palidum seperti jari-jari roda sepeda. Fibrae striopalidae
dari nukleus kaudatus berjalan kearah ventral melalui kapsula interna, sedangkan
serat-serat dari putamen berjalan ke arah medial, ke globus palidus.
Sebagian besar fibrae strionigales berakhir di dalam pars retikularis
substantia nigra, hanya sedikit yang berakhir di dalam pars kompakta. Serat-serat
eferen yang paling nyata dari korpus amigloideum adalah stria terminalis, yang
berjalan melengkung sepanjang tepi medial nukleus kaudatus dan berakhir di
dalam nukleus preoptikus medial, nukleus hipotalami anterior, dan nukleus
supraoptikus diffuses dan beberapa tampaknya juga berakhir di dalam nukleus
hipotalami ventromedialis. Melalui fibrae amigdalofugales, dapat mencapai
sejumlah daerah yaitu substantia innominata (nuklei basales Meynert yaitu suatu
kelompok neuron di sebelah ventral globus palidus dan ansa lentikularis, di
sebelah dorsal traktus optikus), nukleus preoptikus lateralis dan hipotalamus, area
septalis, nukleus pada bandaletta diagonalis (Broca) dan tuberkulum olfaktorium.
Beberapa dari serat-serat ini juga mencapai nukleus medialis dorsalis talami, girus
paraterminalis dan bagian frontal girus cinguli (Sukardi, 1984).

Gambar 2.6 Sirkuit aferen pada ganglia basalis(www.unifr.ch/biochem/index.php)

12
2.3 Globus Palidus
Globus palidus memiliki sifat struktural antara lain : (1) berwarna pucat-
kuning, (2) terdiri dari sel-sel neuron yang besar dan berbentu poligonal dengan
akson-akson yang panjang. Sel-sel ini selajutnya ditandai oleh adanya sejumlah
pigmen kuning dan suatu konsentrasi organik besi yang relatif tinggi. Akson-
akson dari sel-sel multipolar inilah yang merupakan serat-serat eferen terutama
dari globus palidus atau korpus striatum. (3) Globus palidus terdiri atas dua
bagian, globus palidus medial dan globus palidus lateral. Globus palidus terletak
di sebelah lateral kapsula interna. Globus palidus juga dikenal sebagai
paleostriatum. Nukleus kaudatus dan putamen, secara bersama-sama merupakan
komponen ganglia basalis terbesar, dan dikenal juga sebagai neostriatum atau
striatum. Secara kolektif, neostriatum dan paleostriatum membentuk korpus
striatum. Nukleus lentiformis terdiri atas putamen dan globus palidus (Sukardi,
1984).

Gambar 2.7 Potongan korona ganglia basalis 2 (Duus,2005)

13
2.3.1 Hubungan-hubungan aferen dan eferen globus palidus
Serat-serat aferen globus palidus ini berasal dari sejumlah nuklei yang
dianggap memegang peranan penting dalam proses integrasi motorik. Nukleus ini
meliputi :
a. Striatum (putamen dan nukleus kaudatus), yang merupakan sumber utama
serat-serat aferen globus palidus. Serat-serat ini menuju ke globus palidus
medialis dan lateralis. Serat-serat ini, apabila ditinjau dari sudut striatum, juga
disebut fibrae striopalidae.
b. Nuklei subtalamikus (corpus Luysi). Fibrae subtalamopalidae ini berjalan
melalui kapsula interna untuk berakhir di dalam globus palidus medialis.
c. Substantia nigra. Fibrae nigropaliae ini terutama berasal dari kumpulan sel-sel
neuron besar di dalam pars compakta substansia nigra dan berakhir di dalam
globus palidus medialis.
d. Hubungan-hubungan eferen globus palidus (susunan fibrae palidofugales).
Susunan serat-serat ini mempunyai arti yang sangat penting, sebab impuls-
impuls yang berasal dari berbagai nuklei yang mencapai globus palidus akan
dihantarkan keluar dari globus palidus melalui susunan fibrae palidofugales
ini. Serat-serat eferen globus palidus ini dapat dibagi menjadi empat berkas
utama, yaitu :
d.1. Fasikulus lentikularis
d.2. Ansa lentikularis
d.3. Fibrae palidotegmentales
d.4. Fibrae palidosubtalamika
Tiga berkas yang pertama berasal dari globus palidus medialis, sedangkan
fibrae palidotegmentales tersusun dalam urutan-urutan rostrokaudal, dengan
ansa lentikularis paling rostral, disusul oleh fasikularis, dan fibrae
palidosubtalamika menduduki posisi paling kaudal.
Fasikulus lentikularis terbentuk oleh akson-akson dari bagian-bagian
dorsal globus palidus medialis, menyilang di kapsula interna langsung disebelah
rostral nukleus subtalamicus dan merupakan suatu berkas yang relatif besar dan
jelas disebelah ventral zona increta. Serat-serat fasikulus lentikularis ini juga

14
disebut area forel Fasikulus lentikularis ini selanjutnya berjalan ke arah ansa
lentikularis, fibrae palidotegmentales, dan fibrae palidosubtalamika.
Diantara hubungan-hubungan aferen, hanya serat-serat olfaktus saja
yang dapat ditentukan secara anatomik. Impuls-impuls olfaktus dapat mencapai
korpus amigdaloideum melalui dua jalur:
1. Langsung, yaitu melalui serat-serat traktus olfaktorius, kemudian stria
olfaktorius lateralis, yang selain mencapai bagian anterior unkus, juga
mencapai kelopak nuklei pars kortikomedialis.
2. Tidak langsung, melalui suatu penghubung pada unkus dan dari sini baru
mencapai kelompok nuklei pars basolateralis.

2.4 Korpus Amigdaloideum


Badan amigdaloid (arkistriatum), neostriatum, dan klaustrum merupakan
struktur telensefalon, sedangkan globus palidus dan nukleus subtalamik ialah
derivate diensefalon. Selama perkembangan, serabut-serabut kapsula interna
menyusupkan diri sedemikian hingga membagi beberapa daerah diensefalon dan
telensefalon, hasilnya ialah bahwa kapsula interna memisahkan subtalamus dari
globus palidus serta membagi neostriatum menjadi nukleus kaudatus dan
putamen. Globus palidus dan putamen yang kedua-duanya terletak lateral
terhadap kapsula interna, bersama-sama dinamakan nukleus lentiform (lentikuler).
Globus palidus dibagi menjadi segmen medial dan lateral. Subtalamus dianggap
sebagai lanjutan tegmentum otak tengah ke rostral ke dalam diensefalon. Nukleus
merah (nukleus ruber) ialah nukleus utama pada tegmentum otak tengah.
Substansia nigra ialah nukleus besar yang berpigmen dan terletak dalam otak
tengah (Noback, 1991).
Komponen ganglia basalis meliputi semua nukleus yang berkaitan secara
fungsional di dalam substansia alba telensefali yang terletak dalam dan secara
embriologis berasal dari eminensia ganglionika (pars anterior vesikulae
telensefali). Nuklei utama ganglia basalis adalah nukleus kaudatus, putamen dan
globus palidus. Nuklei lain yang dianggap sebagai bagian ganglia basalis
berdasarkan latar belakang embriologis adalah klaustrum amigdala (Duus, 2010).

15
Korpus amigdaloideum dalam arti filogenetik merupakan bagian yang
tertua dan dikenal sebagai archistriatum. Korpus amigdaloideum ini terletak di
sebelah dalam dari unkus di dalam lobus temporalis. Korpus amigdaloideum
mempunyai hubungan-hubungan olfaktorik dengan hipotalamus dan struktur-
struktur batang otak yang bersangkutan dengan fungsi-fungsi visceral (Sukardi,
1984).
Korpus amigdaloideum berbentuk bulat dan terletak di sebelah anterior
dari kornu inferior ventrikuli lateralis. Menurut Crosby et al (1962) korpus
amigloideum terdiri atas dua kelompok nuklei : (1) kelompok nuklei pars
kortikomedialis, pada manusia kelompok ini merupakan bagian dorsal atau
dorsomedial korpus amigloideum, dan (2) kelompok nuklei pars basolateralis.
Sebenarnya masing-masing kelompok ini terdiri atas sejumlah nuklei yang lebih
kecil lagi (Sukardi, 1984).

Gambar 2.8 Potongan sagital ganglia basalis 2 (www.unifr.ch/biochem/index.php)

2.5 Klaustrum
Klaustrum merupakan suatu lapisan substansia grisea yang tipis yang
tersisip di antara korteks insula dan permukaan lateral putamen. Beberapa penulis
menganggap sebagai bagian dari striatum, akan tetapi ada cukup data yang
menunjukkan bahwa ia berasal dari lapisan- lapisan sebelah dalam korteks insula
16
yang memisahkan diri dari lapisan induknya. Fungsi dan hubungan-hubungan
belum jelas (Sukardi, 1984).
Klaustrum dipisahkan dari permukaan lateral nukleus lentiformis oleh
kapsula eksterna. Pada bagian lateral klaustrum terdapat substantia alba
subkortikalis insula (Snell, 2006).

Gambar 2.9 Potongan horisontal ganglia basalis (Putz and Pabst,2000)

2.6 Vaskularisasi Ganglia Basalis


Adapun vaskularisasi dari ganglia basalis meliputi adanya perjalanan
pembuluh darah arteri dan vena diantaranya :
Klaustrum dipisahkan dari permukaan lateral nukleus lentiformis oleh
kapsula eksterna. Pada bagian lateral klaustrum terdapat substantia alba
subkortikalis insula. Disepanjang perjalanannya arteri ini membentuk cabang ke

17
traktus optikus, unkus, hipokampus, amigdala, sebagian ganglia basalis, dan
sebagian kapsula interna (Duus, 2010).
Arteri serebri media adalah cabang terbesar arteri karotis interna. Setelah
keluar dari artero karotis interna diatas prosesus klinoideus anterior, pembuluh
darah ini berjalan di lateral di fissure sylvii (sulcus lateralis). Trunkus utama arteri
serebri media membentuk banyak cabang arteri perforans ke ganglia basalis, dan
menuju krus anterior dan genu kapsula interna, serta ke kapsula eksterna dan
klaustrum. Arteri serebri media terbagi menjadi cabang-cabang kortikal utama di
dalam sisterna insularis. Cabang-cabang ini juga memperdarahi area lobus
parietalis, frontalis, dan temporalis yang luas (Duus, 2010).
Cabang-cabang arteri serebri anterior. Segmen proksimal arteri serebri
anterior membentuk banyak cabang perforantes kecil yang memperdarahi region
para septalis, bagian rostral ganglia basalis dan diensefalon, serta krus anterior
kapsula interna. Arteri rekuren Heubner merupakan cabang besar segmen
proksimal arteri serebri anterior yang mendarahi ganglia basalis (Duus, 2010).
Darah vena dari region otak yang dalam, termasuk ganglia basalis dan
talamus, mengalir ke sepasang vena interna serebri dan sepasang vena basalis
Rosenthlm (Duus, 2010).

Gambar 2.10 Vaskularisasi ganglia basalis (Netter's Atlas of Neuroanatomy and


pyisiology)

18
BAB III
RINGKASAN

Ganglia basalis merupakan sekelompok massa substansia grisea yang


terletak di dalam setiap hemisferium serebri. Ganglia basalis terdiri dari: inti-inti
dan lintasan-lintasan lingkaran ( sirkuit ). Inti-inti ganglia basalis mencakup
nukleus kaudatus, putamen, dan globus palidus. Ganglia basalis divaskularisasi
oleh trunkus utama arteri serebri media membentuk banyak cabang arteri
perforans ke ganglia basalis, dan menuju krus anterior dan genu kapsula interna,
serta ke kapsula eksterna dan klaustrum. Klaustrum merupakan batas lateral dari
ganglia basalis. Korpus amigdaloid merupakan bentukan akhir dari nukleus
kaudatus. Ganglia basalis memegang peranan utama dalam fungsi persiapan yang
memungkinkan badan dan ekstremitas berada dalam posisi yang sesuai sebelum
bagian motorik primer korteks serebri mengaktifkan gerakan tertentu pada tangan
dan kaki.
Terdapat beberapa sirkuit yang terkait ganglia basalis baik sirkuit yang
bersifat aferen maupun eferen dengan neurotransmiternya masing-masing.
Perdarahan yang paling sering mengakibatkan defisit neurologis yaitu apabila
terjadi perdarahan pada arteri serebri media dan arteri serebri anterior yang
memvaskularisasi ganglia basalis.

19
DAFTAR PUSTAKA

Duus, P. 1996. Ganglia Basalis, In Diagnosis Topik Neurologi, edisi ke-4


(terjemahan). EGC, Jakarta, pp. 291-308.

Henk J. 2003. Basal Ganglia Anatomy, In Anatomy of The Basal Ganglia,


volume 10, Groenewegen, Amsterdam, NO. 1-2.

Netter's. 2002. Basal Nuclei (Ganglia), In Atlas of Neuroanatomy and


Neurophysiology, Icon Custom Communications, U.S.A, pp. 4.

Ngoerah, I.G.N.G. 1991. Ganglia Basalis, In Dasar-Dasar Ilmu Penyakit


Saraf, Airlangga University Press, Surabaya, pp. 5-8.

Noback, C.R., & Damarest, R.J. 1991. Sistem Motorik Somatik & Ganglia
Basalis, In Anatomi Susunan Saraf Manusia, Edisi 2 (terjemahan). EGC, Jakarta,
pp. 343-355.

Putz R, Pabst R. 2000. Ganglion Basal, Nuklei Basales, In Atlas Anatomi


Manusia SOBOTTA, Ed 21. EGC, Jakarta, pp. 323.

Snell, R.S. 2006. Nukleus Basalis (Ganglia Basalis), In Neuroanatomi


Klinik, Ed 5. EGC, Jakarta, pp. 289-296.

Sukardi, E.1984. Ganglia Basalis, In Neuroanatomi Medika, edisi ke-2. UI


Press, Jakarta, pp 311-318.

20

Anda mungkin juga menyukai