Anda di halaman 1dari 55

NEUROFISIOLOGI BATANG OTAK

Oleh :
dr. Ketut Widyastuti, Sp.S
dr. Made Ayu Dessy Dwitasari

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT SARAF


PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS – 1 NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2017

1

BAB I
PENDAHULUAN

Batang otak yang terdiri dari midbrain (mesensefalon), pons (metensefalon) dan
medula oblongata (mielensefalon) (Patestas, 2006).
Batang otak memanjang dari persilangan traktus piramidalis yaitu dari tingkat asal
radiks C1 ke atas ke tingkat traktus optikus, dan pada perjalanannya dari kiasma ke korpus
genikulatum lateral, melingkupi krura serebri mesensefalon. Dalam pandangan ventral dan
lateral, tiga komponen batang otak dapat dibedakan dengan agak jelas. Sebuah sulkus
horizontal menandai sambungan pentoserebelar. Sulkus yang serupa terdapat pada tempat
dimana pedunkulus mesensefalon bertemu dengan tepi rostral dari pons (Patestas, 2006).
Batang otak merupakan tempat masuknya serat-serat nervus kranialis III
(okulomotorius) sampai nervus kranialis XII (hipoglosus) (Sukardi,1985).

Gambar 1.1: Penampang Batang otak, foramen magnum dan medula spinalis,
(Jhon,Annel,2008).

Dalam mempelajari jaras-jaras sepanjang batang otak dan medula spinalis terungkaplah
hukum-hukum pemetaan :
1. Jaras-jaras asendens dan desendens yang panjang selalu memilih jalan dibagian-bagian
tepi batang otak dan medula spinalis.
2. Lintasan motorik (ekspensif) menduduki bagian ventral dan lintasan sensorik (reseptif)
menduduki bagian dorsal batang otak.

2

Sesuai dengan adanya penjatahan tempat bagi lintasan asendens dan desendens, maka
batang otak telah dibagi dalam bagian ventral dan dorsal. Bagian dorsal dijuluki tegmentum
dan bagian ventralnya yang dinamakan pes atau basis. Dengan demikian telah dikenal pes
medulae atau tegmentum medulae,pes pontis dan tegmentum pontis lalu pes mesensefali (pes
pedunkuli) dan tegmentum mesensefali. Bagian terbawah (basis) batang otak terdapat jaras
panjang desendens (yakni jaras kortikospinal, kortikobulbar,frontopontin dan
parietotemporopontin). Di bagian tepi lateral tegmentum batang otak terdapat jaras panjang
asendens. Tempat tersebut di tingkat medula oblongata berbentuk segitiga di antara kutub
lateral oliva inferior dan korpus restiforme. Daerah segitiga itu dikenal sebagai sudut
monakov, dimana tedapat kelima lintasan asendens, yaitu (1) traktus spinotalamikus (2)
traktus spinotektalis (3) traktus spinoretikularis lateralis (4) traktus spinoserebelaris dorsalis
dan (5) traktus spinoserebelaris ventralis (Sidartha,Dewanto,1986).
Secara umum batang otak sesuai dengan perannya di bagi dalam tiga kategori yaitu :
1. Sebagai tempat persinggahan nukleus yang dilewati oleh jaras asendens dan desendens
yang menuju serebrum, serebelum dan medula spinalis dan pengaturan fungsi motorik
dan sensori.
2. Memainkan peranan yang besar dalam sistem kesadaran, siklus tidur dan bangun
,mengontrol sistem pernapasan dan kardiovaskuler dan gerakan steriotipi.
3. Berhubungan dengan aktivitas nervus kranialis seperti gerakan mata, pendengaran dan
keseimbangan (Noback,2005)

Mengingat fungsinya yang penting maka dalam tinjauan pustaka ini kita khususkan
untuk membahas tentang neurofisioogi dari batang otak.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fungsi Umum Batang Otak

Batang otak mengandung banyak jaras termasuk semua jaras asendens dan desendes
yang menghubungkan otak dengan perifer. Beberapa jaras ini menyilang di garis tengah
ketika melewati batang otak dan beberapa diantaranya membentuk sinaps dengan struktur
khas di batang otak sebelum melanjutkan perjalanannya.
Batang otak juga mengandung banyak nuklei termasuk nuklei nervus III sampai XII,
nukleus ruber dan substansia nigra di mesensefalon, nuklei pontis di pons, dan nuklei
olivarius medula oblongata yang semuanya berperanan dalam sirkuit regulasi motorik, serta
nuklei lamina quadrigemina mesencefali yang merupakan stasiun relay penting pada jaras
visual dan auditorik. Seluruh batang otak juga diliputi oleh jaringan difus neuron yang
tersusun padat yaitu formatio retikularis yang mengandung pusat regulasi otonomik yang
berfungsi vital termasuk mengatuir aktivitas jantung, sirkulasi, respirasi, serta kesadaran.
Jaras desendens formatio retikularis ini juga mempengaruhi aktivitas neuron motorik spinal.

4

Gambar 2.1 Diensefalon dan Batang Otak

2.2 Mesensefalon

Mesensefalon terletak di rostral pons. Struktur internalnya memiliki empat bagian


utama yaitu tektum, tegmentum, substansi nigra, dan pedunkulus serebri. Mesensefalon
terdiri dari substansia grisea dan alba yang didalamnya mengandung komponen struktural
yang memiliki unit fungsionalnya tersendiri.

5

Tabel 1. Komponen Struktural dan Fungsi Mesensefalon (Martini, 2006)

Subdivisi Area Fungsi

Substansia grisea

Bagian tektum Kolikulus superior Informasi penglihatan terintegrasi


(atap) dengan input sensorik dan input dari
respons-respons involunter motorik

Kolikulus inferior Relay informasi pendengaran menuju


nukleus genikulatum medial

Bagian dinding Nukleus ruber Kontrol involunter terhadap tonus otot


dan bawah dan postural tubuh

Substansia nigra Mengatur aktivitas ganglia basalis

Nuklei nervus okulomotorius Berasosiasi dengan nervus


(n.III) dan nervus troklearis okulomotorius dan nervus troklearis
(n.IV)

Substansia alba

Pedunkulus serebri (traktus Penghubung motorik utama korteks


asendens dan desendens) dengan motor neuron di otak dan
medula spinalis, membawa informasi
sensorik ascending ke thalamus.

2.2.1 Peran Mesensefalon Dalam Fungsi Motorik

Batang otak dilalui oleh traktus piramidalis dan traktus ekstrapiramidalis. Traktus-
traktus ini berawal dari korteks sereberal yang secara berturut-turut berjalan turun memasuki
kapsula interna, krus serebri dan basis pons. Traktus ini berperan dalam mengantarkan impuls
untuk gerakan (Noback, 2005)

6

Gambar 2.2 Traktus kortikospinal (Baehr, Duus,2005)

Berdasarkan tabel 1 diatas, struktur internal mesensefalon yang berperanan dalam


kegiatan motorik adalah substansia nigra, krus serebri yang mengandung traktus piramidalis,
dan nukleus ruber. Ketiga komponen ini saling bekerja sama dalam pengaturan suatu
gerakan.

Gerakan dapat dibagi menjadi gerakan fasik dan tonik. Gerakan fasik adalah gerakan
halus, jitu dan tangkas dimana impuls untuk gerakan ini dibawa oleh traktus piramidalis. Di
batang otak impuls ini tidak banyak mengalami integrasi, namun hanya berjalan menyilang di
dekusatio piramidalis dan bersinaps di motor neuron kontra lateral, selanjutnya akan
mengeksitasi serabut otot tipe II (otot putih yang bersifat cepat dan menyebabkan gerakan

7

fasik). Gerakan tonik diatur oleh impuls ekstrapiramidalis yang merupakan suatu gerakan
massal. Tonus otot ditentukan oleh impuls ekstrapiramidalis sehingga susunan
ekstrapiramidalis menentukan postur tubuh dan anggota tubuh. Gerakan tangkas dapat terjadi
dengan kerjasama antara susunan piramidalis dan ekstrapiramidalis. Ketangkasan suatu
gerakan ditentukan oleh susunan piramidalis dan landasan untuk gerakan tangkas itu
ditentukan oleh susunan ekstra piramidalis, landasan untuk gerakan tangkas berupa tonus otot
yang memadai dan koordinasi yang baik (Ngoerah, 1991).

Gerakan fasik yang dibawa oleh traktus piramidalis terutama dibawa oleh traktus
kortikonuklearis. Serabut traktus kortikospinalis muncul sebagai akson sel-sel piramid yang
terletak di lapisan kelima korteks serebri. Sekitar sepertiga serabut ini berasal dari korteks
motorik primer (area 4), sepertiga lainnya dari area korteks motorik sekunder (area 6), dan
sepertiga dari lobus parietalis (area 3, 1, dan 2). Jadi dua pertiga serabut traktus
kortikospinalis berasal dari girus presentralis dan sepertiga dari girus postsentralis. Serabut-
serabut desendens ini berkumpul di korona radiata, kemudian berjalan melalui krus posterior
kapsula interna. Disini serabut-serabut tersebut ditata sedemikian rupa sehingga yang terletak
paling dekat dengan genu yang mengurus bagian cervical tubuh, sedangkan yang terletak
lebih ke posterior mengontrol ekstremitas inferior. Selanjutnya traktus akan melanjutkan
perjalanan melalui tiga perlima medial basis pedunkulus mesensefalon. Serabut yang
mengurus bagian cervical tubuh terletak di sebelah medial, sedangkan yang mengendalikan
tungkai terletak di sebelah lateral. Saat memasuki pons, traktus terbagi menjadi banyak
berkas oleh fibrae pontocerebellares transversae. Setelah keluar dari pons, traktus ini akan
mengalami persilangan di bagian median daripada medula oblongata, di daerah dekusasio
piramidum. Traktus kortikospinalis yang menyilang ini disebut traktus kortikospinalis
lateralis yang selanjutnya akan berjalan di funikulus lateralis medula spinalis, sedangkan
traktus kortikospinalis anterior yang tidak menyilang akan berjalan di daerah ventral medula
spinalis. Sebagian besar traktus kortikospinalis bersinaps dengan neuron penghubung,
kemudian bersinaps dengan neuron motorik alfa dan beberapa dengan neuron motorik
gamma.

Gerakan tonik diatur oleh impuls ekstrapiramidalis yang merupakan suatu gerakan
massal. Tonus otot ditentukan oleh impuls ekstrapiramidalis sehingga susunan
ekstrapiramidalis menentukan postur tubuh dan anggota tubuh. Traktus ekstrapiramidalis ini
antara lain traktus tektospinalis, rubrospinalis, vestibulospinalis, dan retikulospinalis. Masing-
masing traktus ini memiliki unit fungsionalnya tersendiri dan berkerja secara sinergis.
8

Traktus tektospinalis berasal dari sel-sel neuron di dalam kolikulus superior
mesencephali. Sebagian besar serabut ini menyilang garis tengah segera setelah keluar dari
tempat asalnya dan turun melalui batang otak dekat dengan fasikulus longitudinalis medialis.
Traktus tektospinalis turun di dalam kolumna alba anterior medula spinalis dekat fissura
mediana anterior. Serabut-serabut ini diduga berkaitan dengan gerakan refleks postural
sebagai respons terhadap stimulus visual. Serabut ini yang berhubungan dengan neuron
simpatis di kolumna grisea lateralis dan mengurus refleks dilatasi pupil sebagai respons
terhadap situasi gelap.

Di seluruh mesensefalon, pons, dan medula oblongata terdapat kelompok-kelompok


sel saraf dan serabut saraf yang tersebar yang secara bersama-sama dikenal sebagai formatio
retikularis. Traktus retikulospinalis berasal dari formatio retikularis dan memberikan efek
baik eksitatorik maupun inhibitorik pada neuron motorik medula spinalis. Sel tempat asal
jaras tersebut menerima input aferen dari korteks serebri, terutama lobus frontalis, selain itu
juga menerima impuls dari serebelum dan ganglia basalis. Neuron-neuron ini mengirimkan
akson yang kebanyakan tidak menyilang dari pons, turun ke medula spinalis dan membentuk
traktus pontoretikulospinalis. Neuron-neuron yang sama mengirimkan akson, baik yang
menyilang maupun tidak dari medula ke medula spinalis dan membentuk traktus
retikulospinalis medularis.Serabut retikulospinalis dari pons turun melalui kolumna alba
anterior, sedangkan serabut dari medula oblongata turun melalui kolumna alba lateralis.
Kedua kelompok ini masuk ke kolumna albae anterior medula spinalis serta dapat
mengaktifkan atau menghambat aktivitas neuron motorik alfa dan gamma. Dengan cara ini,
traktus retikulospinalis mempengaruhi gerakan-gerakan volunteer dan aktivitas refleks. Saat
ini, serabut retikulospinalis diduga di dalamnya termasuk serabut desendens otonomik
(Gambar 2.2).

Nukleus ruber terletak di dalam tegmentum mesencephali setinggi kolikulus superior.


Nukleus ruber adalah nukleus spesifik di mesensefalon. Nukleus ruber memiliki dua bagian,
pars magnoselularis di akudal dan pars parvoseularis di rostral. Nukleus ini menerima input
aferen dari nukleus emboliformis dan nukleus dentatus serebeli melalui brakhia
kongjungtivum (pedunkulus serebelares superior). Serabut yang berasal dari nukleus
emboliformis secara filogenetik lebih tua berperan pada lengkung refleks yang mengontrol
postur tubuh dan berbegai jenis gerakan. Serabut yang berasal dari nukleus dentatus sangat
banyak terutama pada manusia dan berpartisapsi pada lengkung refleks lain. Satu sirkuit

9

regulasi untuk ke serebelum dan kemudian kembali ke korteks melalui nukleus dentatus,
nukleus ruber, dan thalamus. Kelompok lain serabut dentatorubralis berakhir terutama di pars
parvoselualaris nukleus ruber. Semua serabut serebelorubralis menyilang di garis tengah di
mesensefalon, di dekusasio pedunkuli serebelaris superior. Nukleus ruber menerima input
aferen lain dari korteks serebri melalui traktus kortikorubralis dan dari tektum. Proyeksi
eferen utama nukleus ruber melalui traktus rubrospinalis dan traktus rubtoretikuaris
memberikan pengaruh pada neuron motorik spinalis. Kedua traktus ini menyilang garis
tengah segera setelah keluar dari nukleus ruber, di dekat dekusasio tegmentalis anterior
(Forel). Serabut eferen lain berjalan melalui traktus tegmentalis ke olive (serabut rubro-
olivaris), tempat proyeksi rekuren kembali ke serebelum.
Akson neuron-neuron di dalam nukleus ini menyilang garis tengah setinggi nukleus
ini menyilang garis tengah setinggi nukleus ini dan berjalan turun sebagai traktus
rubrospinalis melalui pons dan medula oblongata untuk masuk ke dalam kolumna alba
lateralis medula spinalis.Neuron-neuron nukleus ruber menerima impuls aferen melalui
hubungan dengan cortex cerebri dan cerebellum. Hal ini diyakini merupakan jaras tidak
langsung yang penting dan melalui jaras ini cortex cerebri dan cerebellum dapat
mempengrauhi aktivitas neuron motorik alfa dan gamma medula spinalis. Traktus ini
memfasilitasi aktivitas otot fleksor dan menghambat aktivitas otot ekstensor atau
antigravitasi.
Impuls ektrapiramidalis di batang otak akan mengalami integrasi dan melalui
beberapa sirkuit sehingga dapat memberikan landasan yang tepat untuk gerakan tangkas. Ada
dua sirkuit utama, pertama sirkuit yang melalui serebelum bersifat eksitasi, meningkatkan
tonus dan gerakan terampil. Impuls ini bermula dari area korteks 4 dan 6 selanjutnya lewat
traktus frontopontin menuju ke nukleus pontins kemudian oleh traktus pontoserebelar
bersinaps di nukleus dentatus serebelum kontralateral selanjutnya oleh traktus
dentatorubrotalamikus impus dibawa ke ventrolateral talamus ipsilateral dan bersinaps di area
korteks 4 dan 6. Selain itu juga ada impuls dari area 4s dan 8 akan menuju zona inserta
kemudian ke nukleus ruber selanjutnya ke nukleus olivari inferior. Nukleus olivari inferior
juga menerima impuls dari sistem propioseptik, selanjutnya masukan impuls ini akan di
integrasikan dan dihantarkan ke nukleus dentatus kontra lateral, kemudian lewat jalur yang
sama di bawa ke area koteks 4 dan 6. Selanjutnya impuls ini akan berakhir pada serabut otot
tipe I (merupakan otot merah yang bersifat lambat dan berperan dalam kontraksi tonik).
Hilangnya drive dari sirkuit ini akan menyebabkan hipotoni dan ataksia (Ngoerah, 1991).

10

Sirkuit yang kedua adalah sirkuit yang melalui substansia nigra pada mesensefalon,
dimana sifat sirkuit ini adalah inhibisi. Impuls bermula dari area korteks prefrontal dan 6 (pre
motor) kemudian ke putamen, berlanjut ke globus palidus internal. Setelah keluar dari globus
palidus, impuls ini sebagian berjalan ke nukleus subtalamikus, menuju ke talamus, sebagian
lainnya ke globus palidus eskternal. Dari globus palidus eksterna, impuls ada yang berjalan
langsung ke talamus atau tidak langsung dengan melalui substansia nigra lalu ke talamus.
Setalah tiba di talamus, impuls ini akan berjalan naik dan berakhir di area 4 dan 6 korteks
serebri. Pada sirkuit ini neurotrasmiter dopamin berperan penting dalam penghantaran
impuls. Impuls pada sirkuit ini akan menyebabkan inhibisi pada otot tipe I sehingga tonus
otot berkurang. Kelainan pada subtsansia nigra ini akan menyebabkan rigiditas seperti yang
terlihat pada penyakit Parkinson, kelainan pada subtalamikus akan menyebabkan
hemibalismus, kelainan pada globus palidus akan menyebabkan atetosis dan pada putamen
akan menyebabkan gerakan korea (Ngoerah,1991) (Guyton & Hall, 2006) (Gambar 2.3).
Formatio retikularis batang otak, ikut berperan dalam mengendalikan tonus otot.
Terdapat dua pusat yaitu pusat eksitasi yang berada dibagian dorsolateral dari batang otak
dan digalakkan oleh sistem ARAS, nukleus vestibularis dan korteks serebri dengan melalui
basal ganglia. Pusat inhibisi terdapat di medioventral dari medula oblongata, digalakkan oleh
impuls yang berasal dari area korteks serebri 4s dan dari nukleus dentatus serebelum.
Selanjutnya impuls ini akan dibawa oleh traktus retikulo spinal, merupakan traktus
polisinaps, ke kornu anterior, yang nantinya bersifat menggalakkan dan menghambat alfa dan
gama motorneuron. Traktus yang berasal dari pusat eksitasi tidak menyilang garis tengah
sedangkan dari pusat inhibisi sebaliknya akan menyilang garis tengah (Ngoerah,1991)
(Noback, 2005).

Pusat eksitasi akan mempengaruhi alfa dan gama motor neuron secara terus menerus
karena menerima impuls dari ARAS dan nukleus vestibularis. Dengan jalan ini ARAS selain
menimbulkan keadaan waspada, juga melalui jalur eksitasi akan menyedian landasan tonus
otot untun reaksi fight or flight (Ngoerah,1991).

Hal kebalikannya terjadi pada pusat inhibisi yang mana secara terus menerus
menerima impuls dari area 4s di korteks serebri. Selanjutnya impuls ini berjalan bersama
traktus piramidalis. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi infark atau pendarahan pada kapsula
interna dimana impuls dari area 4s tidak dapat sampai ke pusat inhibisi, sehingga terjadi
ketidakkeseimbangan antara eksitasi dan inhibisi. Sehingga susunan gamma motor neuron

11

menjadi hiperaktif akibat perangsangan berlebih dari pusat eksitasi. Hal ini terlihat dari tonus
yang meningkat pada pasien stroke (Ngoerah, 1991) (Patestas, 2006) .

Gambar 2.3 Sirkuit ektra piramidal yang melalui subtransia nigra


(Guyton & Hall, 2006)

Serabut somatosensorik nervus trigeminus merupakan komponen beberapa lengkung


refleks penting, yaitu refleks kornea, refleks bersin, refleks menghisap, dan refleks maseter.
Impuls somatosensorik dari membrane mukosa mata berjalan di nervus optalmikus ke
nukleus sensorik prinsipalis nervi trigemini sebagai lengkung aferennya. Setelah membentuk
sinaps di sini, impuls kemudian berjalan menuju nuklei nervus fasialis dan kemudian melalui
nervus fasialis ke muskulus orbicularis okuli kedua sisi sebagai lengkung eferennya sehingga
menyebabkan terpejamnya kedua mata saat diberikan rangsang sentuhan pada limbus kornea.
Refleks bersin dibentuk oleh serabut somatosensorik yang berjalan di mukosa hidung ke area
nuklear trigeminus sebagai lengkung aferennya. Sejumlah saraf terlibat dalam lengkung
eferennya yaitu nervus V, VII, IX, dan X, serta beberapa saraf yang terlibat dalam eksprasi.
Refleks mengisap pada bayi, yaitu sentuhan pada bibir menginduksi gerakan mengisap adalah
refleks dengan lengkung aferen dan lengkung eferen nervus trigeminus yang melibatkan
beberapa saraf yang berbeda.

12

Pada medula oblongata, refleks yang khas adalah refleks muntah (gag reflex).

2.2.2 Peran Mesensefalon Dalam Fungsi Sensori

Traktus spinotalamikus, lemnikus trigemnus dan lemnikus medialis mengantarkan


impuls sensori (raba, suhu, nyeri, vibrasi dan propioseptik) dari seluruh tubuh untuk
selanjutnya di persepsi di pusat sensori di korteks. Impuls sensori ini tidak banyak mengalami
modulasi dan integrasi di batang otak, hanya impuls propioseptik dan nyeri yang mengalami
interaksi di batang otak. Impuls nyeri terutama akan mengalami inhibisi oleh sistem di batang
otak (Patestas, 2006).

Beberapa struktur di batang otak mengirimkan serabutnya turun kebawah menuju


medula spinalis untuk menghambat nyeri pada kornu dorsalis. Asal dari jalur desenden ini
antara lain periaquaductal gray, formasio retikuler, dan nukleus raphe magnus (NRM).
Periaqueductal gray (PAG) adalah pusat control primer untuk modulasi impuls nyeri
desendens. PAG adalah substansia grisea yang terletak di mesensefalon, mengelilingi
aquaductus serebral. Proyeksi dari PAG ini akan menuju ke nukleus raphe magnus. Traktus
spinotalamikus yang menghantarkan impuls nyeri dan suhu menuju ke traktus
spinomesencephalikus menuju ke PAG dan menimbulkan inhibisi impuls sensorik nyeri dan
suhu.
Stimulasi PAG pada mesensefalon akan mengaktifkan neuron yang melepskan
encephalin yang akan merangsang pelepasan serotonin dari nukleus raphe magnus. Serotoinin
ini akan berjalan menuruni kornu dorsalis medula spinalis dan akan bersinaps dengan
interneuron inhibisi yang terletak di lamina II (substansia gelatinosa). Saat teraktivasi,
interneuron ini akan melepaskan enkephalin atau dynorphin (transmitter opioid endogen)
yang akan berikatan dengan reseptor opiod mu pada serat akson delta A dan C yang
membawa impuls nyeri dari nosiseptor di perifer. Aktivasi reseptor opioid mu akan
menginhibisi pelepasan subtansi P dari neuron orde pertama dan akan menghambat aktivasi
neuron orde kedua yang bertanggungjawab dalam transmisi nyeri menuju nuklues
ventroposterolateral (VPL) thalamus. Sinyal nosiseptif yang dihambat sebelum sempat
mencapai thalamus ini disebut dengan “Gate control theory of pain” atau teori pintu gerbang
nyeri. Hal ini dapat dibuktikan adanya efek analgesia bila dilakukan perangsangan elektrikal
stimulasi pada PAG.
13

Stimulasi periaquaductal gray pada mesensefalon dapat menyebabkan analgesia luas.
Akson dari traktus ini bekerja pada bagian presinaptik pada neuron aferen primer dan bekerja
pada pascasinaptik pada neuron kedua (atau interneuron). Jalur-jalur ini memperantarai kerja
anti-nosiseptifnya melalui mekanisme reseptor adrenergik-α2, serotonergik, dan opiat.
Peran monoamin dalam inhibisi nyeri menjelaskan kerja analgesik dari anti depresan
yang memblokir pengambilan kembali katekolamin dan serotonin. Aktifitas dari reseptor-
reseptor ini juga mengaktifkan secondary intracellular messenger, membuka saluran K+ dan
menghambat peningkatan konsentrasi intraselular (gambar 2.2) (Noback,2005).

Gambar 2.4 Sistem inhibisi nyeri di batang otak (Noback,2005).

Perlu diingat juga, tidak semua stimulus nyeri akan menghasilkan sensibilitas nyeri.
Hal ini dapat terjadi karena ada suatu proses modulasi di kornu dorsalis medula spinalis. Ini
dimungkinkan karena ada sistem inhibisi. Inhibisi terjadi melalui beberapa mekanisme,
seperti:

1. Stimulasi serat aferen yang mempunyai diameter besar.


Stimulasi serat afferent ini dapat menghasilkan suatu efek berupa aktifasi interneuron
inhibisi di kornua dorsalis. Stimulasi halus berulang serat A beta atau menggunakan alat
TENS dapat menghambat transmisi nyeri.

2. Serat inhibisi desendens.

14

Ada 3 lintasan dari batang otak ke kornua dorsalis medula spinalis, yaitu :

a. Lintasan I : Berawal dari nukleus raphe magnus.

b. Lintasan II : Berawal dari nukleus lokus seruleus

c. Lintasan III : Berawal dari nukleus Edinger Wesphal

Ketiga lintasan ini turun menuju dan menimbulkan hambatan fungsi respon nyeri
neuron nosisepsi di kornu dorsalis medula spinalis. Bila diaktifkan, ketiga lintasan ini
akan melepaskan serotonin, norepinefrin dan cholecystokinin. Periaquaductal gray
(PAG) mempunyai hubungan dengan ketiga lintasan ini. PAG kaya dengan reseptor
opioid. Bila reseptor ini diaktifkan, PAG akan mengaktifkan ketiga lintasan ini. Reseptor
opioid PAG dapat diaktifkan oleh endorphin yang dilepaskan secara endogen dan opioid
yang diberikan secara eksogen. Pelepasan endorphin dapat dipicu oleh nyeri dan stress
(Patestas, 2006).

3. Betha endorphin.
Diproduksi di hipotalamus dan disalurkan ke ventrikulus tertius. Oleh liquor zat ini
dibawa ke medula spinalis menimbulkan efek depresi konduksi nyeri di substansia
gelatinosa.

4. Opioid
PAG kaya dengen reseptor nyeri. Substansia gelatinosa kornu dorsalis medula spinalis
juga kaya dengan reseptor opioid. Opioid bekerja dengan mengaktifkan sistem inhibisi
desendens atau mengaktifkan reseptor opioid di substansia gelatinosa.

2.2.3 Peran Mesensefalon dalam Fungsi Otonom

Struktur batang otak juga berperanan dalam pengaturan pada refleks khusus sesuai
dengan komponen lengkung refleks yang terlibat. Pada mesensefalon, komponen yang
terlibat pada refleks khusus adalah struktur kolikulus superior yang terlibat pada sistem visual
dan kolikulus inferior yang terlibat pada sistem auditorik. Refleks visual yang terjadi di
mesensefalon antara lain refleks cahaya langsung dan konsensuil, refleks akomodasi, dan
refleks visual tubuh (Snell, 2010).
Tektum merupakan bagian atap dari mesensefalon yang dibatasi melalui garis
imajiner melalui akuaduktus yang didalamnya terdapat kolikulus superior dan inferior
(lamina quadrigemina). Struktur kolikulus superior ini merupakan organ sangat khusus

15

dengan tujuh lapisan seluler dan banyak hubungan aferen dan eferen. Hubungan aferen
kolikulus superior adalah menerima jaras visual serta dari korteks serebri terutama lobus
oksipitalis, medula spinalis melalui traktus spinotektalis, dan dari kolikulus inferior. Traktus
spinotektalis bermula dari akson-akson masuk ke medula spinalis dari ganglion radiks
posterior dan berjalan ke substansia grisea dan bersinaps dengan neuron tingkat kedua yang
tidak diketahui. Akson-akson dari neuron tingkat kedua ini menyilang bidang median dan
berjalan ke atas sebagai traktus tektospinalis dalam kolumna alba anterolateral dan terletak
dekat dengan traktus spinotalamikus lateralis. Traktus spinotektalis ini kemudian melewati
medula oblongata untuk selanjutnya akan naik ke pons. Jaras ini membawa informasi aferen
untuk refleks spinovisual dan menimbulkan pergerakan mata dan kepala ke arah sumber
stimulasi. Serabut eferen kolikulus superior akan mengirimkan impuls ke medula spinalis
melalui traktus tektospinalis, ke nuklei nervus kranialis melalui traktus tektonuklearis, serta
ke nukleus ruber dan formatio retikularis.
Serabut yang diproyeksikan dari kolikulus inferior ke kolikulus superior membentuk
bagian lengkung refleks yang menolehkan kepala dan mata menuju sumber suara yang
datang, impuls retina yang mencapai kolikulus superior melalui corpus genikulatum lateralis
berpartisipasi dalam lengkung refleks lebih lanjut yang membuat mata menutup sebagai
respons terhadap stimulus visual yang datang tiba-tiba dan juga dapat menyebabkan
pergerakan kepala menjauhi stimulus. Traktus tektonuklearis dan traktus tektospinalis
membentuk lengan eferen lengkung refleks ini.

16

Gambar 2.5 Traktus Tektospinalis

Gambar 2.6 Traktus Spinotektalis, Spinopretikularis, dan Spinoolivaris

Jika suatu sinar dipancarkan ke salah satu mata, normalnya pupil kedua mata akan
berkonstriksi. Konstriksi pupil akibat terkena cahaya disebut refleks cahaya langsung,
sedangkan konstriksi pupil pada sisi kontralateral yang tidak terkena cahaya disebut refleks
cahaya tidak langsung atau konsensuil. Impuls aferen berjalan melalui nervus optikus, kiasma
optikum, dan traktus optikus.pada daerah ini, beberapa serabut meninggalkan traktus opticus
dan bersinaps dengan sel-sel saraf di nukelus pretektalis. Nuklei pretektalis yang kecil
ditemukan tepat di anterolateral kolikulus superior kedua sisi mesensefalon dan impuls
kemudian diteruskan ke sekitar substansia grisea periakuaduktalis menuju ke nuklei
parasimpatis Edinger-Westphal. Disini serabut-serabut bersinaps dan saraf parasimpatis
berjalan melalui nervus oculomotorius menuju ke ganglion ciliare di dalam orbita. Akhirnya
serabut saraf parasimpatik pascaganglionik berjalan melalui nervus ciliaris brevis bola mata
dan muskulus konstriktor iridis. Kedua pupil berkonstriksi pada refleks cahaya konsensuil
karena nukleus pretektalis mengirimkan serabut-serabut ke nuklei parasimpatik ke kedua sisi
di mesensefalon.
Jika kedua mata diarahkan dari obyek jauh mendekati mata, muskulus rektus medialis
menimbulkan konvergensi sumbu-sumbu ocular lensa. Lensa menebal untuk meningkatkan

17

daya refraksi melalui konstraksi muskulus siliaris, pupil berkonstriksi untuk membatasi
gelombang cahaya yang menuju bagian sentral lensa yang paling tebal. Impuls aferen
berjalan melalui nervus optikus, kiasma optikum, traktus optikus, corpus genikulatum
laterale, dan radiasio optika menuju korteks visual. Dari sini, serabut-serabut kortikal berjalan
turun menuruni kapsula interna ke nuklei nervus okulomotorius di mesensefalon. Beberapa
serabut kortikal desendnes bersinaps dengan nuklei parasimpatis (nuklei Edinger-Westphal)
di kedua sisi dan berjalan menuju ganglion ciliare di dalam orbita. Akhirnya, serabut-serabut
parasimpatis paskaganglionik berjalan menuju nervus ciliaris brevis menuju orbita dan
musculus konstriktor pupilae iridis.
Refleks pupil selanjutnya adalah refleks pupil kulit. Pupil akan dilatasi jika kulit
diberikan stimulus nyeri dengan menggunakan jarum. Serabut aferen sensorik diduga
berhubungan dengan neuron eferen simpatis praganglionik di dalam kolumna grisea lateralis
substansia grisea segmen thoracica pertama dan kedua medula spinalis. Rami commicantes
albi segmen ini berjalan ke trunkus simpatikus dan serabut-serabut praganglionik kemudian
naik ke ganglion simpatikum cervicalis superior. Serabut-serabut paskaganglionik kemudian
naik berjalan menuju pleksus karotikus internus dan nervus ciliaris longus ke muskulus
dilator pupilae iridis dan berfungsi dilatasi pupil (Snell,2010).
Jika sebuah obyek tiba-tiba terlihat di depan mata, terjadi refleks menutup mata atau
yang disebut refleks berkedip (blink refleks). Impuls aferen refleks ini berjalan dari retina
langsung ke tektum mesensefalon dan kemudian berjalan menuju traktus tektonuklearis ke
nervus fasialis kedua sisi. Selanjutnya serabut eferennya akan berjalan mempersarafi
muskulus orbicularis okuli dan menyebabkan palpebral menutup. Impuls lain berjalan turun
di traktus tektospinalis ke sel-sel cornu anterior medula spinalis yang mempersarafi otot-otot
servikal untuk menimbulkan gerakan kepala ke belakang secara tiba-tiba atau disebut averasi
kepala (Duus, 2005).

2.3 Pons
Pons merupakan bagian kecil otak dengan ukuran panjang 2,5 cm. Sebagian besar
bagian anteriornya menonjol yang terletak di atas medula oblongata. Meskipun ukurannya
kecil, pons memiliki fungsi yang amat vital.

18

Gambar 2.7 Pons dan Medula Oblongata
Tabel 2. Komponen struktural dan fungsi Pons (Martini,2006)

Subdivisi Komponen fungsi

Substansia grisea Nuklei pontin Stasiun relay traktus kortikopontin


dan asal traktus pontoserebelar

Nuklei N.V, VI, VII, dan VIII Mengatur fungsi nervus kranialis
V,VI,VII, dan VIII.

Pusat respirasi pontine: Mengatur aktivitas pusat ritmis


respirasi di medula oblongata
1. Pusat penumotaksik
2. Pusat apneustik

Substansia alba Traktus asendens Membawa impuls sensorik dari


nukleus kuneatus dan nukleus
gracilis ke thalamus

Traktus desendens Membawa impuls motorik dari


pusat yang lebih tinggi ke nuklei

19

motorik n.kranialis atau medula
spinalis

Serabut pontoserebelar Jalur yang terlibat dalam traktus


tranversal “corticopontoserebelar”

2.3.1 Peran Pons dalam Fungsi Motorik


Pons memiliki fungsi utama sebagai pusat relay dalam sistem motorik. Semua impuls
yang berasal dari kortikal dan berkaitan dengan gerakan volunteer dihantarkan oleh nuklei
pontis ke korteks serebeli yang kemudian diproyeksikan kembali ke korteks serebri melalui
nukleus dentatus, pedunkulus serebelaris superior, dan thalamus (mekanisme umpan balik).
Sirkuit regulasi ini memungkinkan koordinasi gerakan volunteer halus dan tepat.

Gambar 2.8 Sirkuit regulasi serebelar yang melibatkan nuklei pontis


Dari gambar diatas dapat terlihat traktus pontoserebelaris menyilang di pons dan
kemudian berjalan di dalam berkas yang tebal, melalui pedunkulus serebri medius ke
hemisfer serebeli. Serabut-serabut ini berasal dari bagian basal nuklei pontis dan dengan
demikian merupakan kelanjutan setelah membentuk kontak sinaptik. Serabut-serabut ini
berasal dari semua lobus serebri tetapi yang terbanyak berasal dari lobus frontalis.
Serebelum dikatakan mempunyai fungsi sebagai pusat koordinasi yang
mempertahankan keseimbangan dan mengontrol tonus otot dan memastikan semua proses
motorik terarah tepat dan terkoordinasi dengan baik. Serebelum terhubung dengan pons
terutama oleh bagian serebroserebelum. Sereberoserebelum menerima sebgian besar input

20

neuralnya secara tidak langsung dari bagian korteks serebri yang luas terutama area
Broadman 4 dan 6 (area motorik dan premotorik) melalui traktus kortikopontis. Serebelum
menerima peringatan lebih lanjut dari semua gerakan volunteer yang direncanakan yang
dimulai di korteks serebri sehingga serebelum dapat segera mengirimkan impuls modulasi
dan korektif kembali ke korteks motorik melalui jaras dentatotalamokortikalis.
Hubungan serebroserebelum yang kompleks memungkinkan struktur ini untuk
meregulasi semua gerakan terarah secara halus dan tepat. Melalui jaras spinoserebelaris
aferen yang menghantarkan dengan sangat cepat, serebroserebelum secara terus-menerus
menerima informasi baru mengenai aktivitas motorik di perifer. Dengan demikian ia dapat
memperbaiki setiap kesalahan dalam perjalanan gerakan volunteer untuk memastikan bahwa
gerakan tersebut dilakukan secara halus dan tepat. Pola eksekusi berbagai jenis gerakan yang
sangat banyak kemungkinan ini disimpan di serebelum layaknya seperti sistem computer
yang sepanjang hidup individu dapat dipanggil setiap saat.

2.3.2 Peran Pons dalam Fungsi Sensorik


Peranan pons dalam fungsi sensorik tidak terlepas dari nuklei nervus kranialis yang
terletak di pons. Nukleus nervus kranialis tersebut yaitu nervus trigeminalis untuk sensorik
umum di area wajah, nervus fasialis untuk sensorik khusus pengecapan, nervus
vestibulokokhlearis untuk keseimbangan dan pendengaran.
1. Nervus Trigeminus
Nukleus sensorius prinsipalis nervi trigemini terletak di bagian posterior pons,
yaitu di lateral nukleus motorik. Nukleus ini tersambung ke bawah denagn nukleus
spinalis nervi trigemini. Nukleus spinalis ini berlanjut ke superior sebagai nukleus
sensorik utama nervus trigeminus di dalam pons dan membentang ke bawah
sepanjang medula oblongata kemudian masuk ke mdula spinalis sampai segmen C2.
Nukleus mesenfalikus terdiri dari sekelompok sel saraf unipolar yang terletak di
bagian lateral substansia grisea yang mengelilingi akuaduktus serebri. Nukleus ini
membentang ke inferior memasuki pons hingga mencapai nukleus sensorius
prinsipalis nervi trigemini. Nukleus motorik terletak di dalam pons, yaitu di medial
nukleus sensorius prinsipalis nervi trigemini.

Sensasi nyeri, suhu, raba, dan tekan dari kulit wajah serta membrane mukosa
berjalan di sepanjang akson yang badan selnya terletak di ganglion semiluanris atau
ganglion sensorik trigeminus. Prosesus sentralis vsel-sel ini membentuk radiks

21

sensorik nervus trigeminus yang besar. Serabut ini kemudian terbagi menjadi cabang
asendens dan desendens ketika memasuki pons. Cabang asendens berakhir di nukleus
ensorius prinsipalis nervi trigemini, sedangkan cabang desendens berakhir di nukleus
spinalis. Untuk sensasi raba dan tekan dibawa terutama oleh serabut saraf yang
berakhir di nukleus sensorius utama. Sensari nyeri dan suhu dibawa oleh serabut ke
nukelus prinsipalis. Serabut sensorik dari nervus trigeminus cabang opthlamikus
berakhir di bagian inferior nukleus spinalis, serabut dari divisi maksilaris berakhir di
bagian tengah nukleus psinalis, sedangkan dari divisi mandibularis berakhir di bagian
superior nukleus spinalis.

Impuls-impuls propioseptif dari otot-otot pengunyah, otot-otot wajah, dan


ekstraokular diteruskan oleh serabut-serabut di dalam radiks sensorik nervus
trigeminus yang tidak melalui ganglion semilunaris atau ganglion trigeminus.
Serabut-serabut ini berasal dari sel-sel unipolar nukleus mesenfalikus. Akson neuron-
neuron nukleus sensorius prinsipalis dan nukleus spinalis serta prosesus sentralis sel-
sel di dalam nukleus mesenfalikus menyilang bidang median kemudian naik sebagai
lemniskus trigeminalis dan berakhir di nukleus ventroposteromedialis thalamus.
Akson sel-sel tersebut kemudian beralan melalui kapsula interna ke girus postsentralis
(area 3,1, dan 2) korteks serebri.

2. Nervus Fasialis
Nukleus sensorik nervus facialis adalah bagian atas dari nukleus traktus
solitarii dan terletak di dekat dengan nukleus motorik. Sensasi pengecap berjalan
melalui akson-akson perifer sel saraf yang terletak di ganglion genikulatum. Prosesus
sentralis sel-sel saraf ini bersinaps dengan sel-sel saraf di dalam nukleus. Serabut
eferen menyilang bidang median dan berjalan ke atas menuju nukleus ventralis
posteromedialis talami sisi kontralateral dan menuju nukleus hipotalamikus. Dari
thalamus, sel-sel tersebut melintasi kapsula interna dan korona radiata untuk berakhir
di area korteks pengecap di girus postsentralis bagian bawah.

22

2.3.3. Peran Pons dalam Fungsi Otonom

1. Fungsi Pernapasan

Kontrol saraf atas pernapasan melibatkan tiga komponen terpisah yaitu komponen
yang bertanggung jawab untuk menghasilkan irama inspirasi atau ekspirasi berganti-ganti,
komponen yang mengatur kekuatan ventilasi (yaitu, kecepatan dan kedalaman bernapas) agar
sesuai dengan kebutuhan tubuh, dan komponen yang memodifikasi aktivitas pernapasan
untuk memenuhi tujuan lain.

Mekanisme ini terdiri dari perubahan aliran darah dan pemasukan oksigen pada level
local dan perubahan laju respirasi di bawah kontrol pusat respirasi otak. Mekanisme
perubahan aliran darah dan pemasukan oksigen pada level local ini merupakan mekanisme
pengaturan aliran darah dan aliran udara, sebagai respon atas tekanan parsial gas CO2 dan
O2. Pengaturan aliran darah erat kaitannya dengan tekanan parsial O2. Bila PO2 rendah,
maka pembuluh kapiler alveolar akan mengalami vasokonstriksi. Sedangkan bila PO2 tinggi,
pembuluh kapiler alveolar akan berdilatasi, sehingga banyak O2 yang diabsorpsi oleh darah.
Mekanisme pengaturan aliran udara diatur oleh aktivitas otot polos bronkiolus. Otot polos
yang terdapat pada dinding bronkiolus sangat sensitif terhadap tekanan parsial CO2 di udara.
Kadar CO2 yang tidak sesuai akan “dikenali” oleh otot polos ini, lalu memberikan respon
berupa bronkokonstriksi atau bronkodilatasi. Bila PCO2 rendah, maka bronkiolus akan
berkonstriksi. Sedangkan bila PCO2 tinggi, akan terjadi bronkodilatasi. Kedua mekanisme
yang terjadi merupakan suatu reaksi otomatis yang dilakukan tubuh, tanpa pengaruh dari
sistem saraf pusat maupun perifer.

Perubahan laju respirasi di bawah kontrol pusat respirasi otak merupakan kontrol respirasi
diatur oleh komponen involunter dan volunter. Pusat involunter di otak mengatur kerja otot
respirasi dan ventilasi pulmoner. Sedangkan pusat volunter mengatur output respirasi melalui
kontrol pusat pernapasan di medula oblongata atau pons, dan neuron motorik pada sumsum
tulang belakang yang mengatur otot respirasi. Motor neuron pada sumsum tulang belakang
ini berperan dalam proses refleks respirasi, namun dapat juga diatur secara volunter melalui
jalur kortikospinal.

Pusat respirasi merupakan sekelompok neuron yang tersebar luas dan terletak bilateral di
dalam substansia retikularis medula oblongata dan pons. Pusat respirasi dibagi menjadi DRG
(Dorsal Respiratory Group) dan VRG (Ventral Respiratory Group). DRG merupakan

23

kumpulan neuron yang mengatur kerja otot eksternal interkostal dan otot diafragma. DRG ini
berfungsi pada seluruh proses respirasi normal. VRG merupakan kumpulan neuron yang
mengatur kerja otot respirasi aksesori, yang berfungsi saat bernapas dengan kuat, yaitu saat
inhalasi maksimal dan ekshalasi aktif.

Kelompok dorsal terutama terdiri atas neuron inspirasi yang serat desendensnya berakhir
pada motor neuron di medula yang mempersarafi otot-otot inspirasi. Secara periodik, neuron
ini akan melepas impuls dengan frekuensi 12-15 kali /menit. Sebagian serat saraf dari dorsal
akan berjalan ke kelompok ventral. Kelompok ventral terdiri neuron inspirasi dan neuron
ekspirasi yang keduanya tidak aktif selama pernapasan tenang. Apabila kebutuhan ventilasi
meningkat, neuron I pada kelompok ventral diaktifkan melalui rangsang dari kelompok
dorsal. Impuls melalui serat saraf yang keluar dari neuron I kelompok ventral akan
merangsang motor neuron yang mempersarafi otot-otot inspirasi tambahan melalui n. IX dan
n. X. Demikian pula neuron E akan dirangsang untuk mengeluarkan impuls yang akan
menyebabkan kontraksi otot-otot ekspirasi, sehingga terjadi ekspirasi aktif. Terdapat pula
suatu mekanisme feedback negatif antara neuron I kelompok dorsal dan neuron E kelompok
ventral. Impuls dari I-DRG, selain merangsang motor neuron otot inspirasi, juga akan
merangsang neuron E-VRG. Neuron E-VRG sebaliknya akan mengeluarkan impuls yang
menghambat neuron I-DRG. Dengan demikian, neuron I-DRG akan menghentikan
aktivitasnya sendiri melalui penglepasan rangsang inhibisi. Selama respirasi normal
meningkatnya aktivitas DRG selama periode 2 detik, sehingga menstimulasi otot-otot
inspirasi, lalu terjadilah proses inhalasi. Setelah 2 detik, DRG berubah menjadi inaktif, lalu
dibutuhkan waktu 3 detik untuk “quite” dan memungkinkan otot-otot inspirasi berelaksasi.
Maka terjadilah ekshalasi normal (pasif). Selama bernapas dengan kuat meningkatnya
aktivitas DRG, yang menstimulasi aktivasi VRG pada otot-otot inspirasi - di akhir inhalasi,
otot-otot ekspiratori menstimulasi otot aksesori sehingga mampu melakukan ekshalasi aktif.

Apneustik dan pneumotaxic center merupakan sepasang nuceli yang mempengaruhi


output respirasi. Pusat pneumotaksik atau disebut juga pontine respiratory group (PRG)
adalah kumpulan neuron pada rostral dorsal lateral pons. PRG ini mengandung nuklues
Kolliker-Fuse dan nukleus parabrakial medial. Keduanya merupakan pusat respirasi di pons
yang memproduksi inspirasi-ekspirasi normal dan halus. Pusat pneumotaksik berfungsi
membatasi lama inspirasi dan meningkatkan laju respirasi, dengan menginhibisi apneustik
neuron dan membantu proses ekshalasi normal atau kuat. Pusat pneumotaksik mengirim
impuls ke DRG yang menghambat neuron I, membatasi durasi inspirasi. Sebaliknya, pusat
24

apneustik mencegah penghambatan neuron I dan memberikan kekuatan ekstra untuk
inspirasi, dihambat oleh impuls aferen melalui n. vagus.

Pada sistem ini, pusat pneumotaksik mendominasi, membantu menghentikan inspirasi


dan memberikan kesempatan ekspirasi. Bila pengaruh pusat pneumotaksik dan n. vagus
dihilangkan, pengaruh tonik pusat apneustik terhadap pusat respirasi menjadi dominan,
sehingga terjadi apneusis (henti napas pada fase inspirasi). Sedangkan apabila pengaruh
hambatan n. vagus masih ada, terjadi irama pernapasan yang lebih lambat dan dalam. Selama
pernapasan normal, stimulasi dari pusat apneustik membantu peningkatan intensitas inhalasi
sampai 2 detik.Sedangkan pada pernapasan kuat, pusat apneustik dapat merespon input
sensoris dari nervus vagus sehingga meningkatkan laju respirasi.

2.4.Medula Oblongata
Medula oblongata bersambung dengan pons di superior dan dengan medula spinalis di
inferior. Tempat pertemuan medula oblongata dan medula spinalis adalah tempat asal radiks
anterior dan posterior nervus spinalis cervical I, yang berada setinggi foramen magnum.
Medula oblongata berbentuk kerucut, ujung yang lebar mengarah ke superior.
Table 3. Komponen struktural dan fungsi Medula Oblongata (Martini, 2006)

Subdivisi Komponen fungsi

Substansia grisea Nukleus gracilis dan cuneatus Relay station untuk sensasi
propioseptif volunteer ke
talamus

Nuklei olivarius Relay station informasi terkait


gerakan otot dari nukleus
ruber, otak tengah, korteks
serebri kemudian ke serebelum

Pusat reflex

Pusat kardiak Regulasi denyut jantung dan


kekuatan otot jantung

Pusat vasomotor Pengaturan distribusi aliran


darah sistemik

Pusat ritmisitas pernapasan Pengaturan pergerakan


pernapasan

25

Nuklei N.IX,X,XI,dan XII Mengatur fungsi nervus
kranialis IX,X,XI, dan XII

Nuklei lainnya Relay station untuk informasi


sensorik dari medula spinalis
ke pusat lebih tinggi

Substansia alba Traktus asendens dan Penghubung otak dengan


desendens medula spinalis

2.4.1 Peranan Medula Oblongata dalam Fungsi Motorik


Setelah keluar dari pons, traktus kortikospinalis ini akan mengalami
persilangan di bagian median daripada medula oblongata, di daerah dekusasio
piramidum. Traktus kortikospinalis yang menyilang ini disebut traktus
kortikospinalis lateralis yang selanjutnya akan berjalan di funikulus lateralis
medula spinalis, sedangkan traktus kortikospinalis anterior yang tidak menyilang
akan berjalan di daerah ventral medula spinalis. Sebagian besar traktus
kortikospinalis bersinaps dengan neuron penghubung, kemudian bersinaps dengan
neuron motorik alfa dan beberapa dengan neuron motorik gamma dan akan
berperanan dalam fungsi motorik pada ekstremitas yang berlawanan dengan
hemisfer serebri.
Nukleus terbesar di kompleks olivaris adalah nukleus olivaris inferior
dimana nukleus ini seperti kantung kusut yang terbuka kearah medial, terjadi
karena elevasi permukaan-permukaan medula oblongata yang disebut oliva.
Selain itu juga terdapat nukleus olivaris accessorius medialis dan dorsalis yang
lebih kecil. Serabut-serabut dari nukleus olivaris inferior akan menyilang garis
tengah dan masuk ke serebelum melalui pedunculus cerebellaris inferior. Serabut-
serabut aferen berasal dari medula spinalis, cortex serebelum dan serebri (traktus
spino-olivari). Oliva inferior menerima impuls aferen dari nukleus ruber emsenfali
melalui traktus tegmentalis sentralis. Struktur ini menerima input aferen alinnya
dari striatum, substansia grisea periakuaduktalis, formasio retikularis, dan korteks
serebri melalui traktus kortiko-olivaris yang berjalan bersama-sama traktus
kortikospinalis. Serabut eferen dari olive inferior akan menyilang garis tengah dan
membentuk traktus olivoserebelaris yang masuk ke serebelum melalui pedunkulus

26

serebelaris inferior dan menghantarkan impuls ke seluruh korteks neoserebelaris.
Pedunculus serebellar inferior adalah sumber utama masukan ke serebelum dari
medula spinalis dan nukleus batang otak. Hal ini sangat menonjol pada bagian
dorsolateral dari atas medula. Pada pedunculus serebelar inferior terdapat serabut-
serabut aferen serebelum yang berasal dari korteks serebri, antara lain traktus
kortikoolivares dan kortikoreticulares. Traktus kortikoolivaris berasal dari sel-sel
saraf di lobus frontalis, parietalis, temporalis, dan oksipitalis korteks serebri yang
kemudian turun melalui korona radiate dan kapsula interna dan berakhir pada
kedua nukleus olivaris inferior. Nukleus olivaris inferior adalah tenpat asal
serabut-serabut yang menyilang garis tengah dan masuk ke hemisfer serebeli sisi
kontralateral melalui pedunkulus serebelaris inferior. Traktus kortikoretikularis
berasal dari area sensorimotor di korteks serebri dan turun menuju pons dan
medula oblongata pada sisi kontralateral. Proyeksi olivoserebelaris ini
berhubungan dengan gerakan otot volunter (Mendoza, 2006).

Serebroserebelum menerima sebagian besar input neuralnya secara tidak


langsung dari bagian korteks yang luas terutama di area Broadmann 4 dan 6 (area
motorik dan premotorik) melalui traktus kortikopontis dan juga sebagian kecil dari
olive melalui traktus olivoserebelaris. Serebelum menerima peringatan lebih alnjut
dari semua gerakan volunteer yang direncanakan dimulai dari korteks serebri
sehingga serebelum dapat segera mengirimkan impuls modulasi dan korektif
kembali ke korteks motorik melalui jaras dentatotalamokortikalis. Nukleus
dentatus juga berproyeksi ke bagian parvoselularis nukleus ruber. Namun tidak
seperti nukleus ruber lainnya, bagian ini tidak mengirimkan serabutnya ke medula
spinalis melalui traktus rubrospinalis. Serabut ini akan berproyeksi melalui traktus
tegmentalis sentralis ke olive inferior yang kemudian berproyeksi kembali ke
serebroserebelum. Lengkung umpan-balik neural dentate-rubro-olivo-serebelaris
ini memiliki peran penting dalam pengolahan impuls neoserebelar.

Hubungan serebroserebelum yang kompleks memungkinkan struktur ini


untuk meregulasi semua gerakan terarah secara halus dan tepat. Melalui jaras
spinoserebelaris aferen yang menghantarkan sangat cepat, serebroserebelum
secara terus-menerus menerima informasi mengenai aktivitas motorik perifer.
Dengan demikian, ia dapat memperbaiki setiap kesalahan dalam perjalanan geraka
volunteer untuk memastikan bahwa gerakan tersebut dilakukan secara halus dan
27

tepat. Pusat pengeksekusian berbagai jenis gerakan yang sangat banyak secara
kemungkinan disimpan di serebelum seperti computer, sepanjang hidup manusia,
sehingga dapat dipanggil kembali setiap saat. Dnegan deikian begitu kita telah
mencapai tahap perkembangan tertentu, kita dapat melakukan gerakan sulit yang
telah dipelajari secara cepat, relative tidak memerlukan usaha dan sesuai kehendak
dengan cara memanggil fungsi regulasi presisi di serebelum.

1. Nervus Hipoglosal

Nukleus nervus hipoglosus terletak di sepertiga bawah bagian medula oblongata,


berdekatan dengan garis tengah dan tepat di bawah dasar ventrikel keempat, pada daerah
trigonum hipoglosus. Nukleus ini terdiri dari beberapa kelompok sel yang mempersarafi
masing-masing otot lidah. Sel-sel ini analog dengan sel-sel motorik kornu anterius medula
spinalis.

Gerakan volunteer lidah dipersarafi oleh traktus kortikonuklearis, yang berjalan turun
melalui kapsula interna bersamaan dengan traktus kortikospinalis dan berakhir di nukleus
nervus hipoglosus. Otot-otot kedua sisi lidah membentuk unit fungsional dan dipersarafi oleh
kedua serebri hemisfer, terutama secara kontralateral. Otot-otot lidah ini terutama muskulus
stiloglosus, hioglosus, dan genioglosus.

Nukleus nervus hipoglosus mendapatkan input aferennya terutama dari hemisfer


serebri kontralateral, meskipun terdapat pula beberapa input ipsilateral. Nukleus ini juga
mendapatkan input lainnya dari formasio retikularis, nukleus traktus solitarius, traktus
tektospinalis, dan nuklei trigeminalis. Hubungan-hubungan ini berperan dalam refleks
menelan, mengunyah, mengisap, dan menjilat (gambar 2.8).

28

Gambar 2.8 Nukleus dan Distribusi nervus Hipoglossus

2. Nervus Asesorius (N XI)

Nervus asesosius merupakan saraf motorik yang dibentuk oleh gabungan radiks
kranialis dan radiks spinalis. Radiks kranialis dibentuk oleh akson sel-sel saraf nukleus
ambiguous. Neuron yang membentuk radiks kranialis terletak di dalam nukleus ambiguous
bersebelahan dengan neuron yang prosesusnya berjalan di nervus vagus.Nukleus ambiguous
menerima kortikonuklearis dari kedua hemisfer serebri. Serabut eferen nukleus muncul dari
bagian anterior medula oblongata di antara olive dan pedunculus cerebelaris anterior. Saraf
berjalan ke lateral di dalam fossa cranii posterior dan bergabung dengan radiks spinalis.
Kedua radiks bersatu dan meninggalkan tengkorak melalui foramen jugulare. Radiks-radiks
kemudian terpisah kembali dan radiks kranialis bergabung dengan nervus vagus serta
didistribusikan melalui rami faringeales dan rami laringeales recurrens ke otot-otot palatum
molle, faring, dan laring.

Radiks spinalis dibentuk oleh akson sel-sel saraf di dalam nukleus spinalis byang
terleatk di dalam cornu anterius substansia grisea medula spinalis C1-C5. Nukleus spinalis ini
menerima serabut kortikonuklearis dari kedua hemisfer serebri. Serabut-serabut saraf muncul
dari medula spinalis di pertengahan antara radiks anterior dan posterior nervi spinalis
cervicalis. Serabut-serabut membentuk trunkus saraf yang naik memasuki tengkorak melalui
foramen magnum. Radiks spinalis berjalan ke lateral dan bergbaung dengan radiks kranialis

29

tepat setelah melalui foramen jugulare. Setelah jarak yang pendek, radiks spinalis ini
kemudian memisahkan diri dari radiks kranialis, berjalan ke bawah dan lateral, lalu masuk ke
permukaan dalam muskulus sternokleidomastoideus yang dipersarafinya. Selanjutnya saraf
tersebut menyilang trigonum colli posterior dan berjalan di bawah musculus trapezius yang
dipersarafinya. Dengan demikian nervus asesorius menimbulkan gerakan palatum mole,
faring, laring serta mengendalikan pergerakan otot leher.

Bagian spinal nervus asesorius merupakan motorik murni dan muncul dari kolumna
sel yang berada di bagian ventrolateral kornu anterius, membentang dari C2 hingga C5 atau
C6. Serabut radiks berjalan naik satu atau dua segmen di funikulus lateralis dan kemudian
keluar dari medula spinalis di antara radiks anterior dan radiks posterior, tepat di dorsal
ligamentum dentikulatum (gambar 2.9).

Gambar 2.9 Nukleus Nervus Asesorius

30

Gambar 2.10 Distribusi dan Hubungan Sentral Nervus Asesorius

3. Sistem Vagal (N. IX, X, dan pars kranialis N XI)

a. Nukleus Ambiguus

Nukleus ambiguous adalah nukleus motorik bersama nervus glossofaringeus dan


nervus vagus dan pars kranialis nervus asesorius. Nukleus ini menerima impuls desendens
dari korteks serebri kedua hemisfer melalui traktus kortikonuklearis. Karena persarafan
bilateral, gangguan unilateral pada serabut desendens sentral ini tidak menimbulkan deficit
besar pada distribusi motorik nukleus ambiguous.

Akson yang berasal dari nukleus ambiguous berjalan di nervus glossofaringeus dan
nervus vagus serta pars kranialis nervus asesorius ke otot-otot palatum mole, faring, dan
laring dan ke otot-otot lurik bagian atas esophagus. Nukleus ambigus juga menerima serabut
aferen dari nukleus spinalis nervus trigeminus dan dari nukleus traktus soliatrius. Impuls
tersebut merupakan lengan aferen lengkung refleks yang penting yang memicu refleks batuk,
tersedak, muntah jika terjadi iritasi pada mukosa saluran napas dan saluran cerna.

31

b. Nervus N IX (Glossofaringeus)

Nervus glossofaringeus merupakan saraf motorik dan sensorik. Nervus


glossofaringeus memiliki tiga nukleus yaitu nukleus motorik utama, nukleus parasimpatis,
dan nukleus sensorik.

Nukleus motorik terletak di dalam formasio retikularis medula oblongata dan


dibentuk oleh ujung superior nukleus ambiguous. Nukleus ini menerima serabut-serabut
kortikonuklearis dari kedua hemisfer serebri. Serabut-serabut eferen mempersarafi muskulus
stylofaringeus.

2.4.2 Peranan Medula Oblongata dalam Fungsi Sensorik


1. Lemniskus medialis (Nukleus Gracilis dan Cuneatus)
Impuls propioseptik, stereognosis, dan getaran tubuh berasal dari reseptor di
otot, tendon, fascia, kapsul sendi, dan jaringan ikat (korpuskulus Vater-Paccini dan
korpuskulus Golgi-Manzonni) serta reseptor kulit. Impuls ini kemudian dihantarkan
oleh neuron pseudounipolar bagian distal di ganglion spinale sebagai neuron pertama.

Prosesus bagian sentral sel-sel ini kemudian berjalan naik ke medula spinalis dan berakhir
di nuklei kolumna posterior. Di dalam funikulus posterior medula spinalis, serabut aferen
yang berasal dari ekstremitas bawah menempati bagian paling medial. Serabut aferen dari
ekstremitas atas bergabung di medula spinalis setingkat vertebra servikalis dan terletak
lebih lateral sehingga funikulus posterior setingkat ini terdiri dari dua kolumna (pada
masing-masing sisi): fasikulus grasilis di bagian medial (kolumna Goll) dan fasikulus
kuneatus di bagian lateral (kolumna Burdach). Serabut-serabut di kolumna ini berakhir di
nukleus yang namanya sesuai, yaitu: grasilis dan kunetaus. Nuklei kolumna posterior ini
mengandung neuron kedua, yang memproyeksikan aksonnya ke thalamus (traktus
bulbotalamikus). Semua serabut bulbotalamikus menyilang garis tengah ke sisi
kontralateral saat berjalan naik, membentuk lemnikus medialis.

Seiring perjalanan ke rostral, lemniskus medial mengalami pergeseran posisi


sehingga ekstremitas bawah sekarang lebih lateral dan ekstremitas atas di posisi yang
lebih medial di pons. Pada titik ini, lemniskus medial terletak tepat di atas nukleus
pontine. Rotasi ini berlanjut di otak tengah. Di sini, terletak hanya pada tepi dorsal
substantia nigra, ekstremitas bawah sekarang menempati posisi lebih dorsal di saluran

32

tersebut, dengan serat yang mewakili ekstremitas atas berada di ventral bagian dari
lemniskus medial.

Serabut ini kemudian berjalan ke medula, pons, dan otak tengah, dan berakhir di
nukleus ventralis posterolateral talami (VPL). Di sini serabut tersebut membentuk kontak
sinaptik dengan neuron ketiga, yang kemudian membentuk traktus talamokortikalis. Traktus
ini kemudian naik melalui kapsula interna (bagian posterior traktus piramidalis) dan melalui
korona radiate ke korteks somatosensorik primer di girus post-sentralis.

2. Nervus Vestibulocochelaris

Ganglion vestibulare terletak di kanalis auditorius internus yang mengandung sel-


sel bipolar yang prosesus perifernya menerima impuls dari sel-sel reseptor di organ
vestibular dan prosesus sentralnya membentuk nervus vestibularis. Nervus ini kemudian
bergabung dengan nervus kokhlearis yang kemudian melintasi kanalis auditorius internus,
menembus ruang subarachnoid di cerebellopontine angle, dan masuk ke batang otak di
taut pontomedularis. Serabut-serabut ini kemudian melanjutkan diri ke nukleus
vestibularis di dasar netrikel keempat.

Kompleks nuklear vestibularis yaitu nukleus vestibularis superior (Bekhterev),


nukleus vestibularis lateralis (Deiters), nukleus vestibularis medialis (Scwalbe), nukleus
vestibularis inferior (Roller). Serabut-serabut vestibularis terpisah menjadi beberapa
cabang sebelum memasuki masing-masing kelompok sel di kompleks nuklear vestibularis
tersebut dan membentuk relay sinaptik dengan neuron kedua.

Sebagian besar serabut yang berasal dari nervus vestibularis menghantarkan


impuls langsung ke lobus fokulonodularis serebeli mellaui traktus juxtarestiformis yang
terletak di dekat pedunkulus serebelaris inferior. Serabut ini kemudian berproyeksi ke
nukleus fastigialis dan melalui fasukulus unsinatus (Russell) akan kembali ke nukleus
vestibularis dan neuron notorik medula spinalis melalui traktus serebeloretikularis dan
retikulospinalis.

Traktus vestibulospinalis lateralis yang penting berasal dari ukleus vestibularis


lateralis (Deiters) dan berjalan turun pada sisi ipsilateral di dalam fasikulus anterior ke
motor neuron gamma dan alpha medula spinalis, turun hingga ke level sakaral. Impuls
yang dibawa adalah berfungsi untuk memfasilitasi refleks ekstensor dan mempertahankan
tingkat tonus otot seluruh tubuh untuk keseimbangan.

33

Serabut nukleus vestibularis medialis memasuki fasikulus longitudinalis medialis
bilateral dan berjalan turun di dalmnya sel-sel kornu anteriorus medula spinalis cervicalis
atau sebagai traktus vestibulospinalis medilais ke medula spinalis torasika bagian atas.
Serabut-serabut ini berjalan turn di bagian anterior medula spinalis dan berfungsi untuk
mempengaruhi tonus otot leher sebagai respons terhadap posisi kepala.

Semua nukleus vestibularis berproyeksi ke nuklei yang memepersarafi otot-otot


ekstraokular melalui fasikulus longitudinalis medialis. Serabut ini kemudian berjalan ke
kelompok nuklei Cajal (nukleus interstitial) dan Darkscheswitch dan kemudian masuk ke
thalamus.

Gambar 2.11 Nuklei Nervi Vestibularis

34

Gambar 2.12. Distribusi Nervus Vestibulokokhlearis

35

3. Nervus N IX (Glossofaringeus)

Nukleus sensorik merupakan bagian dari traktus solitarii. Sensasi pengecap berjalan
melalui akson saraf perifer sel-sel saraf yang berjalan melalui akson perifer sel-sel saraf yang
terletak di dalam ganglion nervi glossofaringeus. Prosesus sentral sel-sel ini bersinaps dengan
sel-sel saraf di dalam nukleus. Serabut-serabut eferen kemudian menyilang bidang median
dan naik menuju kelompok nuklei ventralis talami sisi kontralateral dan juga ke beberapa
nukleus hipotalamus. Akson sel-sel thalamus ini kemudian berjalan melalui kapsula interna
dan korona radiate serta berakhir di bagian bawah postsentralis.

Serabut aferen visceral N IX dan N X

Perikarion serabut aferen gustatorik nervus glossofaringeus (neuron pseudounipolar)


ditemukan di ganglion superior (ekstrakranial) sedangkan perikarion serabut aferen gustatorik
nervus vagus ditemukan ganglion inferius (nodosum). Kedua kelompok tersebut
menghantarkan impuls gustatorik dari epiglottis dan sepertiga posterior lidah. Nervus
glossofaringeus merupakan saraf pengecapan yang utama. Prosesus sentralnya berjalan
traktus solitarius ke nukleus solitarius yang juga menerima impuls gustatorik dari duapertiga
anterior lidah yang dihantarkan oleh nervus intermedius. Dari nukleus traktus solitarius,
impuls gustatorik berjalan ke atas nukleus ventroposteromedialis talami (VPM) dan
kemudian menuju korteks gustatorik pada ujung terbawah girus postsentralis.

Serabut aferen visceral nervus glossofaringeus dimiliki oleh sel-sel pseudounipolar


ganglion superior (intrakranial) sedangkan serabut aferen visceral nervus vagus berasal dari
ganglion inferiusnya. Serabut-serabut ini menghantarkan impuls sensorik dari mukosa
sepertiga posterior lidah, faring, dan viscera thorakal dan abdominal.

Serabut aferen somatic N IX dan NX

Impuls nyeri dan suhu dari sepertiga posterior lidah, bagian atas faring, tuba
eustachius dan telinga tengah berjalan melalui nervus glossofaringeus dan ganglion superius
ke nukleus traktus spinalis nervus trigeminus. Impuls jenis ini dari bagian bawah faring, kulit
di belakang telinga dan sebagian meatus akustikus eksternus, membrane timpanika, dan
duramater fosa posterior masuk ke nukleus batang otak yang sama mellaui nervus vagus dan
ganglion superior (ganglion jugulare).

36

Serabut somatosensorik untuk persepsi raba berakhir di nukleus prinsipalis sensorius
nervus trigeminalis. Impuls somatosensorik berjalan naik dari nukleus ini di dalam lemniskus
medialis ke thalamus dan kemudian ke korteks postsentralis.

3.4.3 Peranan Medula Oblongata dalam Fungsi Otonom


Medula oblongata mempunyai peranan penting sebagai pusat reflex yang
mengatur dan mengontrol fungsi kardiovaskular, respirasi, dan pencernaaan serta proses
vegetative lainnya.
1. Nukleus parasimpatis N IX dan X
Nukleus dorsalis nervus vagus dan nukleus solitarius inferior adalah dua
nukleus parasimpatis yang mengirimkan serabut ke nervus glossofaringeus dan nervus
vagus. Sedangkan nukleus solitarius superior adalah nukleus parasimpatik untuk
nervus intermedius

Akson eferen nukleus dorsalis nervus vagus berjalan sebagai serabut


preganglionik dengan nervus vagus ke ganglia parasimpatik kepala, thoraks, dan
abdomen. Setelah relay sinaptik, serabut postganglionic yang pendek menghantarkan
impuls visceromotorik ke otot-otot polos saluran pernapasan dan saluran cerna ke
bawah jauh hingga mencapai fleksura koli sinistra, serta otot-otot jantung. Stimulasi
pada serabut parasimpatis vagal menyebabkan perlambatan denyut jantung, konstriksi
otot polos bronchial, dan serkesi dari kelenjar bronchial. Peristaltic di saluran cerna
meningkat, begitu pula sekresi dari kelenjar gaster dan pancreas.

Nukleus dorsalis nervus vagus menerima input aferen dari hipotalamus, sistem
olfaktorius, pusat otonomik di formasio retikularis dan nukleus traktus solitarius.
Hubungan-hubungan ini merupakan komponen penting lengkung refleks untuk
mengontrol fungsi kardiovaskular, respirasi, dan pencernaan. Impuls dari baroreseptor
di dinding sinus karotikus yang mencapai nukleus dorsalis nervus vagus melalui
nervus glossofaringeus, akan berfungsi sebagai pengatur tekanan darah arterial.
Kemoreseptor di glomus karotikum berpartisipasi dalam regulasi tekanan parsial
oksigen di dalam darah. Reseptor lain di arkus aorta dan korpus para aorta
mengirimkan impuls aferen ke nukelus dorsalis nervus vagus melalui nervus vagus
dan memiliki fungsi yang sama.

37

Serabut parasimpatis yang muncul dari nukleus salivatorius inferior dan
berjalan melalui nervus glossofaringeus ke glandula parotirodea.

Gambar 2.13 Nuklei Nervi Vagi dan Hubungan Sentralnya

38

Gambar 2.14 Distribusi dan Hubungan Sentral Nervus Glosofaringeus dan Nervus Vagus

Cabang-cabang nervus vagus antara lain:

1. Ramus duralis: berjalan dari ganglion superius kembali melalui foramen jugular
eke duramater fosa posterior
2. Ramus aurikularis: dari ganglion superius nervus vagus ke kulit permukaan
posterior telinga luar dan pars inferoposterior meatus akustikus eksternus.

39

3. Ramus faringeus: cabang-cabang ini menyertai serabut nervus glossofaringeus dan
rantai simpatis ke pleksus faringeus untuk mempersarafi otot-otot faring dan
palatum molle.
4. Ramus laringeus superior: berasal dari ganglion inferius yang kemudian
bercabang dua menjadi cabang eksternal dan internal. Cabang eksternal bercabang
ke muskulus konstriktor faringitis dan kemudian berjalan untuk mempersarafi
m.krikotiroideus. cabang internal adalah saraf sensorik yang mempersarafi
mukosa laring ke bawah hingga mencapai plika vokalis serta mukosa epiglottis.
Cabang ini juga mengandung serabut pengecapan untuk epiglottis dan serabut
parasimpatis yang mempersarafi kjelenjar mukosa.
5. Nervus laringeus rekurens: cabang ini berjalan mengelilingi arteri subklavia pada
sisi kanan dan arkus aorta pada sisi kiri, kemudian melanjutkan ke atas di antara
trakea dan esophagus menuju laring. Saraf ini memberikan persarafan motorik ke
otot-otot laring internal, kecuali m.krikotiroideus, serta persarafan sensorik ke
mukosa laring di bawah plika vokalis.
6. Rami kardiaci servikales superiors dan rami kardiaci thoracaci: cabang ini
menyertai serabut simpatis ke jantung melalui pleksus kardiakus
7. Rami bronkiales: cabang-cabang ini membentuk pleksus pulmonalis di dinding
bronchus
8. Rami gastrici posteriors dan anteriores dan rami hepatici, soeliaci, dan renalis:
serabut-serabut ini berjalan melaluii pleksus superior dan soeliakus dan bersama
dengan serabut simpatis lainnya ke viscera abdomen (gaster, hepar, pancreas,
limpa, renal, adrenal, intestine, dan bagian proksimal kolon). Di rongga abdomen,
serabut vagus kanan dan kiri ini berdekatan dengan sistem saraf simpatis sehingga
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

40

Gambar 2.13 Ramus Nervus Vagus

2.5 Peran Fasikulus Longitudinalis Medialis di Batang Otak

Fasikulus longitudinalis medialis merupakan sekumpulan sistem serat yang bervariasi


yang memanjang dari mesensefalon menuju medula spinalis dan membawa impuls dari
nukleus vestibularis (Noback,2005). Sistem ini memiliki berbagai fungsi, diantaranya sebagai
penghubung antara sistem vestibular dan sistem saraf pusat dalan pengatauran fungsi
keseimbangan dan dalam gerakan stereotipi serta pergerakan bola mata.

41

2.5.1 Sebagai penghubung antara sistem vestibular dengan sistem saraf pusat
Seperti yang diketahui sebagai besar serat-serat saraf vestibular ini berakhir di nuklei
vestibular, yang terletak dengan tempat gabungan antara medula dan pons, namun beberapa
serat saraf ini lewat tanpa bersinaps ke nuklei retikular batang otak dan nuklei fastigial
serebelar, uvula dan lobus flukolonodular. Serat-serat yang berakhir di nuklei vestibular
bersinaps dengan neuron urutan kedua yang juga mengirimkan serat-serat menuju area
serebelum maupun ke traktus vestibulospinal dan fasikulus longitudinalis medialis serta
bagian-bagian lain dari otak, khususnya nuklei retikularis (Noback,2005).
Jaras primer refleks-refleks keseimbangan dimulai dari saraf vestibuler dan
selanjutnya berjalan ke nuklei vestibular dan serebelum. Selanjutnya, sinyal-sinyal dikirim ke
nuklei retikular batang otak maupun ke medula spinalis melalui traktus vestibulospinalis dan
traktus retikulospinal. Sebaliknya, sinyal-sinyal di medula mengatur fasilitasi dan inhibisi
otot-otot anti gravitasi yang saling mengatur satu sama lain, jadi secara otomatis mengatur
keseimbangan (Noback,2005) (Patestas, 2006) .
Sinyal-sinyal dari nuklei vestibular dan serebelum melalui fasikulus longitudinalis
medialis dijalarkan ke atas menuju batang otak dan menyebabkan perbaikan gerakan mata
setiap kali kepala berputar, sehingga mata dapat tetap terfiksasi pada satu obyek penglihatan
yang spesifik. Sinyal-sinyal juga dijalarkan ke atas (baik melalui traktus yang sama atau
melalui traktus retikularis) menuju korteks serebri, mungkin akan berakhir di pusat korteks
primer untuk keseimbangan, yang terletak di bagian dalam fisura silvian lobus parietalis,
yakni di sisi lain fisura dari area auditorik girus temporalis superior. Sinyal-sinyal ini akan
mengambarkan tentang keadaan jiwa akibat keseimbangan tubuh (Patestas, 2006).
Nuklei vestibular pada kedua sisi batang otak terbagi dalam empat bagian yang
terpisah: (1 dan 2) nuklei vestibular media dan nuklei vestibular superior yang terutama
menerima sinyal-sinyal dari kanalis semisirkularis, dan nuklei-nuklei ini sebaliknya akan
mengirimkan banyak sekali sinyal saraf ke fasikulus longitudinalis medialis guna
menimbulkan gerakan koreksi mata seperti halnya sinyal-sinyal yang melalui traktus
vestibulospinal medial menimbulkan gerakan leher dan kepala yang sesuai, (3) nukleus
vestibular lateral, yang menerima persarafan utama dari utrikulus dan sakulus, dan nuklei ini
sebaliknya akan menyalurkan sinyal ke medula spinalis melalui traktus vestibulospinalis
lateral guna mengatur gerakan tubuh dan (4) nukleus vestibular inferior yang menerima
sinyal-sinyal dari kanalis semisirkularis dan utrikulus dan sebaliknya nuklei ini akan
mengirimkan sinyal ke serebelum dan formatio retikularis batang otak (Guyton & Hall,1997)
.
42

2.5.2 Fungsi dalam gerakan tubuh yang stereotipi
Sebagian besar gerakan batang tubuh (trunk) dan kepala dapat di bagi dalam beberapa
gerakan sederhana, seperti fleksi kedepan, ekstensi, rotasi dan gerakan berputar seeluruh
tubuh. Berbagai jenis gerakan ini diatur oleh nuklei khusus terutama yang terletak di daerah
mesensefalon dan bagian bawah diensefalon.
Sebagai contoh, gerakan rotasi kepala dan mata diatur oleh nukleus interstisial.
Nukleus ini terletak di mesensefalon kira-kira berdekatan dengan fasikulus longitudinalis
medialis, yang dijalari oleh sebagian besar impuls pengatur. Gerakan mengangkat badan dan
kepala diatur oleh nukleus prestisial, yang terletak kira-kira berdekatan dengan hubungan
(juncture) antara diensefalon dan mesensefalon. Sebaliknya, gerakan fleksi kepala dan tubuh
diatur oleh nukleus prekomisularis yang terletak setinggi komisura posterior. Gerakan
membelok seluruh tubuh, yang jauh lebih rumit, melibatkan nuklei retikular pontin dan
mesensefalik (Guyton & Hall,1997).

2.5.3 Fungsi Pergerakan Bola Mata


Ada tiga kelompok nuklear yang mempunyai hubungan erat dengan kompleks inti
nervus okulomotorius yang berperan dalam gerakan okular vertikal dan rotatorik dan
pergerakan reflektorik yang melibatkan kepala dan mata. Ketiga kelompok nuklear itu adalah
:
1. nukleus interstisial dari Cajal ; memberikan serabut-serabut yang menyilang di
bagian ventral komisura posterior dan kemudian menuju ke semua kolom neuron
somatik dari nervus olfaktorius. Kecuali kolom sel ventral (yang mempersarafi
otot rektus medial). Disamping itu ia berproyeksi terhadap ini nervus troklearis
secara ipsilateral, kepada nukleus vestibularis medialis dan medula sppinalis.
2. Nukleus dari Darkschewitsch; tidak mempunyai hubungan dengan inti-inti nervus
okulomotorius. Ia berproyeksi di komisura posterior, yang jelas berkoneksi
dengan area pretektal.
3. Inti komisura posterior; terdiri dari neuron-neuron yang terletak dorsal dan
dorsolateral terhadap substansia grisea sentralis mesensefali. Ia dianggap
mempunyai hubungan dengan inti-inti pretektal dan kelompok nukleus posterior
dari talamus, korpus genikulatum mediale dan laterale.

43

Inti-inti nervus okulomotorius dihubungkan oleh serabut-serabut dari (1) jaras
kortikonuklear dari kedua belahan otak, (2) fasikulus longitudinalis medialis, (3) jaras
kortikobulbar dan (4) area pretektal kedua sisi.
Dengan perantaraan fasikulus longitudinalis medialis inti nervus okulomotorius
dihubungkan dengan inti-inti nervus troklearis, nervus abdusens dan nervus oktavus.
Hubungan yang diadakan oleh jaras kortikobulbar berimplikasi membuka lintasan kortiko-
kolikular-okulomotor, sedangkan koneksi dengan area pretektal kedua sisi merupakan
lintasan untuk refleks pupil (Baehr, Duus,2005).
M. rektus superior melakukan elevasi bola mata, terutama pada sikap mata yang
berabduksi. M. rektus medialis melaksanakan aduksi bola mata, sedangkan M. rektus inferior
mengerjakan depresi bola mata, terutama pada sikap mata yang berabduksi. M.oblikus
inferior melaksanakan elevasi bola mata terutama pada sikap bola mata yang berabduksi. Dan
M. levator palpebra superioris mengangkat kelopak mata atas (Baehr, Duus,2005).
Otot-otot sfingter pupil menguncupkan pupil. Kontraksi otot-otot siliar mengendurkan
tekanan kapsul lensa mata, sehingga lensa menjadi lebih konveks, sebagaimana terjadi pada
gerakan konvergensi bola mata dan akomodasi (Madjono,Sidarha, 1997).

Gambar 2.14 : Kompleks nukleus okulomotorius (Baehr, Duus,2005).

44

Gambar 2.15 : Mekanisme terjadinya gerakan konjugee pada mata (Baehr,Duus,2005).
Pada gambar otot okuler mata dan persarafannya memperlihatkan inti nervus kranialis III, IV
dan VI serta persarafan otot-otot mata. Dalam gambar tersebut juga tampak hubungan antara
ketiga inti ini yang melewati fasikulus longitudinalis medialis. Baik dengan cara melewati
fasikulus ini atau dengan cara melewati jaras lainnya yang berkaitan erat masing-masing dari
ketiga susunan otot untuk tiap mata diinervasi secara timbal balik sehingga satu otot dari

45

setiap pasang otot itu akan berelaksasi sementara otot lainnya akan berkontraksi (Baehr,
Duus,2005) (gambar 2.6).
Pada gambar jaras penglihatan konjugat mata, memperlihatkan pengaturan kortikal
terhadap aparatus okulomotor, menunjukkan penyebaran sinyal yang asalnya dari area
penglihatan oksipital melewati traktus oksipitotektal dan traktus oksipitokolikular menuju
area pretektal dan kolikulus inferior pada batang otak (Guyton & Hall,1997).

2.6 Peran Formatio Retikularis


Formasio retikularis terdiri dari sekelompok nukleus yang belum teridentifikasi
keseluruhannya dan tersebar pada batang otak. Formasio retikularis berfungsi sebagai pusat
pencetus aktivitas motorik (seperti berjalan dan berlari), mengatur regulasi konjugasi
pergerakan bola mata, regulasi sistem respirasi dan sistem kardiovaskular. Neuron retikularis
dikelompokkan menjadi raphae median, paramedian, nukleus medial dan lateral. Regulasi
fungsi motorik saraf somatik dan saraf visceral (otonom) serta modulasi aktivitas
elektrokortikal didukung oleh hubungan neuron retikularis dan pusat otonom pada otak dan
medula spinalis. Fungsi tambahan dari formasio retikularis meliputi pengaturan ekspresi
emosi, transmisi nyeri dan regulasi aktivitas reflek yang berhubungan dengan saraf kranialis
(Arslan, 2001).

Formasio retikularis adalah bangunan pengintegrasi yang paling bermakna, karena


menjadi daerah dimana impuls-impuls dari modalitas sensorik maupun yang berasal dari
sumber-sumber serebri dan serebellum bertemu dan berintegrasi. Daerah ini mampu
memodifikasi aktivitas neuron-neuron dari input dan mampu menekan atau mendorong
eksitabilitas banyak neuron, sehingga dapat menghambat, memfasilitasi atau memodifikasi
transmisi informasi saraf bahkan melalui jalur-jalur spesifik. Perangsangan formasio
retikularis mungkin meningkatkan sensibilitas nyeri. Susunan retikuler asenden dihubungkan
dengan mekanisme integrasi saraf yang berhubungan dengan banyak segi aktivitas perilaku
termasuk emosi, persepsi, motivasi, perangsangan, kesiagaan, tidur dan habituasi. Habituasi
adalah suatu mekanisme saraf dimana suatu organisme menjadi tidak memperhatikan
rangsangan-rangsangan berulang secara monoton. Hal ini berhubungan dengan penurunan
sensitivitas terhadap pola rangsang yang berulang. Sistem retikuler berfungsi memfasilitasi
aktivitas sistem lemnikus. Sistem retikuler menyebabkan seseorang menjadi sadar terhadap
rangsang yang diterima, bukan untuk menyampaikan dan melaporkan modalitas spesifik
(gambar: 2.7) (Noback, 2005) (Arslan, 2001).

46

Gambar 2.16: Nukeus raphae pada batang otak
Sumber: Arslan, 2001.

Beberapa fungsi penting dari formatio retikularis antara lain :


1. Pengendalian otot skelet. Melalui traktus retikulospinal dan retikulobulbar, formatio
retikularis dapat mempengaruhi aktivitas neuron-neuron motorik alfa dan gama.
Karena itu formatio retikularis dapat memodulasi tonus otot dan aktivitas refleks. Juga
dapat menimbulkan inhibisi resiprokal, misalnya ketika otot-otot fleksor berkontraksi
maka ekstensor yang antagonis akan relaksasi.formatio retikularis, dibantu apartus
vestibularis telinga tengah dan traktus spinalis vestibuler memainkan peranan penting
dalam mempertahankan tonus otot antigravitasi ketika berdiri. Apa yang disebut
sabagai pusat pernapasan batang otak disebut oleh ahli-ahli neurofisiologi sebagai
pengendali otot-otot pernapasan, saat ini dipertimbangkan sebagai bagian dari
formatio retikularis.
2. Pengendalian sensasi somatik dan viseral. Ditinjau dari lokasi sentralnya dalam
sumbu serebrospinal, formatio retikularis dapat mempengaruhi semua intasan
asendens yang melintasi tingkat-tingkat supraspinal. Pengaruhnya dapat sebagai
fasilitasi atau inhibisi. Formatio retikularis terutama dapat mempunyai peranan kunci
dalam mekanisme “gerbang” persepsi nyeri.

47

3. Pengendalian susunan saraf otonom. Pengendalian lebih tinggi dari susunan saraf
otonom, dari korteks serebri, hipotalamus dan nukleus subkortikal lainnya dapat
dilaksanakan oleh traktus retikulobulber dan retikulospinal yang turun ke aliran keluar
simpatis dan aliran keluar parasimpatis kraniosakralis:
a. Regulasi salivasi dikontrol oleh nukleus salivatorius superior dan inferior.
Dicetuskan oleh refleks rasa dan aroma yang membangkitkan selera. Keadaan
mental juga dapat menghambat salivasi pada beberapa keadaan dan
menyebabkan mulut kering.
b. Regulasi tekanan darah. Impuls aferen berasal dari sinus karotikus melalui
n.glosofaringeus dan n.vagus ke nukleus retikularis di medula yang sesuai
(pusat otonomik unuk tekanan darah, akativitas jantung, dan
vasodilatasi/vasokonstriksi), yang terletak di dekat n.glosofaringeus dan
vagus. Impuls eferen dimediasi oleh n.vagus menginhibisi aktivitas jantung
dan menyebabkan perlambatan irama jantung serta penurunan tekanan darah.
Terdapat juga impuls inhibisi untuk simpatis sehingga terjadi vasodilatasi.
c. Terdapat pusat respirasi di dorsal olivari inferior, dimana pusat ekspirasi dan
inspirasi terpiasah. Pusat ini tergantung pada kadar CO2 di darah apabila
tinggi akan meningkatkan frekuensi pernafasan begitu pula sebaliknya. Kadar
oksigen juga ikut berperan tetapi tidak sebesar CO2.
d. Fungsi lainnya, mengatur dan mengontrol motilitas usus. Refleks menelan
merupakan proses rumit yang melibatkan banyak otot yang berbeda, yang
harus diaktifkan dengan ururtan dan intensitas yang sesuai untuk mendorong
bolus makanan secara lancar dari mulut ke dalam lambung. Pengkoordinasian
saraf-saraf yang terlibat dalam proses ini adalah fungsi pusat menelan di
medula yang terletak di dekat nukleus kranialis motorik yang diaktifkan. Di
dekatnya terdapat nukleus yang terlibat dalam proses reflek tersedak (gag
reflek). Regulasi muntah diatur oleh area postrema. Nukleus pneumotaktikus,
di dekat lokus seruleus, pusat yang lebih tinggi untuk kardiovaskular. Pusat
mengunyah, menjilat dan menghisap ada di mesensefalon.
4. Pengendalian susunan endokrin. Baik secara langsung atau tidak langsung melalui
nuklei hipotalamik, formatio retikularis dapat mempengaruhi sintesis atau
dilepaskannya pelepas atau faktor-faktor pelepas-inhibisi dari arena itu
mengendalikan aktivitas hipofisis serebri.

48

5. Pengaruh pada jam biologis. Melalui lintasan-lintasan aferen dan eferen yang multiple
ke hipotalamus, formatio retikularis kemungkinan mempengaruhi irama biologis.
6. Bagian dari formatio retikularis yang terletak di bawah pons dan medula serta
terproyeksi rostral ke nukleus intralaminar dari thalamus tampaknya menjadi bagian
dari sistem aktivasi retikuler (ARAS). Ini adalah istilah yang paling terkait dengan
formasi reticular, meskipun mungkin hanya mewakili sebagian kecil, tetapi fungsinya
sangat signifikan. ARAS memainkan peran sentral dalam kedua mekanisme, bangun
dan siaga. Hal ini juga penting dalam mempertahankan siklus tidur sehingga dapat
secara rutin dan diprakarsai oleh masukan sensorik eksternal. Input tersebut, sampai
pada tingkat retikuler, menyebar, relatif tidak spesifik, dan mungkin bahkan tidak
disadari. Sistem early warning/alert, adalah salah satu sistem pertahanan pada
manusia ( Mendoza, 2008). Korteks tampaknya sangat tergantung pada ARAS,
melalui thalamus, untuk bangkit (yaitu, arausal on). Penting diingat, lesi ARAS dapat
menyebabkan keadaan vegetatif atau koma permanen. Di sisi lain, korteks, khususnya
lobus frontal, dapat memodulasi aktivitas ARAS melalui jalur descenden atau
corticoreticular ( Duus, 2005) (Gambar 2.8).

Gambar 2.17: Formatio retikularis dan fungsi


Duus, 2005.

49

2.6 Hubungan neurotransmitter dan biokimiawi sistem Formatio retikularis
2.6.1 Norepineprine
Neuron Norepineprine yang mana memberika ciri dari lokus seroleus yang
merupakan nukleus yang terletak di atas pons, juga tersebar kelompok – kelompok
sel pada tegmentum lateral dari pons dan medula (Noback,2005).
Pusat utama untuk neuron-neuron yang menghasilkan norepinefrin adalah
nuklei pontin khususnya lokus seroleus dan nuklei raphe bagian kaudal. Norepinefrin
disekresi pada bagian terminal neuron-neuron yang berlokasi pada lokus seroleus .
Serat-serat saraf yang asendens dari lokus seroleus kemudian berproyeksi ke talamus,
hipotalamus, sistem limbik dan korteks frontal. Sedangkan proyeksi serat saraf dari
nuklei raphe bagian kaudal adalah ke daerah amigdala. Adanya pengaktifan jalur
neurokimia norepinefrin ini membantu mengontrol seluruh aktifitas dan mood,
dengan mengaktivasi reseptor eksitasi seperti misalnya meningkatkan tingkat
kewaspadaan walaupun beberapa area dapat bersifat inhibisi (Ganong, 2002 ;
Guyton,2007; Mendoza, 2008) (gambar 2.9).

Gambar 2.18: Distribusi norepinefrine pada sistem saraf pusat

Sumber: Mendoza, 2008

Penelitian terkini yang tidak dipublikasi secara luas oleh Lu dan Saper
menyatakan bahwa populasi neuron pada daerah lokus seruleus dan nukleus
parabrakial medial memberi input ke basal forebrain. Lesi spesifik neuron-neuron ini
menyebabkan koma dalam, sehingga dapat diduga bahwa area tersebut merupakan
sumber utama ARAS (Zeman,2001 ; Posner,2007).

50

2.6.2 Sistem serotonergik

Jumlah neuron seratogenik di batang otak melebihi sistem Norepineprine dan


sistem dopaminrgik. Neuron dari nuklei raphe pada pons bagian atas dan
mesensefalon berproyeksi melalui bagian median forebrain menuju nukleus
okulomotorius, substansia nigra, striatum, hipotalamus, sistem limbik yaitu daerah
hipokampus dan korteks serebral. Neuron dari nukli raphe magnus berproyeksi pada
nukleus fasialis dan bagian dorsal dan ventral dari medula spinalis
(Noback,2005;Mendoza, 2008 ) (gambar 2.10).

Gambar 2.17 : Distribusi serotonin pada sistem saraf pusat

Sumber: Mendoza, 2009.

Tempat utama untuk badan sel serotonergik adalah pons bagian atas dan
mesensefalon. Secara spesifik yaitu nuklei raphe dorsalis, lokus seruleus kaudal, area
postrema, dan area interpedunkular. Neuron tersebut berhubungan ke ganglia basalis,
sistem limbik, lalu korteks serebri. Berhubungan dengan aspek prilaku dan siklus
bangun tidur. Dapat terjadi insomnia bila terjadi kerusakan di sel-sel nuklei raphe atau
bila cadangan serotonin berkurang oleh karena obat. Sebaliknya peningkatan level
serotonin menurunkan sensitivitas terhadap nyeri. Sedangkan neuron-neuron
serotonergik yang asalnya dari raphe nuklei median berproyeksi melalui jalur yang
sama (Zeman,2001 ; Posner,2007).

2.6.3 Sistem Dopaminergik

Neuron dopaminergik terletak pada pars kompakta substansia nigra pada


mesensefalon hanya pada daerah medial dan ventral dari tegmentum (Ventral
Tegmental Area = VTA). Axonnya berproyeksi pada jaras mesostrial, mesolimbik
dan mesokortikal ke serebelum (meso = mesensefalon). Sistem mesostrial dari

51

substansia nigra ke striatum (nukleus kaudatus dan putamen) dari ganglia basalis
penting untuk mekanisme fungsi motorik.

Penyakit Parkinson adalah disebabkan oleh karena penurunan atau hilangnya


proyeksi inhibisi pada stratum diikuti oleh kerusakan substansia nigra. Sistem
mesolimbik dari VTA berhubungan dengan sistem limbik pada nukleus accumbens
amygdale, daerah septal dan ventral dari striatum. Proyeksi mesokortikal dari VTA
menuju frontal girus singulate dari korteks. Akhirnya kedua sistem berhubungan
dengan terjadinya skizofrenia (hipotesis dopamin pada skizofrenia). Pada skizofrenia
juga berhubungan dengan pelepasan aktivitas neuronal dopamin (Noback,2005).

Substansia nigra sesungguhnya bukan inti tegmentum mesensefali namun


sebuah inti motorik yang besar diantara tegmentum mesensefali dan pes pedunkuli
serebri. Ke rostral substansia nigra meluas sampai subtalamus. Jaras penting yang
menghubungkan substansia nigra dengan nukleus ventralis lateralis dan ventralis
anterior merupakan mata rantai penting dalam lintasan sirkuit ekstrapiramidal
(Zeman,2001 ; Posner,2007).

Pada susunan ekstrapiramidal ditemukan beberapa lintasan lingkaran.


Pemegang peranan dalam penyakit Parkinson adalah korpus striatum yang terdiri dari
dua bagian yaitu neostriatum (putamen dan nukleus kaudatus) dan paleostriatum
(globus palidum). Substansia nigra dan globus palidus masing-masing berhubungan
dengan neostriatum (homolateral dan globus palidus (homolateral). Korpus
subtalamikus menerima serabut-serabut dari globus palidus, disamping itu korpus
subtalamikus mengirim serabut-serabut ke globus palidus. Substansia nigra mengirim
serabut-serabut ke putamen dan nukleus kaudatus. Disamping itu substansia nigra
menerima serabut-serabut dari neostriatum. Dalam hal ini rupanya substansia nigra
dan korpus substanlamikus masing-masing berperan sebagai suatu “modifier”
pertama berperan sebagai modifier adalah globus palidus. Kerusakan pada korpus
substalamikus menimbulkan gerakan-gerakan yang tidak ada henti-hentinya
(balismus).

Kerusakan pada substansia nigra menimbulkan lenyapnya semua gerakan


(akinesia). Penyakit Parkinson timbul karena adanya suatu “neostriatall dopamine
deficiency”. Dapatlah dikatakan bahwa disamping substansia nigra neostriatum
adalah pemegang utama dalam timbulnya gejala-gejala penyakit Parkinson.

52

Dalam keadaan sehat akan terdapat keseimbangan diantara aktivitas serabut-
serabut fusimotor dinamik dengan aktivitas serabut-serabut fusimotor static. Pada lesi
dari substansia nigra akan timbul hiperaktivitas serabut-serabut fusimotor static
dengan “cogwheel / lead – pipe rigidity”. Pada lesi globus palidus (misalnya karena
perdarahan atau infark di kapsula interna) akan timbul hiperaktivitas dari serabut-
serabut fusimotor dinamik dan timbullah spasisitas dengan fenomena pisau lipat
(Ngoerah, 1991).

Kepentingan substansia nigra sebagai pusat motorik terungkap oleh gejala-


gejala penyakit parkinson, dimana neuron-neuron yang berpigmen melanin telah
berdegenerasi. Penderita penyakit parkinson memperlihatkan kelambanan gerakan,
tremor, kekakuan atau rigiditas. Penyelidikan histokimiawi mengungkapkan bahwa
substansia nigra yang berproyeksi pada nukleus kaudatus dan putamen mempengaruhi
inti-inti tersebut melalui suatu neurotransmiter yang dipengaruhi oleh sel-sel yang
mengandung melanin itu. Substansi neurotransmiter itu ialah dopamin. Pigmen
melaninnya sendiri bukan sumber bahan yang menghasilkan dopamin, melainkan
suatu produk yang dihasilkan oleh ensim tyrosinase yang beraksi terhadap zat dopa.
Menghilangnya melanin di sitoplasma neuron-neuron substansia nigra mencerminkan
menurunnya kadar zat dopa atau menurunnya kegiatan enzim tyrozinase. Pada orang-
orang berusia lanjut memang konsentrasi melanin di substansia nigra sangat menurun.
Keluhan umum orang-orang berusia lanjut terdiri dari kekakuan dan tremor kasar
mungkin mempunyai hubungan etiologik dengan menurunnya kadar dopamin.
Penderita-penderita penyakit parkinson banyak mendapat manfaat dengan pengobatan
levodopa. Dalam hal ini dopamin yang tidak lagi diproduksi oleh substansia nigra
penderita parkinsonismus di substitusi oleh pemberian dopamin sintetik (levodopa).
Tetapi substitusi ini juga dijumpai pada pengobatan penyakit diabetes melitus, dimana
insulin tidak diproduksi lagi oleh tubuh penderita (sidartha,George,1986).

Penelitian mutakhir membuktikan neuron-neuron monoaminergik ini aktif saat


kondisi bangun, kurang aktif pada tidur gelombang lambat dan inaktif saat tidur REM
(Zeman,2001 ; Posner,2007).

53

BAB III

KESIMPULAN

Batang otak terdiri dari medula oblongata, pons, dan mesensefalon, serta menempati fossa
kranii posterior tengkorak. Bentuk batang otak seperti batang dan menghubungkan medula
spinalis yang sempit dengan otak depan yang lebar. Batang otak berperan sebagai (1)
pengaturan motorik, sistem piramidal dan ekstra piramidal (2) pengaturan sensoris, terutama
modulasi nyeri (3) berperan dalam sistem kesadaran, siklus tidur dan bangun dan mengontrol
sistem otonom (4) berhubungan dengan aktivitas nervus kranialis.
Batang otak berperan dalam mengintegrasikan sistem piramidal dan ekstrapiramidal
sehingga gerakan tangkas dapat terjadi. Batang otak selain berperan dalam mengahatarkan
inpuls sensoris juga berperan penting dalam modulasi nyeri. Sehingga tidak semua sensasi
nyeri dapat di persepsi.
Pada formatio retikularis hubungan saraf dan struktur biokimia dari neurotransmiter
membentuk tiga jaras atau sistem monoaminergik mayor yaitu (1) Norepineprine, (2)
dopamin, dan (3) serotonin.
Batang otak juga berperan sebagi penghubung antara otak dengan pusat-pusat saraf
lainnya.

54

DAFTAR PUSTAKA

Snell RS. Batang Otak. Neuroanatomi Klinik ed 7. Jakarta 2013, egc. Hal 192-257.
th
Baehr M, Frotccher M. Brain Stem.Duus’ Topical Diagnosis in Neurology 4 ed.
New york 2005, Thieme. P 116-239.
Mendoza JE, Foundaz AL. Brain Stem. Clinical Neuroanatomy, A Neurobehavior
approach. New york 2008, Springer. P 77-106.
Guyton, A.C., Hall, J.E. 2006. Text Book Of Medical Fisiologi. 11th Ed. Philadelpia:
Elsevier Sounder.
Wolters, Van Laar, berendse. 2008. Parkinsonism and Related Disorders. Amsterdam
: Vu University Press.
Jhon, Annel,2008. Clinical Neuroanatomy a Neurobehavioral Approach, New
Edition, USA: Dept. Psychiatry & Neurology press.
Marjono,Sidharta 1998. Neurologi Klinis Dasar.Cetakan keempat,Jakarta: Dian
Rakyat.
Ngoerah, I.G.N.G. 1991. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya: Airlangga
University Press.
Noback R. Charles,PhD, Strominger L.Norman,Phd, Damarest J. Robert, Ruggiero A.
David,Ph,2005, The Human Nervous Sistem structure dan Function,sixth Edition; USA.
Patestas A.Maria, Gartner P. Leslie,2006, A Textbook of neuroanatomy; USA.
Plum, F., Posner, J.B. 1980. The Diagnosis of Stupor and Coma. Third Edition;
Philadelphia: F.A.Davis Company.
Sidharta, Dewanto, 1986, Anatomi Susunan saraf Pusat Manusia, Jakarta : Dian
Rakyat.
Sukardi, E. 1985. Neuroanatomia Medica. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

55

Anda mungkin juga menyukai