Oleh :
dr. Ketut Widyastuti, Sp.S
dr. Made Ayu Dessy Dwitasari
1
BAB I
PENDAHULUAN
Batang otak yang terdiri dari midbrain (mesensefalon), pons (metensefalon) dan
medula oblongata (mielensefalon) (Patestas, 2006).
Batang otak memanjang dari persilangan traktus piramidalis yaitu dari tingkat asal
radiks C1 ke atas ke tingkat traktus optikus, dan pada perjalanannya dari kiasma ke korpus
genikulatum lateral, melingkupi krura serebri mesensefalon. Dalam pandangan ventral dan
lateral, tiga komponen batang otak dapat dibedakan dengan agak jelas. Sebuah sulkus
horizontal menandai sambungan pentoserebelar. Sulkus yang serupa terdapat pada tempat
dimana pedunkulus mesensefalon bertemu dengan tepi rostral dari pons (Patestas, 2006).
Batang otak merupakan tempat masuknya serat-serat nervus kranialis III
(okulomotorius) sampai nervus kranialis XII (hipoglosus) (Sukardi,1985).
Gambar 1.1: Penampang Batang otak, foramen magnum dan medula spinalis,
(Jhon,Annel,2008).
Dalam mempelajari jaras-jaras sepanjang batang otak dan medula spinalis terungkaplah
hukum-hukum pemetaan :
1. Jaras-jaras asendens dan desendens yang panjang selalu memilih jalan dibagian-bagian
tepi batang otak dan medula spinalis.
2. Lintasan motorik (ekspensif) menduduki bagian ventral dan lintasan sensorik (reseptif)
menduduki bagian dorsal batang otak.
2
Sesuai dengan adanya penjatahan tempat bagi lintasan asendens dan desendens, maka
batang otak telah dibagi dalam bagian ventral dan dorsal. Bagian dorsal dijuluki tegmentum
dan bagian ventralnya yang dinamakan pes atau basis. Dengan demikian telah dikenal pes
medulae atau tegmentum medulae,pes pontis dan tegmentum pontis lalu pes mesensefali (pes
pedunkuli) dan tegmentum mesensefali. Bagian terbawah (basis) batang otak terdapat jaras
panjang desendens (yakni jaras kortikospinal, kortikobulbar,frontopontin dan
parietotemporopontin). Di bagian tepi lateral tegmentum batang otak terdapat jaras panjang
asendens. Tempat tersebut di tingkat medula oblongata berbentuk segitiga di antara kutub
lateral oliva inferior dan korpus restiforme. Daerah segitiga itu dikenal sebagai sudut
monakov, dimana tedapat kelima lintasan asendens, yaitu (1) traktus spinotalamikus (2)
traktus spinotektalis (3) traktus spinoretikularis lateralis (4) traktus spinoserebelaris dorsalis
dan (5) traktus spinoserebelaris ventralis (Sidartha,Dewanto,1986).
Secara umum batang otak sesuai dengan perannya di bagi dalam tiga kategori yaitu :
1. Sebagai tempat persinggahan nukleus yang dilewati oleh jaras asendens dan desendens
yang menuju serebrum, serebelum dan medula spinalis dan pengaturan fungsi motorik
dan sensori.
2. Memainkan peranan yang besar dalam sistem kesadaran, siklus tidur dan bangun
,mengontrol sistem pernapasan dan kardiovaskuler dan gerakan steriotipi.
3. Berhubungan dengan aktivitas nervus kranialis seperti gerakan mata, pendengaran dan
keseimbangan (Noback,2005)
Mengingat fungsinya yang penting maka dalam tinjauan pustaka ini kita khususkan
untuk membahas tentang neurofisioogi dari batang otak.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Batang otak mengandung banyak jaras termasuk semua jaras asendens dan desendes
yang menghubungkan otak dengan perifer. Beberapa jaras ini menyilang di garis tengah
ketika melewati batang otak dan beberapa diantaranya membentuk sinaps dengan struktur
khas di batang otak sebelum melanjutkan perjalanannya.
Batang otak juga mengandung banyak nuklei termasuk nuklei nervus III sampai XII,
nukleus ruber dan substansia nigra di mesensefalon, nuklei pontis di pons, dan nuklei
olivarius medula oblongata yang semuanya berperanan dalam sirkuit regulasi motorik, serta
nuklei lamina quadrigemina mesencefali yang merupakan stasiun relay penting pada jaras
visual dan auditorik. Seluruh batang otak juga diliputi oleh jaringan difus neuron yang
tersusun padat yaitu formatio retikularis yang mengandung pusat regulasi otonomik yang
berfungsi vital termasuk mengatuir aktivitas jantung, sirkulasi, respirasi, serta kesadaran.
Jaras desendens formatio retikularis ini juga mempengaruhi aktivitas neuron motorik spinal.
4
Gambar 2.1 Diensefalon dan Batang Otak
2.2 Mesensefalon
5
Tabel 1. Komponen Struktural dan Fungsi Mesensefalon (Martini, 2006)
Substansia grisea
Substansia alba
Batang otak dilalui oleh traktus piramidalis dan traktus ekstrapiramidalis. Traktus-
traktus ini berawal dari korteks sereberal yang secara berturut-turut berjalan turun memasuki
kapsula interna, krus serebri dan basis pons. Traktus ini berperan dalam mengantarkan impuls
untuk gerakan (Noback, 2005)
6
Gambar 2.2 Traktus kortikospinal (Baehr, Duus,2005)
Gerakan dapat dibagi menjadi gerakan fasik dan tonik. Gerakan fasik adalah gerakan
halus, jitu dan tangkas dimana impuls untuk gerakan ini dibawa oleh traktus piramidalis. Di
batang otak impuls ini tidak banyak mengalami integrasi, namun hanya berjalan menyilang di
dekusatio piramidalis dan bersinaps di motor neuron kontra lateral, selanjutnya akan
mengeksitasi serabut otot tipe II (otot putih yang bersifat cepat dan menyebabkan gerakan
7
fasik). Gerakan tonik diatur oleh impuls ekstrapiramidalis yang merupakan suatu gerakan
massal. Tonus otot ditentukan oleh impuls ekstrapiramidalis sehingga susunan
ekstrapiramidalis menentukan postur tubuh dan anggota tubuh. Gerakan tangkas dapat terjadi
dengan kerjasama antara susunan piramidalis dan ekstrapiramidalis. Ketangkasan suatu
gerakan ditentukan oleh susunan piramidalis dan landasan untuk gerakan tangkas itu
ditentukan oleh susunan ekstra piramidalis, landasan untuk gerakan tangkas berupa tonus otot
yang memadai dan koordinasi yang baik (Ngoerah, 1991).
Gerakan fasik yang dibawa oleh traktus piramidalis terutama dibawa oleh traktus
kortikonuklearis. Serabut traktus kortikospinalis muncul sebagai akson sel-sel piramid yang
terletak di lapisan kelima korteks serebri. Sekitar sepertiga serabut ini berasal dari korteks
motorik primer (area 4), sepertiga lainnya dari area korteks motorik sekunder (area 6), dan
sepertiga dari lobus parietalis (area 3, 1, dan 2). Jadi dua pertiga serabut traktus
kortikospinalis berasal dari girus presentralis dan sepertiga dari girus postsentralis. Serabut-
serabut desendens ini berkumpul di korona radiata, kemudian berjalan melalui krus posterior
kapsula interna. Disini serabut-serabut tersebut ditata sedemikian rupa sehingga yang terletak
paling dekat dengan genu yang mengurus bagian cervical tubuh, sedangkan yang terletak
lebih ke posterior mengontrol ekstremitas inferior. Selanjutnya traktus akan melanjutkan
perjalanan melalui tiga perlima medial basis pedunkulus mesensefalon. Serabut yang
mengurus bagian cervical tubuh terletak di sebelah medial, sedangkan yang mengendalikan
tungkai terletak di sebelah lateral. Saat memasuki pons, traktus terbagi menjadi banyak
berkas oleh fibrae pontocerebellares transversae. Setelah keluar dari pons, traktus ini akan
mengalami persilangan di bagian median daripada medula oblongata, di daerah dekusasio
piramidum. Traktus kortikospinalis yang menyilang ini disebut traktus kortikospinalis
lateralis yang selanjutnya akan berjalan di funikulus lateralis medula spinalis, sedangkan
traktus kortikospinalis anterior yang tidak menyilang akan berjalan di daerah ventral medula
spinalis. Sebagian besar traktus kortikospinalis bersinaps dengan neuron penghubung,
kemudian bersinaps dengan neuron motorik alfa dan beberapa dengan neuron motorik
gamma.
Gerakan tonik diatur oleh impuls ekstrapiramidalis yang merupakan suatu gerakan
massal. Tonus otot ditentukan oleh impuls ekstrapiramidalis sehingga susunan
ekstrapiramidalis menentukan postur tubuh dan anggota tubuh. Traktus ekstrapiramidalis ini
antara lain traktus tektospinalis, rubrospinalis, vestibulospinalis, dan retikulospinalis. Masing-
masing traktus ini memiliki unit fungsionalnya tersendiri dan berkerja secara sinergis.
8
Traktus tektospinalis berasal dari sel-sel neuron di dalam kolikulus superior
mesencephali. Sebagian besar serabut ini menyilang garis tengah segera setelah keluar dari
tempat asalnya dan turun melalui batang otak dekat dengan fasikulus longitudinalis medialis.
Traktus tektospinalis turun di dalam kolumna alba anterior medula spinalis dekat fissura
mediana anterior. Serabut-serabut ini diduga berkaitan dengan gerakan refleks postural
sebagai respons terhadap stimulus visual. Serabut ini yang berhubungan dengan neuron
simpatis di kolumna grisea lateralis dan mengurus refleks dilatasi pupil sebagai respons
terhadap situasi gelap.
9
regulasi untuk ke serebelum dan kemudian kembali ke korteks melalui nukleus dentatus,
nukleus ruber, dan thalamus. Kelompok lain serabut dentatorubralis berakhir terutama di pars
parvoselualaris nukleus ruber. Semua serabut serebelorubralis menyilang di garis tengah di
mesensefalon, di dekusasio pedunkuli serebelaris superior. Nukleus ruber menerima input
aferen lain dari korteks serebri melalui traktus kortikorubralis dan dari tektum. Proyeksi
eferen utama nukleus ruber melalui traktus rubrospinalis dan traktus rubtoretikuaris
memberikan pengaruh pada neuron motorik spinalis. Kedua traktus ini menyilang garis
tengah segera setelah keluar dari nukleus ruber, di dekat dekusasio tegmentalis anterior
(Forel). Serabut eferen lain berjalan melalui traktus tegmentalis ke olive (serabut rubro-
olivaris), tempat proyeksi rekuren kembali ke serebelum.
Akson neuron-neuron di dalam nukleus ini menyilang garis tengah setinggi nukleus
ini menyilang garis tengah setinggi nukleus ini dan berjalan turun sebagai traktus
rubrospinalis melalui pons dan medula oblongata untuk masuk ke dalam kolumna alba
lateralis medula spinalis.Neuron-neuron nukleus ruber menerima impuls aferen melalui
hubungan dengan cortex cerebri dan cerebellum. Hal ini diyakini merupakan jaras tidak
langsung yang penting dan melalui jaras ini cortex cerebri dan cerebellum dapat
mempengrauhi aktivitas neuron motorik alfa dan gamma medula spinalis. Traktus ini
memfasilitasi aktivitas otot fleksor dan menghambat aktivitas otot ekstensor atau
antigravitasi.
Impuls ektrapiramidalis di batang otak akan mengalami integrasi dan melalui
beberapa sirkuit sehingga dapat memberikan landasan yang tepat untuk gerakan tangkas. Ada
dua sirkuit utama, pertama sirkuit yang melalui serebelum bersifat eksitasi, meningkatkan
tonus dan gerakan terampil. Impuls ini bermula dari area korteks 4 dan 6 selanjutnya lewat
traktus frontopontin menuju ke nukleus pontins kemudian oleh traktus pontoserebelar
bersinaps di nukleus dentatus serebelum kontralateral selanjutnya oleh traktus
dentatorubrotalamikus impus dibawa ke ventrolateral talamus ipsilateral dan bersinaps di area
korteks 4 dan 6. Selain itu juga ada impuls dari area 4s dan 8 akan menuju zona inserta
kemudian ke nukleus ruber selanjutnya ke nukleus olivari inferior. Nukleus olivari inferior
juga menerima impuls dari sistem propioseptik, selanjutnya masukan impuls ini akan di
integrasikan dan dihantarkan ke nukleus dentatus kontra lateral, kemudian lewat jalur yang
sama di bawa ke area koteks 4 dan 6. Selanjutnya impuls ini akan berakhir pada serabut otot
tipe I (merupakan otot merah yang bersifat lambat dan berperan dalam kontraksi tonik).
Hilangnya drive dari sirkuit ini akan menyebabkan hipotoni dan ataksia (Ngoerah, 1991).
10
Sirkuit yang kedua adalah sirkuit yang melalui substansia nigra pada mesensefalon,
dimana sifat sirkuit ini adalah inhibisi. Impuls bermula dari area korteks prefrontal dan 6 (pre
motor) kemudian ke putamen, berlanjut ke globus palidus internal. Setelah keluar dari globus
palidus, impuls ini sebagian berjalan ke nukleus subtalamikus, menuju ke talamus, sebagian
lainnya ke globus palidus eskternal. Dari globus palidus eksterna, impuls ada yang berjalan
langsung ke talamus atau tidak langsung dengan melalui substansia nigra lalu ke talamus.
Setalah tiba di talamus, impuls ini akan berjalan naik dan berakhir di area 4 dan 6 korteks
serebri. Pada sirkuit ini neurotrasmiter dopamin berperan penting dalam penghantaran
impuls. Impuls pada sirkuit ini akan menyebabkan inhibisi pada otot tipe I sehingga tonus
otot berkurang. Kelainan pada subtsansia nigra ini akan menyebabkan rigiditas seperti yang
terlihat pada penyakit Parkinson, kelainan pada subtalamikus akan menyebabkan
hemibalismus, kelainan pada globus palidus akan menyebabkan atetosis dan pada putamen
akan menyebabkan gerakan korea (Ngoerah,1991) (Guyton & Hall, 2006) (Gambar 2.3).
Formatio retikularis batang otak, ikut berperan dalam mengendalikan tonus otot.
Terdapat dua pusat yaitu pusat eksitasi yang berada dibagian dorsolateral dari batang otak
dan digalakkan oleh sistem ARAS, nukleus vestibularis dan korteks serebri dengan melalui
basal ganglia. Pusat inhibisi terdapat di medioventral dari medula oblongata, digalakkan oleh
impuls yang berasal dari area korteks serebri 4s dan dari nukleus dentatus serebelum.
Selanjutnya impuls ini akan dibawa oleh traktus retikulo spinal, merupakan traktus
polisinaps, ke kornu anterior, yang nantinya bersifat menggalakkan dan menghambat alfa dan
gama motorneuron. Traktus yang berasal dari pusat eksitasi tidak menyilang garis tengah
sedangkan dari pusat inhibisi sebaliknya akan menyilang garis tengah (Ngoerah,1991)
(Noback, 2005).
Pusat eksitasi akan mempengaruhi alfa dan gama motor neuron secara terus menerus
karena menerima impuls dari ARAS dan nukleus vestibularis. Dengan jalan ini ARAS selain
menimbulkan keadaan waspada, juga melalui jalur eksitasi akan menyedian landasan tonus
otot untun reaksi fight or flight (Ngoerah,1991).
Hal kebalikannya terjadi pada pusat inhibisi yang mana secara terus menerus
menerima impuls dari area 4s di korteks serebri. Selanjutnya impuls ini berjalan bersama
traktus piramidalis. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi infark atau pendarahan pada kapsula
interna dimana impuls dari area 4s tidak dapat sampai ke pusat inhibisi, sehingga terjadi
ketidakkeseimbangan antara eksitasi dan inhibisi. Sehingga susunan gamma motor neuron
11
menjadi hiperaktif akibat perangsangan berlebih dari pusat eksitasi. Hal ini terlihat dari tonus
yang meningkat pada pasien stroke (Ngoerah, 1991) (Patestas, 2006) .
12
Pada medula oblongata, refleks yang khas adalah refleks muntah (gag reflex).
Perlu diingat juga, tidak semua stimulus nyeri akan menghasilkan sensibilitas nyeri.
Hal ini dapat terjadi karena ada suatu proses modulasi di kornu dorsalis medula spinalis. Ini
dimungkinkan karena ada sistem inhibisi. Inhibisi terjadi melalui beberapa mekanisme,
seperti:
14
Ada 3 lintasan dari batang otak ke kornua dorsalis medula spinalis, yaitu :
Ketiga lintasan ini turun menuju dan menimbulkan hambatan fungsi respon nyeri
neuron nosisepsi di kornu dorsalis medula spinalis. Bila diaktifkan, ketiga lintasan ini
akan melepaskan serotonin, norepinefrin dan cholecystokinin. Periaquaductal gray
(PAG) mempunyai hubungan dengan ketiga lintasan ini. PAG kaya dengan reseptor
opioid. Bila reseptor ini diaktifkan, PAG akan mengaktifkan ketiga lintasan ini. Reseptor
opioid PAG dapat diaktifkan oleh endorphin yang dilepaskan secara endogen dan opioid
yang diberikan secara eksogen. Pelepasan endorphin dapat dipicu oleh nyeri dan stress
(Patestas, 2006).
3. Betha endorphin.
Diproduksi di hipotalamus dan disalurkan ke ventrikulus tertius. Oleh liquor zat ini
dibawa ke medula spinalis menimbulkan efek depresi konduksi nyeri di substansia
gelatinosa.
4. Opioid
PAG kaya dengen reseptor nyeri. Substansia gelatinosa kornu dorsalis medula spinalis
juga kaya dengan reseptor opioid. Opioid bekerja dengan mengaktifkan sistem inhibisi
desendens atau mengaktifkan reseptor opioid di substansia gelatinosa.
Struktur batang otak juga berperanan dalam pengaturan pada refleks khusus sesuai
dengan komponen lengkung refleks yang terlibat. Pada mesensefalon, komponen yang
terlibat pada refleks khusus adalah struktur kolikulus superior yang terlibat pada sistem visual
dan kolikulus inferior yang terlibat pada sistem auditorik. Refleks visual yang terjadi di
mesensefalon antara lain refleks cahaya langsung dan konsensuil, refleks akomodasi, dan
refleks visual tubuh (Snell, 2010).
Tektum merupakan bagian atap dari mesensefalon yang dibatasi melalui garis
imajiner melalui akuaduktus yang didalamnya terdapat kolikulus superior dan inferior
(lamina quadrigemina). Struktur kolikulus superior ini merupakan organ sangat khusus
15
dengan tujuh lapisan seluler dan banyak hubungan aferen dan eferen. Hubungan aferen
kolikulus superior adalah menerima jaras visual serta dari korteks serebri terutama lobus
oksipitalis, medula spinalis melalui traktus spinotektalis, dan dari kolikulus inferior. Traktus
spinotektalis bermula dari akson-akson masuk ke medula spinalis dari ganglion radiks
posterior dan berjalan ke substansia grisea dan bersinaps dengan neuron tingkat kedua yang
tidak diketahui. Akson-akson dari neuron tingkat kedua ini menyilang bidang median dan
berjalan ke atas sebagai traktus tektospinalis dalam kolumna alba anterolateral dan terletak
dekat dengan traktus spinotalamikus lateralis. Traktus spinotektalis ini kemudian melewati
medula oblongata untuk selanjutnya akan naik ke pons. Jaras ini membawa informasi aferen
untuk refleks spinovisual dan menimbulkan pergerakan mata dan kepala ke arah sumber
stimulasi. Serabut eferen kolikulus superior akan mengirimkan impuls ke medula spinalis
melalui traktus tektospinalis, ke nuklei nervus kranialis melalui traktus tektonuklearis, serta
ke nukleus ruber dan formatio retikularis.
Serabut yang diproyeksikan dari kolikulus inferior ke kolikulus superior membentuk
bagian lengkung refleks yang menolehkan kepala dan mata menuju sumber suara yang
datang, impuls retina yang mencapai kolikulus superior melalui corpus genikulatum lateralis
berpartisipasi dalam lengkung refleks lebih lanjut yang membuat mata menutup sebagai
respons terhadap stimulus visual yang datang tiba-tiba dan juga dapat menyebabkan
pergerakan kepala menjauhi stimulus. Traktus tektonuklearis dan traktus tektospinalis
membentuk lengan eferen lengkung refleks ini.
16
Gambar 2.5 Traktus Tektospinalis
Jika suatu sinar dipancarkan ke salah satu mata, normalnya pupil kedua mata akan
berkonstriksi. Konstriksi pupil akibat terkena cahaya disebut refleks cahaya langsung,
sedangkan konstriksi pupil pada sisi kontralateral yang tidak terkena cahaya disebut refleks
cahaya tidak langsung atau konsensuil. Impuls aferen berjalan melalui nervus optikus, kiasma
optikum, dan traktus optikus.pada daerah ini, beberapa serabut meninggalkan traktus opticus
dan bersinaps dengan sel-sel saraf di nukelus pretektalis. Nuklei pretektalis yang kecil
ditemukan tepat di anterolateral kolikulus superior kedua sisi mesensefalon dan impuls
kemudian diteruskan ke sekitar substansia grisea periakuaduktalis menuju ke nuklei
parasimpatis Edinger-Westphal. Disini serabut-serabut bersinaps dan saraf parasimpatis
berjalan melalui nervus oculomotorius menuju ke ganglion ciliare di dalam orbita. Akhirnya
serabut saraf parasimpatik pascaganglionik berjalan melalui nervus ciliaris brevis bola mata
dan muskulus konstriktor iridis. Kedua pupil berkonstriksi pada refleks cahaya konsensuil
karena nukleus pretektalis mengirimkan serabut-serabut ke nuklei parasimpatik ke kedua sisi
di mesensefalon.
Jika kedua mata diarahkan dari obyek jauh mendekati mata, muskulus rektus medialis
menimbulkan konvergensi sumbu-sumbu ocular lensa. Lensa menebal untuk meningkatkan
17
daya refraksi melalui konstraksi muskulus siliaris, pupil berkonstriksi untuk membatasi
gelombang cahaya yang menuju bagian sentral lensa yang paling tebal. Impuls aferen
berjalan melalui nervus optikus, kiasma optikum, traktus optikus, corpus genikulatum
laterale, dan radiasio optika menuju korteks visual. Dari sini, serabut-serabut kortikal berjalan
turun menuruni kapsula interna ke nuklei nervus okulomotorius di mesensefalon. Beberapa
serabut kortikal desendnes bersinaps dengan nuklei parasimpatis (nuklei Edinger-Westphal)
di kedua sisi dan berjalan menuju ganglion ciliare di dalam orbita. Akhirnya, serabut-serabut
parasimpatis paskaganglionik berjalan menuju nervus ciliaris brevis menuju orbita dan
musculus konstriktor pupilae iridis.
Refleks pupil selanjutnya adalah refleks pupil kulit. Pupil akan dilatasi jika kulit
diberikan stimulus nyeri dengan menggunakan jarum. Serabut aferen sensorik diduga
berhubungan dengan neuron eferen simpatis praganglionik di dalam kolumna grisea lateralis
substansia grisea segmen thoracica pertama dan kedua medula spinalis. Rami commicantes
albi segmen ini berjalan ke trunkus simpatikus dan serabut-serabut praganglionik kemudian
naik ke ganglion simpatikum cervicalis superior. Serabut-serabut paskaganglionik kemudian
naik berjalan menuju pleksus karotikus internus dan nervus ciliaris longus ke muskulus
dilator pupilae iridis dan berfungsi dilatasi pupil (Snell,2010).
Jika sebuah obyek tiba-tiba terlihat di depan mata, terjadi refleks menutup mata atau
yang disebut refleks berkedip (blink refleks). Impuls aferen refleks ini berjalan dari retina
langsung ke tektum mesensefalon dan kemudian berjalan menuju traktus tektonuklearis ke
nervus fasialis kedua sisi. Selanjutnya serabut eferennya akan berjalan mempersarafi
muskulus orbicularis okuli dan menyebabkan palpebral menutup. Impuls lain berjalan turun
di traktus tektospinalis ke sel-sel cornu anterior medula spinalis yang mempersarafi otot-otot
servikal untuk menimbulkan gerakan kepala ke belakang secara tiba-tiba atau disebut averasi
kepala (Duus, 2005).
2.3 Pons
Pons merupakan bagian kecil otak dengan ukuran panjang 2,5 cm. Sebagian besar
bagian anteriornya menonjol yang terletak di atas medula oblongata. Meskipun ukurannya
kecil, pons memiliki fungsi yang amat vital.
18
Gambar 2.7 Pons dan Medula Oblongata
Tabel 2. Komponen struktural dan fungsi Pons (Martini,2006)
Nuklei N.V, VI, VII, dan VIII Mengatur fungsi nervus kranialis
V,VI,VII, dan VIII.
19
motorik n.kranialis atau medula
spinalis
20
neuralnya secara tidak langsung dari bagian korteks serebri yang luas terutama area
Broadman 4 dan 6 (area motorik dan premotorik) melalui traktus kortikopontis. Serebelum
menerima peringatan lebih lanjut dari semua gerakan volunteer yang direncanakan yang
dimulai di korteks serebri sehingga serebelum dapat segera mengirimkan impuls modulasi
dan korektif kembali ke korteks motorik melalui jaras dentatotalamokortikalis.
Hubungan serebroserebelum yang kompleks memungkinkan struktur ini untuk
meregulasi semua gerakan terarah secara halus dan tepat. Melalui jaras spinoserebelaris
aferen yang menghantarkan dengan sangat cepat, serebroserebelum secara terus-menerus
menerima informasi baru mengenai aktivitas motorik di perifer. Dengan demikian ia dapat
memperbaiki setiap kesalahan dalam perjalanan gerakan volunteer untuk memastikan bahwa
gerakan tersebut dilakukan secara halus dan tepat. Pola eksekusi berbagai jenis gerakan yang
sangat banyak kemungkinan ini disimpan di serebelum layaknya seperti sistem computer
yang sepanjang hidup individu dapat dipanggil setiap saat.
Sensasi nyeri, suhu, raba, dan tekan dari kulit wajah serta membrane mukosa
berjalan di sepanjang akson yang badan selnya terletak di ganglion semiluanris atau
ganglion sensorik trigeminus. Prosesus sentralis vsel-sel ini membentuk radiks
21
sensorik nervus trigeminus yang besar. Serabut ini kemudian terbagi menjadi cabang
asendens dan desendens ketika memasuki pons. Cabang asendens berakhir di nukleus
ensorius prinsipalis nervi trigemini, sedangkan cabang desendens berakhir di nukleus
spinalis. Untuk sensasi raba dan tekan dibawa terutama oleh serabut saraf yang
berakhir di nukleus sensorius utama. Sensari nyeri dan suhu dibawa oleh serabut ke
nukelus prinsipalis. Serabut sensorik dari nervus trigeminus cabang opthlamikus
berakhir di bagian inferior nukleus spinalis, serabut dari divisi maksilaris berakhir di
bagian tengah nukleus psinalis, sedangkan dari divisi mandibularis berakhir di bagian
superior nukleus spinalis.
2. Nervus Fasialis
Nukleus sensorik nervus facialis adalah bagian atas dari nukleus traktus
solitarii dan terletak di dekat dengan nukleus motorik. Sensasi pengecap berjalan
melalui akson-akson perifer sel saraf yang terletak di ganglion genikulatum. Prosesus
sentralis sel-sel saraf ini bersinaps dengan sel-sel saraf di dalam nukleus. Serabut
eferen menyilang bidang median dan berjalan ke atas menuju nukleus ventralis
posteromedialis talami sisi kontralateral dan menuju nukleus hipotalamikus. Dari
thalamus, sel-sel tersebut melintasi kapsula interna dan korona radiata untuk berakhir
di area korteks pengecap di girus postsentralis bagian bawah.
22
2.3.3. Peran Pons dalam Fungsi Otonom
1. Fungsi Pernapasan
Kontrol saraf atas pernapasan melibatkan tiga komponen terpisah yaitu komponen
yang bertanggung jawab untuk menghasilkan irama inspirasi atau ekspirasi berganti-ganti,
komponen yang mengatur kekuatan ventilasi (yaitu, kecepatan dan kedalaman bernapas) agar
sesuai dengan kebutuhan tubuh, dan komponen yang memodifikasi aktivitas pernapasan
untuk memenuhi tujuan lain.
Mekanisme ini terdiri dari perubahan aliran darah dan pemasukan oksigen pada level
local dan perubahan laju respirasi di bawah kontrol pusat respirasi otak. Mekanisme
perubahan aliran darah dan pemasukan oksigen pada level local ini merupakan mekanisme
pengaturan aliran darah dan aliran udara, sebagai respon atas tekanan parsial gas CO2 dan
O2. Pengaturan aliran darah erat kaitannya dengan tekanan parsial O2. Bila PO2 rendah,
maka pembuluh kapiler alveolar akan mengalami vasokonstriksi. Sedangkan bila PO2 tinggi,
pembuluh kapiler alveolar akan berdilatasi, sehingga banyak O2 yang diabsorpsi oleh darah.
Mekanisme pengaturan aliran udara diatur oleh aktivitas otot polos bronkiolus. Otot polos
yang terdapat pada dinding bronkiolus sangat sensitif terhadap tekanan parsial CO2 di udara.
Kadar CO2 yang tidak sesuai akan “dikenali” oleh otot polos ini, lalu memberikan respon
berupa bronkokonstriksi atau bronkodilatasi. Bila PCO2 rendah, maka bronkiolus akan
berkonstriksi. Sedangkan bila PCO2 tinggi, akan terjadi bronkodilatasi. Kedua mekanisme
yang terjadi merupakan suatu reaksi otomatis yang dilakukan tubuh, tanpa pengaruh dari
sistem saraf pusat maupun perifer.
Perubahan laju respirasi di bawah kontrol pusat respirasi otak merupakan kontrol respirasi
diatur oleh komponen involunter dan volunter. Pusat involunter di otak mengatur kerja otot
respirasi dan ventilasi pulmoner. Sedangkan pusat volunter mengatur output respirasi melalui
kontrol pusat pernapasan di medula oblongata atau pons, dan neuron motorik pada sumsum
tulang belakang yang mengatur otot respirasi. Motor neuron pada sumsum tulang belakang
ini berperan dalam proses refleks respirasi, namun dapat juga diatur secara volunter melalui
jalur kortikospinal.
Pusat respirasi merupakan sekelompok neuron yang tersebar luas dan terletak bilateral di
dalam substansia retikularis medula oblongata dan pons. Pusat respirasi dibagi menjadi DRG
(Dorsal Respiratory Group) dan VRG (Ventral Respiratory Group). DRG merupakan
23
kumpulan neuron yang mengatur kerja otot eksternal interkostal dan otot diafragma. DRG ini
berfungsi pada seluruh proses respirasi normal. VRG merupakan kumpulan neuron yang
mengatur kerja otot respirasi aksesori, yang berfungsi saat bernapas dengan kuat, yaitu saat
inhalasi maksimal dan ekshalasi aktif.
Kelompok dorsal terutama terdiri atas neuron inspirasi yang serat desendensnya berakhir
pada motor neuron di medula yang mempersarafi otot-otot inspirasi. Secara periodik, neuron
ini akan melepas impuls dengan frekuensi 12-15 kali /menit. Sebagian serat saraf dari dorsal
akan berjalan ke kelompok ventral. Kelompok ventral terdiri neuron inspirasi dan neuron
ekspirasi yang keduanya tidak aktif selama pernapasan tenang. Apabila kebutuhan ventilasi
meningkat, neuron I pada kelompok ventral diaktifkan melalui rangsang dari kelompok
dorsal. Impuls melalui serat saraf yang keluar dari neuron I kelompok ventral akan
merangsang motor neuron yang mempersarafi otot-otot inspirasi tambahan melalui n. IX dan
n. X. Demikian pula neuron E akan dirangsang untuk mengeluarkan impuls yang akan
menyebabkan kontraksi otot-otot ekspirasi, sehingga terjadi ekspirasi aktif. Terdapat pula
suatu mekanisme feedback negatif antara neuron I kelompok dorsal dan neuron E kelompok
ventral. Impuls dari I-DRG, selain merangsang motor neuron otot inspirasi, juga akan
merangsang neuron E-VRG. Neuron E-VRG sebaliknya akan mengeluarkan impuls yang
menghambat neuron I-DRG. Dengan demikian, neuron I-DRG akan menghentikan
aktivitasnya sendiri melalui penglepasan rangsang inhibisi. Selama respirasi normal
meningkatnya aktivitas DRG selama periode 2 detik, sehingga menstimulasi otot-otot
inspirasi, lalu terjadilah proses inhalasi. Setelah 2 detik, DRG berubah menjadi inaktif, lalu
dibutuhkan waktu 3 detik untuk “quite” dan memungkinkan otot-otot inspirasi berelaksasi.
Maka terjadilah ekshalasi normal (pasif). Selama bernapas dengan kuat meningkatnya
aktivitas DRG, yang menstimulasi aktivasi VRG pada otot-otot inspirasi - di akhir inhalasi,
otot-otot ekspiratori menstimulasi otot aksesori sehingga mampu melakukan ekshalasi aktif.
2.4.Medula Oblongata
Medula oblongata bersambung dengan pons di superior dan dengan medula spinalis di
inferior. Tempat pertemuan medula oblongata dan medula spinalis adalah tempat asal radiks
anterior dan posterior nervus spinalis cervical I, yang berada setinggi foramen magnum.
Medula oblongata berbentuk kerucut, ujung yang lebar mengarah ke superior.
Table 3. Komponen struktural dan fungsi Medula Oblongata (Martini, 2006)
Substansia grisea Nukleus gracilis dan cuneatus Relay station untuk sensasi
propioseptif volunteer ke
talamus
Pusat reflex
25
Nuklei N.IX,X,XI,dan XII Mengatur fungsi nervus
kranialis IX,X,XI, dan XII
26
serebelaris inferior dan menghantarkan impuls ke seluruh korteks neoserebelaris.
Pedunculus serebellar inferior adalah sumber utama masukan ke serebelum dari
medula spinalis dan nukleus batang otak. Hal ini sangat menonjol pada bagian
dorsolateral dari atas medula. Pada pedunculus serebelar inferior terdapat serabut-
serabut aferen serebelum yang berasal dari korteks serebri, antara lain traktus
kortikoolivares dan kortikoreticulares. Traktus kortikoolivaris berasal dari sel-sel
saraf di lobus frontalis, parietalis, temporalis, dan oksipitalis korteks serebri yang
kemudian turun melalui korona radiate dan kapsula interna dan berakhir pada
kedua nukleus olivaris inferior. Nukleus olivaris inferior adalah tenpat asal
serabut-serabut yang menyilang garis tengah dan masuk ke hemisfer serebeli sisi
kontralateral melalui pedunkulus serebelaris inferior. Traktus kortikoretikularis
berasal dari area sensorimotor di korteks serebri dan turun menuju pons dan
medula oblongata pada sisi kontralateral. Proyeksi olivoserebelaris ini
berhubungan dengan gerakan otot volunter (Mendoza, 2006).
1. Nervus Hipoglosal
Gerakan volunteer lidah dipersarafi oleh traktus kortikonuklearis, yang berjalan turun
melalui kapsula interna bersamaan dengan traktus kortikospinalis dan berakhir di nukleus
nervus hipoglosus. Otot-otot kedua sisi lidah membentuk unit fungsional dan dipersarafi oleh
kedua serebri hemisfer, terutama secara kontralateral. Otot-otot lidah ini terutama muskulus
stiloglosus, hioglosus, dan genioglosus.
28
Gambar 2.8 Nukleus dan Distribusi nervus Hipoglossus
Nervus asesosius merupakan saraf motorik yang dibentuk oleh gabungan radiks
kranialis dan radiks spinalis. Radiks kranialis dibentuk oleh akson sel-sel saraf nukleus
ambiguous. Neuron yang membentuk radiks kranialis terletak di dalam nukleus ambiguous
bersebelahan dengan neuron yang prosesusnya berjalan di nervus vagus.Nukleus ambiguous
menerima kortikonuklearis dari kedua hemisfer serebri. Serabut eferen nukleus muncul dari
bagian anterior medula oblongata di antara olive dan pedunculus cerebelaris anterior. Saraf
berjalan ke lateral di dalam fossa cranii posterior dan bergabung dengan radiks spinalis.
Kedua radiks bersatu dan meninggalkan tengkorak melalui foramen jugulare. Radiks-radiks
kemudian terpisah kembali dan radiks kranialis bergabung dengan nervus vagus serta
didistribusikan melalui rami faringeales dan rami laringeales recurrens ke otot-otot palatum
molle, faring, dan laring.
Radiks spinalis dibentuk oleh akson sel-sel saraf di dalam nukleus spinalis byang
terleatk di dalam cornu anterius substansia grisea medula spinalis C1-C5. Nukleus spinalis ini
menerima serabut kortikonuklearis dari kedua hemisfer serebri. Serabut-serabut saraf muncul
dari medula spinalis di pertengahan antara radiks anterior dan posterior nervi spinalis
cervicalis. Serabut-serabut membentuk trunkus saraf yang naik memasuki tengkorak melalui
foramen magnum. Radiks spinalis berjalan ke lateral dan bergbaung dengan radiks kranialis
29
tepat setelah melalui foramen jugulare. Setelah jarak yang pendek, radiks spinalis ini
kemudian memisahkan diri dari radiks kranialis, berjalan ke bawah dan lateral, lalu masuk ke
permukaan dalam muskulus sternokleidomastoideus yang dipersarafinya. Selanjutnya saraf
tersebut menyilang trigonum colli posterior dan berjalan di bawah musculus trapezius yang
dipersarafinya. Dengan demikian nervus asesorius menimbulkan gerakan palatum mole,
faring, laring serta mengendalikan pergerakan otot leher.
Bagian spinal nervus asesorius merupakan motorik murni dan muncul dari kolumna
sel yang berada di bagian ventrolateral kornu anterius, membentang dari C2 hingga C5 atau
C6. Serabut radiks berjalan naik satu atau dua segmen di funikulus lateralis dan kemudian
keluar dari medula spinalis di antara radiks anterior dan radiks posterior, tepat di dorsal
ligamentum dentikulatum (gambar 2.9).
30
Gambar 2.10 Distribusi dan Hubungan Sentral Nervus Asesorius
a. Nukleus Ambiguus
Akson yang berasal dari nukleus ambiguous berjalan di nervus glossofaringeus dan
nervus vagus serta pars kranialis nervus asesorius ke otot-otot palatum mole, faring, dan
laring dan ke otot-otot lurik bagian atas esophagus. Nukleus ambigus juga menerima serabut
aferen dari nukleus spinalis nervus trigeminus dan dari nukleus traktus soliatrius. Impuls
tersebut merupakan lengan aferen lengkung refleks yang penting yang memicu refleks batuk,
tersedak, muntah jika terjadi iritasi pada mukosa saluran napas dan saluran cerna.
31
b. Nervus N IX (Glossofaringeus)
Prosesus bagian sentral sel-sel ini kemudian berjalan naik ke medula spinalis dan berakhir
di nuklei kolumna posterior. Di dalam funikulus posterior medula spinalis, serabut aferen
yang berasal dari ekstremitas bawah menempati bagian paling medial. Serabut aferen dari
ekstremitas atas bergabung di medula spinalis setingkat vertebra servikalis dan terletak
lebih lateral sehingga funikulus posterior setingkat ini terdiri dari dua kolumna (pada
masing-masing sisi): fasikulus grasilis di bagian medial (kolumna Goll) dan fasikulus
kuneatus di bagian lateral (kolumna Burdach). Serabut-serabut di kolumna ini berakhir di
nukleus yang namanya sesuai, yaitu: grasilis dan kunetaus. Nuklei kolumna posterior ini
mengandung neuron kedua, yang memproyeksikan aksonnya ke thalamus (traktus
bulbotalamikus). Semua serabut bulbotalamikus menyilang garis tengah ke sisi
kontralateral saat berjalan naik, membentuk lemnikus medialis.
32
tersebut, dengan serat yang mewakili ekstremitas atas berada di ventral bagian dari
lemniskus medial.
Serabut ini kemudian berjalan ke medula, pons, dan otak tengah, dan berakhir di
nukleus ventralis posterolateral talami (VPL). Di sini serabut tersebut membentuk kontak
sinaptik dengan neuron ketiga, yang kemudian membentuk traktus talamokortikalis. Traktus
ini kemudian naik melalui kapsula interna (bagian posterior traktus piramidalis) dan melalui
korona radiate ke korteks somatosensorik primer di girus post-sentralis.
2. Nervus Vestibulocochelaris
33
Serabut nukleus vestibularis medialis memasuki fasikulus longitudinalis medialis
bilateral dan berjalan turun di dalmnya sel-sel kornu anteriorus medula spinalis cervicalis
atau sebagai traktus vestibulospinalis medilais ke medula spinalis torasika bagian atas.
Serabut-serabut ini berjalan turn di bagian anterior medula spinalis dan berfungsi untuk
mempengaruhi tonus otot leher sebagai respons terhadap posisi kepala.
34
Gambar 2.12. Distribusi Nervus Vestibulokokhlearis
35
3. Nervus N IX (Glossofaringeus)
Nukleus sensorik merupakan bagian dari traktus solitarii. Sensasi pengecap berjalan
melalui akson saraf perifer sel-sel saraf yang berjalan melalui akson perifer sel-sel saraf yang
terletak di dalam ganglion nervi glossofaringeus. Prosesus sentral sel-sel ini bersinaps dengan
sel-sel saraf di dalam nukleus. Serabut-serabut eferen kemudian menyilang bidang median
dan naik menuju kelompok nuklei ventralis talami sisi kontralateral dan juga ke beberapa
nukleus hipotalamus. Akson sel-sel thalamus ini kemudian berjalan melalui kapsula interna
dan korona radiate serta berakhir di bagian bawah postsentralis.
Impuls nyeri dan suhu dari sepertiga posterior lidah, bagian atas faring, tuba
eustachius dan telinga tengah berjalan melalui nervus glossofaringeus dan ganglion superius
ke nukleus traktus spinalis nervus trigeminus. Impuls jenis ini dari bagian bawah faring, kulit
di belakang telinga dan sebagian meatus akustikus eksternus, membrane timpanika, dan
duramater fosa posterior masuk ke nukleus batang otak yang sama mellaui nervus vagus dan
ganglion superior (ganglion jugulare).
36
Serabut somatosensorik untuk persepsi raba berakhir di nukleus prinsipalis sensorius
nervus trigeminalis. Impuls somatosensorik berjalan naik dari nukleus ini di dalam lemniskus
medialis ke thalamus dan kemudian ke korteks postsentralis.
Nukleus dorsalis nervus vagus menerima input aferen dari hipotalamus, sistem
olfaktorius, pusat otonomik di formasio retikularis dan nukleus traktus solitarius.
Hubungan-hubungan ini merupakan komponen penting lengkung refleks untuk
mengontrol fungsi kardiovaskular, respirasi, dan pencernaan. Impuls dari baroreseptor
di dinding sinus karotikus yang mencapai nukleus dorsalis nervus vagus melalui
nervus glossofaringeus, akan berfungsi sebagai pengatur tekanan darah arterial.
Kemoreseptor di glomus karotikum berpartisipasi dalam regulasi tekanan parsial
oksigen di dalam darah. Reseptor lain di arkus aorta dan korpus para aorta
mengirimkan impuls aferen ke nukelus dorsalis nervus vagus melalui nervus vagus
dan memiliki fungsi yang sama.
37
Serabut parasimpatis yang muncul dari nukleus salivatorius inferior dan
berjalan melalui nervus glossofaringeus ke glandula parotirodea.
38
Gambar 2.14 Distribusi dan Hubungan Sentral Nervus Glosofaringeus dan Nervus Vagus
1. Ramus duralis: berjalan dari ganglion superius kembali melalui foramen jugular
eke duramater fosa posterior
2. Ramus aurikularis: dari ganglion superius nervus vagus ke kulit permukaan
posterior telinga luar dan pars inferoposterior meatus akustikus eksternus.
39
3. Ramus faringeus: cabang-cabang ini menyertai serabut nervus glossofaringeus dan
rantai simpatis ke pleksus faringeus untuk mempersarafi otot-otot faring dan
palatum molle.
4. Ramus laringeus superior: berasal dari ganglion inferius yang kemudian
bercabang dua menjadi cabang eksternal dan internal. Cabang eksternal bercabang
ke muskulus konstriktor faringitis dan kemudian berjalan untuk mempersarafi
m.krikotiroideus. cabang internal adalah saraf sensorik yang mempersarafi
mukosa laring ke bawah hingga mencapai plika vokalis serta mukosa epiglottis.
Cabang ini juga mengandung serabut pengecapan untuk epiglottis dan serabut
parasimpatis yang mempersarafi kjelenjar mukosa.
5. Nervus laringeus rekurens: cabang ini berjalan mengelilingi arteri subklavia pada
sisi kanan dan arkus aorta pada sisi kiri, kemudian melanjutkan ke atas di antara
trakea dan esophagus menuju laring. Saraf ini memberikan persarafan motorik ke
otot-otot laring internal, kecuali m.krikotiroideus, serta persarafan sensorik ke
mukosa laring di bawah plika vokalis.
6. Rami kardiaci servikales superiors dan rami kardiaci thoracaci: cabang ini
menyertai serabut simpatis ke jantung melalui pleksus kardiakus
7. Rami bronkiales: cabang-cabang ini membentuk pleksus pulmonalis di dinding
bronchus
8. Rami gastrici posteriors dan anteriores dan rami hepatici, soeliaci, dan renalis:
serabut-serabut ini berjalan melaluii pleksus superior dan soeliakus dan bersama
dengan serabut simpatis lainnya ke viscera abdomen (gaster, hepar, pancreas,
limpa, renal, adrenal, intestine, dan bagian proksimal kolon). Di rongga abdomen,
serabut vagus kanan dan kiri ini berdekatan dengan sistem saraf simpatis sehingga
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
40
Gambar 2.13 Ramus Nervus Vagus
41
2.5.1 Sebagai penghubung antara sistem vestibular dengan sistem saraf pusat
Seperti yang diketahui sebagai besar serat-serat saraf vestibular ini berakhir di nuklei
vestibular, yang terletak dengan tempat gabungan antara medula dan pons, namun beberapa
serat saraf ini lewat tanpa bersinaps ke nuklei retikular batang otak dan nuklei fastigial
serebelar, uvula dan lobus flukolonodular. Serat-serat yang berakhir di nuklei vestibular
bersinaps dengan neuron urutan kedua yang juga mengirimkan serat-serat menuju area
serebelum maupun ke traktus vestibulospinal dan fasikulus longitudinalis medialis serta
bagian-bagian lain dari otak, khususnya nuklei retikularis (Noback,2005).
Jaras primer refleks-refleks keseimbangan dimulai dari saraf vestibuler dan
selanjutnya berjalan ke nuklei vestibular dan serebelum. Selanjutnya, sinyal-sinyal dikirim ke
nuklei retikular batang otak maupun ke medula spinalis melalui traktus vestibulospinalis dan
traktus retikulospinal. Sebaliknya, sinyal-sinyal di medula mengatur fasilitasi dan inhibisi
otot-otot anti gravitasi yang saling mengatur satu sama lain, jadi secara otomatis mengatur
keseimbangan (Noback,2005) (Patestas, 2006) .
Sinyal-sinyal dari nuklei vestibular dan serebelum melalui fasikulus longitudinalis
medialis dijalarkan ke atas menuju batang otak dan menyebabkan perbaikan gerakan mata
setiap kali kepala berputar, sehingga mata dapat tetap terfiksasi pada satu obyek penglihatan
yang spesifik. Sinyal-sinyal juga dijalarkan ke atas (baik melalui traktus yang sama atau
melalui traktus retikularis) menuju korteks serebri, mungkin akan berakhir di pusat korteks
primer untuk keseimbangan, yang terletak di bagian dalam fisura silvian lobus parietalis,
yakni di sisi lain fisura dari area auditorik girus temporalis superior. Sinyal-sinyal ini akan
mengambarkan tentang keadaan jiwa akibat keseimbangan tubuh (Patestas, 2006).
Nuklei vestibular pada kedua sisi batang otak terbagi dalam empat bagian yang
terpisah: (1 dan 2) nuklei vestibular media dan nuklei vestibular superior yang terutama
menerima sinyal-sinyal dari kanalis semisirkularis, dan nuklei-nuklei ini sebaliknya akan
mengirimkan banyak sekali sinyal saraf ke fasikulus longitudinalis medialis guna
menimbulkan gerakan koreksi mata seperti halnya sinyal-sinyal yang melalui traktus
vestibulospinal medial menimbulkan gerakan leher dan kepala yang sesuai, (3) nukleus
vestibular lateral, yang menerima persarafan utama dari utrikulus dan sakulus, dan nuklei ini
sebaliknya akan menyalurkan sinyal ke medula spinalis melalui traktus vestibulospinalis
lateral guna mengatur gerakan tubuh dan (4) nukleus vestibular inferior yang menerima
sinyal-sinyal dari kanalis semisirkularis dan utrikulus dan sebaliknya nuklei ini akan
mengirimkan sinyal ke serebelum dan formatio retikularis batang otak (Guyton & Hall,1997)
.
42
2.5.2 Fungsi dalam gerakan tubuh yang stereotipi
Sebagian besar gerakan batang tubuh (trunk) dan kepala dapat di bagi dalam beberapa
gerakan sederhana, seperti fleksi kedepan, ekstensi, rotasi dan gerakan berputar seeluruh
tubuh. Berbagai jenis gerakan ini diatur oleh nuklei khusus terutama yang terletak di daerah
mesensefalon dan bagian bawah diensefalon.
Sebagai contoh, gerakan rotasi kepala dan mata diatur oleh nukleus interstisial.
Nukleus ini terletak di mesensefalon kira-kira berdekatan dengan fasikulus longitudinalis
medialis, yang dijalari oleh sebagian besar impuls pengatur. Gerakan mengangkat badan dan
kepala diatur oleh nukleus prestisial, yang terletak kira-kira berdekatan dengan hubungan
(juncture) antara diensefalon dan mesensefalon. Sebaliknya, gerakan fleksi kepala dan tubuh
diatur oleh nukleus prekomisularis yang terletak setinggi komisura posterior. Gerakan
membelok seluruh tubuh, yang jauh lebih rumit, melibatkan nuklei retikular pontin dan
mesensefalik (Guyton & Hall,1997).
43
Inti-inti nervus okulomotorius dihubungkan oleh serabut-serabut dari (1) jaras
kortikonuklear dari kedua belahan otak, (2) fasikulus longitudinalis medialis, (3) jaras
kortikobulbar dan (4) area pretektal kedua sisi.
Dengan perantaraan fasikulus longitudinalis medialis inti nervus okulomotorius
dihubungkan dengan inti-inti nervus troklearis, nervus abdusens dan nervus oktavus.
Hubungan yang diadakan oleh jaras kortikobulbar berimplikasi membuka lintasan kortiko-
kolikular-okulomotor, sedangkan koneksi dengan area pretektal kedua sisi merupakan
lintasan untuk refleks pupil (Baehr, Duus,2005).
M. rektus superior melakukan elevasi bola mata, terutama pada sikap mata yang
berabduksi. M. rektus medialis melaksanakan aduksi bola mata, sedangkan M. rektus inferior
mengerjakan depresi bola mata, terutama pada sikap mata yang berabduksi. M.oblikus
inferior melaksanakan elevasi bola mata terutama pada sikap bola mata yang berabduksi. Dan
M. levator palpebra superioris mengangkat kelopak mata atas (Baehr, Duus,2005).
Otot-otot sfingter pupil menguncupkan pupil. Kontraksi otot-otot siliar mengendurkan
tekanan kapsul lensa mata, sehingga lensa menjadi lebih konveks, sebagaimana terjadi pada
gerakan konvergensi bola mata dan akomodasi (Madjono,Sidarha, 1997).
44
Gambar 2.15 : Mekanisme terjadinya gerakan konjugee pada mata (Baehr,Duus,2005).
Pada gambar otot okuler mata dan persarafannya memperlihatkan inti nervus kranialis III, IV
dan VI serta persarafan otot-otot mata. Dalam gambar tersebut juga tampak hubungan antara
ketiga inti ini yang melewati fasikulus longitudinalis medialis. Baik dengan cara melewati
fasikulus ini atau dengan cara melewati jaras lainnya yang berkaitan erat masing-masing dari
ketiga susunan otot untuk tiap mata diinervasi secara timbal balik sehingga satu otot dari
45
setiap pasang otot itu akan berelaksasi sementara otot lainnya akan berkontraksi (Baehr,
Duus,2005) (gambar 2.6).
Pada gambar jaras penglihatan konjugat mata, memperlihatkan pengaturan kortikal
terhadap aparatus okulomotor, menunjukkan penyebaran sinyal yang asalnya dari area
penglihatan oksipital melewati traktus oksipitotektal dan traktus oksipitokolikular menuju
area pretektal dan kolikulus inferior pada batang otak (Guyton & Hall,1997).
46
Gambar 2.16: Nukeus raphae pada batang otak
Sumber: Arslan, 2001.
47
3. Pengendalian susunan saraf otonom. Pengendalian lebih tinggi dari susunan saraf
otonom, dari korteks serebri, hipotalamus dan nukleus subkortikal lainnya dapat
dilaksanakan oleh traktus retikulobulber dan retikulospinal yang turun ke aliran keluar
simpatis dan aliran keluar parasimpatis kraniosakralis:
a. Regulasi salivasi dikontrol oleh nukleus salivatorius superior dan inferior.
Dicetuskan oleh refleks rasa dan aroma yang membangkitkan selera. Keadaan
mental juga dapat menghambat salivasi pada beberapa keadaan dan
menyebabkan mulut kering.
b. Regulasi tekanan darah. Impuls aferen berasal dari sinus karotikus melalui
n.glosofaringeus dan n.vagus ke nukleus retikularis di medula yang sesuai
(pusat otonomik unuk tekanan darah, akativitas jantung, dan
vasodilatasi/vasokonstriksi), yang terletak di dekat n.glosofaringeus dan
vagus. Impuls eferen dimediasi oleh n.vagus menginhibisi aktivitas jantung
dan menyebabkan perlambatan irama jantung serta penurunan tekanan darah.
Terdapat juga impuls inhibisi untuk simpatis sehingga terjadi vasodilatasi.
c. Terdapat pusat respirasi di dorsal olivari inferior, dimana pusat ekspirasi dan
inspirasi terpiasah. Pusat ini tergantung pada kadar CO2 di darah apabila
tinggi akan meningkatkan frekuensi pernafasan begitu pula sebaliknya. Kadar
oksigen juga ikut berperan tetapi tidak sebesar CO2.
d. Fungsi lainnya, mengatur dan mengontrol motilitas usus. Refleks menelan
merupakan proses rumit yang melibatkan banyak otot yang berbeda, yang
harus diaktifkan dengan ururtan dan intensitas yang sesuai untuk mendorong
bolus makanan secara lancar dari mulut ke dalam lambung. Pengkoordinasian
saraf-saraf yang terlibat dalam proses ini adalah fungsi pusat menelan di
medula yang terletak di dekat nukleus kranialis motorik yang diaktifkan. Di
dekatnya terdapat nukleus yang terlibat dalam proses reflek tersedak (gag
reflek). Regulasi muntah diatur oleh area postrema. Nukleus pneumotaktikus,
di dekat lokus seruleus, pusat yang lebih tinggi untuk kardiovaskular. Pusat
mengunyah, menjilat dan menghisap ada di mesensefalon.
4. Pengendalian susunan endokrin. Baik secara langsung atau tidak langsung melalui
nuklei hipotalamik, formatio retikularis dapat mempengaruhi sintesis atau
dilepaskannya pelepas atau faktor-faktor pelepas-inhibisi dari arena itu
mengendalikan aktivitas hipofisis serebri.
48
5. Pengaruh pada jam biologis. Melalui lintasan-lintasan aferen dan eferen yang multiple
ke hipotalamus, formatio retikularis kemungkinan mempengaruhi irama biologis.
6. Bagian dari formatio retikularis yang terletak di bawah pons dan medula serta
terproyeksi rostral ke nukleus intralaminar dari thalamus tampaknya menjadi bagian
dari sistem aktivasi retikuler (ARAS). Ini adalah istilah yang paling terkait dengan
formasi reticular, meskipun mungkin hanya mewakili sebagian kecil, tetapi fungsinya
sangat signifikan. ARAS memainkan peran sentral dalam kedua mekanisme, bangun
dan siaga. Hal ini juga penting dalam mempertahankan siklus tidur sehingga dapat
secara rutin dan diprakarsai oleh masukan sensorik eksternal. Input tersebut, sampai
pada tingkat retikuler, menyebar, relatif tidak spesifik, dan mungkin bahkan tidak
disadari. Sistem early warning/alert, adalah salah satu sistem pertahanan pada
manusia ( Mendoza, 2008). Korteks tampaknya sangat tergantung pada ARAS,
melalui thalamus, untuk bangkit (yaitu, arausal on). Penting diingat, lesi ARAS dapat
menyebabkan keadaan vegetatif atau koma permanen. Di sisi lain, korteks, khususnya
lobus frontal, dapat memodulasi aktivitas ARAS melalui jalur descenden atau
corticoreticular ( Duus, 2005) (Gambar 2.8).
49
2.6 Hubungan neurotransmitter dan biokimiawi sistem Formatio retikularis
2.6.1 Norepineprine
Neuron Norepineprine yang mana memberika ciri dari lokus seroleus yang
merupakan nukleus yang terletak di atas pons, juga tersebar kelompok – kelompok
sel pada tegmentum lateral dari pons dan medula (Noback,2005).
Pusat utama untuk neuron-neuron yang menghasilkan norepinefrin adalah
nuklei pontin khususnya lokus seroleus dan nuklei raphe bagian kaudal. Norepinefrin
disekresi pada bagian terminal neuron-neuron yang berlokasi pada lokus seroleus .
Serat-serat saraf yang asendens dari lokus seroleus kemudian berproyeksi ke talamus,
hipotalamus, sistem limbik dan korteks frontal. Sedangkan proyeksi serat saraf dari
nuklei raphe bagian kaudal adalah ke daerah amigdala. Adanya pengaktifan jalur
neurokimia norepinefrin ini membantu mengontrol seluruh aktifitas dan mood,
dengan mengaktivasi reseptor eksitasi seperti misalnya meningkatkan tingkat
kewaspadaan walaupun beberapa area dapat bersifat inhibisi (Ganong, 2002 ;
Guyton,2007; Mendoza, 2008) (gambar 2.9).
Penelitian terkini yang tidak dipublikasi secara luas oleh Lu dan Saper
menyatakan bahwa populasi neuron pada daerah lokus seruleus dan nukleus
parabrakial medial memberi input ke basal forebrain. Lesi spesifik neuron-neuron ini
menyebabkan koma dalam, sehingga dapat diduga bahwa area tersebut merupakan
sumber utama ARAS (Zeman,2001 ; Posner,2007).
50
2.6.2 Sistem serotonergik
Tempat utama untuk badan sel serotonergik adalah pons bagian atas dan
mesensefalon. Secara spesifik yaitu nuklei raphe dorsalis, lokus seruleus kaudal, area
postrema, dan area interpedunkular. Neuron tersebut berhubungan ke ganglia basalis,
sistem limbik, lalu korteks serebri. Berhubungan dengan aspek prilaku dan siklus
bangun tidur. Dapat terjadi insomnia bila terjadi kerusakan di sel-sel nuklei raphe atau
bila cadangan serotonin berkurang oleh karena obat. Sebaliknya peningkatan level
serotonin menurunkan sensitivitas terhadap nyeri. Sedangkan neuron-neuron
serotonergik yang asalnya dari raphe nuklei median berproyeksi melalui jalur yang
sama (Zeman,2001 ; Posner,2007).
51
substansia nigra ke striatum (nukleus kaudatus dan putamen) dari ganglia basalis
penting untuk mekanisme fungsi motorik.
52
Dalam keadaan sehat akan terdapat keseimbangan diantara aktivitas serabut-
serabut fusimotor dinamik dengan aktivitas serabut-serabut fusimotor static. Pada lesi
dari substansia nigra akan timbul hiperaktivitas serabut-serabut fusimotor static
dengan “cogwheel / lead – pipe rigidity”. Pada lesi globus palidus (misalnya karena
perdarahan atau infark di kapsula interna) akan timbul hiperaktivitas dari serabut-
serabut fusimotor dinamik dan timbullah spasisitas dengan fenomena pisau lipat
(Ngoerah, 1991).
53
BAB III
KESIMPULAN
Batang otak terdiri dari medula oblongata, pons, dan mesensefalon, serta menempati fossa
kranii posterior tengkorak. Bentuk batang otak seperti batang dan menghubungkan medula
spinalis yang sempit dengan otak depan yang lebar. Batang otak berperan sebagai (1)
pengaturan motorik, sistem piramidal dan ekstra piramidal (2) pengaturan sensoris, terutama
modulasi nyeri (3) berperan dalam sistem kesadaran, siklus tidur dan bangun dan mengontrol
sistem otonom (4) berhubungan dengan aktivitas nervus kranialis.
Batang otak berperan dalam mengintegrasikan sistem piramidal dan ekstrapiramidal
sehingga gerakan tangkas dapat terjadi. Batang otak selain berperan dalam mengahatarkan
inpuls sensoris juga berperan penting dalam modulasi nyeri. Sehingga tidak semua sensasi
nyeri dapat di persepsi.
Pada formatio retikularis hubungan saraf dan struktur biokimia dari neurotransmiter
membentuk tiga jaras atau sistem monoaminergik mayor yaitu (1) Norepineprine, (2)
dopamin, dan (3) serotonin.
Batang otak juga berperan sebagi penghubung antara otak dengan pusat-pusat saraf
lainnya.
54
DAFTAR PUSTAKA
Snell RS. Batang Otak. Neuroanatomi Klinik ed 7. Jakarta 2013, egc. Hal 192-257.
th
Baehr M, Frotccher M. Brain Stem.Duus’ Topical Diagnosis in Neurology 4 ed.
New york 2005, Thieme. P 116-239.
Mendoza JE, Foundaz AL. Brain Stem. Clinical Neuroanatomy, A Neurobehavior
approach. New york 2008, Springer. P 77-106.
Guyton, A.C., Hall, J.E. 2006. Text Book Of Medical Fisiologi. 11th Ed. Philadelpia:
Elsevier Sounder.
Wolters, Van Laar, berendse. 2008. Parkinsonism and Related Disorders. Amsterdam
: Vu University Press.
Jhon, Annel,2008. Clinical Neuroanatomy a Neurobehavioral Approach, New
Edition, USA: Dept. Psychiatry & Neurology press.
Marjono,Sidharta 1998. Neurologi Klinis Dasar.Cetakan keempat,Jakarta: Dian
Rakyat.
Ngoerah, I.G.N.G. 1991. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya: Airlangga
University Press.
Noback R. Charles,PhD, Strominger L.Norman,Phd, Damarest J. Robert, Ruggiero A.
David,Ph,2005, The Human Nervous Sistem structure dan Function,sixth Edition; USA.
Patestas A.Maria, Gartner P. Leslie,2006, A Textbook of neuroanatomy; USA.
Plum, F., Posner, J.B. 1980. The Diagnosis of Stupor and Coma. Third Edition;
Philadelphia: F.A.Davis Company.
Sidharta, Dewanto, 1986, Anatomi Susunan saraf Pusat Manusia, Jakarta : Dian
Rakyat.
Sukardi, E. 1985. Neuroanatomia Medica. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
55