Pembimbing :
Dr. Maria Ingrid Tjahjadi, Sp.S
Disusun oleh:
Dinda Puspita Dewi
112018011
Batang otak menempati fossa kranii posterior tengkorak. Bentuk batang otak seperti
batang dan menghubungkan medula spinalis yang sempit dengan otak depan yang lebar.
Batang otak mempunyai tiga fungsi utama yaitu (1) sebagai tempat lewatnya traktus asendens
dan desendens ke berbagai pusat yang lebih tinggi di otak depan (2) mengandung pusat-pusat
refleks penting yang mengatur pusat respirasi dan sistem kardiovaskuler serta pengendali
kesadaran dan (3) mengandung nukleus saraf kranial III sampai XII yang penting
Batang otak terletak paling kaudal dan secara filogenetik merupakan bagian otak tertua.
Secara keseluruhan, batang otak terbagi menjadi medula oblongata, pons, dan mesensefalon,
(otak tengah). Medula oblongata merupakan kelanjutan medula spinalis ke arah rostral,
sedangkan mesensefalon terletak terletak tepat di bawah diensefalon, pons merupakan bagian
tengah dari batang otak. Sepuluh dari 12 pasang nervus kranialis (N.III – XII) keluar dari
batang otak dan terutama berperan untuk persarafan kepala dan leher
Batang otak mengandung banyak jaras serabut, termasuk semua jaras asendens dan
desendens yang menghubungkan otak dengan perifer. Beberapa jaras ini menyilang garis
tengah ketika melewati batang otak dan beberapa diantaranya membentuk sinaps disini
sebelum melanjutkan perjalanan di sepanjang jarasnya. Karena batang otak mengandung
berbagai macam nukleus dan jaras saraf pada ruang yang sangat padat, bahkan lesi yang kecil
pada batang otak dapat menimbulkan berbagai tipe defisit neurologis secara simultan
Pengetahuan yang mendalam mengenai anatomi batang otak adalah hal yang penting
bagi seorang klinisi terutama untuk mendiagnosa dan mengobati suatu kondisi yang sering
mengancam nyawa pada region otak ini. Penulisan referat ini bertujuan untuk memberikan
gambaran umum dan menambah pengetahuan tentang neuroanatomi batang otak, sehingga
dapat dijadikan dasar untuk menentukan topikal diagnosis dan membuat diferensial diagnosis
pada kasus neurologi khususnya pada batang otak.
I. Batang Otak
Batang otak yang terdiri dari midbrain (mesensefalon), pons (metensefalon) dan
medula oblongata (mielensefalon). Batang otak memanjang dari persilangan traktus
piramidalis yaitu dari tingkat asal radiks C1 ke atas ke tingkat traktus optikus, dan pada
perjalanannya dari kiasma ke korpus genikulatum lateral, melingkupi krura serebri
mesensefalon. Sebuah sulkus horizontal menandai sambungan pentoserebelar. Sulkus yang
serupa terdapat pada tempat dimana pedunkulus mesensefalon bertemu dengan tepi rostral dari
pons. Batang otak merupakan tempat masuknya serat-serat nervus kranialis III (okulomotorius)
sampai nervus kranialis XII (hipoglosus).
Sesuai dengan adanya penjatahan tempat bagi lintasan asendens dan desendens, maka
batang otak telah dibagi dalam bagian ventral dan dorsal. Bagian dorsal dijuluki tegmentum
dan bagian ventralnya (pes atau basis). Dengan demikian dikenal pes medulae atau tegmentum
medulae,pes pontis dan tegmentum pontis lalu pes mesensefali (pes pedunkuli) dan tegmentum
mesensefali. Bagian terbawah (basis) batang otak terdapat jaras panjang desendens (yakni jaras
kortikospinal, kortikobulbar, frontopontin dan parietotemporopontin). Di bagian tepi lateral
tegmentum batang otak terdapat jaras panjang asendens. Tempat tersebut di tingkat medula
oblongata berbentuk segitiga di antara kutub lateral oliva inferior dan korpus restiforme.
Daerah segitiga itu dikenal sebagai sudut monakov, dimana tedapat kelima lintasan asendens,
yaitu (1) traktus spinotalamikus (2) traktus spinotektalis (3) traktus spinoretikularis lateralis (4)
traktus spinoserebelaris dorsalis dan (5) traktus spinoserebelaris ventralis. Secara umum batang
otak sesuai dengan perannya di bagi dalam tiga kategori yaitu :
1. Sebagai tempat persinggahan nukleus yang dilewati oleh jaras asendens dan desendens
yang menuju serebrum, serebelum dan medula spinalis dan pengaturan fungsi motoric
dan sensori.
2. Memainkan peranan yang besar dalam sistem kesadaran, siklus tidur dan bangun,
mengontrol sistem pernapasan dan kardiovaskuler dan gerakan steriotipi.
3. Berhubungan dengan aktivitas nervus kranialis seperti gerakan mata, pendengaran dan
keseimbangan.
Gambar 2.1 Diensefalon dan Batang Otak
a. Mesensefalon
Batang otak dilalui oleh traktus piramidalis dan traktus ekstrapiramidalis. Traktus-
traktus ini berawal dari korteks sereberal yang secara berturut-turut berjalan turun memasuki
kapsula interna, krus serebri dan basis pons. Traktus ini berperan dalam mengantarkan impuls
untuk gerakan .
Gerakan fasik yang dibawa oleh traktus piramidalis terutama dibawa oleh traktus
kortikonuklearis. Serabut traktus kortikospinalis muncul sebagai akson sel-sel piramid yang
terletak di lapisan kelima korteks serebri. Sekitar sepertiga serabut ini berasal dari korteks
motorik primer (area 4), sepertiga lainnya dari area korteks motorik sekunder (area 6), dan
sepertiga dari lobus parietalis (area 3, 1, dan 2). Jadi dua pertiga serabut traktus kortikospinalis
berasal dari girus presentralis dan sepertiga dari girus postsentralis.
Serabut- serabut desendens ini berkumpul di korona radiata, kemudian berjalan melalui
krus posterior kapsula interna. Serabut-serabut tersebut terletak paling dekat dengan genu yang
mengurus bagian cervical tubuh, sedangkan yang terletak lebih ke posterior mengontrol
ekstremitas inferior. Selanjutnya traktus akan melanjutkan perjalanan melalui tiga perlima
medial basis pedunkulus mesensefalon. Serabut yang mengurus bagian cervical tubuh terletak
di sebelah medial, sedangkan yang mengendalikan tungkai terletak di sebelah lateral. Saat
memasuki pons, traktus terbagi menjadi banyak berkas oleh fibrae pontocerebellares
transversae. Setelah keluar dari pons, traktus ini akan mengalami persilangan di bagian median
daripada medula oblongata, di daerah dekusasio piramidum. Traktus kortikospinalis yang
menyilang ini disebut traktus kortikospinalis lateralis yang selanjutnya akan berjalan di
funikulus lateralis medula spinalis, sedangkan traktus kortikospinalis anterior yang tidak
menyilang akan berjalan di daerah ventral medula spinalis. Sebagian besar traktus
kortikospinalis bersinaps dengan neuron penghubung, kemudian bersinaps dengan neuron
motorik alfa dan beberapa dengan neuron motorik gamma.
Gambar 2.3 Jalur Traktur Kortiospinalis
Gerakan tonik diatur oleh impuls ekstrapiramidalis yang merupakan suatu gerakan
massal. Tonus otot ditentukan oleh impuls ekstrapiramidalis sehingga susunan
ekstrapiramidalis menentukan postur tubuh dan anggota tubuh. Traktus ekstrapiramidalis ini
antara lain traktus tektospinalis, rubrospinalis, vestibulospinalis, dan retikulospinalis. Masing-
masing traktus ini memiliki unit fungsionalnya tersendiri dan berkerja secara sinergis.
Akson neuron-neuron di dalam nukleus ini menyilang garis tengah setinggi nukleus ini
menyilang garis tengah setinggi nukleus ini dan berjalan turun sebagai traktus rubrospinalis
melalui pons dan medula oblongata untuk masuk ke dalam kolumna alba lateralis medula
spinalis.Neuron-neuron nukleus ruber menerima impuls aferen melalui hubungan dengan
cortex cerebri dan cerebellum. Hal ini diyakini merupakan jaras tidak langsung yang penting
dan melalui jaras ini cortex cerebri dan cerebellum dapat mempengrauhi aktivitas neuron
motorik alfa dan gamma medula spinalis. Traktus ini memfasilitasi aktivitas otot fleksor dan
menghambat aktivitas otot ekstensor atau antigravitasi.
Impuls ektrapiramidalis di batang otak akan mengalami integrasi dan melalui beberapa
sirkuit sehingga dapat memberikan landasan yang tepat untuk gerakan tangkas. Ada dua sirkuit
utama, pertama sirkuit yang melalui serebelum bersifat eksitasi, meningkatkan tonus dan
gerakan terampil. Impuls ini bermula dari area korteks 4 dan 6 selanjutnya lewat traktus
frontopontin menuju ke nukleus pontins kemudian oleh traktus pontoserebelar bersinaps di
nukleus dentatus serebelum kontralateral selanjutnya oleh traktus dentatorubrotalamikus impus
dibawa ke ventrolateral talamus ipsilateral dan bersinaps di area korteks 4 dan 6. Selain itu juga
ada impuls dari area 4s dan 8 akan menuju zona inserta kemudian ke nukleus ruber selanjutnya
ke nukleus olivari inferior. Nukleus olivari inferior juga menerima impuls dari sistem
propioseptik, selanjutnya masukan impuls ini akan di integrasikan dan dihantarkan ke nukleus
dentatus kontra lateral, kemudian lewat jalur yang sama di bawa ke area koteks 4 dan 6.
Selanjutnya impuls ini akan berakhir pada serabut otot tipe I (merupakan otot merah yang
bersifat lambat dan berperan dalam kontraksi tonik). Hilangnya drive dari sirkuit ini akan
menyebabkan hipotoni dan ataksia.
Sirkuit yang kedua adalah sirkuit yang melalui substansia nigra pada mesensefalon,
dimana sifat sirkuit ini adalah inhibisi. Impuls bermula dari area korteks prefrontal dan 6 (pre
motor) kemudian ke putamen, berlanjut ke globus palidus internal. Setelah keluar dari globus
palidus, impuls ini sebagian berjalan ke nukleus subtalamikus, menuju ke talamus, sebagian
lainnya ke globus palidus eskternal. Dari globus palidus eksterna, impuls ada yang berjalan
langsung ke talamus atau tidak langsung dengan melalui substansia nigra lalu ke talamus.
Setalah tiba di talamus, impuls ini akan berjalan naik dan berakhir di area 4 dan 6 korteks
serebri. Pada sirkuit ini neurotrasmiter dopamin berperan penting dalam penghantaran impuls.
Impuls pada sirkuit ini akan menyebabkan inhibisi pada otot tipe I sehingga tonus otot
berkurang. Kelainan pada subtsansia nigra ini akan menyebabkan rigiditas seperti yang terlihat
pada penyakit Parkinson, kelainan pada subtalamikus akan menyebabkan hemibalismus,
kelainan pada globus palidus akan menyebabkan atetosis dan pada putamen akan menyebabkan
gerakan korea.
Formatio retikularis batang otak, ikut berperan dalam mengendalikan tonus otot.
Terdapat dua pusat yaitu pusat eksitasi yang berada dibagian dorsolateral dari batang otak dan
digalakkan oleh sistem ARAS, nukleus vestibularis dan korteks serebri dengan melalui basal
ganglia. Pusat inhibisi terdapat di medioventral dari medula oblongata, digalakkan oleh impuls
yang berasal dari area korteks serebri 4s dan dari nukleus dentatus serebelum. Selanjutnya
impuls ini akan dibawa oleh traktus retikulo spinal, merupakan traktus polisinaps, ke kornu
anterior, yang nantinya bersifat menggalakkan dan menghambat alfa dan gama motorneuron.
Traktus yang berasal dari pusat eksitasi tidak menyilang garis tengah sedangkan dari pusat
inhibisi sebaliknya akan menyilang garis tengah.
Pusat eksitasi akan mempengaruhi alfa dan gama motor neuron secara terus menerus
karena menerima impuls dari ARAS dan nukleus vestibularis. Dengan jalan ini ARAS selain
menimbulkan keadaan waspada, juga melalui jalur eksitasi akan menyedian landasan tonus
otot untun reaksi fight or flight.
Hal kebalikannya terjadi pada pusat inhibisi yang mana secara terus menerus menerima
impuls dari area 4s di korteks serebri. Selanjutnya impuls ini berjalan bersama traktus
piramidalis. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi infark atau pendarahan pada kapsula interna
dimana impuls dari area 4s tidak dapat sampai ke pusat inhibisi, sehingga terjadi
ketidakkeseimbangan antara eksitasi dan inhibisi. Sehingga susunan gamma motor neuron
menjadi hiperaktif akibat perangsangan berlebih dari pusat eksitasi. Hal ini terlihat dari tonus
yang meningkat pada pasien stroke.
Peran monoamin dalam inhibisi nyeri menjelaskan kerja analgesik dari anti depresan
yang memblokir pengambilan kembali katekolamin dan serotonin. Aktifitas dari reseptor-
reseptor ini juga mengaktifkan secondary intracellular messenger, membuka saluran K+ dan
menghambat peningkatan konsentrasi intraselular.
b. Pons
Pons merupakan bagian kecil otak dengan ukuran panjang 2,5 cm. Sebagian besar
bagian anteriornya menonjol yang terletak di atas medula oblongata. Meskipun ukurannya
kecil, pons memiliki fungsi yang amat vital.
Pons memiliki fungsi utama sebagai pusat relay dalam sistem motorik. Semua impuls
yang berasal dari kortikal dan berkaitan dengan gerakan volunteer dihantarkan oleh nuklei
pontis ke korteks serebeli yang kemudian diproyeksikan kembali ke korteks serebri melalui
nukleus dentatus, pedunkulus serebelaris superior, dan thalamus (mekanisme umpan balik).
Sirkuit regulasi ini memungkinkan koordinasi gerakan volunteer halus dan tepat.
Gambar 2.4 Sirkuit regulasi serebelar yang melibatkan nuklei pontis
Dari gambar diatas dapat terlihat traktus pontoserebelaris menyilang di pons dan
kemudian berjalan di dalam berkas yang tebal, melalui pedunkulus serebri medius ke hemisfer
serebeli. Serabut-serabut ini berasal dari bagian basal nuklei pontis dan dengan demikian
merupakan kelanjutan setelah membentuk kontak sinaptik. Serabut-serabut ini berasal dari
semua lobus serebri tetapi yang terbanyak berasal dari lobus frontalis.
Serebelum dikatakan mempunyai fungsi sebagai pusat koordinasi yang mempertahankan
keseimbangan dan mengontrol tonus otot dan memastikan semua proses motorik terarah tepat
dan terkoordinasi dengan baik. Serebelum terhubung dengan pons terutama oleh bagian
serebroserebelum. Sereberoserebelum menerima sebgian besar input neuralnya secara tidak
langsung dari bagian korteks serebri yang luas terutama area Broadman 4 dan 6 (area motorik
dan premotorik) melalui traktus kortikopontis. Serebelum menerima peringatan lebih lanjut
dari semua gerakan volunteer yang direncanakan yang dimulai di korteks serebri sehingga
serebelum dapat segera mengirimkan impuls modulasi dan korektif kembali ke korteks motorik
melalui jaras dentatotalamokortikalis.
Peranan pons dalam fungsi sensorik tidak terlepas dari nuklei nervus kranialis yang
terletak di pons. Nukleus nervus kranialis tersebut yaitu nervus trigeminalis untuk sensorik
umum di area wajah, nervus fasialis untuk sensorik khusus pengecapan, nervus
vestibulokokhlearis untuk keseimbangan dan pendengaran.
1. Nervus Trigeminus
Nukleus sensorius prinsipalis nervi trigemini terletak di bagian posterior pons, yaitu di
lateral nukleus motorik. Nukleus ini tersambung ke bawah denagn nukleus spinalis
nervi trigemini. Nukleus spinalis ini berlanjut ke superior sebagai nukleus sensorik
utama nervus trigeminus di dalam pons dan membentang ke bawah sepanjang medula
oblongata kemudian masuk ke mdula spinalis sampai segmen C2. Nukleus
mesenfalikus terdiri dari sekelompok sel saraf unipolar yang terletak di bagian lateral
substansia grisea yang mengelilingi akuaduktus serebri. Nukleus ini membentang ke
inferior memasuki pons hingga mencapai nukleus sensorius prinsipalis nervi trigemini.
Nukleus motorik terletak di dalam pons, yaitu di medial nukleus sensorius prinsipalis
nervi trigemini.
Sensasi nyeri, suhu, raba, dan tekan dari kulit wajah serta membrane mukosa berjalan
di sepanjang akson yang badan selnya terletak di ganglion semiluanris atau ganglion
sensorik trigeminus. Prosesus sentralis sel-sel ini membentuk radiks sensorik nervus
trigeminus yang besar. Serabut ini kemudian terbagi menjadi cabang asendens dan
desendens ketika memasuki pons. Cabang asendens berakhir di nukleus ensorius
prinsipalis nervi trigemini, sedangkan cabang desendens berakhir di nukleus spinalis.
Untuk sensasi raba dan tekan dibawa terutama oleh serabut saraf yang berakhir di
nukleus sensorius utama. Sensari nyeri dan suhu dibawa oleh serabut ke nukelus
prinsipalis. Serabut sensorik dari nervus trigeminus cabang opthlamikus berakhir di
bagian inferior nukleus spinalis, serabut dari divisi maksilaris berakhir di bagian tengah
nukleus psinalis, sedangkan dari divisi mandibularis berakhir di bagian superior
nukleus spinalis.
Impuls-impuls propioseptif dari otot-otot pengunyah, otot-otot wajah, dan ekstraokular
diteruskan oleh serabut-serabut di dalam radiks sensorik nervus trigeminus yang tidak
melalui ganglion semilunaris atau ganglion trigeminus. Serabut-serabut ini berasal dari
sel-sel unipolar nukleus mesenfalikus. Akson neuron- neuron nukleus sensorius
prinsipalis dan nukleus spinalis serta prosesus sentralis sel- sel di dalam nukleus
mesenfalikus menyilang bidang median kemudian naik sebagai lemniskus trigeminalis
dan berakhir di nukleus ventroposteromedialis thalamus. Akson sel-sel tersebut
kemudian beralan melalui kapsula interna ke girus postsentralis (area 3,1, dan 2)
korteks serebri.
2. Nervus Fasialis
Nukleus sensorik nervus facialis adalah bagian atas dari nukleus traktus solitarii dan
terletak di dekat dengan nukleus motorik. Sensasi pengecap berjalan melalui akson-
akson perifer sel saraf yang terletak di ganglion genikulatum. Prosesus sentralis sel-sel
saraf ini bersinaps dengan sel-sel saraf di dalam nukleus. Serabut eferen menyilang
bidang median dan berjalan ke atas menuju nukleus ventralis posteromedialis talami
sisi kontralateral dan menuju nukleus hipotalamikus. Dari thalamus, sel-sel tersebut
melintasi kapsula interna dan korona radiata untuk berakhir di area korteks pengecap
di girus postsentralis bagian bawah.
c. Medula Oblongata
Medula oblongata bersambung dengan pons di superior dan dengan medula spinalis di
inferior. Tempat pertemuan medula oblongata dan medula spinalis adalah tempat asal radiks
anterior dan posterior nervus spinalis cervical I, yang berada setinggi foramen magnum.
Medula oblongata berbentuk kerucut, ujung yang lebar mengarah ke superior.
Setelah keluar dari pons, traktus kortikospinalis ini akan mengalami persilangan di
bagian median daripada medula oblongata, di daerah dekusasio piramidum. Traktus
kortikospinalis yang menyilang ini disebut traktus kortikospinalis lateralis yang selanjutnya
akan berjalan di funikulus lateralis medula spinalis, sedangkan traktus kortikospinalis anterior
yang tidak menyilang akan berjalan di daerah ventral medula spinalis. Sebagian besar traktus
kortikospinalis bersinaps dengan neuron penghubung, kemudian bersinaps dengan neuron
motorik alfa dan beberapa dengan neuron motorik gamma dan akan berperanan dalam fungsi
motorik pada ekstremitas yang berlawanan dengan hemisfer serebri.
Nukleus terbesar di kompleks olivaris adalah nukleus olivaris inferior dimana nukleus
ini seperti kantung kusut yang terbuka kearah medial, terjadi karena elevasi permukaan-
permukaan medula oblongata yang disebut oliva. Selain itu juga terdapat nukleus olivaris
accessorius medialis dan dorsalis yang lebih kecil. Serabut-serabut dari nukleus olivaris
inferior akan menyilang garis tengah dan masuk ke serebelum melalui pedunculus cerebellaris
inferior. Serabut- serabut aferen berasal dari medula spinalis, cortex serebelum dan serebri
(traktus spino-olivari). Oliva inferior menerima impuls aferen dari nukleus ruber emsenfali
melalui traktus tegmentalis sentralis. Struktur ini menerima input aferen alinnya dari striatum,
substansia grisea periakuaduktalis, formasio retikularis, dan korteks serebri melalui traktus
kortiko-olivaris yang berjalan bersama-sama traktus kortikospinalis. Serabut eferen dari olive
inferior akan menyilang garis tengah dan membentuk traktus olivoserebelaris yang masuk ke
serebelum melalui pedunculus serebelaris inferior dan menghantarkan impuls ke seluruh
korteks neoserebelaris.
Serebroserebelum menerima sebagian besar input neuralnya secara tidak langsung dari
bagian korteks yang luas terutama di area Broadmann 4 dan 6 (area motorik dan premotorik)
melalui traktus kortikopontis dan juga sebagian kecil dari olive melalui traktus olivoserebelaris.
Serebelum menerima peringatan lebih alnjut dari semua gerakan volunteer yang direncanakan
dimulai dari korteks serebri sehingga serebelum dapat segera mengirimkan impuls modulasi
dan korektif kembali ke korteks motorik melalui jaras dentatotalamokortikalis. Nukleus
dentatus juga berproyeksi ke bagian parvoselularis nukleus ruber. Namun tidak seperti nukleus
ruber lainnya, bagian ini tidak mengirimkan serabutnya ke medula spinalis melalui traktus
rubrospinalis. Serabut ini akan berproyeksi melalui traktus tegmentalis sentralis ke olive
inferior yang kemudian berproyeksi kembali ke serebroserebelum. Lengkung umpan-balik
neural dentate-rubro-olivo-serebelaris ini memiliki peran penting dalam pengolahan impuls
neoserebelar.
3. Nervus N IX (Glossofaringeus)
Nukleus sensorik merupakan bagian dari traktus solitarii. Sensasi pengecap berjalan
melalui akson saraf perifer sel-sel saraf yang berjalan melalui akson perifer sel-sel saraf
yang terletak di dalam ganglion nervi glossofaringeus. Prosesus sentral sel-sel ini
bersinaps dengan sel-sel saraf di dalam nukleus. Serabut-serabut eferen kemudian
menyilang bidang median dan naik menuju kelompok nuklei ventralis talami sisi
kontralateral dan juga ke beberapa nukleus hipotalamus. Akson sel-sel thalamus ini
kemudian berjalan melalui kapsula interna dan korona radiate serta berakhir di bagian
bawah postsentralis.
Ada tiga kelompok nuklear yang mempunyai hubungan erat dengan kompleks inti
nervus okulomotorius yang berperan dalam gerakan okular vertikal dan rotatorik dan
pergerakan reflektorik yang melibatkan kepala dan mata.4
Pada gambar otot okuler mata dan persarafannya memperlihatkan inti nervus kranialis
III, IV dan VI serta persarafan otot-otot mata. Dalam gambar tersebut juga tampak hubungan
antara ketiga inti ini yang melewati fasikulus longitudinalis medialis. Baik dengan cara
melewati fasikulus ini atau dengan cara melewati jaras lainnya yang berkaitan erat masing-
masing dari ketiga susunan otot untuk tiap mata diinervasi secara timbal balik sehingga satu
otot dari setiap pasang otot itu akan berelaksasi sementara otot lainnya akan berkontraksi. Pada
gambar jaras penglihatan konjugat mata, memperlihatkan pengaturan kortikal terhadap
aparatus okulomotor, menunjukkan penyebaran sinyal yang asalnya dari area penglihatan
oksipital melewati traktus oksipitotektal dan traktus oksipitokolikular menuju area pretektal
dan kolikulus inferior pada batang otak.
Batang otak (brainstem) adalah struktur padat dengan nuklei saraf kranial, fasikula saraf
dan traktus asenden dan desenden yang sama-sama saling berdampingan. Batang otak berada
di bagian paling kaudal otak dan terletak pada tulang tengkorak yang memanjang sampai ke
tulang punggung atau sum-sum tulang belakang. Bagian ini mengatur fungsi dasar manusia
seperti mengatur pernapasan, denyut jantung, pencernaan, insting terhadap bahaya dan
sebagainya.1
Batang otak terbagi menjadi beberapa bagian yakni:
a) Mesensefalon : fungsi untuk mengontrol otak besar dan otak kecil, berfungsi mengatur
penglihatan seperti lensa mata, pupil mata dan kornea.
b) Pons : fungsi untuk mengontrol apakah kita sedang terjaga atau tertidur.
c) Medulla oblongata : fungsi untuk mengatur sirkulasi darah, denyut jantung, pernapasan
dan pencernaan.
Batang otak mengandung banyak jaras serabut, termasuk semua jaras asendens dan
desendens yang menghubungkan otak dengan perifer. Beberapa jaras ini menyilang garis
tengah ketika melewati batang otak dan beberapa di antaranya membentuk sinaps sebelum
melanjutkan perjalanan di sepanjang jarasnya. Terdapat banyak nuklei di batang otak yaitu:
Karena batang otak mengandung berbagai macam nuklei dan jaras saraf pada ruang
yang sangat padat, bahkan lesi yang kecil pada batang otak dapat menimbulkan berbagai tipe
defisit neurologis secara simultan (seperti pada berbagai sindroma vaskular batang-otak).1
SINDROMA SINDROMA PONS SINDROMA MEDULLA
MESENSEFALON OBLONGATA
➢ Sindrom Weber ➢ Sindrom Foville- ➢ Sindrom Lateralis/
➢ Sindrom Benedict Millard Gubler Wallenberg
➢ Sindrom Dejerine
➢ Tegmentum pontis
kaudale
➢ Tegmentum pontis
orale
➢ Basis pontis kaudalis
➢ Basis pontis bagian
tengah
A. Sindroma Mesenfalon
1. Sindrom Weber
Sindrom Weber merupakan suatu kumpulan gejala klinis dan tanda yang
meliputi kelumpuhan nervus okulomotorius (N.III) ipsilateral, hemiparesis
spastik kontralateral, rigiditas parkinsonism kontralateral (substansia nigra),
distaksia kontralateral (traktus kortikopontis) serta adanya defisit saraf kranialis
yang kemungkinan disebabkan adanya gangguan pada persarafan supranuklear
pada nervus VII, IX, X dan XII.3
Manifestasi Klinis:
Lesi ini biasanya bersifat unilateral dan mempengaruhi beberapa struktur dalam
otak tengah.3,5
Tabel 1. Kerusakan struktur batang otak dan efeknya.
KERUSAKAN STRUKTUR EFEK
Substansia nigra Kontralteral parkinsonism
Serabut kortikospinalis Kontralateral hemiparesis
Traktus kortikobulbaris Kerusakah pada otot-otot wajah bagian
bawah yang kontralateral dan fungsi
nervus hipoglosus (N.XII)
Serabut nervus okulomotorius Kelumpuhan nervus okulomotorius
(N.III) ipsilateral yang menyebabkan kelopak
mata terkulai dan pupil yang melebar.
Hal ini menyebabkan diplopia.
Lesi unilateral di mesensefalon mengakibatkan timbulnya hemiparesis atau
hemiparesis kontralateral. Lesi yang merusak bagian medial pedunkulus serebri
akan menimbulkan hemiparesis yang disertai paresis nervus okulomotorius
ipsilateral dengan pupil yang berdilatasi dan terfiksasi. Kombinasi kedua jenis
kelumpuhan ini dikenal dengan nama hemiparesis alternans nervus
okulomotorius atau sindroma dari Weber. Lesi pada daerah fasikulus
longitudinalis medialis akan mengakibatkan timbulnya hemiparesis alternans
nervus okulomotorius (N.III) yang diiringi juga dengan gejala yang dinamakan
oftalmoplegia internuklearis.3
2. Sindrom Benedict
Sindrom Benedickt merupakan sindrom neurologi paralisis nervus
okulomotorius (N.III) karena trauma pada N.III dan nukleus ruber. Hal ini
terjadi disebabkan tersumbatnya cabang-cabang interpedunkularis dari arteri
basilaris atau serebralis posterior atau keduanya pada otak tengah. Ini
digambarkan sebagai suatu kelumpuhan n. okulomorius ipsilateral yang disertai
oleh tremor berirama atau ritmik pada tangan kanan atau kaki bagian
kontralateral yang ditingkatkan oleh adanya gerakan mendadak atau tanpa
disengaja, dan menghilang ketika istirahat. Yang merupakan akibat dari
kerusakan pada nukleus ruber yang menuju keluar dari sisi yang berlawanan ada
hemisfer serebelum. Bisa juga terdapat hiperestesia kontralateral.
Manifestasi klinis:
• Kelumpuhan nervus III ipsilateral dengan midrasis dan terfiksasi
(gangguan serabut radiks nervus III)
• Gangguan sensasi raba, posisi dan getar kontralateral
• Gangguan diskriminasi dua titik (keterlibatan lemnikus medialis dan
traktus spino talamikus)4
• Hiperkinesia kontralateral (tremor, khorea, atetosis), akinesia
kontralateral
• Rigiditas kontralateral (substansia nigra)
Tabel 4. Kerusakan struktur batang dan efek yang terjadi.
Struktur yang terlibat Efek klinis
Lemnikus medialis Gangguan sensasi raba, posisi dan getar kontralateral.
Nukleus ruber Hiperkinesia kontralateral (korea atetosis)
Substansia nigra Akinesia (parkinsomnisme) kontralateral
Radiks n. okulomotorius Kelumpuhan n. okulomotorius ipsilateral dengan
pupil yang berdilatasi dan terfiksasi
Gambar 2.8. Letak lesi pada sindrom Weber dan Benedict.
B. Sindroma Pons
1. Sindrom Foville Millard Gubler (Sindrom basis pontis kaudalis)
Hemiplegia alternans akibat lesi di pons adalah selamanya kelumpuhan UMN
yang melibatkan belahan tubuh sisi kontralateral, yang berada dibawah tingkat
lesi yang berkombinasi dengan kelumpuhan LMN pada otot-otot yang disarafi
oleh nervus VI atau nervus VII.1,6
Manifestasi klinik:
Tabel 5. Lesi mengenai bagian dorsal pons sehingga menyebabkan:
Struktur yang terlibat Efek klinis
Lemnikus medialis Gangguan sensasi raba, posisi dan getar kontralateral.
Lemnikus lateralis Tuli
Nucleus n. fasialis Kelumpuhan n. fasialis perifer ipsilateral
Traktus spinitalamikus Analgesia dan termanestesia setengah tubuh
lateralis kontralateral
Traktus piramidalis Hemiplegia spastic kontralateral
N. abdusens Kelumpuhan n. abdusens perifer ipsilateral
2. Sindrom Dejerine
Sindrom Dejerin ini terjadi akibat oklusi ramus paramedianus arteria vertebralis
atau arteria basilaris, umumnya bilateral. 1,4,5
Manifestasi klinis:
Tabel 11. Kerusakan struktur batang dan efek yang terjadi: 1
Struktur yang terlibat Efek klinis
Fasikulus longitudinalis Nistagmus
Lemnikus medialis Gangguan sensasi raba, getar, dan posisi kontralateral
Oliva Mioritmia palatum dan posisi kontralateral
Nervus hipoglosus (nervus XII) Kelumpuhan flasid nervus XII dengan hemiatrofi lidah
Traktus piramidalis Hemiplagia kontralateral (bukan spastik) tetapi terdapat
refleks Babinski
V. Bridging Vein
Bridging vein yang berasal dari permukaan superolateral posterior lobus frontal,
parietal dan oksipital berjalan ke depan menuju sinus sagitalis superior dengan sudut
kemiringan. Pada cedera otak, pembuluh- pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak
menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami
robekan dan menyebabkan perdarahan subdural.
Daftar Pustaka
1. Snell RS. Batang Otak. Neuroanatomi Klinik ed 7. Jakarta 2013, egc. Hal 192-257
2. Froetscher M & Baehr M. Duus Topical Diagnosis in Neurology. 4 th edition. 2005.
Stuttgart: Thieme.
3. Guyton, A.C., Hall, J.E. 2006. Text Book Of Medical Fisiologi. 11 Ed. Philadelpia:
Elsevier Sounder.
4. Joyce L, Anisa B, Katia C. Crash Course: Neurology. United Kingdom.
5. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Penerbit PT. Dian Rakyat. Jakarta;
2008. h31 – 156.
6. Wilkinson, I., Lennox, G., 2005. Tentorial Herniation. In: EssentialNeurology.
Wilkinson, I., ed. 4th ed. USA: Blackwell Publishing. 42-43
7. Price, S.A.,Wilson, L., 2005. Peningkatan Tekanan Intrakranial. Dalam:Patofisiologi
Konsep Klini proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.1170-1171.
8. Mardjono, M., Sidharta, P, 2009. Koma supratentorial diensefalik. Dalam:Neurologi
Klinis Dasar. Edisi 1. Jakarta:Dian Rakyat. 193-195.
9. Toronto Notes 2008, Neurosurgery, Herniation Syndrome
10. Merritts Neurology Handbook’ (NeuroHBTM), Emergency Measures for ICP
Reduction in Unmonitored Patient with Clinical Signs of Herniation.
11. Hafid A. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah: edisi kedua. Jong W.D. Jakarta: penerbit buku
kedokteran EGC