Dunia Malaysia
Penyebab Terbanyak
12-50%
Diabetes
2,4% 8% 20%
Mellitus
Dari total populasi
Prevalensi
Indonesia neuropati
menempati
kelompok
urutanusia
ke-430-50
terbesar
tahun
Prevalensi
2,4%
dalam neuropati
lalujumlah
meningkat sensorik
penderita
menjadi 8%20%
diabetes diumur
pada tahun
mellitus di55
2009 dan meningkat
tahun kedunia seiring usia.
atas (2010)
ETIOLOGI
Gangguan Metabolisme
1
• Diabetes mellitus Nutrisional (Defisiensi B1, B3, B5, B6,
Pada diabetes yang lama & tidak
2 B12 dan asam folat)
Toksik
terkontrol. Lesi di ganglion radiks
posterior hipestesi perifer Defisiensi vitamin mempengaruhi
Keganasan
•
• Toksik Porifiria
oleh bahan metal misal arsenik, 3 metabolisme pada sel neuron dengan cara
Gangguan
timah metabolisme porifirin
dan merkuri menghalangi oksidasi paralisis
Infeksi-Inflamasi Sering ditemukan adanyaglukosa
neuropati
neuropati
• Toksik oleh motorik asimetris
obat-obatan seperti 4 otot okular,
sensorik nistagmus, ataksia,
atau sensorimotor pada dan demensia.
kloramfenikol, metronidazol, phenytoin. (Contoh: alkoholisme karena defisiensi
karsinoma.
•• Cara
Leprakerja: menghambat enzim dalam vitamin B1, bukan efek toksik alkohol)
Infeksi yang mempengaruhi
metabolisme oksidasi glukosasaraf secara 5 Trauma
Autoimun
langsung penebalan saraf lokal, Contoh: Guillain Barre Syndrome dan
pigmentasi dan anastetik pada sisi infeksi Miastenia Gravis
• Difteri 6
Neuritis selama 2-3minggu karena efek Genetik
toksin 7
DANG THETRAPIST
PEMBAGIAN NEUROPATI
Polineuropati
• Neuropati yg menyebabkan kerusakan fungsional disebabkan o/ kelainan2 difus yg
mempengaruhi seluruh susunan saraf perifer.
• Bersifat simetris kedua sisi, tungkai lebih dulu dibanding lengan, ggn sensori berupa parestesi
& perasaan baal pada distal yg menyebar ke proksimal (glove and stocking pattern)
• Kadang ada rasa terbakar & gangguan otonom (hilangnya keringat dan hipotensi postural).
• Kelainan difus polineuropati seperti gangguan metabolik (diabetik neuropati), keracunan,
defisiensi (alkoholisme) dan immunoalergi.
Poliradikulopati
• Lesi utama :: radiks bagian proksimal (sebelum masuk ke foramen intervertebralis)
• Bila saraf spinalis juga ikut terganggu poliradikuloneuropati.
• Dijumpai proses demielinisasi (diduga akibat alergi) & degenerasi akson
• Gangguan sensori bervariasi (segmental, pola kaus kaki) & dapat juga normal
• Kelemahan otot bervariasi pada tungkai(proksimal maupun distal) Refleks dapat menurun,
seperti refleks patella.
• Terdapat perubahan pada CSF tingginya protein pada CSF
Cth: Guillain Barre Syndrome dan neuritis difteria
Mononeuropati
• Lesi pada perifer lokal yg disebabkan o/ profes fokal (penekanan pada trauma, tarika,
luka, tumor, infeksi fokal & ggn vascular)
• Gangguan motorik dan sensorik terbatas pada satu saraf yang terkena.
Mononeuropati kompleks
• Lesi pada nervus perifer pada tempat yang berbeda
• Keluhan sifatnya asimetris, multifokal motorik, sensorik dan penurunan refleks.
Pola Kelainan Contoh
Polineuropati Difus, simetris, stocking- Diabetik neuropati,
glove pattern, distal keracunan, defisiensi,
hiporefleks immuno-alergik, alkoholisme
Poliradikuloneuropati Ascending paralysis, pasca GBS, neuritis difteri
infeksi (GIT atau ISPA),
refleks patella menurun
Mononeuropati Kelainan sesuai dengan Carpal/ tarsal tunnel
distribusi saraf perifer yang syndrome, trauma, infeksi
terkena fokal, gangguan vaskular
fokal
Mononeuropati Multipleks Proses multifokal yang hanya Kelainan saraf tepi pada
mengenai bagian tertentu dari morbus hansen
saraf perifer
Selain itu, berdasar waktu/ onset neuropati dibagi menjadi 2, yaitu:
1. AKUT
Gejala neuropati akut & kronis umumnya hampir sama
akut ditemukan allodinia, dan kadang hiporefleks achilles. didominasi
dengan rasa nyeri yg sangat hebat (ditusuk, diiris).
2. KRONIS
Mendominasi adalah rasa tebal, kebas dan mati rasa dengan glove and
stocking pattern
Bersifat simetris dan ada hiporefleks terutama pada achilles dan patella.
PATOFISIOLOGI
Diketahui terdapat 3 proses patologi yang dapat menjelaskan mekanisme neuropati:
1. Degenerasi wallerian
Deg. akson dan selubung mielin di bawah lesi bergerak menuju lokasi lesi fokal
Kerusakan merusak kontinuitas akson biasanya pada mononeuropati fokal akibat trauma / infark saraf perifer
Perbaikan degenerasi Wallerian lambat, ok/ dibutuhkan regenerasi akson
2. Demielinisasi segmental
Deg. fokal dari myelin
Proses dimulai di daerah nodus ranvier & meluas tak teratur mengenai segmen2 internodus lain.
Terjadi pada proses autoimun, proses inflamasi dan polineuropati herediter
Pada kelainan ini perbaikan dapat terjadi cepat ok/ yg dibutuhkan hanya remielinisasi, dan akson tidak dirusak.
3. Degenerasi aksonal
Biasanya disebut dying-back phenomenon karena kerusakan yang berjalan dari arah distal
menuju proksimal
Biasanya diikuti dgn demielinisasi segmental
Proses ini sering didapatkan pada neuropati akibat gangguan metabolik, uremia,
alkoholisme, lepra dan karsinoma.
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Pasien datang dengan keluhan kebas, tebal, nyeri, kesemutan/kelemahan. Maka yang
pertama kali dipikirkan adalah keluhan tersebut akibat neuropati perifer atau lesi pada
sistem saraf pusat.
Lesi sistem saraf pusat: biasanya ada keluhan lain seperti kesusahan berbicara, diplopia,
ataksia, gangguan saraf-saraf kranialis, dan gangguan fungsi bowel dan bladder. Dan
terdapat pula peningkatan reflek fisiologi dan tonus otot yang spastik
Lesi saraf perifer: biasanya asimetris dan keluhan sensori mengikuti dermatomnya. Fase
awal dari neuropati perifer, gejala yang timbul bersifat progresif, membentuk stocking and
glove pattern. Seiring berjalannya waktu, keluhan yang ada di distal akan menuju
proksimal dan bagian distal menjadi lemah.
1. Gangguan Sensorik :
keterlibatan akson sensorik ggn
sensasi dgn disestesia/paresthesia
Rasa kaku, dingin, pedas
Gatal & kebas
2. Gangguan Motorik
4. Gangguan Otonom
keterlibatan akson yg mensuplai fungsi otonom
keringat berkurang, perubahan fungsi vesika
urinaria, konstipasi , impotensi
Cth : Ggn gastrointestinal (diare, konstipasi, dilatasi
lambung, mual, muntah)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes darah dapat meliputi darah lengkap, profil metabolik, laju endap darah, gula
darah puasa, vitamin B12, dan kadar TSH
Pungsi lumbal dan analisis CSF membantu dalam diagnosis Guillain-Barré syndrome
dan chronic inflammatory demyelinating neuropathy.
Elektrodiagnostik, membantu dalam differensial diagnosis jenis neuropati tipe aksonal,
demielinisasi, atau campuran.
Gold Standard :
- ENMG : degenerasi aksonal & demielinisasi
- Biopsi saraf
Gula darah puasa : didapatkan hiperglikemi
Fungsi ginjal
Kadar vitamin B1, B6, B12 darah : defisiensi vitamin B1, B6 dan B12
Kadar logam berat : kadar arsenik dan merkuri tinggi
Fungsi hormon tiroid : didapatkan hipotiroidisme
Lumbal pungsi : protein CSF meningkat
GOLD STANDARD
ENMG : degenerasi aksonal & demielinisasi
- Biopsi saraf
PENATALAKSANAAN
1. Koreksi abnormalitas
Seperti nutrisi, suplementasi vitamin yg kurang, pengobatan DM,
menghilangkan kompresi dll
Jika neuropati diperkirakan sebagai reaksi imun yg terganggu, steroid dapat
digunakan
2. Terapi umum
Rehat baring
Penyanggahan bagian yang paralisis
Analgesik untuk menghilangkan nyeri
Pemeliharaan nutrisi yang baik
3. Terapi farmakologi
Pertama, pasien diedukasi terlebih dahulu, bahwa target terapi dikatakan
berhasil apabila nyeri berkurang 50-70%.
Antiinflamasi non steroid
Antidepresan
Antikonvulsan
4. Fisioterapi
Setelah fase penyembuhan ahli fisioterapi dapat mengarahkan rehabilitasi
penderita
PROGNOSIS
Hasil akhir neuropati bergantung pada beberapa hal yaitu:
1. Gangguan bersifat reversible
• Saraf yg rusak bisa beregenerasi
• Sel saraf tdk bisa digantikan jika mati namun mempunyai kemampuan untuk pulih
dari kerusakan.
2. Tingkat kerusakan
• Jika yg rusak adalah mielin penyembuhan >> cepat dibanding jika yg rusak akson
• Pemulihan berlangsung dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun karena
pertumbuhan sel saraf sangat lambat.
3. Umur
4. Kondisi kesehatan penderita
5. Degeneratif
• penyakit Charcot-Marie-Tooth, kondisi akan bertambah buruk
• Mungkin terdapat periode dimana penyakit tersebut mencapai kondisi statis namun
belum ada pengobatan yang telah ditemukan untuk penyakit ini gejala-gejala
akan terus berlangsung dan memburuk.
Neuropati diabetik
Dari 59% pasien DM type 2 yang menunjukan berbagai neuropati, 45% diantaranya
menderita polineuropati diabetes
Polineuropati diabetes menggambarkan keterlibatan banyak saraf tepi dan distribusinya
umumnya bilateral simetris meliputi gangguan sensoris, motorik maupun otonom.
Etiologi : belum jelas
Faktor metabolik seperti kadar glukosa yang tinggi; paparan diabetes yang lama, kadar
lemak darah yang abnormal dan kadar insulin yang rendah.
Faktor neurovaskular, jika terdapat kerusakan pembuluh darah yang mengangkut
oksigen dan nutrisi ke saraf
Faktor autoimun yg menyebabkan inflamasi saraf
Injuri mekanik pada saraf, seperti CTS
Faktor genetik
Faktor gaya hidup, seperti merokok dan penggunaan alkohol
Umumnya gejal nyeri, parastesi dan hilang rasa timbul ketika malam hari.
Khas diawali dari jari kaki berjalan ke proksimal tungkai
Seiring memberatnya penyakit, jari tangan dan lengan terkena sehingga memberi
gambaran glove and stocking (sarung tangan dan kaos kaki)
Terapi
Intensif terapi DM
Jaga berat badan ideal
Lini 1
• antidepresan trisiklik (Nortriptyline, Amitriptylline, Desipramine)
Lini 2 :
• gol. Obat Calcium Channel Modulators / anti konvulsan (Gabapentin, Pregabalin, Topiramate,
Carbamazepin)
• golongan Serotonin Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNRI) : Duloxetine
Lini 3
• gol. opioid / opioid like drugs (Morphine & Tramadol)
Guillain-Barre Syndrome
Dicirikan o/ kelemahan/kelumpuhan otot ekstremitas yg akut & progresif
Biasanya muncul post infeksi
Neuropati demyelinating
Penyebab Sindrom Guillain-Barre belum diketahui secara pasti
Sering dihubungkan dengan penyakit infeksi seperti infeksi saluran nafas & infeksi
saluran cerna
Gejala
Paralisis akut yg dimulai dg rasa baal, parestesia pada bagian distal & diikuti secara
cepat(progresif) o/ paralisis ke-empat ekstremitas yg bersifat asendens
Parastesia biasanya bilateral
Kerusakan pada susunan saraf pusat disfagia, kesulitan dalam berbicara, dan yang
paling sering (50%) : bilateral facial palsy
Disfungsi otonom : Takikardi & aritmia, hipotensi postural, hipertensi dan gejala
vasomotor.
Gejala tambahan : kesulitan mulai BAK, inkontinensia urin, konstipasi, kesulitan
menelan & bernapas, perasaan tidak dapat menarik napas dalam, dan penglihatan kabur
(blurred visions)
Pemeriksaan fisik
• iv immunoglobulin
Dosis awalan 0,4 gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis maintenance 0,4 gr/kg
BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.1
TERIMA KASIH