Abstrak
Sistem saraf memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup kita, terutama saraf yang
terdapat pada bagian kepala dan leher yaitu saraf kranial. Definisi dari kesadaran sendiri
adalah kesiagaan seseorang terhadap diri dan sekitarnya yang tergantung dari input sensorik
ke otak serta aktivitas instrinsik sistem aktivasi retikular, yaitu formasio retikularis di batang
otak yang mempertahankan korteks serebri tetap dalam keadaan siaga. Batang otak adalah
pangkal otak yang menyampaikan pesan-pesan antara medula spinalis dan otak yang terdiri
dari mesensefalon, pons, dan medula oblongata. Saraf kranial yang merupakan saraf yang
keluar dari batang otak bagian posterior dibagi menjadi dua belas pasang. Cedera yang terjadi
pada batang otak dapat merusak nukleus dan serat saraf pada bagian batang otak, dimana
pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kesadaran. Hal ini disebabkan karena pusat
kesadaran, yaitu formasio retikularis berada pada batang otak. Selain itu, fungsi-fungsi
otonom dan somatik lainnya yang diatur oleh saraf kranial ini kemungkinan akan terganggu.
Kata Kunci: Saraf kranial, formasio retikularis, kesadaran.
Abstract
The nervous system plays an important role in our life sustainability, especially the nerves
that can be found in the head and neck that is cranial nerves. The definition of self-awareness
is one's alertness to self and its surroundings that depend on the sensory input to the brain
and the intrinsic activity of the reticular activation system, namely the reticular formation in
the brain stem that maintains the cerebral cortex remains in a state of alert. The brain stem is
the one that conveys messages between the spinal cord and the brain consisting of
mecencephalon, pons, and medulla oblongata. The cranial nerves that comes out of the
posterior brain stem are divided into twelve pairs. Injuries that occur in the brain stem can
damage the nucleus and nerve fibers in the brain stem, which in turn can lower the level of
1
consciousness. This is because the center of consciousness, the reticular formation, is in the
brainstem. In addition, other autonomic and somatic functions regulated by these cranial
nerves may be disturbed.
Keywords: Nervi craniales, reticular formation, consciousness
Pendahuluan
Di dalam tubuh manusia mempunyai beberapa sistem yang berguna untuk menunjang
aktivitas sehari-hari, salah satunya adalah sistem saraf. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta
sel saraf spesifik yang berfungsi menerima stimulus sensorik dan meneruskannya ke organ-
organ efektor, baik otot maupun kelenjar. Stimulus sensorik, baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar tubuh, dihubungkan di dalam sistem saraf, dan impuls eferen
dikoordinasikan sedemikan rupa sehingga organ-organ efektor bekerja sama secara harmonis
untuk kesejahteraan individu tersebut. Kesadaran adalah kesigaan seseorang terhadap diri dan
sekitarnya. Kesadaran normal tergantung dari input sensorik ke otak, dan aktivitas instrinsik
sistem aktivasi retikular, yaitu formasio retikularis di batang otak yang mempertahankan
korteks serebri tetap dalam keadaan siaga.
Tujuan pembuatan tinjauan pustaka ini adalah untuk mengetahui hubungan hilangnya
kesadaran dengan struktur yang ada pada batang otak, dengan area yang dibahas yaitu
makroskopis dan mikroskopis serta peran dari batang otak dan otak kecil, saraf-saraf kranial,
mekanisme dan sistem kerja saraf otonom.
2
Gambar 1. Sistem Saraf Pusat1
Pada tektum terdapat kolikuli superior dan inferior yang menjadi bagian paling dorsal
dan dibatasi oleh lamina kuadrigemina. Kolikulus superior merupakan pusat refleks untuk
membantu koordinasi gerakan bola mata dan kepala, regulasi mekanisme untuk fokus
penglihatan dan pengaturan ukuran pupil terhadap stimulus cahaya. Sedangkan kolikulus
inferior merupakan pusat penyampaian serabut-serabut auditorius yang berasal dari
lemniskus medialis menuju ke korpus genikulatum lateralis serta berakhir di korteks
pendengaran lobus temporalis. Pada lamina kuadrigemina terdapat kelenjar pinealis superior
dan inferior.1
Tegmentum mengandung neuron-neuron yang merupakan bagian dari formasio
retikularis yang berfungsi untuk mengaktivasi korteks (Ascending Reticular Activating
System / ARAS). Tegmentum merupakan anyaman sel-sel saraf dengan jalinan serabut-
serabutnya yang terletak mulai dari kornu posterior segmen cervical superior sampai rostral
pada diensefalon. Pada tegmentum terdapat nukleus ruber yang menempati setengah bagian
dari masing-masing tegmentum. Setengah bagian kaudalnya disebut bagian magniseluler,
sedangkan setengah lainnya adalah parviseluler. Nukleus ini berperan dalam lengkung refleks
yang berkaitan dengan motorneuron spinal untuk postur keseimbangan dan gerakan tubuh.
Substansia nigra berada diantara tegmentum dan pedunkulus serebri serta merupakan
bagian dari sistem motorik ekstrapiramidal yaitu basal ganglia. Substansia nigra memiliki
warna yang gelap karena neuronnya yang mengandung melanin. Pedunkulus serebri tersusun
oleh jaras-jaras descendens seperti kortikospinal, kortinuklearis, dan traktus kortikopontin.1
Gambar mesensefalon dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3. Pada struktur mikroskopis
mesensefalon di gambar 4 dan 5, terdapat akuaduktus sylvii atau akuaduktus mesensefali
yang menghubungkan ventrikel ketiga dan ventrikel keempat.2
3
Gambar 2. Mesensefalon Potongan pada Kolikuli Superior; Pandangan Anterior1
4
Pons terletak pada permukaan anterior cerebellum di bawah mesensefalon dan di atas medula
oblongata. Pons terdiri dari saraf yang menghubungkan kedua belahan cerebellum, dan serat
ascendens dan descendens yang menghubungkan prosensefalon, mesensefalon, dan medula
spinalis. Beberapa sel saraf pada pons berfungsi sebagai stasiun pemancar, sedangkan yang
lainnya membentuk nukleus pada nerves cranialis.3 Struktur pons terdiri dari bagian ventral
(basis) dan dorsal (tegmentum) seperti yang dapat dilihat pada gambar 6. Pons bagian ventral
terdiri dari nukleus pontis yang merupakan penyampaian jaras kortiko-ponto-serebelaris.
Pons bagian dorsal tersusun oleh formasio retikularis, beberapa nukleus yang berhubungan
dengan saraf kranial, jaras sensorik ascendens, dan beberapa serabut jaras motorik
descendens. Di dalam formasio retikularis sendiri terdapat pusat pneumotoksik dan apneustik
yang membantu dalam regulasi pernapasan. Pons juga merupakan salah satu organ yang
berfungsi sebagai relay informasi antara serebrum dan cerebellum.
5
mengirimkan informasi sensorik dari medula spinalis ke thalamus untuk dikirim ke korteks
serebri agar manusia dapat mengerti dan menginterpretasi rangsangan sensorik yang diterima.
Selain itu, medula oblongata juga merupakan pusat pernapasan, jantung, dan pembuluh
darah. Struktur mikroskopis medula oblongata dapat dilihat pada gambar 7.
6
perintah motorik yang diinginkan. Selain itu, daerah ini menerima masukan dari reseptor-
reseptor perifer tentang gerakan dan posisi tubuh.
Spinocerebellum pada dasarnya bertindak sebagai “manajemen menengah”, yang
membandingkan “keinginan” atau “perintah” dari pusat-pusat yang lebih tinggi dengan
“kinerja” otot-otot dan kemudian mengoreksi setiap “kesalahan”. Spinocerebellum bahkan
tampaknya mampu memperkirakan posisi bagian tubuh dalam sepersekian detik kemudian
dan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan. Contohnya saat mengambil
sebuah pensil, tangan langsung “mengerem” untuk menghentikan gerakan maju dan tidak
membiarkan tangan untuk melewati sasaran.
Penyesuaian-penyesuaian yang terus-menerus, yang memastikan gerakan akan
terarah, tepat, dan mulus, penting untuk aktivitas-aktivitas yang cepat berubah (fasik)
misalnya mengetik, main piano atau berlari. Serebrocerebellum berperan dalam perencanaan
dan inisiasi aktivitas volunter dengan memberikan masukan ke daerah motorik korteks.
Bagian ini merupakan bagian cerebellum yang menyimpan ingatan prosedural. Ingatan
prosedural yaitu ingatan yang memungkinkan tanpa harus berpikir. Contoh, berjalan,
berbicara.5 Gambar 9 merupakan potongan midsagital dari pons, medula oblongata, dan otak
kecil.
7
Gambar 9. Pons, Medula Oblongata, dan Otak Kecil Pandangan Midsagittal 7
Apabila cerebellum dipotong, maka pada bagian korteks akan memperlihatkan bagian yang
gelap dibagian luar dan bagian putih dibagian dalam. Bagian yang luar disebut sebagai
substansia grisea, sedangkan yang bagian dalam dinamakan substansia alba.8
8
Secara histologis, cerebellum dibagi menjadi beberapa bagian (gambar 11). Bagian
korteks (1,10) dinamakan cerebellar folia yang dipisahkan dengan sulci (9). Folia cerebellum
(6) ditutupi oleh suatu jaringan ikat tipis. Pia mater (7) menutupi setiap permukaan folium ke
bagian tepi sulci (9). Piamater (7) akan menempel pada bagian korteks (1,10) dengan jaringan
ikat. Lapisan korteks diisi oleh substansia grisea yang merupakan neuron-neuron, sedangkan
bagian substansia alba(5) diisi oleh akson-akson bermielin.9
Cerebellum terdiri dari tiga lapisan utama, yang terdiri dari lapisan molekuler, yang
diisi oleh sel-sel neuron yang kecil dan banyak serat yang parallel terhadap folium. Lapisan
kedua adalah lapisan purkinje, dan lapisan ketiga adalah lapisan granuler yang berisi sel-sel
neuron kecil. Sel purkinje berbentuk pyramidal dengan serat bercabang yang mengarah ke
lapisan molekuler.8,9 Lapisan substansia alba membentuk kulit lapisan folium dan berisi serat
saraf dan akson bermielin. Akson yang dimaksud adalah akson aferen dan eferen dari korteks
cerebellum.9
Formasio Retikularis
Formasio retikularis terdiri atas jaringan kompleks badan sel dan serabut yang saling
terjalin membentuk inti sentral batang otak (gambar 12). Bagian ini berhubungan ke bawah
dengan sel-sel intemunsial medula spinalis serta meluas keatas dan kedalam diensefalon serta
telensefalon. Fungsi dari organ ini adalah integrasi berbagai proses kortikal dan subkortikal
yaitu penentuan status kesadaran dan keadaan bangun, modulasi transmisi informasi sensorik
ke pusat-pusat yang lebih tinggi, modulasi aktivitas motorik, pengaturan respons otonom dan
siklus tidur-bangun, dan sebagai tempat asal sebagian besar monoamin yang disebarkan ke
seluruh sistem saraf pusat.10 Formasio retikularis memiliki suatu sistem yang disebut Sistem
Aktivasi Retikularis (SAR) yang merupakan bagian dari sistem saraf pusat untuk menjaga
keadaan sadar. Keadaan tidur menyebabkan timbulnya dua macam efek fisiologik utama:
pertama, efek pada sistem sarafnya sendiri dan, kedua, efek pada struktur tubuh lainnya. Efek
yang pertama tampak jauh lebih penting. Berkurangnya keadaan tidur tentu saja akan
mempengaruhi fungsi sistem saraf pusat sebab nilai utama dari kedaan tidur adalah untuk
memulihkan keseimbangan alami di antara pusat-pusat neuron. Bila seseorang kurang tidur
maka sistem saraf akan dipaksa bekerja sampai pada akhirnya terjadi suatu keadaan lelah
yang menyebabkan penurunan dari aktivitas seseorang. Pada formatio retikularis terdapat
pusat eksitasi dan inhibisi. Bila pusat eksitasi terangsang, maka kewaspadaan akan
meningkat, bila pusat inhibisi yang terangsang, maka kewaspadaan akan menurun dan
kantuk.
9
Gambar 12. Formasio Retikularis pada Batang
Otak10
Saraf Kranial
Pada saraf kranial berisi berkas serat sensorik dan motorik yang memiliki fungsi
menginervasi otot-otot atau kelenjar dan membawa impuls dari reseptor sensorik bagian
kepala, leher, dan sebagian daeerah thoraks dan abdomen viseral. Saraf kranial terdiri dari
dua belas pasang dimana setiap pasang saraf tersebut memiliki lokasi dan penamaannya
masing-masing. Tidak seperti saraf spinalis, hanya sebagian dari saraf kranial yang membawa
10
serat saraf sensorik dan motorik, dan sisanya adalah motorik murni atau sensorik murni.
Nervus I, olfaktorius, adalah nervus yang khas karena ia langsung membawa serat saraf ke
otak tanpa melewati serat saraf seperti yang lainnya pada batang otak. Nervus II, opticus,
membawa serat saraf melewati traktus dan mengarah langsung ke thalamus, tanpa melewati
batang otak. Sisanya, N. III sampai N. XII berasal dari bagian belakang pons dan medulla
oblongata, khususnya berasal dari nukleus-nukleus tiap saraf, seperti yang terlihat pada
Gambar 11.4
Saraf kranial dibagi menjadi dua belas pasang yaitu sebagai berikut.
Saraf Olfactorius (N. I)
Saraf olfactorius berupa serabut-serabut aferen visceral khusus/ sensorik khusus yang
merupakan sensasi penghidu. Saraf ini berasal dari epitelium olfaktori mukosa nasal. Berkas
serabut sensorik yang membawa informasi sensorik akan mengarah ke bulbus olfaktorius
melalui foramen lamina cribosa. Setelah itu N. I akan bersinaps dengan glomerulus di bagian
bulbus olfaktorius, kemudian ke sel mitral, dan melanjutkan rangsangan ke traktus
olfaktorius. Setelah itu traktus olfaktorius akan bercabang menjadi dua, satu ke medial, dan
satu ke lateral. Bagian yang ke medial, stria olfaktori medial akan mengarah ke commisura
anterior di dekat thalamus, dan bagian yang lateral, stria olfaktori lateral akan mengarah ke
korteks piriformis di bagian lobus temporalis. Beberapa kelainan yang mempengaruhi
olfactorius adalah anosmia yang merupakan penyakit yang tidak bisa mencium sesuatu
dikarenakan terjadi sesuai penuaan, fraktur pada lamina cribosa dan tumor meninges dalam
fossa cranii anterior yang menekan bulbus atau tractus olfaktorius. Serta kelainan berupa
11
halusinasi olfaktori yaitu lesi pada lobus temporalis hemisfer cerebri dan epilepsi pada lobus
temporalis.
Saraf Opticus (N. II)
12
Saraf Oculomotorius (N. III)
Saraf oculomotorius membawa dua serat saraf motorik yaitu eferen somatik umum
dan eferen visceral umum. Saraf ini bercabang menjadi dua divisi yaitu divisi superior yang
mempersarafi otot musculus levetor palpebrae dan rectus superior. Sedangkan divisi inferior
mempersarafi otot musculus rectus media, musculus rectus inferior, dan musculus oblique
inferior. Neuron motorik berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke seluruh otot bola
mata (kecuali otot oblique superior dan rectus lateral) menuju otot yang membuka kelopak
mata, dan menuju otot polos tertentu pada mata. Sedangkan serabut sensorik membawa
informasi indera otot (kesadaran proprioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke otak.
13
Saraf trochlearis berupa serat saraf eferen somatik umum/motorik somatik dan
proprioseptif ke musculus oblique superior. Saraf ini memiliki nukleus yang berada di kaudal
dari saraf optikus yang jalannya hampir sama dengan saraf optikus dan merupakan saraf
kranial paling kecil. Neuron motorik berasal dari langit langit otak tengah dan membawa
impuls ke musculus oblique superior bola mata. Sedangkan serabut sensorik dari spindel otot
menyampaikan informasi indera otot dari musculus oblique superior ke otak.
Saraf trigeminus merupakan saraf terbesar yang keluar dari aspek lateral pons oleh
akar sensorik besar (ganglion trigeminal) dan akar motorik kecil. Saraf ini memiliki empat
nukleus, satu serat saraf motorik/eferen visceral khusus yang mempersarafi otot-otot
mastikasi dan tiga serat saraf sensorik/aferen somatik umum terletak dalam ganglia
trigeminal (semiulnar) yang mempersarafi wajah, gigi, mulut, cavum nasi, lidah dan kelenjar.
Serat saraf sensorik ini akan bercabang menjadi tiga bagian yaitu Opthalamic nerve (Cranial
Nerve V1), Maxiliary nerve (Cranial Nerve V2) dan Mandibular nerve (Cranial Nerve V3).
Pada Cranial nerve V1 akan bercabang menjadi frontal nerve, lakrimal nerve, dan
nasosiliaris nerve, dan akan membawa informasi dari kelopak mata, sisi hidung, rongga nasal,
dan kulit dahi serta kepala. Pada cranial nerve V2 akan bercabang menjadi zygomatic nerve,
intraorbital nerve, dan superior alveolar nerve. Akan membawa informasi dari kulit wajah,
14
rongga gigi dan palatum. Pada cranial nerve V3 akan bercabang menjadi mandibular nerve,
auricolotemporal nerve, buccal nerve, lingual nerve, dan inferior alveolar nerve. Akan
membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir, kulit rahang, dan area temporal kulit kepala.
Cedera pada saraf kelima yaitu berupa paralisis otot mastikasi, hilangnya kemampuan
merasakan sensasi taktil lembut, termal atau nyeri pada wajah serta hilangnya refleks kornea
dan refleks bersin. Cedera tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa penyebab yang berupa
trauma dental, herpes zoster, tumor kranial, tumor kepala dan leher dan lain – lain.
Saraf abducens berupa serat saraf motorik somatik/eferen somatik umum dan ke
musculus rectus lateralis. Nukleusnya berada tepat di median pons. Neuron motorik berasal
dari sebuah nukleus pada pons yang menginservasi otot rektus lateral mata. Sedangkan
serabut sensorik membawa pesan propioseptif dari otot rektus lateral ke pons.
15
Saraf facialis memiliki serat saraf sensorik dan tiga serat saraf motorik. Neuron
motorik terletak dalam nuklei pons. Neuron ini menginservasi otot ekspresi wajah, termasuk
kelenjar air mata dan kelenjar saliva. Sedangkan neuron sensorik membawa informasi dari
reseptor pengecap pada dua pertiga bagian anterior lidah. Cedera pada saraf ketujuh
diantaranya saraf mototriknya yang paling sering mengalami paralisis yang terjadi pada otot –
otot wajah, selain itu dapat juga lesi dekat ganglion geniculatum yang mengakibatkan
hilangnya fungsi mototrik ataupun pengecap dan otonom, serta lesi pada sentral saraf ketujuh
atau lesi pada sistem saraf pusat yang mengakibatkan paralisis otot wajah inferior
kontralateral. Beberapa cedera tersebut dapat disebabkan karena fraktur pada os temporal,
tumor otak, meningitis, atau virus herpes. Penyakit yang sering dijumpai karena cedera pada
saraf ketujuh adalah bell’s palsy yang terlihat seperti stroke pada muka.
16
Saraf Glossopharyngeus (N. IX)
17
Saraf vagus yang memiliki fungsi sensorik/aferen somatik umum, aferen visceral
khusus dan umum, fungsi motorik/eferen visceral khusus dan fungsi parasimpatis. Neuron
sensorik membawa informasi dari faring, laring, trakea, esofagus, jantung dan visera
abdominal ke medulla dan pons. Neuron motorik berasal dari dalam medulla dan
menginservasi hampir semua organ thoraks dan abdomen.
Saraf accessoris yang memiliki fungsi motorik dengan saraf motorik visceral khusus
yang membawa serabut somatik eferen. Perjalanan saraf kesebelas ini diawali dari nukleus
ambiguus yang akan keluar melalui foramen jugulare kemudian akan beranastomosis dengan
saraf kesepuluh untuk menginervasi musculus sternocleidomastoideus dan musculus
trapezius.
18
Saraf hypoglossus yang berfungsi sebagai saraf motorik yang akan menginervasi otot
intrinsik dan ekstrinsik lidah. Saraf kedua belas ini memiliki nukleus yang bernama nucleus
hypoglossus yang perjalanannya akan keluar dari canalis hypoglossus. pleksus cervicalis C1
dan C2 akan mempersarafi musculus styloglossus, musculus hypoglossus, musculus
thyrohyoid, musculus genioglossus dan geniohyoid, serta otot instrinsik lidah. Sedangkan
pleksus cervicalis C1, C2 dan C3 akan mempersarafi musculus omohyoid serta musculus
sternothyroid dan musculus sternohyoid.
Mekanisme Kesadaran
Kesadaran telah banyak didefinisikan sebagai wakefulness dan awareness.
Wakefulness dibuktikan dengan keadaan yang bangun dengan mata terbuka dan kemampuan
untuk membangkitkan gairah dari rasa kantuk. Awareness adalah keadaan dimana seseorang
sadar akan dirinya dan keberadaannya pada lingkungan.12
Wakefulness bergantung pada ascending reticular activating system (ARAS), terutama
dari tegmentum di pons bagian tengah sampai formasio retikularis pada otak tengah dan
proyeksinya adalah pada otak depan bagian basal dan pada midline dan intralaminar nuclei
pada thalamus. Dapat di proyeksikan juga pada korteks serebri, terutama bagian frontal.
Terdapat banyak neurotransmitter yang termasuk dalam wakefulness. Tetapi asetilkolin dan
glutamin merupakan yang paling utama. Kedua neurotransmitter ini diproyeksi pada
intralaminar nuclei pada batang otak, dan proyeksi dari thalamus ke korteks serebri. Selain
itu, histamine juga penting untuk mempertahankan keadaan bangun. Awareness bergantung
pada fungsi otak yang terintegrasi, yang termasuk dalam menerima dan memproses informasi
sensorik, dan menghubungkan informasi ini pada memori dan emosi, serta apresiasi komplit
lainnya terhadap informasi tersebut.12
Kemudian neurotransmitter yang berhubungan dengan kesadaran selain asetilkolin
dan glutamin adalah hipokretin atau orexin yang merupakan suatu neurotransmitter yang
diproduksi pada posterolateral hipotalamus, yaitu otak yang terletak dibelakang mata dan
diantara telinga. Neurotransmitter merupakan bahan kimia yang mengirimkan sinyal dari
neuron ke neuron target. Dari miliyaran neuron di otak, hanya sekitar 100,000-20,000 neuron
yang memproduksi hipokretin. Hipokretin dilepaskan dari neuron ini saat keadaan sadar dan
diikat oleh reseptor hipokretin yang spesifik pada neuron target, dimana neurotransmitter ini
dapat meningkatkan aktivitas neuron. Neurotransmitter ini memiliki fungsi utama yaitu
mengatur siklus tidur-bangun. Selain itu, hipokretin juga berfungsi untuk mengatur
pemasukan makanan ke tubuh dan mekanisme neuroendokrin. Pada saat keadaan sadar, selain
19
meningkatkan aktivitas neuron, neurotransmitter ini juga menekan Rapid-Eye-Movement
(REM) sleep. Konsekuensi dari kekurangan neurotransmitter ini adalah rasa kantuk yang
berkepanjangan dan pengaturan yang lemah pada REM sleep. REM sleep yang tidak benar
pengaturannya dapat menyebabkan paralisis atau mimpi yang seharusnya hanya terjadi pada
REM sleep dapat bercampur menjadi terjaga dan menyebabkan halusinasi seperti bermimpi.
Kesimpulan
Saraf kranial memiliki peran penting dalam susunan sistem saraf pada manusia
khususnya pada daerah kepala dan leher. Ketidaksadaran seseorang dapat dikarenakan
beberapa hal, yaitu rusaknya saraf kranial pada bagian batang otak, ataupun dapat terjadinya
lesi pada bagian batang otak dan cerebellum yang berkontribusi besar dalam penyampaian
informasi kesadaran yang dalam hal ini adalah formasio retikularis. Kemudian
neurotransmitter yang memiliki peran besar pada kesadaran diantaranya adalah asetilkolin,
glutamin, dan hipokretin atau orexin.
Daftar Pustaka
1. Paulsen, Waschke. Sobotta atlas of human anatomy: general anatomy and
musculoskeletal system. 15th ed. Germany: Elsevier GmBH, Urban & Fischer; 2013. p
245-7
2. Bergman RA. Anatomy atlases: an anatomy digital library. Diunduh dari
http://www.anatomyatlases.org/MicroscopicAnatomy/Section17/Plate17338.shtml, 21
April 2018.
3. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan regio. Edisi ke-9. Jakarta: EGC; 2012. h. 554
4. Seidman RJ. Normal gross brain and microscopy. Departement of Pathology. Stony
Brook School of Medicine. [cited 21 April 2018]. Downloaded from:
https://medicine.stonybrookmedicine.edu/pathology/neuropathology/chapter1
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. Ed. 8. Jakarta: EGC; 2014. h. 156-
8
6. Netter FH. Atlas anatomi manusia. Ed. 5. Singapura: Sauders Elsevier; 2012. h. 92;
112; 123
7. Human Anatomy Library. Diunduh dari http://humananatomylibrary.com/cerebellum-
anatomy-and-function/cerebellum-anatomy-and-function-brain-and-the-cranial-
nerves/, 21 April 2018.
20
8. Mescher AL. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas. 13th ed. New York:
McGraw-Hill; 2013. p. 171-7
9. Eroschenko VP. DiFiore Atlas of Histology with Functional Correlations. 11th ed.
Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins; 2012. p. 135-57
10. Muttaqin A. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan.
Jakarta: Salemba Medika; 2013. h 11-2
11. Sherwood L. Human Physiology; From Cells to Systems. 9th ed. Boston: Cengage
Learning; 2016. p. 4-12, 166-7
12. Young GB. Consciousness. In Aminoff MJ, Daroff RB. Encyclopedia of the
neurological sciences. 2nd ed. Vol 1. USA: Elsevier; 2014. p. 858
21