Maya Savira1
ABSTRACT
Systemic lupus erythematosus often abbreviated to SLE or lupus, is a systemicautoimmune disease (or autoimmune
connective tissue disease) that can affect any part ofthe body. As occurs in other autoimmune diseases, the immune
system attacks the body’scells and tissue, resulting in inflammation and tissue damage. It is a type IIIhypersensitivity
reaction caused by antibody-immune complex formation. Women with lupus are at risk for various complications of
pregnancy, and those with antiphospholipid antibodies may have an increased risk of miscarriage. Systemic lupus
erythematosus increases the risk of spontaneous abortion, intrauterine fetal death, preeclampsia, intrauterine growth
retardation, and preterm birth. The outcome for both mother and child is best when systemic lupus erythematosus has
been under good control for at least six months before pregnancy and when the kidney disease is in remission.
Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) adalah pasien menyerang selnya sendiri. Pada SLE, sel-T
penyakit multi sistem yang disebabkan oleh menganggap sel tubuhnya sendiri sebagai antigen
kerusakan jaringan sebagai akibat dari terbentuknya asing dan berusaha mengeluarkannya dari tubuh.
antibodi dan komplemen dari reaksi imun kompleks Diantara kejadian tersebut terjadi stimulasi limfosit
dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut atau sel B untuk menghasilkan antibodi, suatu molekul
kronik remisi dan eksaserbasi.1,2Sistemik Lupus yang dibentuk untuk menyerang antigen spesifik.
Eritematosus merupakan prototipe dari penyakit Ketika antibodi tersebut menyerang sel tubuhnya
autoimun sistemik dimana autoantibodi dibentuk sendiri, maka disebut autoantibodi. Sel B
melawan sel tubuhnya sendiri.Karakteristik menghasilkan sitokin yang dikenal sebagai
penyakit ini berupa kelemahan, nyeri sendi, dan interleukin (IL), seperti IL 10 dan IL 6,memegang
trauma berulang pada pembuluh darah dihampir peranan penting dalam SLE yaitu dengan mengatur
seluruh organ, namun paling sering mengenai kulit, sekresi autoantibodi oleh sel B. 4,5
sendi, darah, membran serosa, jantung dan ginjal. Pada sebagian besar pasien SLE, antinuklear
antibodi (ANA) yaitu antibodi spesifik yang
menyerang nukleus dan DNA sel yang sehat.
ETIOLOGI
Terdapat dua tipe ANA, yaitu anti-double stranded
Penyebab SLE sampai saat ini belum diketahui DNA (anti-ds DNA) yang memegang peranan
dengan jelas. Namun diperkirakan berkaitan erat penting pada proses autoimun dan anti-Sm
dengan beberapa faktor, antara lain autoimun, antibodies yang hanya spesifik untuk pasien SLE. 3
kelainan genetik, faktor lingkungan, obat-obatan.3 Dengan antigen yang spesifik, ANA membentuk
Autoimun kompleks imun yang beredar dalam sirkulasi
sehingga pengaturan sistem imun pada SLE
Mekanisme primer SLE adalah autoimunitas terganggu yaitu berupa gangguan klirens kompleks
yaitu suatu proses kompleks dimana sistem imun imun besar yang larut, gangguan pemprosesan
1
Penulis untuk korespondensi : Bagian Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Jl. Diponegoro
No.1 Pekanbaru
63
JIK, Jilid 5, Nomor 2, September 2011, Hal. 63-70
kompleks imun dalam hati, dan penurunan uptake alami pengrusakan sel. Penelitian lain menyebutkan
kompleks imun oleh ginjal. Sehingga menyebabkan bahwa terdapat beberapa kelainan gen pada pasien
terbentuknya deposit kompleks imun di luar sistem SLE yang mendorong dibentuknya kompleks imun
fagosit mononuklear. Kompleks ini akan mengendap dan menyebabkan kerusakan ginjal. 3
pada berbagai macam organ dan menyebabkan
terjadinya fiksasi komplemen pada organ tersebut
dan aktivasinya menghasilkan substansi yang Faktor Lingkungan
menyebabkan radang. Reaksi radang inilah yang Satu atau lebih faktor eksternal dapat memicu
menyebabkan keluhan pada organ yang terjadinya respon autoimun pada seseorang dengan
bersangkutan. 1,5 kerentanan genetik. Pemicu SLE termasuk, flu,
Sekitar setengah dari pasien SLE memiliki kelelahan, stres, kontrasepsi oral, bahan kimia, sinar
antibodi antifosfolipid. Antibodi ini menyerang matahari dan beberapa obat-obatan. 3
fosfolipid, suatu kumpulan lemak pada membran sel. Virus. Pemicu yang paling sering menyebabkan
Antifosfolipid meningkatkan resiko gangguan pada sel T adalah virus. Beberapa
menggumpalnya darah, dan mungkin berperan penelitian menyebutkan adanya hubungan antara
dalam penyempitan pembuluh darah serta rendahnya virus Epstein-Barr, cytomegalovirus dan parvovirus-
jumlah hitung darah. 3 B19 dengan SLE. Penelitian lain menyebutkan
Antibodi tersebut termasuk lupus antikoagulan adanya perbedaan tipe khusus SLE bagian tiap-tiap
(LAC) dan antibodi antikardiolipin (ACAs). virus, misalnya cytomegalovirus yang
Mungkin berupa golongan IgG, IgM, IgA yang mempengaruhi pembuluh darah dan menyebabkan
berdiri sendiri- sendiri ataupun kombinasi. fenomena Raynaud (kelainan darah), tapi tidak
Sekalipun dapat ditemukan pada orang normal, banyak mempengaruhi ginjal. 3
namun mereka juga dihubungkan dengan sindrom Sinar matahari. Sinar ultraviolet (UV) sangat
antibodi antifosfolipid, dengan gambaran berupa penting sebagai pemicu tejadinya SLE. Ketika
trombosis arteri dan/atau vena berulang, mengenai kulit, UV dapat mengubah struktur DNA
trombositopenia, kehilangan janin-terutama dari sel di bawah kulit dan sistem imun menganggap
kelahiran mati, pada pertengahan kedua kehamilan. perubahan tersebut sebagai antigen asing dan
Sindrom ini dapat terjadi sendirian atau bersamaan memberikan respon autoimun. 3
dengan SLE atau gangguan autoimun lainnya.7,8,9,10
Drug-Induced Lupus. Terjadi setelah pasien
menggunakan obat-obatan tertentu dan mempunyai
Genetik gejala yang sama dengan SLE. Karakteristik
sindrom ini adalah radang pleuroperikardial,
Faktor genetik memegang peranan penting
demam, ruam dan artritis. 7 Jarang terjadi nefritis
dalam kerentanan dan ekspresi penyakit. Sekitar 10-
dan gangguan SSP. Jika obat-obatan tersebut
20% pasien SLE memiliki kerabat dekat yang juga
dihentikan, maka dapat terjadi perbaikan manifestasi
menderita SLE. 1 Saudara kembar identik sekitar
klinik dan dan hasil laoratoium. 4
25-70% (setiap pasien memiliki manifestasi klinik
yang berbeda) 4 sedangkan non-identik 2-9%.1 Jika Hormon. Secara umum estrogen meningkatkan
seorang ibu menderita SLE maka kemungkinan anak produksi antibodi dan menimbulkan flare sementara
perempuannya untuk menderita penyakit yang sama testosteron mengurangi produksi antibodi. Sitokin
adalah 1:40 sedangkan anak laki-laki 1:25. 4 berhubungan langsung dengan hormon sex. Wanita
Penelitian terakhir menunjukkan adanya peran dari dengan SLE biasanya memiliki hormon androgen
gen-gen yang mengkode unsur-unsur sistem imun. yang rendah, dan beberapa pria yang menderita SLE
Kaitan dengan haptolip MHC tertentu, terutama memiliki level androgen yang abnormal.3
HLA-DR2 dan HLA-DR3 serta komplemen (C1q ,
C1r , C1s , C4 dan C2) telah terbukti. 1
Suatu penelitian menemukan adanya kelainan
pada 4 gen yang mengatur apoptosis, suatu proses
64
Maya Savira, Luaran dengan Sistemik Lupus Eritematosus
65
JIK, Jilid 5, Nomor 2, September 2011, Hal. 63-70
66
Maya Savira, Luaran dengan Sistemik Lupus Eritematosus
pemasangan pacu jantung. Pada satu penelitian, 57% sebagai bagian dari pemeriksaan fisik rutin. Pada
dari pasien-pasien memerlukan alat pacu jantung. neonatus dengan blok jantung kongenital atau
20-30% angka kematian pada masa neonatal trombositopenia, harus dilakukan pemeriksaan
disebabkan karena gangguan jantung bawaan. autoantibodi untuk menyingkirkan dugaan NLE. 5
Sedangkan kematian pada masa setelah itu The Research Registry for Neonatal Lupus di
umumnya disebabkan oleh karena alat pacu Amerika Serikat membuat kriteria diagnosis NLE
jantung.5 Neonatal Lupus Eritematosus memiliki sebagai berikutibu dengan positif 52-kD Anti SSA/
kecenderungan terdapat pada bayi perempuan Ro, 60-kD Anti SSA/ Ro, atau 48-kD Anti SSB/La,
dibandingkan dengan bayi laki-laki. 5 Onset usia atau anti ribonukleoprotein dan CHB atau ruam
terjadinya NLE berkisar antara saat baru lahir hingga kutaneus transien.2
beberapa bulan kehidupan.5
Pada ibu-ibu yang memiliki seropositif terhadap
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
anti-SSA dan antibodi anti-SSB seringmelahirkan
bayi yang tidak menunjukkan tanda dan gejala Pemeriksaan skrining serum ibu adalah antibodi
menderita NLE. Ibu-ibu yang memiliki bayi antinuklear, antibodi anti DS-DNA, anti SSA/Ro,
penderita NLE umumnya terdiagnosa mengalami anti SSB/La, dan anti-U1-RNP.Banyak ibu hamil
SLE, meskipun terdapat juga beberapa diagnosa dengan antibodi Ro dan atau La positif yang tidak
lainnya seperti penyakit jaringan penyambung atau memperlihatkan gejala klinis pada saat
vaskulitis leukositoklastik. Terdapatnya kerusakan kehamilannya. Ibu-ibu ini sangat perlu dilakukan
jaringan kulit pada kutaneus lupus erimatosus pengawasan yang ketat terhadap timbulnya SLE dari
subakut dapat berupa urticarialike dan deskuamasi gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Uji
serta terkadang disertai oleh ulserasi. 2/3 penderita saring terhadap anti-Ro dan anti-La sangat penting
yang pada saat lahir terdapat kerusakan kulit, maka pada kehamilan dengan SLE.5 Pemeriksaan serum
keadaan tersebut akan berkembang dalam waktu 2- neonatus adalah anti-SSA/Ro, anti-SSB/La dan anti-
5 bulan kehidupannya. Pada beberapa bayi, paparan U1-RNP antibodi. Autoantibodi ibu yang melewati
cahaya matahari mempercepata erupsi. Erupsi plasenta dapat mencapai berbagai jaringan janin
biasanya muncul pada saat antibodi ibu sudah mulai sehingga menyebabkan peningkatan risiko terkena
menghilang dari sirkulasi janin pada kira-kira enam NLE. 5 Berdasarkan pemeriksaan darah lengkap
bulan kehidupannya.5 (trombosit), dapat ditemui pansitopenia,
trombositopenia, atau leukopenia dengan suatu
Abnormalitas irama jantung dan kerusakan
anemia hemolitik dan ditemui hepatomegali serta
konduksi dapat dilihat pada berbagai macam bentuk,
tes fungsi hati terdapat peningkatan kadar
tetapi blok jantung bawaan kompleks erat
transaminase.5
hubungannya dengan NLE, sekitar 15-30%. Blok
jantung biasanya terjadai dalam rahim pada usia
kehamilan antara 18-20 minggu.G a n g g u a n Pencitraan
hematologi (seperti anemia hemolitik,
trombositopenia, netropenia) dapat terjadi dalam 2 Monitoring USG rutin terhadap bunyi jantung
minggu kehidupan. Gejala-gejala hematologi dapat janin selam kehamilan harus dilakukan pada wanita
bervariasi dari ringan hingga berat dan biasanya yang menderita kelainan autoimun. 2
muncul sekitar minggu kedua kehidupan dan Elektrokardiografi dan monitoring Holter selama 24
menghilang di akhir bulan kedua. Gambaran klinis jam dapat mencegah kelainan konduksi jantung yang
penyakit hepatobilier dapat bervariasi dari adanya mengarah kepada berbagai macam tipe blok
sedikit peningkatan kadar aminotransferase hingga jantung. 2 Ekokardiografi dapat menghambat
hiperbilirubinemia konyugasi dengan kadar berbagai macam jenis kelainan bentuk struktur
aminotransferase yang normal atau sedikit jantung. Ekokardiografi janin harus dilakukan pada
meningkat.Hidrosefalus dan makrosefal mungkin kehamilan 16-24 minggu termasuk untuk
merupakan suatu manifestasi terbaru dari NLE. Bayi mendeteksi kemungkinan miokarditis dan
yang dilahirkan dari ibu dengan antibodi anti-Ro regurgitasi. 2
seharusnya di monitor keadaan hidrosefalusnya
67
JIK, Jilid 5, Nomor 2, September 2011, Hal. 63-70
68
Maya Savira, Luaran dengan Sistemik Lupus Eritematosus
tetapi obat ini dapat menyebabkan kelainan yang kortikosteroid dalam dosis yang besar, secara teoritis
serius yaitu dapat menyebabkan kelainan faktor jumlah kortikosteroid per kgBB yang mungkin
pembekuan darah pada fetoneonatal.10 Pemberian diterima janin melalui ASI patut dikhawatirkan,
aspirin dua minggu sebelum partus dapat namun jumlah prednisolon yang disekresikan
menyebabkan perdarahan intrakranial pada bayi- melalui ASI sangat kecil sehingga kami rasa
bayi prematur. Indometasin dilaporkan kekhawatiran tersebut hanya bersifat teoritis 9,11
berhubungan dengan kontriksi pada duktus
Tipe pengobatan dan prognosis jangka panjang
arteriosus yang dapat menyebabkan trombosis arteri
pada neonatus dengan gangguan hantaran dan irama
pulmonalis, hipertrofi pembuluh darah pulmo,
jantung tergantung kepada adanya kelaianan jantung
gangguan oksigenasi dan gagal jantung.10NSAID
kongenital yang mencetuskannya. Pengobatan lesi
juga berhubungan dengan menurunnya produksi
pada kulit bisa dengan pemberian kortikosteroid
urin dan oligohidramnion dan insufisiensi ginjal.
ringan dan laser untuk sisa telengektasisnya.
Asetaminofen dan kodein bisa dipakai sebagai
Perlindungan dari cahaya matahari juga membantu,
analgetik pada wanita hamil dengan SLE.
karena paparan sinar matahari juga akan
mencetuskan timbulnya lesi-lesi pada kulit. 5,11
Penanganan obstetri
Tujuan utama dari kunjungan antenatal pada Bedah
kehamilan dengan SLE terutama setelah umur
Pada kasus yang berat mungkin dibutuhkan
kehamilan > 20 minggu adalah deteksi hipertensi
penanaman peacemaker dan perbaikan struktur
dan proteinuria. Karena risiko terjadinya insufisiensi
daripada jantung. Congenital heart block (CHB)
uteroplasenter.9 Pemeriksaan USG setiap 4 – 6
merupakan manifestasi yang sangat penting untuk
minggu mulai usia kehamilan 18 -20 minggu. Juga
diperhatikan, karena akan memberikan prognosis
ibunya disuruh menghitung gerakan janin setiap
yang jelek. Untuk itu terapi pencegahan CHB pada
hari. USG dan pemeriksaan kesejahteraan janin
saat pertumbuhan atau perkembangan jantung janin
harus dilakukan lebih sering bila didapatkan SLE
selama kehamilan terutama pada wanita hamil
yang aktif, hipertensi, proteinurin, gangguan
dengan SLE yang menpunyai anti-SSA/Ro positif
pertumbuhan janin, dan bila didapatkan sindroma
atau yang memiliki riwayat melahirkan anak dengan
antifosfolipid. 9,11
CHB. Perlu direncanakan terapi yang baik pada ibu
Sistemik lupus erimatosus dapat eksaserbasi dengan SLE, termasuk penggunaan obat yang efektif
pada persalinan dan mungkin membutuhkan untuk flarenya dan yang aman untuk janinnya.
pemberian steroid sesegera mungkin.11 Sebaiknya Pendekatan-pendekatan seperti ini biasanya akan
pemberian glukokortikoid dosis tinggi yaitu mengurangi insidensi CHB.5,12
hidrokortison 110 mg/IV tiap 8 jam diberikan pada
Anak dengan sindroma NLE ini perlu dilakukan
waktu persalinan dan seksio sesarea pada semua
monitoring berkelanjutan, terutama sebelum remaja
pasien yang mendapatkan pemberian steroid yang
atau ibunya sendiri mempunyai penyakit autoimun.
menahun.Untuk menghindarkan terjadinya
Pengamatan yang lebih ketat terhadap ibu-ibu yang
insufisiensi adrenal yang berat. diberikan
memiliki autoantibodi positif dan atau pernah
hidrokortison secara intravena 100 mg tiap 8 jam.11
melahirkan anak dengan sindroma NLE.5
Kemudian penanganan neonatus yang adekuat
diperlukan setelah persalinan berkaitan dengan
neonatal heart block dan manifestasi SLE lainnya. PROGNOSIS
11
69
JIK, Jilid 5, Nomor 2, September 2011, Hal. 63-70
hepatobilier umumnya baik. Pada beberapa kasus 5. Schwartz RA. Neonatal Lupus Erythematosus.
gangguan hati yang berat mungkin terjadi dan 2008 April, 18. Available from: URL: http://
memberikan prognosis yang jelek. Gangguan pada www.emedicine.com/emerg/topic564.
sistim saraf pusat pada sindroma NLE biasanya
6. Lehman TJA. Sistemic Lupus Erythematosus.
sementara. 5,11
August 15, 2004. Available from : URL: http://
goldscout.com/page2.html.
PENUTUP 7. Parke AL. Systemic lupus erythematosus,
connective tissue disorders, and the vasculitides.
Kehamilan dengan SLE akan berisiko terhadap
In: Gleicher N, editor. Principles and practice of
semua tahap masa kehamilan. Pada kehamilan dini
medical therapy in pregnancy. 3 rd edition.
(trimester pertama) berisiko terjadinya abortus
Norwalk, Connecticut, California: Appleton &
(keguguran), pada trimester lanjut akan berisiko
Lange; 2002. p: 421-6.
terjadinya pertumbuhan janin terganggu, partus
prematus, hipertensi dalam kehamilan dan nefritis 8. Branch WD, Porter TF, Autoimune disease. In:
pada bayi yang dilahirkan. JamesDK,Steer PJ, Wefer CP, Gonk B, editors.
High Risk Pregnancy, Management Options. 4th
ed.London, W.B saunders. 2006. p : 853-64.
DAFTAR PUSTAKA
9. Lockshin MD, Feigenbaum SL, Masi AT.
1. Khurana R. Systemic Lupus Erythematosus and Rhuematological Diseases and Antiphospholipid
Pregnancy. In Article last updated February 14, Syndrome. In : Winn HN, Hobbin JC, editors.
2008.Available from : URL http:// Clinical Maternal Medicine. New York. The
emedicine.medscape.com/article/335055- Parthenon Publihing. 2000. p. 515-33
overview.
10.Reece EA, Leguizamon GF. Rheumatologic and
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Gilstrap Connective Tissue Disorders in Pregnancy. In :
III LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Connective Reece EA, Hoobins JC, editors. Clinical
Tisuue Disorders. In: Cunningham FG et al, Obstetrics the Fetus and Mother 3 rd ed.
Williams obstetrics 22nd edition. New York, Massachusetts. Blackwell Publishing. 2007.p.
McGraw-Hill Medical Publishing ; 2005. 931-46
p:1209-28.
11.Rubin E, editor, In: Essential pathology:Lupus
3. Baratawidjaja KG. Autoimunitas. Dalam: erimatosus sistemik. 3rd edition. Philadelphia:
Bratawidjaya KG.Imunologi Dasar edisi VII. Lippicott Williams @ Wilkins; 2001, p:53+55,
Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2006. h. 202-46 468-469,650.
4. Williamson C, Nelson PC. Medical Disorders in
Pregnancy. In. Chamberlain G, Steer P, editors.
Turnbull’s Obstetrics. New York. Churchill
Livingstone. 2002. p. 275-98.
70