SKENARIO C
BLOK 16
Disusun oleh:
Kelompok 4
Tutor :
dr. Ella Amalia, M.Kes
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena berkat rahmat-
Nya, laporan tutorial skenario C blok 16 ini dapat diselesaikan dengan baik.
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas tutorial yang
merupakan bagian dari sistem pembelajaran di Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan tutorial ini. Tim menyadari bahwa laporan
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila
terdapat maksud atau penulisan kata yang salah ataupun yang kurang berkenan
dalam laporan ini. Maka dari itu, tim sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat positif, guna penulisan laporan yang lebih baik lagi ke
depannya.
Kelompok 4
Tata Tertib :
1. Jika ingin mengajukan pertanyaan, harap ketik angka 1 terlebih dahulu, setelah
disilahkan oleh moderator baru menyampaikan pertanyaannya.
2. Jika ingin memberikan pendapat/tanggapan/ jawaban, harap ketik angka 2
dahulu, setelah disilahkan oleh moderator baru menyampaikan
pendapat/tanggapan/jawabannya.
3. Jika sudah cukup memberikan pertanyaan/pendapat/tanggapan/jawaban, harap
ketik angka 3 secara terpisah. setelah mengirimkan pertanyaan atau dsb.
ii
DAFTAR ISI
iii
A. Skenario
Tn. Iwan, 48 tahun, seorang pegawai bagian administrasi sebuah perusahaan
penerbitan, datang ke Unit Gawa tDarurat Rumah Sakit dengan keluhan nyeri
pinggang kanan. Nyeri hilang timbul dan menjalar ke perut, nyeri timbul tiba-tiba
dan tidak dipengaruhi oleh mobilitas fisik.
Tiga bulan yang lalu Tn Iwan beberapa kali mengalami nyeri seperti ini, dan
biasanya nyeri menghilang setelah diberikan obat penghilang rasa nyeri oleh
dokter puskesmas. Tapi sejak 1 hari ini nyeri bertambah berat dan tidak
menghilang dengan obat-obat yang biasa diberikan, sehingga penderita di bawa
keluarga ke Rumah Sakit.
Selain nyeri, Tn Iwan juga mengeluhkan mual dan muntah 3 kali sejak kemarin,
badan terasa demam dan urin berwarna keruh.
Selama ini buang air besar dan kecil tidak ada masalah,
Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Penunjang:
Keadaan Umum: gelisah dan tidak Laboratorium:
bisa diam (tampak kesakitan) Hb : 14gr%
TD: 120/ 80 mmHg, Nadi 99 x/menit, Leukosit : 14.000/mm3
RR: 26 x/menit Temp: 380C Fungsi ginjal : ureum 24, creatinine
Kepala dan Leher: dalam batas 1,5
normal Lab lain : dbn
Thoraks: dbn Penunjang Imaging
Abdomen: USG-TUG : Hidronefrosis sedang
Inspeksi: datar ginjal kanan
Palpasi: nyeri tekan kwadran kanan BNO-IVP : tampak bayangan
atas radioopak ukuran 8x10mm setinggi
Perkusi: timpani pada abdomen dan Vertebra Lumbal IV kanan. Fungsi
nyeri ketok CVA kanan kanan ginjal masih baik, terdapat
Auskultasi: bising usus normal hydroureter dan hidronefrosis ginjal
kanan grade II
B. Klarifikasi Istilah
1. Nyeri ketok CVA : rasa nyeri pada saat perkusi, terjadi karena
terdapat jaringan ginjal yang rusak karena pielonefritis
2. Bising usus : bunyi yang dibuat oleh pergerakan isi usus, di
bawah pengaruh peristaltis yang, meskipun biasanya hampir tidak
bersuara, dapat dengan mudah didengar melalui stetoskop
3. Timpani : Suara seperti drum berongga yang dihasilkan saat
suatu rongga berisi gas diketuk dengan tajam.
4. Mobilitas fisik : batasan dalam gerakan fisik tubuh yang mandiri
dan bertujuan pada satu atau lebih ekstremitas.
5. Hidronefrosis : dilatasi kaliks dan pelvis renalis karena
penumpukan urin sebagai akibat obstruksi aliran keluar urin di distal dari
pelvis renalis.
6. Hidroureter : distensi abnormal ureter karena penimbunan urine
atau cairan encer, akibat obstruksi.
7. BNO-IVP : pemeriksaan diagnostik kontras menggunakan
sinar-x dengan melakukan injeksi media kontras melalui vena untuk
pemeriksaan ginjal, ureter, dan buli-buli.
8. Radiopak : area representatif yang tampak terang atau putih
pada film yang terbuka.
9. USG-TUG : alat diagnostik noninvasif menggunakan
gelombang suara dengan frekuensi tinggi diatas 20.000 hertz ( >20
kilohertz) untuk menghasilkan gambaran struktur organ di dalam tubuh.
C. Identifikasi Masalah
No. Pernyataan Kesesuaian Prioritas
Tn. Iwan, 48 tahun, seorang pegawai
bagian administrasi sebuah
perusahaan penerbitan, datang ke
1. Tidak sesuai √√√
Unit
Gawat Darurat Rumah Sakit dengan
keluhan nyeri pinggang kanan. Nyeri
Alasan dari prioritas utama karena masalah pertama merupakan keluhan utama
yang membawa pasien ke rumah sakit.
Keterangan :
√√√ : Prioritas Pertama
√√ : Prioritas Kedua
√ : Prioritas Ketiga
D. Analisis Masalah
1. Tn. Iwan, 48 tahun, seorang pegawai bagian administrasi sebuah
perusahaan penerbitan, datang ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit
dengan keluhan nyeri pinggang kanan. Nyeri hilang timbul dan
berkala sesuai dengan irama peristaltik ureter. Oleh karena itu, nyeri
terasa hilang timbul. Ginjal mengalami suatu kejanggalan maka rasa
sakit akan tersalurkan melalui saraf dan nantinya akan sampai ke T12
atau L1. Sehingga rasa nyeri terasa pada daerah pinggang dan
punggung.
e. Persarafan apa yang terkait mengingat keluhan nyeri tersebut
menjalar ke perut?
Reseptor nyeri pada traktus urinarius bagian atas berperan dalam
persepsi nyeri dari kolik renalis. Reseptor ini terletak pada bagian sub
mukosa dari pelvis renalis, calyx, capsula renalis, dan ureter pars
superior. Terjadinya distensi yang akut merupakan faktor penting dalam
perkembangan nyeri kolik renalis daripada spasme, iritasi lokal, atau
hiperperistaltik ureter. Rangsangan pada peripelvis capsula renalis
menyebabkan nyeri pada regio flank, sedangkan rangsangan pada pelvis
renalis dan calyx menyebabkan nyeri berupa kolik renalis. Iritasi pada
mukosa juga dapat dirasakan oleh kemoreseptor pada pelvis renalis
dengan derajat yang bervariasi, tetapi iritasi ini berperan sangat kecil
dalam terjadinya nyeri kolik renalis atau kolik ureteral. Serat-serat nyeri
dari ginjal terutama saraf-saraf simpatis preganglion mencapai medula
spinalis setinggi T11-L2 melalui nervus dorsalis. Ganglion aortorenal,
celiac, dan mesenterika inferior juga terlibat. Sinyal transmisi dari nyeri
ginjal muncul terutama melalui traktus spinothalamikus. Pada ureter
bagian bawah, sinyal nyeri juga didistribusikan melalui saraf
2. Tiga bulan yang lalu Tn Iwan beberapa kali mengalami nyeri seperti
ini, dan biasanya nyeri menghilang setelah diberikan obat penghilang
rasa nyeri oleh dokter puskesmas. Selama ini buang air besar dan kecil
tidak ada masalah
a. Apa makna klinis dari tidak ada masalah buang air besar dan kecil
pada kasus?
Dikarenakan gangguan terdapat pada saluran kemih bukan pada saluran
pencernaan, maka tidak akan didapatkan gangguan pada buang air
besar. Untuk tidak terdapatnya gangguan buang air kecil, dikarenakan
batu hanya terdapat pada ureter sebelah kanan dan ureter sebelah kiri
masih normal sehingga urin masih normal saat 3 bulan yang lalu.
b. Obat rasa sakit apa yang mungkin diberikan untuk menghilangkan
rasa sakit?
Non Steroid Anti Inflammation Drugs (NSAID) dan parasetamol
dengan memperhatikan dosis dan efek samping obat merupakan obat
pilihan pertama pada pasien dengan nyeri kolik akut dan memiliki
efikasi lebih baik dibandingkan opioid. Obat golongan NSAID yang
dapat diberikan antara lain diklofenak, indometasin, atau ibuprofen.
c. Apa makna nyeri dirasakan sejak 3 bulan yang lalu?
Rasa nyeri sejak 3 bulan yang lalu disebabkan adanya batu pada ureter
kanan Tn. Iwan yang menyebabkan adanya iritasi pada ureter dan
menimbulkan nyeri lokal.
d. Mengapa nyeri hilang setelah diberikan obat penghilang rasa sakit
tetapi nyeri muncul kembali?
Terapi yang diberikan kepada Tn. Iwan hanya berupa terapi
simptomatik berupa pemberian obat pereda nyeri bukan terapi kausatik.
Penyebab dari nyeri yang dirasakan karena adanya batu sehingga batu
itu harus diatasi agar nyeri yang dirasakan menghilang.
3. Sejak 1 hari ini nyeri bertambah berat dan tidak menghilang dengan
obat-obat yang biasa diberikan, sehingga penderita di bawa keluarga
ke Rumah Sakit. Selain nyeri, Tn Iwan juga mengeluhkan mual dan
muntah 3 kali sejak kemarin, badan terasa demam dan urin berwarna
keruh.
a. Apa etiologi urin berwarna keruh pada kasus?
Urin berwarna keruh merupakan salah satu pertanda adanya leukosit
pada urin. Leukosit pada urin pada kasus ini kemungkinan akibat reaksi
inflamasi tubuh pada batu saluran kemih.
b. Bagaimana mekanisme mual dan muntah pada kasus?
Nyeri yang sangat hebat menyebabkan pasien mengalami stress yang
tinggi dan memacu sekresi HCl pada lambung. HCl yang tinggi dapat
menyebabkan terjadinya rasa mual dan muntah pada kasus.
4. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum : gelisah dan tidak bisa diam (tampak kesakitan)
TD: 120/ 80 mmHg, Nadi 99 x/menit, RR: 26 x/menit Temp: 38o Celcius
Kepala dan Leher : dalam batas normal
Thoraks : dbn
Abdomen : Inspeksi : datar
Palpasi : nyeri tekan kwadran kanan atas
Perkusi : timpani pada abdomen dan nyeri ketok CVA kanan
Auskultasi : bising usus normal
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik pada kasus?
Pemeriksaan Keadaan Kasus Nilai Normal Interpretasi
Fisik
Keadaan Umum Gelisah dan tidak Tampak sehat Abnormal
bisa diam (tampak
kesakitan)
Tekanan darah 120/80 mmHg 120/80mmHg Normal
Nadi 99x/menit 60-100x/menit Normal
(faktor pirogen
endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF
(tumor necrosis
factor), dan IFN (interferon). Zat ini
bekerja pada
hipotalamus dengan bantuan enzim
cyclooxygenase pembentuk
prostaglandin. Prostaglandin akan
meningkatkan set point hipotalamus.
Sehingga terjadi demam.
RR 26 x/menit Pada saat puncak nyeri, nyeri
dihentikan oleh sistem saraf otonom à
saraf otonom bekerja à terjadi
peningkatan frekuensi pernapasan.
Pemeriksaan Abnormalitas Mekanisme Abnormalitas
Spesifik
Palpasi Nyeri tekan Ginjal dan ureter memiliki persarafan
Abdomen kwadran kanan simpatis dan parasimpatis. Untuk
atas persarafan simpatis ginjal melalui
segmen T10-L2, melalui n.
splanchnicus major, n. splanchnicus
minor dan n.lumbalis. Saraf ini
berperan untuk vasomotorik dan aferen
viseral. Sedangkan persarafan
parasimpatis melalui n. vagus memiliki
satu persarafan. Maka karena
dermatomnya sama, rasa nyeri yang
timbul dari daerah retroperitoneal dapat
menjalar sampai ke abdomen. Nyeri
menjalar ke abdomen ketika ada batu
kecil (<5 mm) yang turun ke
pertengahan ureter.
10
5. Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium:
Hb : 14 gr%
Leukosit : 14.000/mm^3
Fungsi Ginjal: Urem 24, Creatinin 1,5
Urinalisa: Leukosit penuh, RBC 50/LPB
11
12
kaliks mayor →
hidronefrosis → retensi
urin → infeksi saluran
kemih → Leukosit (++++)
Eritrosit (++++) Obstruksi saluran kemih
ksnsn → peningkatan
aktivitas peristaltik sistem
kalises maupun ureter →
peningkatan tekanan
intrapelvik → merusak
papilla ginjal dan struktur
kaliks menjadi tumpul →
dilatasi pelvis renal dan
kaliks mayor →
hidronefrosis → retensi
urin → gesekan batu
dengsn urin → lesi
saluran kemih → Eritrosit
(++++)
6. Pemeriksaan Imaging
USG TUG: Hidronefrosis sedang ginjal kanan
BNO-IVP: tampak bayangan radioopak ukuran 8x10 mm setinggi
vetebra Lumbal IV kanan. Fungsi kedua ginjal masih baik, terdapat
hidroureter dan hidronefrosis ginjal kanan grade II
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan Imaging pada kasus?
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
USG TUG Hidronefrosis Tidak ada Abnormal
sedang ginjal kelainan
kanan
BNO-IVP Tampak bayangan Tidak tampak Abnormal
13
14
7. Pertanyaan Tambahan
a. Apa diagnosis pasien?
Urolithiasis dengan hidronefrosis dan hidroureter.
15
16
17
18
19
20
Faktor Risiko:
a. Jenis kelamin
Jumlah penderita laki-laki lebih banyak tiga kali dibandingkan dengan
perempuan. Hal ini dikarenakan perbedaan struktur anatomi saluran
kemih antara laki-laki dan perempuan serta faktor hormon. Hormon
estrogen dapat mencegah terjadinya agregasi garam kalsium.
b. Usia
Urolithiasis lebih sering ditemukan pada usia 30-50 tahun.
c. Pekerjaan
Pekerjaan yang banyak bergerak, misalnya buruh dan petani akan
mengurangi terjadinya urolithiasis bila dibandingkan dengan pekerjaan
yang lebih banyak duduk.
d. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi
terbentuknya batu.
e. Makanan
Konsumsi makanan tinggi protein yang berlebihan dan garam akan
meningkatkan pembentukan batu di saluran kemih. Makanan-makanan
yang banyak mengandung serat dan protein nabati mengurangi risiko
urolithiasis dan makanan yang mengandung lemak dan protein hewani
akan meningkatkan risiko urolithiasis.
f. Riwayat Keluarga/keturunan
Riwayat anggota keluarga sebelumnya yang pernah menderita
urolithiasis akan memberikan resiko lebih besar timbulnya urolithiasis.
30-40% penderita kalsium oksalat mempunyai riwayat keluarga yang
menderita urolithiasis. Namun sampai saat ini bagaimana peranan
faktor keturunan dalam terjadinya urolithiasis masih belum diketahui
dengan jelas.
g. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan batu di saluran kemih. Infeksi oleh
bakteri yang memecah ureum dan membentuk amonium akan
21
22
23
dengan penyulit seperti demam dan tanda gagal ginjal. Selain itu, perlu
ditanyakan mengenai riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penyakit batu saluran kemih seperti obesitas, hiperparatiroid
primer, malabsorbsi gastrointestinal, penyakit usus atau pankreas.
Riwayat pola makan juga ditanyakan sebagai predisposisi batu pada
pasien, antara lain asupan kalsium, cairan yang sedikit, garam yang
tinggi, buah dan sayur kurang, serta makanan tinggi purin yang
berlebihan, jenis minuman yang dikonsumsi, jumlah dan jenis protein
yang dikonsumsi. Riwayat pengobatan dan suplemen seperti
probenesid, inhibitor protease, inhibitor lipase, kemoterapi, vitamin C,
vitamin D, kalsium, dan inhibitor karbonik anhidrase. Apabila pasien
mengalami demam atau ginjal tunggal dan diagnosisnya diragukan,
maka perlu segera dilakukan pencitraan.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK sangat bervariasi mulai tanpa
kelainan fisik sampai adanya tanda-tanda sakit berat, tergantung pada
letak batu dan penyulit yang ditimbulkan (komplikasi). Pemeriksaan
fisik yang dapat ditemukan antara lain:
Pemeriksaan fisik umum : Hipertensi, demam, anemia, syok
Pemeriksaan fisik urologi
- Sudut kostovertebra : Nyeri tekan, nyeri ketok, dan pembesaran ginjal
- Supra simfisis : Nyeri tekan, teraba batu, buli kesan penuh
- Genitalia eksterna : Teraba batu di uretra
- Colok dubur : Teraba batu di buli-buli (palpasi bimanual)
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sederhana dilakukan untuk semua pasien
batu saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
adalah pemeriksaan darah dan urinalisa. Pemeriksaan darah berupa
hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, dan hitung jenis
darah, apabila pasien akan direncanakan untuk diintervensi, maka
perlu dilakukan pemeriksaan darah berupa, ureum, kreatinin, uji
24
25
26
27
E. Topik Pembelajaran
1. Anatomi dan Fisiologi Ginjal
2. Urolithiasis
3. Pemeriksaan Fisik
4. Pemeriksaan Radiologi dan Pemeriksaan Laboratorium
28
pemeriksaan
radiologi dan
laboratoirum
G. Sintesis
1. Anatomi dan Fisiologi Ginjal
A. Anatomi
1) Ren
29
a. Arteri
Arteria renalis berasal dari aorta setinggi vertebra lumbalis II.
Masing-masing arteria renalis biasanya bercabang menjadi lima
Arteria segmentalis yang masuk ke dalam hilus renalis, empat di
depan dan satu di belakang pelvis renalis. Arteri-arteri ini
mendarahi segmen-segmen atau area yang berbeda. Arteriae
lobares berasal dari masing-masing arteria segmentalis,
masingmasing satu buah untuk satu pyramis medullae renalis.
Sebelum masuk substansia renalis setiap arteria lobaris
mencabangkan dua atau tiga arteria interlobaris. Arteriae
interlobares berjalan menuju cortex di antara pyramis medullae
renalis. Pada perbatasan cortex dan medulla renalis, arteriae
interlobares mencabangkan arteriae atcuatae yang melengkung di
atas basis pyramidis medulla. Arteriae arcuatae mencabangkan
sejumlah arteriae interlobulares yang berjalan ke atas di dalam
cortex. Arteriolae aferen glomerulus merupakan cabang-cabang
arteriae interlobulares.
b. Vena
Vena renalis keluar dari hilus di depan arteria renalis dan
bermuara
ke vena cava inferior.
c. Aliran Limfe
Nodi aortici laterales di sekitar pangkal arteria renalis.
d. Persarafan
Plexus sympathicus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan
melalui plexus renalis masuk medula spinalis melalui nervus
thoracicus X, XI, dan XII
2) Ureter
Kedua ureter merupakan saluran muskular yang terbentang dari ren ke
facies posterior vesica urinaria. Setiap ureter mempunyai panjang
sekitar 10 inci (25 cm) dengan diameter kurang dari 0,5 inci (1.25
cm). Ureter mempunyai tiga penyempitan sepanjang perjalanannya:
30
31
32
33
b. Urethra Feminina
Urethra feminina panjangnya sekitar 1,5 inci (3,8 cm). Urethra
terbentang dari collum vesicae urinariae sampai meafus urethrae
externus, yang bermuara ke dalam vestibulum sekitar 1 inci (2,5
cm) distal dari clitoris. Urethra menembus musculus sphincter
urethrae dan terletak tepai dr depan vagina. Di samping meatus
urethrae externus terdapat muara kecil dari ductus glandula
paraurethralis. Urethra dapat dilebarkan dengan mudah.
c. Musculus Sphincter Urethrae
Musculus sphincter urethrae mengelilingi urethra di dalam
spatium perineale profundum. Musculus ini berasal dari arcus
pubicus pada kedua sisi dan berjalan ke medial untuk mengelilingi
urethra.
B. Fisiologi
Ginjal bekerja pada plasma yang mengalir melaluinya untuk
menghasilkan urin, menghemat bahan-bahan yang akan dipertahankan
oleh tubuh dan mengeluarkan bahan-bahan yang sudah tidak diperlukan
tubuh melalui urin. Setelah terbentuk, urin mengalir ke suatu rongga
pengumpulan sentral, pelvis ginjal, yang terletak di bagian tengah medial
masing-masing ginjal. Lalu urin akan disalurkan ke dalam ureter.
Tiga proses dasar di ginjal adalah filtrasi glomerulus, reabsorbsi
tubulus, dan sekresi tubulus.
1) Filtrasi glomerulus
Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus, plasma bebas
protein tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul
Bowman. Dalam keadaan normal, plasma yang masuk ke
glomerulus tersaring. Proses ini, dikenal sebagai ffltrasi
glomerulus, adalah langkah pertama dalam pembentukan urin.
Secara rerata, 725 ml filtrat glomerulus (cairan yang difiltrasi)
terbentuk secara kolektif dari seluruh glomerulus setiap menit.
Jumlah ini sama dengan 180 liter (sekitar 47,5 galon) setiap hari.
Dengan memperrimbangkan bahwa volume rerara plasma pada
34
orang dewasa adalah 2,75 liter, maka ha1 ini berarti bahwa
ginjal menyaring keseluruhan volume plasma sekitar 65 kali
sehari. Jika semua yang difiltrasi keluar sebagai urin, semua
plasma akan menjadi urin dalam waktu kurang dari setengah
jam. Namun, hal ini tidak terjadi karena tubulus ginjal dan
kapiler peritubulus berhubungan erat di seluruh panjangnya,
sehingga bahan-bahan dapat dipertukarkan anrara cairan di
dalam tubulus dan darah di dalam kapiler peritubulus.
2) Reabsorpsi tubulus
Sewaktu filtrat mengalir melalui tubulus, bahan-bahan
yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler
peritubulus. Perpindahan selektif bahan-bahan dari bagian
dalam tubulus (lumen tubulus) ke dalam darah ini disebut
reabsorpsi tubulus. Bahan-bahan yang direabsorpsi tidak
keluar dari tubuh melalui urin tetapi dibawa oleh kapiler
peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke jantung untuk
diresirkulasi. Dari 180 liter plasma yang disaring per hari,
sekitar 178,5 liter direabsorpsi. Sisa 1,5 iiter di tubulus mengalir
ke dalam pelvis ginjal untuk dikeluarkan sebagai urin. Secara
umum, bahan-bahan yang perlu dihemat oleh tubuh secara
selektif direabsorpsi, sementara bahan-bahan yang tidak
dibutuhkan dan harus dikeluarkan tetap berada di urin.
3) Sekresi tubulus
Pemindahan selektif bahan-bahan dari kapiler peritubulus
ke dalam lumen tubulus. Proses ini merupakan rute kedua bagi
masuknya bahan ke dalam tubulus ginjal dari darah, sedangkan
yang pertama adalah melalui filtrasi glomerulus. Hanya sekitar
20% dari plasma yang mengalir melaiui kapiler glomerulus
difiltrasi ke dalam kapsul Bowman; sisanya mengalir melalui
arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulus. Sekresi tubulus
merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan dari plasma
secara cepat dengan mengekstraksi sejumlah tertentu bahan dari
35
36
37
38
1. Urolithiasis
A. Definisi
Urolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih
individu terbentuk batu berupa kristal yang mengendap dari urin.
Pembentukan batu dapat terjadi ketika tingginya konsentrasi kristal
urin yang membentuk batu seperti zat kalsium, oksalat, asam urat
dan/atau zat yang menghambat pembentukan batu (sitrat) yang
rendah.
Urolithiasis merupakan kumpulan batu saluran kemih, namun secara
rinci ada beberapa penyebutannya. Berikut ini adalah istilah penyakit
batu berdasarkan letak batu.
1) Nefrolithiasis disebut sebagai batu pada ginjal,
2) Ureterolithiasis disebut sebagai batu pada ureter,
3) Vesikolithiasis disebut sebagai batu pada vesika urinaria/buli,
4) Ureterolithiasis disebut sebagai batu pada ureter.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya urolithiasis secara teoritis dapat terjadi atau
terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang
sering mengalami stasis urin antara lain yaitu sistem kalises ginjal.
Adanya kelainan bawaan pada pelvikalis (stenosis uretero-pelvis),
divertikel, obstruksi seperti BPH, dan striktur merupakan keadaan-
keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.
Teori pembentukan batu saluran kemih adalah sebagai berikut.
1) Teori Nukleasi
Teori ini menjelaskan bahwa pembentukan batu berasal dari
inti batu yang membentuk kristal atau benda asing. Inti batu
yang terdiri dari senyawa jenuh yang lama kelamaan akan
mengalami proses kristalisasi sehingga pada urin dengan
kepekatan tinggi lebih beresiko untuk terbentuknya batu
karena mudah sekali untuk terjadi kristalisasi. (Intinya
konsentrasi zat pembentuk batu termasuk kalsium, oksalat dan
asam urat yang tinggi di urin dapat memacu terjadinya
39
40
41
42
E. Faktor Risiko
Risiko menderita urolithiasis meningkat akibat dari faktor-faktor apa
pun yang menyebabkan terjadinya urin yang stasis yang berkaitan
dengan menurun atau tersumbatnya aliran urin. Faktor-faktor yang
menyebabkan tingginya angka insiden urolithiasis meliputi.
1) Laki-laki: mengekskresi sedikit sitrat dan banyak kalsium dibandingkan
perempuan.
2) Umur: urolitiasis banyak terjadi pada usia dewasa dibanding
usia tua, rata-rata pasien urolitiasis berumur 40-50 tahun.
3) Etnis: Etnis Amerika, Afrika atau Israel memiliki risiko tinggi
menderita urolitiasis.
4) Riwayat keluarga: beberapa keluarga memiliki kecenderungan
memproduksi mukoprotein yang berlebihan pada traktus
urinariusnya, yang mana dapat meningkatkan terjadinya
urolitiasis.
5) Riwayat kesehatan: beberapa masalah kesehatan dapat
meningkatkan terjadinya urolitiasis meliputi penyakit di
saluran cerna, infeksi saluran kencing yang berulang dan
sistinuria.
6) Diet: dehidrasi atau menurunnya intake cairan meningkatkan
terjadinya urolitiasis ditambah dengan meningkatnya konsumsi
sodium, oksalat, lemak, protein, gula, karbohudrat kasar dan
vitamin C.
7) Aktivitas fisik: aktivitas fisik yang teratur bisa mengurangi
risiko terjadinya pembentukan batu, sedangkan aktivitas fisik
kurang menunjukkan tingginya kejadian kalkuli pada ginjal
seperti kalsium oksalat dan asam urat.
8) Lingkungan: beberapa daerah memiliki risiko tinggi menderita
urolitiasis seperti yang beriklim tropis, pegunungan atau
padang pasir.
43
44
45
46
47
48
49
paling sering terjadi pada anak laki-laki dan dalam awal usia
kanak-kanak (usia tiga hingga tujuh tahun) pada anak perempuan.
Refluks vesikoureter primer yang terjadi karena anomaly
congenital lebih sering ditemukan pada wanita (Miller, 2001).
Gejala yang ditimbulkan adalah rasa terbakar dan nyeri saat
urinasi, hematuria, urine yang berbau busuk, demam tinggi dan
menggigil akibat infeksi saluran kencing, nyeri pada pinggang,
muntah, perasaan tidak enak badan, dan saat palpasi teraba keras
dan menebal pada kandung kemih (Miller, 2001).
c. Tumor Ginjal
Tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di ginjal.
Tumor ginjal terbentuk ketika sel tumbuh terlalu cepat dalam
ginjal. Biasanya, sel yang lebih tua diganti oleh sel baru. Ketika
proses ini berjalan kacau, sel-sel tua tidak mati, dan sel-sel baru
tumbuh ketika tidak diperlukan, sehingga menyebabkan tumor.
Ketika tumor jinak, tidak menyebabkan kanker dan tidak
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Namun, tumor dapat
mengganggu fungsi organ sehingga harus diobati melalui
pembedahan (Miller, 2001).
Gejalanya adalah nyeri pinggang, nyeri perut jika terjadi infasi
tumor yang menembus ke ginjal, hematuria, demam yang terjadi
sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor, adanya
massa dalam perut, hipertensi karena penekanan tumor pada
pembuluh darah, anemia, penurunan berat badan, infeksi saluran
kencing, demam, malaise, dan nyeri perut akibat adanya
gumpalan darah dalam saluran kencing (Miller, 2001).
d. Kanker Kandung Kemih
Kanker kandung kemih adalah suatu kondisi medis yang ditandai
dengan pertumbuhan abnormal sel kanker atau tumor pada
kandung kemih. Kanker kandung kemih tiga kali lebih banyak
terjadi pada pria dibanding pada wanita. Faktor presdiposisi yang
diketahui dari kanker andung kemih adalah karena bahan kimia
50
51
52
3. Pemeriksaan Fisik
A. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Nilai Hasil Interpretasi Mekanisme
Tanda Vital Normal Pemeriksan Abnormalitas
Keadaan Tidak Gelisah dan Abnormal Merupakan respon
53
54
à saraf otonom
bekerja à terjadi
peningkatan
frekuensi
pernapasan.
TD JNC 7 120/80 Normal -
Sistol < mmHg
120
mmHg
Diastol
<80
mmHg
55
56
Sudut kostovertebra dibentuk oleh batas bawah iga ke-12 dan prosesus
transversum vertebra lumbal atas.
57
Nyeri ginjal adalah nyeri viseral yang biasanya disebabkan oleh peregangan
kapsul ginjal serta umumnya terasa tumpul, pegal, dan menetap. Nyeri ureter
biasanya berat dan seperti kolik, berawal di sudut kostovertebra dan menyebar
mengelilingi badan menuju kuadran bawah abdomen, atau mungkin ke paha
atas dan testis atau labium. Nyeri ureter terjadi akibat peregangan mendadak
ureter serta distensi pelvis ginjal yang ditimbulkannya.
58
ureter → peningkatan
tekanan intrapelvik →
merusak papilla ginjal
dan struktur kaliks
menjadi tumpul →
dilatasi pelvis renal dan
kaliks mayor →
hidronefrosis → retensi
urin → infeksi saluran
kemih → Leukosit
(++++)
Eritrosit (++++) Obstruksi saluran kemih
ksnsn → peningkatan
aktivitas peristaltik
sistem kalises maupun
ureter → peningkatan
tekanan intrapelvik →
merusak papilla ginjal
dan struktur kaliks
menjadi tumpul →
dilatasi pelvis renal dan
kaliks mayor →
hidronefrosis → retensi
urin → gesekan batu
dengsn urin → lesi
saluran kemih →
Eritrosit (++++)
B. Pemeriksaan Radiologi
Interpretasi dan Mekanisme Abnormalitas
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
USG TUG Hidronefrosis Tidak ada Abnormal
59
60
61
62
63
Gambar 6. Massa ginjal. Terlihat struktur tambahan pada ujung dan tengah
dari ginjal (tanda panah).
64
H. Kerangka Konsep
Simptomatik (Gejala) :
Pengendapan mineral
Kausatik (Batu) : menjadi kristal
Urolithiasis pada
ureter kanan
S Obstruksi Infeksi
Hematuria
Mual dan
Muntah
65
I. Kesimpulan
Tn. Iwan, 48 tahun, mengalami nyeri kolik ginjal disebabkan ureterolithiasis
kanan.
66
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Idrus, dkk. PAPDI IPD Edisi VI. Jakarta Pusat: Interna Publishing.
Kumar, V., Cotran, R.S., dan Robbins S.L. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7.
Jakarta: EGC.
Lippincott Williams & Wilkins. 2013. Bates' Guide to Physical Examination and
History Taking. 7th edition
McAninch, Jack W. dan Tom F. Lue. 2013. Smith & Tanagho’s General
Urology, Eighteenth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies,
Inc.
Miller O, Hemphill RR. 2001. Urinary tract infection and pyelonephritis. Emerg
Med Clin North Am 19:65.
Paulsen F & Waschke J. 2010. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Jilid 2. Edisi 23.
EGC: Jakarta.
Purnomo, Basuki B., 2015. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Rahmawati, Heny. 2019. Pemeriksaan Fungsi Ginjal, Urin, dan Kultur Urin.
Palembang: FK Universitas Sriwijaya.
Setianti S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. 2014. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid VI. Jakarta: Interna Publishing
67
Sherwood, LZ. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
68