Anda di halaman 1dari 16

Augmentasi Guanfasin dari Intervensi Gabungan Terapi

Remediasi Kognitif Terkomputerisasi dan Pelatihan


Keterampilan Sosial untuk Gangguan Kepribadian Skizotipal

Abstrak
Tujuan: Gangguan kognisi, meliputi gangguan kepribadian skizotipal, merupakan
ciri utama spektrum skizofrenia, serta merupakan prediktor hasil fungsional
terbaik. Terapi remediasi kognitif telah menunjukkan efektivitas dalam
memperbaiki kognisi, meningkatkan upaya rehabilitasi lain pada skizofrenia, dan
memengaruhi fungsi di dunia nyata. Augmentasi farmakologis dari remediasi
kognitif telah diuji, namun efek augmentasi pada terapi kombinasi, seperti
remediasi kognitif dan keterampilan sosial, belum dipelajari.
Metode: Dua puluh delapan paritispan dengan gangguan kepribadian skizotipal
diikutkan dalam uji coba randomisasi, doubleblind, terkontrol plasebo, dari
guanfasin dikombinasikan dengan remediasi kogntif dan pelatihan keterampilan
sosial (15 guanfasin, 13 plasebo) selama 8 minggu. Kognisi dinilai dengan
MATRICS (Measurement and Treatment Research to Improve Cognition in
Schizophrenia) Consensus Cognitive Battery (MCCB), kognisi sosial dengan
Movie for the Assessment of Social Cognition (MASC), dan kapasitas fungsional
dengan University of California San Diego Performance-Based Skills Assessment
(UPSA).
Hasil: Didapatkan efek pre- dan pasca terapi yang signifikan secara statistik untuk
kecepatan pemrosesan MCCB, pembelajaran verbal, visual, serta skor total
UPSA. Interaksi signifikan antara waktu dan pengobatan (guanfasin, plasebo)
juga didapat dalam pemecahan masalah MCCB serta total skor UPSA; interaksi
waktu dan pengobatan mendekati signifikansi hipomentalisasi error MASC.
Kesimpulan: Baik guanfasin dan remediasi kognitif dikombinasi dengan pelatihan
keterampilan sosial ditoleransi dengan baik, tidak ada efek samping maupun
dropout. Partisipan yang diterapi dengan remediasi kognitif, pelatihan
keterampian sosial, dan guanfasin menunjukkan perbaikan yang signifikan secara
statistik dalam pemecahan masalah, begitu juga pada kapasitas fungsional serta
kemungkinan kognisi sosial, dibandingkan dengan yang diterapi dengan
remediasi, pelatihan keterampilan sosial, dan plasebo. Remediasi kognitif
dikombinasikan dengan pelatihan keterampilan sosial mungkin merupakan
intervensi yang sesuai untuk individu dengan gangguan kepribadian skizotipal,
serta guanfasin tampak sebagai agumentasi farmasi yang menjanjikan dalam
intervensi psikososial ini.
Gangguan kognisi merupakan ciri utama skizofrenia: defisit bersifat luas,
terjadi pada 75-80% pasien, serta onsetnya sering mendahului gejala lain. Defisit
ini juga persisten setelah gejala psikotik telah diterapi dengan efektif. Defisit
kognitif merupakan prediktor hasil fungsional terbaik pada skizofrenia, dan
keberadaannya dapat memprediksi keterampilan adaptif dan sosial yang menurun
serta peningkatan risiko relaps pada pasien episode pertama. Dampak kognitif
pada fungsi kehidupan sehari-hari tampaknya dikaitkan dengan kemampuan
pasien dalam melakukan keterampilan fungsional sehari-hari, yang sebaliknya
juga dapat memprediksi disabilitas sehari-hari. Gangguan juga ditemukan pada
keluarga derajat pertama dari orang tua dan individu dengan gejala prodormal.
Domain defisit kognitif yang terganggu pada skizofrenia teridentifikasi
memiliki pola yang serupa pada individu dengan spektrum skizofrenia lainnya
seperti gangguan kepribadian skizotipal dan sindrom psikosis attenuated; meliputi
atensi, working memory, memori episodik, serta fungsi eksekutif. Pasien dengan
gangguan kepribadian skizotipal menunjukkan domain defisit yang sama dengan
pasien skizofrenia; meliputi gangguan verbal dan memori episodik spasial,
kewaspadaan, atensi abstrak, memori pengenalan, inhibisi kognitif, kelancaran
verbal, serta working memory verbal dan spasial. Penelitian kognisi gangguan
kepribadian skizotipal menghindari faktor perancu yang diasosiasikan dengan
terapi pengobatan antispikotik, serta defisit kognitif kepribadian skizotipal kurang
global daripada skizofrenia, sehingga memberikan kesempatan unik untuk
menguji intervensi baru untuk meningkatkan kognitif pada spektrum kelainan
skizofrenia.
Penelitian terkini menunjukkan bahwa individu dengan gangguan
kepribadian skizotipal menunjukkan performa kapasitas fungsional terganggu,
serupa dengan skizofrenia yang juga bermanifestasi pada gangguan fungsi sehari-
hari. Bahkan, pada penelitian defisit kognitif, kapasitas fungsional (seperti yang
dinilai oleh University of California San Diego Performance-Based Skills
Assessment [UPSA]), serta fungsi dunia nyata pada gangguan kepribadian
skizotipal, ditemukan korelasi antara kapasitas fungsional dan kognisi pada
gangguan kepribadian skizotipal sekuat yang dilihat pada beberapa penelitian
sebelumnya mengenai skizofrenia. Pasien dengan gangguan kepribadian
skizotipal memiliki tingkat pendidikan serta penghasilan yang lebih rendah, dan
kecil kemungkinan untuk hidup independen dibandingkan dengan partisipan
kontrol sehat atau partisipan dengan gangguan kepribadian menghindar. Oleh
karena itu, terapi defisit kognitif pada gangguan kepribadian skizotipal tidak
hanya dapat memberikan model upaya tatalaksana pada skizofrenia, namun juga
penting karena capaian fungsi dunia nyata dan kemungkinan perbaikan kapasitas
fungsional mungkin direalisasikan pada pasien dengan gangguan kepribadian
skizotipal.
Terapi remediasi kognitif telah menunjukkan efektivitas dalam memperbaiki
kognisi skizofrenia. Pendekatan ini menggunakan teknik neuropsikologi klinis,
memfokuskan perolehan keterampilan kognitif pada area yang paling terganggu
pada skizofrenia, seperti atensi, konsentrasi, kecepatan psikomotor, pembelajaran,
memori, dan fungsi eksekutif. Program ini biasanya menggunakan strategi titrasi
kesulitan adaptif terkomputerisasi sehingga memperbolehkan pasien bergerak
lebih cepat pada area dimana mereka memiliki keterampilan yang lebih baik dan
menghabiskan lebih banyak waktu pada area yang lebih terganggu. Remediasi
kongitif telah menunjukkan bahwa kesuksesan terbesar ketika intervensi
rehabilitasi psikiatrik menargetkan defisit keterampilan, seperti layanan pekerjaan
yang mendukung, ditambahkan ke dalam remediasi kognitif. Sebagai tambahan,
terdapat bukti yang menunjukkan efektivitas remediasi kognitif untuk pasien
dengan spektrum yang lebih luas, seperti psikosis attenuated.
Meskipun remediasi kognitif telah terbukti efektif dalam memperbaiki
defisit kognitif pada pasien dengan skizofrenia, uji coba agen farmakologis yang
menargetkan gejala-gejala tersebut kurang berhasil. Meskipun begitu, penelitian
terkini menunjukkan bahwa mungkin terdapat kentungan pendekatan sinergistik
yang mengombinasikan intervensi farmakologis dengan remediasi kognitif.
Sepengetahuan kami, belum pernah ada yang meneliti tiga interaksi antara
intervensi farmakologis, remediasi kognitif terkomputerisasi, dan intervensi
psikososial seperti pelatihan keterampilan sosial, yang mungkin memberikan
paling banyak keuntungan untuk pasien dalam hal peningkatan kognitif dan hasil
fungsional.
Salah satu agen untuk meningkatkan remediasi kognitif dan keterampilan
sosial adalah guanfesin, suatu subtipe agonis reseptor α-2a. Reseptor α-2a
memperbaiki fungsi kognitif pada berbagai gangguan, seperti gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, sindrom Tourette, ketergantungan opioid,
dan gangguan perkembangan pervasif. Terapi guanfasin dapat meningkatkan
aliran darah serebral pada korteks frontal anterior, regio penting untuk performa
working memory. Lebih jauh lagi, partisipan dengan gangguan kepribadian
skizotipal yang diterapi dengan guanfasin menunjukkan perbaikan dalam konteks
pemrosesan yang sangat bergantung pada working memory, dibandingkan dengan
pasien yang diberikan plasebo. Sebagai tambahan, pasien yang diterapi dengan
guanfasin sendiri menunjukkan beberapa perbaikan kecil.
Pada penelitian ini, kami berusaha untuk memperluas literatur menjadi 2
bagian penting. Pertama, meskipun individu dengan gangguan kepribadian
skizotipal menunjukkan defisit kognitif yang serupa, walau tersembunyi,
dibandingkan dengan individu dengan skizofrenia; berdasarkan pengetahuan
kami, hingga sekarang belum ada penelitian mengenai remediasi kognitif sebagai
terapi defisit kognitif pada gangguan kepribadian skizotipal. Kedua, meskipun
beberapa penelitian telah meneliti kemungkinan fasilitasi farmakologis dari
regimen terapi remediasi kognitif pada individu dengan skizofrenia, penelitian
farmakologis pada gangguan kepribadian skizotipal hanya meneliti pengobatan.
Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian yang pertama, berdasarkan
pengetahuan kami, yang menginvestigasi mengenai efek sinergis dari intervensi
farmakologis, remediasi psikolosi, dan terapi psikososial.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kemampuan guanfasin
untuk mengaugmentasi remediasi kognitif dan pelatihan keterampilan sosial pada
individu dengan gangguan kepribadian skizotipal, pada uji coba doubleblind,
terkontrol plasebo. Kami berhipotesis bahwa remdiasi kognitif dan pelatihan
keterampilan sosial dapat meningkatkan performa kognitif dan keterampilan
fungsional dan pertisipa dengan gangguan kepribadian skizotipal yang menerima
terapi guanfasin akan menunjukkan perbaikan yang lebih besar dari pada yang
diterapi dengan remediasi kognitif dan pelatihan keterampilan sosial saja.
METODE
Partisipan
Partisipan direkrut dari komunitas dan sekitar Fakultas Kedokteran Icahn,
Gunung Sinai, kota New York, melalui koran dan iklan daring, dengan target
karakteristik gangguan kepribadian skizotipal (pemikiran magis, keyakinan aneh,
dan isolasi sosial). Sepanjang periode pendaftaran, sebanyak 744 individu
merespons iklan ini dengan menelepon kantor penelitian. Sebanyak 104 menolak
jadwal wawancara skrining, 345 tidak datang pada saat wawancara skrining, dan
136 dieksklusi setelah wawancara skrining karena memenuhi satu atau lebih
kriteria eksklusi penelitian. Sebanyak 123 partisipan tambahan dieksklusi karena
tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian skizotipal atau
izin medis umum, dan 8 partisipan yang memenuhi kriteria kelayakan menolak
untuk berpartisipasi karena konflik jadwal atau kurangnya minat dalam
pengobatan, menyisakan 28 individu (21 laki-laki, 7 wanita dengan gangguan
kepribadian skizotipal berdasarkan DSM-IV, yang diikut sertakan dalam
penelitian. Usia partisipan berkisar dari 22 hingga 62 tahun (rata-rata 43,78;
SD=11,44). Semua partisipan bebas dari pengobatan psikotropik saat penelitian
dan sehat secara medis, seperti yang ditentukan oleh izin medis penuh termasuk
EKG, riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Paritispan dengan
diagnosis seumur hidup untuk kelainan psikotik (skizofrenia, kelainan
skizoafektif, atau bipolar I dengan ciri psikotik) atau episode depresi mayor
dieksklusi, sebagaimana partisipan dengan penyalahgunaan zat atau
ketergantungan zat. Partisipan dievaluasi dengan menggunakan wawancara
terstruktur untuk gangguan kepribadian DSM-IV dan wawancara klinis terstruktur
untuk kelainan DSM-IV aksis I. Semua waawancara dilakukan oleh psikologi
klinis tingkat doktoral. Diagnosis dicapai dengan konsensus pada suatu pertemuan
dengan semua penilai dan para ahli diagnostik. Meskipun tidak ada partisipan
yang memenuhi kriteria diagnostik untuk kelainan psikotik DSM-IV lainnya,
gejala psikotik subklinis, konsisten dengan diagnosis kelainan kepribadian
skizotipal, lazim pada sampel ini. Tujuh puluh satu persen partisipan menyetujui
waham rujukan, 57% memiliki kepercayaan aneh atau pemikiran magis, 57%
memiliki persepsi pengalaman yang tidak biasa, 82% menunjukkan pemikiran dan
ucapan aneh, 79% menunjukkan waham paranoid, dan 64% menunjukkan
penampilan aneh.
Semua partisipan memberikan persetujuan berdasarkan dewan peninjau
institusi Fakultas Kedokteran Ichan Gunung Sinai.

Materi
MATRICS Consensus Cognitive Battery. MATRICS (Measurement and
Treatment Research to Improve Cognition in Schizophrenia) Consensus Cognitive
Battery (MCCB) dikembangkan sebagai ukuran hasil primer untuk uji klinis
peningkatan kognitif pada skizofrenia dan telah menjadi baku emas pada bidang
ini. Pada penelitian ini, 5 domain MCCB, yang semuanya terlibat pada pasien
skizofrenia, meliputi: kecepatan pemrosesan, working memory, pembelajaran
verbal, visual-spasial, serta pemecahan masalah (kognisi sosial dinilai dengan
menggunakan ukuran tambahan dalam penelitian ini). Untuk semua domain
MCCB, skor-T terkoreksi usia menjadi variabel dependen.
UGSD Performance-Based Skills Assessment (UPSA). UPSA merupakan uji
untuk menilai kemampuan pasien skizofrenia dalam melakukan tugas sehari-hari.
Uji ini didesain untuk rawat jalan dan ukuran performa dalam beberapa domain
fungsi sehar-hari menggunakan alat dan sitasu terstandar/ Sesuai dengan
penelitian sebelumnya, 4 domain UPSA dinilai komprehensi/perencanaan,
finansial, komunikasi, dan transportasi/mobilitas. Skor yang lebih rendah pada
UPSA menunjukkan korelasi dengan defisit kognitif yang lebih berat dan gejala
negatif, tapi tidak dengan keparahan gejala positif psikotik, pada pasien dengan
skizofrenia. Skor UPSA juga telah menunjukkan keterkaitan dengan performa
kognitif dan fungsi dunia nyata pada pasien dengan kelainan kepribadian
skizotipal. Total skor 4 domain UPSA menjadi variabel dependen pada penelitian
ini.
Movie for the Assessment of Social Cognition (MASC). MASC merupakan
film sepanjang 15 menit mengenai 4 karakter bersama untuk pesta makan malam.
Administrasi penilaian meliputi menjeda video 45 kali dan meminta pasien untuk
bertanya mengenai perasaan, pikiran, dan niat karakter. Penilaian membutuhkan
40 menit untuk selesai. Versi pilihan ganda dari MASC memungkinkan untuk
analisis eror kognisi kualitatif sosial. Variabel dependen MASC terdiri dari
ketepatan mentalisasi, penjumlahan skor untuk semua jawaban tepat; eror
hipomentalisasi (hipomentalisasi atau tidak ada mentalisasi) dan eror
hipermentalisasi.. Untuk penelitian ini, eror hipomentalisasi, yang lebih
diasosiasikan dengan gejala kognitif dan negatif pada skizofrenia, menjadi
variabel dependen.
Penilaian neuropsikologis tambahan. Kami menambahkan MCCB dengan 4
penilaian neurospikologi dari working memory dan konteks pemrosesan. Tugas N-
back working memory sering digunakan untuk mengukur working memory.
Partisipan menilai huruf yang ditampilkan pada layar komputer satu per satu pada
3 kondisi: kondisi 0-back, 1-back, dan 2-back, partisipan merespon dengan satu
target huruf yang telah ditentukan sebelumnya (misal X). Pada kondisi 1-back,
targetnya adalah huruf apa pun yang serupa dengan yang segera mendahuluinya
(misal, one trial back). Pada kondisi 2-back, targetnya adalah huruf yang serupa
dengan yang dipresentasikan pada two trials back. Pada penelitian ini, variabel
dependen adalah angka respons benar untuk kondisi 2-back. Uji Paced Auditory
serial merupakan uji auditori verbal working memory yang telah dideskripsikan
dan divalidasi pada sampel skizofrenia dan gangguan kepribadian skizotipal.
Partisipan mendengarkan rekaman suara yang menghadirkan seri angka (50 angka
dengan laju 1 digit per 2 detik) dan diminta untuk menambahkan tiap pasangan
angka dan merespon dengan mengucapkan jumlah tersebut. Total respon jawaban
benar bergantung pada variabel dependen. Uji titik merupakan uji working
memory visuospasial yang digunakan pada penelitian luas. Partisipan disajikan
titik pada posisi tertentu di selembar kertas berukuran standar dan kemudian
diminta untuk mengulang lokasi yang sama pada kertas yang berbeda setelah
periode keterlambatan berbeda (tidak ada keterlambatan, keterlambatan 10-, 20-,
atauu 30- detik). Performa dikuru sebagai jarak dalam sentimeter antar atitik yang
digambar dan titik sebenarnya (kesalahan jarak). Kesalahan jarak pada
keterlambatan 30 detik (beban memori terpanjang dari 3 keterlambatan) dikurangi
kesalahan jarak pada kondisi langsung merupakan variabel dependen. Selama
AX-Continuous Performance Test, urutan huruf dipresentasikan secara visual satu
per satu secara terus menerus pada layar komputer. Partisipan diminta untuk
membuat respons afirmatif pada target uji dan jika tidak respons negatif.
Keterlambatan antara perintah dan respons adalah 5 detik, dan interval antar uji
adalah 1 detik. Tugas dipresentasikan pada 2 blok dari 50 uji. Partisipan diminta
untuk merespon secepat mungkin pada tiap stimulus sementara menjaga
ketepatan. Skor d-context merupakan variabel dependen.

Intervensi terapi remediasi kognitif. Kami menggunakan program berbasis


Windows multimedia (auditori dan visual) yang dirancang oleh Psychological
Services, Inc. untuk terapi remediasi kognitif. Latihan-latihan dalam program ini
ditujukan untuk meningkatkan area defisit dalam spektrum skizofrenia. Kami
memilih perangkat lunak ini karena telah berhasil dipasangkan dengan pelatihan
keterampilan sosial dan memiliki grafik canggih yang kami harap akan menarik
bagi sampel yang direkrut masyarakat. Dalam masing-masing sesi setiap
kelompok, peserta dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari dua hingga tiga
peserta dan ikut dalam latihan; peserta bekerja secara independen pada komputer
laptop sendiri tetapi didorong untuk berinteraksi satu sama lain untuk merangsang
keterampilan pemecahan masalah, serta memberikan kesempatan untuk
meningkatkan keterampilan sosial. Setiap kelompok dipimpin oleh asisten peneliti
tingkat sarjana atau master yang telah menerima pelatihan untuk mengoperasikan
peralatan audiovisual dan terbiasa dengan masing-masing latihan. Peran utama
fasilitator adalah memastikan bahwa komputer dan perangkat lunak beroperasi
dengan benar, mendorong peserta dengan lembut untuk tetap mengerjakan tugas
dan berinteraksi ketika ada kesempatan, dan untuk memantau jumlah respon yang
benar dari setiap peserta. Meskipun tidak hadir selama sesi komputer, tersedia
seorang psikolog tingkat doktor yang terlatih yang memiliki pengetahuan tentang
remediasi kognitif untuk konsultasi sesuai kebutuhan. Untuk penelitian ini, terapi
remediasi kognitif terdiri dari anggota kelompok yang pertama kali mengerjakan
latihan untuk meningkatkan fungsi atensi dan kemudian, setelah dua sesi, memilih
salah satu dari delapan latihan memori atau enam latihan pemecahan masalah
pada sesi berikutnya. Setiap latihan memberikan berbagai tingkat kesulitan dan
parameter yang dapat dimodifikasi lainnya. Fasilitator kelompok mendorong
peserta untuk menantang diri mereka sendiri, memantau kinerja mereka, dan
secara manual menyesuaikan kesulitan setiap latihan untuk mencapai tingkat
respon yang benar sekitar 80% untuk setiap peserta.

Pelatihan keterampilan sosial. Pelatihan keterampilan sosial dua kali seminggu


mengikuti garis besar kurikulum manual dan materi yang disediakan dari program
terapi peningkatan kognitif. Program manual ini dirancang khusus untuk
memperbanyak pelatihan dengan perangkat lunak Psychological Services, Inc.
Meskipun kami membuat modifikasi substansial untuk program terapi
peningkatan kognitif penuh untuk penelitian ini, desain dasar, struktur, dan
pelaksanaan program dipertahankan. Mirip dengan program lengkap, penelitian
ini menggabungkan bahan inti dari masing-masing tiga modul. Modul pertama
memberi peserta orientasi dan gambaran umum konsep-konsep dasar. Modul
kedua terdiri dari pelatihan keterampilan kognitif sosial. Modul terakhir berfokus
pada aplikasi dunia nyata keterampilan kognitif dan sosial yang diperoleh selama
terapi. Semua kelompok dipimpin oleh seorang psikolog klinis tingkat doktor.
Peserta menerima kompensasi uang kecil untuk kehadiran di setiap sesi
kelompok.

Prosedur
Baterai penilaian keterampilan kognitif dan fungsional awal diselesaikan
sebelum inisiasi guanfacine atau plasebo. Setelah menyelesaikan penilaian baterai,
peserta memasuki fase pengobatan 8 minggu, double-blind, terkontrol plasebo di
mana mereka secara acak ditentukan untuk menerima guanfacine atau plasebo.
Semua peserta dengan gangguan kepribadian skizotipal yang direkrut untuk
percobaan ini melakukan setidaknya satu standar deviasi di bawah rata-rata
peserta kontrol sehat pada setidaknya satu domain MCCB. Peserta yang
menggunakan guanfacine dititrasi menjadi 2,0 mg/hari selama 2 minggu pertama
dan tetap pada 2,0 mg/hari selama masa penelitian. Tekanan darah dan heart rate
peserta diukur setiap minggu, dan peserta bertemu dengan dokter penelitian setiap
minggu untuk menilai potensi efek samping. Lima belas peserta secara acak
ditentukan untuk menerima guanfacine, dan 13 untuk menerima plasebo. Pada
akhir uji coba, pengobatan dihentikan untuk semua peserta, meskipun mereka
yang melaporkan bahwa mereka merasakan manfaat dari pengobatan diminta
untuk melakukan follow up dengan dokter mereka.
Semua peserta menerima remediasi kognitif aktif dan intervensi pelatihan
keterampilan sosial, yang terdiri dari kombinasi latihan peningkatan kognitif
berbasis komputer dan pelatihan keterampilan sosial manual yang dimodifikasi
dari terapi peningkatan kognitif. Secara khusus, peserta bertemu selama 60 menit
untuk latihan peningkatan kognitif berbasis komputer dan 60 menit untuk
pelatihan keterampilan sosial dua kali seminggu (total 4 jam per minggu) selama 8
minggu, untuk total 30 sesi (15 sesi remediasi kognitif berbasis komputer dan 15
menit sesi pelatihan keterampilan sosial kelompok kecil).
Baterai penilaian keterampilan kognitif dan fungsional diatur kembali pada
akhir percobaan.

Analisis data
Data dianalisis menggunakan SPSS 21.0 untuk Mac. Titik akhir primer
adalah kognisi yang dievaluasi oleh domain MCCB. Titik akhir sekunder adalah
kognisi sosial, sebagaimana dievaluasi oleh MASC, dan keterampilan fungsional,
sebagaimana dievaluasi oleh UPSA. Kami menghitung seri 2 (waktu: dasar, pasca
perawatan) dengan 2 (kondisi pengobatan: guanfacine, plasebo) analisis
perbedaan pengukuran berulang (ANOVA), satu untuk setiap domain MCCB,
serta untuk skor total UPSA dan hypomentalizing error MASC .

HASIL
Dalam kelompok guanfacine, 11 peserta adalah laki-laki dan 4 perempuan,
sembilan orang pengguna tangan kanan, dan usia rata-rata adalah 46,5 tahun (SD
= 12,2), dan pada kelompok plasebo, 10 peserta adalah laki-laki dan 3 perempuan,
10 orang pengguna tangan kanan dan usia rata-rata adalah 40,7 tahun (SD = 10.1);
tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok dalam tindakan ini.
Kepatuhan terhadap protokol sangat baik. Semua peserta menyelesaikan
percobaan kecuali satu peserta yang dikeluarkan dari percobaan karena
peningkatan tekanan darah yang tercatat pada pemeriksaan medis mingguan,
meskipun peserta ini kemudian diketahui telah ditetapkan ke kelompok plasebo.
Di kedua sesi remediasi kognitif terkomputerisasi dan sesi pelatihan keterampilan
sosial kelompok, rata-rata kehadiran adalah 80%. Selain itu, guanfacine dapat
ditoleransi dengan baik oleh populasi ini, tanpa efek samping yang tercatat pada
kelompok perlakuan aktif.
Hasil pengukuran berulang ANOVA menyatakan bahwa peserta dengan
gangguan kepribadian skizotipal mendapat manfaat dari remediasi kognitif dan
pelatihan keterampilan sosial (Tabel 1). Kami menemukan efek utama yang
signifikan secara statistik untuk waktu (sebelum pengobatan dibandingkan dengan
setelah pengobatan) pada kecepatan pemrosesan MCCB (F = 6,86, df = 1, 24, p =
0,015), pembelajaran verbal (F = 5,14, df = 1, 25, p = 0,011), dan pembelajaran
visual (F = 7,50, df = 1, 25, p = 0,032). Peningkatan yang signifikan secara
statistik ditemukan pada semua kelompok untuk skor total UPSA (F = 5,73, df =
1, 24, p = 0,025). Untuk semua variabel, kinerja peserta meningkat setelah
intervensi (Tabel 1).
Selain itu, interaksi waktu oleh obat yang signifikan ditemukan untuk
domain penalaran MCCB dan domain penyelesaian masalah (F = 8,36, df = 1, 25,
p = 0,005; Gambar 1) dan untuk skor total UPSA (F = 5,62, df = 1, 24, p = 0,026;
Gambar 2), dengan individu dalam kelompok guanfacine menunjukkan
peningkatan keterampilan kognitif dan fungsional yang lebih besar selama
pengobatan dibandingkan pada kelompok plasebo. Akhirnya, interaksi waktu oleh
obat untuk hypomentalization error MASC mendekati signifikansi statistik (F =
3,55, df = 1, 22, p = 0,07). Tidak ada perubahan signifikan secara statistik yang
ditemukan dalam memori kerja MCCB atau dalam penilaian neuropsikologis
tambahan (semua nilai p.0,05) (lihat lampiran online).
Tabel 1. T-skor untuk pengukuran hasil dalam penelitian augmentasi guanfacine dari intervensi
gabungan terapi remediasi kognitif dan pelatihan keterampilan sosial untuk gangguan kepribadian
skizotipal, berdasarkan kelompok perlakuan.

Gambar 1. Interaksi waktu oleh obat untuk skor penalaran dan pemecahan masalah MATRICS
Consensus Cognitive Battery (MCCB) dalam penelitian augmentasi guanfacine dari intervensi
kombinasi terapi remediasi kognitif dan pelatihan keterampilan sosial untuk gangguan kepribadian
skizotipal

Gambar 2. Interaksi waktu oleh obat untuk skor total University of California San Diego
Performance-Based Skill Assessment (UPSA) dalam penelitian augmentasi guanfacine dari
intervensi kombinasi terapi remediasi kognitif dan pelatihan keterampilan sosial untuk gangguan
kepribadian skizotipal
DISKUSI
Secara keseluruhan, kami menemukan bahwa intervensi ditoleransi dengan
baik oleh peserta dengan gangguan kepribadian skizotipal. Kepatuhan terhadap
remediasi kognitif dan protokol pelatihan keterampilan sosial sangat baik, dan
tidak ada efek samping yang tercatat untuk obat guanfacine. Individu dengan
gangguan kepribadian skizotipal tampaknya mendapat manfaat dari remediasi
kognitif dan pelatihan keterampilan sosial. Peningkatan yang signifikan secara
statistik terlihat dalam tiga domain kinerja kognitif yaitu kecepatan pemrosesan,
pembelajaran verbal, dan pembelajaran visual setelah 8 minggu remediasi kognitif
dan pelatihan keterampilan sosial. Karena dua dari tiga domain juga dinilai
dengan bentuk tes memori alternatif, efek praktik diharapkan akan diminimalkan.
Selain itu, peserta dengan gangguan kepribadian skizotipal menunjukkan
peningkatan skor pada UPSA setelah remediasi kognitif dan pelatihan
keterampilan sosial.
Yang paling penting, augmentasi guanfacine meningkatkan dampak
remediasi kognitif dan pelatihan keterampilan sosial dalam sampel ini. Individu
yang diberi guanfacine dalam hubungannya dengan remediasi kognitif dan
pelatihan keterampilan sosial menunjukkan peningkatan signifikan yang lebih
besar dalam penalaran, pemecahan masalah, dan keterampilan fungsional mereka,
dan mereka menunjukkan peningkatan dalam kognisi sosial yang mendekati
signifikansi statistik. Bersama-sama, hasil ini menunjukkan bahwa agen ini, yang
dihipotesiskan untuk meningkatkan kemampuan perhatian individu,
meningkatkan hasil remediasi kognitif dan pelatihan keterampilan sosial.
Selama sesi komputer, peserta didorong untuk menyelesaikan masalah
bersama dan saling mendukung. Pelatihan komputer dengan demikian merupakan
forum tambahan untuk mempraktikkan keterampilan yang dibahas selama
pelatihan kognisi sosial. Beberapa anggota tertarik untuk melanjutkan hubungan
dengan anggota grup lainnya dan bertukar informasi kontak untuk pertemuan
berikutnya di luar grup. Perilaku ini tidak dianjurkan oleh fasilitator kelompok.
Untuk beberapa peserta, konten grup dan pelatihan komputer memberikan
pengalaman bersama dan kesamaan, sementara yang lain melaporkan kurang
tertarik untuk membuat hubungan dan fokus yang lebih besar pada peningkatan
kinerja tugas. Secara umum, meskipun gejala gangguan kepribadian skizotipal
tetap ada untuk sebagian besar peserta pada akhir percobaan, mayoritas
menunjukkan peningkatan dalam kinerja kognitif, keterampilan fungsional, dan
keterampilan sosial dan adanya manfaat kualitatif dari pengalaman.
Penelitian kami mencakup beberapa inovasi. Sepengetahuan kami, ini
adalah penelitian pertama yang menguji efikasi (kemanjuran) intervensi
psikososial gabungan — remediasi kognitif dan pelatihan keterampilan sosial —
dalam sampel individu dengan gangguan kepribadian skizotipal, kelainan
spektrum skizofrenia di mana terdapat gangguan fungsional yang cukup besar
tetapi tidak ada pengobatan yang manjur. Selain itu, ini adalah studi pertama yang
meneliti dampak sinergis remediasi kognitif terkomputerisasi, intervensi
psikososial, dan agen farmakologis guanfacine. Meskipun uji remediasi kognitif
pada skizofrenia telah menunjukkan manfaat yang besar, tidak semua peserta
merespon intervensi dengan baik. Identifikasi agen dan terapi tambahan yang
meningkatkan remediasi kognitif karena itu merupakan langkah penting dalam
meningkatkan efektivitas intervensi.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Tidak ada pengobatan yang
tidak aktif; semua peserta menerima intervensi psikososial gabungan. Dengan
demikian, efek plasebo tidak dapat dikecualikan sebagai penjelasan untuk
perbaikan peserta dari awal. Seperti disebutkan di atas, beberapa keterampilan
yang meningkat dinilai dengan bentuk alternatif; Namun, batasan ini tidak berlaku
untuk perbedaan dalam perbaikan yang terlihat antara kelompok guanfacine dan
plasebo dalam penelitian ini. Ukuran sampel kami kecil, dan sulit untuk
menentukan seberapa representatif pasien kami dibandingkan dengan pasien
dalam penelitian lain tentang gangguan kepribadian skizotipal, yang juga
memiliki ukuran sampel kecil. Akhirnya, efek latihan selalu merupakan
penjelasan potensial untuk peningkatan kinerja setelah pengujian ulang. Dalam
penelitian terbaru kami yang membahas efek praktik pada MCCB pada pasien
dengan skizofrenia, kami menemukan bahwa, secara rata-rata, skor MCCB
meningkat sedikit lebih dari 1 poin per penilaian ulang. Karena perubahan
signifikan secara statistik kami pada MCCB jauh lebih besar dari itu, kami
mengasumsikan bahwa efek praktik bukan penjelasan yang layak untuk perubahan
kinerja dalam kelompok yang menerima remediasi kognitif dan pelatihan
keterampilan sosial saja dalam penelitian ini.
Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa remediasi kognitif dan pelatihan
keterampilan sosial adalah intervensi yang efektif untuk meningkatkan kinerja
kognitif dan keterampilan fungsional pada individu dengan gangguan spektrum
skizofrenia dan bahwa guanfacine adalah agen yang menjanjikan untuk
meningkatkan efektivitas intervensi. Karena gangguan kognitif terkait erat dengan
hasil fungsional untuk individu di seluruh spektrum skizofrenia, terapi tambahan
ini merupakan langkah penting berikutnya dalam meningkatkan hasil yang nyata
bagi individu dengan gangguan ini.

Anda mungkin juga menyukai