SKENARIO 2
BLOK REPRODUKSI
KEHAMILAN
Kelompok B-2
2017/2018
SKENARIO 2
KEHAMILAN
Seorang pasien 27 tahun, G1P0A0H0 datang ke RSUD pada 12 September 2014 dengan
keluhan keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 8 jam yang lalu tanpa disertai mules.
Pasien mengaku HPHT nya 15 Desember 2013. Pasien belum pernah memeriksakan
kehamilannya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal, hanya
konjungtiva yang ditemukan anemis. Pada palpasi abdomen didapatkan tinggi fundus uteri
32cm, HIS masih hilang timbul. Dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan porsio lunak,
medial, pembukaan 1-2 cm, selaput ketuban (-), sisa jernih, kepala H1-2. Pada pemeriksaan
laboratorium daraha rutin didapatkan Hb 9,2 gr%. Direncanakan dilakukan induksi
persalinan. Psaien mengaku saat ini sedang berpuasa Ramadhan dan bertanya apakah
puasanya boleh diteruskan atau tidak.
KATA-KATA SULIT
1. HIS : kontraksi yang menyebabkan dilatasi dan pembukaan pada serviks.
2. Kepala H1-2 : bagian terbawah dari bayi yang sudah masuk Pintu Atas Panggul dan
biasanya adalah kepala janin.
5. Status Generalis : penilaian keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital (vital sign).
JAWABAN PERTANYAAN
1. Adanya kontraksi dan relaksasi dari uterus
2. – Menghitungnya, jika siklus haid normal yaitu dari HPHT
( Hari + 7) ( Bulan +9/-3 ) ( Tahun disesuaikan )
- Usia kehamilan = 36 minggu
3. Karena ibunya mengalami anemia yang bisa disebabkan oleh kekurangan zat besi,
asam folat, hemolitik dan keganasan.
4. - dorongan kepala janin
- kontraksi uterus
- adanya trauma
5. Janin kekurangan kadar oksigen dan bisa menyebabkan kematian pada janin
6. Hb normal pada Ibu hamil adalah 11-12
7. Terdiri dari Protein, Air, Elektrolit
8. Indikasinya adalah Pre-Eklamsia dan Eklamsia
9. Lebih baik tidak dilakukan karena untuk kesehatan dan keselamatan janin
10. Karena adanya peningkatan Prostaglandin
HIPOTESIS
Kehamilan
Ketuban Pecah
Induksi Persalinan
SASARAN BELAJAR
LI.1 Mampu Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Kehamilan
LO.1.1 Ovulasi, Nidasi, Plasentasi
LO.1.2 Fisiologi pada Janin
LO.1.3 Fisiologi pada Ibu Hamil
LI.2 Mampu Memahami dan Menjelaskan Persalinan Normal
LI.3 Mampu Memahami dan Anemia pada Ibu Hamil
LO.3.1 Definisi
LO.3.2 Etiologi
LO.3.3 Klasifikasi
LO.3.4 Tatalaksana
LO.3.5 Pencegahan
LO.3.6 Komplikasi
LO.3.7 Pengaruh Anemia
LI.4 Mampu Memahami dan Menjelaskan Pentingnya Zat Gizi pada Ibu Hamil dan Janin
LO.4.1 Peran Zat Gizi pada tiap fase Kehamilan dan Masalah Nutrisi yang timbul serta
Penanganannya
LI.5 Mampu Memahami dan Menjelaskan Hukum Berpuasa pada Ibu Hamil
1. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Kehamilan
1.1. Ovulasi, Nidasi, Plasentasi
FERTILISASI
Pengangkutan ovum ke oviduktus
Pada ovulasi ovum dibedakan ke dalam rongga abdomen tapi langsung
diambil oleh oviduktus, ditangkap fimbrie. Fimbrie dilapisi oleh silia yaitu tonjolan-
tonjolan halus mirip rambut yang bergetar seperti gelombang ke arah interior
oviduktus.
Untuk membuahi sebuah ovum, sebuah sperma mula-mula harus melewati korona
radiata dan zona pelusida. Enzim-enzim akrosom, yang terpajan saat membran
akrosom rusak saat sperma berkontak dengan korona radiata, memungkinkan sperma
membuat terowongan menembus sawar-sawar protektif tersebut. Sperma pertama
yang mencapai ovum itu sendiri berfusi dengan membran plasma ovum, memicu
suatu perubahan kimiawi di membran yang mengelilingi ovum sehingga lapisan ini
tidak lagi dapat ditembus sperma lain (Fenomena Black To Polyspermy).
Kepala sperma yang berfusi tertarik dan ekor lenyap. Penetrasi sperma ke dalam
sitoplasma memicu pembelahan meiosis akhir oosit sekunder. Nucleus sperma dan
ovum menyatu membentuk zigot lalu menjadi morula dan masuk uterus setelah uterus
sudah bisa dimasuki oleh morula, lalu manjadi blastokista dan terjadi implantasi di
dinding endometrium.
Fertilisasi berlangsung di oviduktus ketika telur yang dilepaskan dan sperma yang
diletakkan di vagina bertemu di tempat ini. Ovum yang telah dibuahi mulai membelah
diri secara mitosis. Dalam waktu seminggu ovum tumbuh dan berdiferensiasi menjadi
sebuah blastokista yang dapat melakukan implantasi. Sementara itu, endometrium
telah mengalami peningkatan vaskularisasi dan dipenuhi oleh simpanan glikogen di
bawah pengaruh progesterone fase luteal. Blastokista terbenam di lapisan yang telah
dipersiapkan tersebut melalui kerja enzim-enzim yang dikeluarkan oleh lapisan luar
blastokista. Enzim ini mencernakan jaringan endometrium kaya nutrient,
melaksanakan dua fungsi yaitu membuat lubang di endometrium untuk implantasi
blastokista sementara pada saat yang sama membebaskan nutrient dari sel
endometrium agar dapat digunakan oleh mudigah yang sedang berkembang.
IMPLANTASI
Ovum yang sudah dibuahi membelah dengan cepat selama perjalannya dalam tuba
falopii.
Bila kelompok sel yang dsebut sebagai morula mencapai cavum uteri maka
terbentuklah ” inner cell mass”.
Pada stadium Blastosis , mass tersebut di bungkus dengan sel trofoblas primitif.
Didalam sel tersebut terjadi produksi hormon secara aktif sejak awal kehamilan dan
juga membentuk EPF (early pregnancy factor ) yang mencegah rejeksi hasil konsepsi
.
Pada stadium ini, zygote harus mengadakan implantasi untuk memperoleh nutrisi dan
oksigen yang memadai. Terjadi perkembangan “inner cell mass” kedalam lapisan
ektodermal dan endodermal. Diantara kedua lapisan tersebut terbentuk lapisan
mesodermal yang akan tumbuh keluar untuk membentuk mesoderm ekstra embrionik.
Pada stadium ini terbentuk 2 rongga yaitu “yolc sac” dan cavum amnion. Kantung
amnion berasal dari ektoderm dan yolc sac dari endoderm. Pada stadium ini, cavum
amnion masih amat kecil.
Uterus/Rahim
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi hasil
pembuahan dalam rahim (intrauterin). Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan,
progesterone berperan untuk elastisitas / kelenturan uterus.
Ovarium (KantongTelur)
Sejakkehamilan 16 minggu, fungsi ovarium diambil alih oleh plasenta, terutama
fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium
tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikelbaru, tidak
terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.
Payudara
Akibat pengaruh estrogen terjadi hyperplasia system duktus dan jaringan interstisial
payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin)
menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan
produksi zat-zat kasein, laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, dan kolostrum.
Mammae membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar
Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting
susu membesar dan menonjol.
Sistemrespirasi/Pernapasan
Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%, selain itu diafragma (otot pernapasan)
juga terdorong ke atas menyebabkan napas cepat dan dangkal (20-24x/menit). Inilah
yang menyebabkan wanita hamil merasa napasnya sesak.
Sistem gastrointestinal
Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah, selain
itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi (susah
BAB), lebih sering lapar / perasaan ingin makan terus (mengidam), juga terjadi
peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntah-
muntah banyak sampai lebihdari 10 kali per hari (hiperemesis gravidarum).
Sistem sirkulasi / kardiovaskular
Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama adalah perubahan
HEMODINAMIK calon ibu, meliputi :
Retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung
anemia relatif
tekanan darah arterial menurun
curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I, menetap sampai akhir
kehamilan
volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan, kemudian bertambah
secara perlahan sampai akhir kehamilan.
Leukosit meningkat sampai 15.000/mm3, akibat reaksi antigen-antibodi fisiologik
yang terjadi pada kehamilan. Infeksi dicurigai bila leukosit melebihi 15.000/mm3.
Trombosit meningkat sampai 300.000-600.000/mm3, tromboplastin penting untuk
hemostasis yang baik pada kehamilan dan persalinan. Fibrinogen juga meningkat 350-
750 mg/dl (normal 250-350 mg/dl). Laju endap darah meningkat. Protein total
meningkat, namun rasio albumin-globulin menururn karena terjadi penurunan
albumin alfa-1, alfa-2 dan beta diikuti peningkatan globulin alfa-1, alfa-2 dan beta.
Faktor-faktor pembekuan meningkat.
Metabolisme
Basal metabolic rate meningkat sampai 15%, terjadi juga hipertrofi tiroid.
Kebutuhan karbohidrat meningkat sampai 2300 kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari
(menyusui). Kebutuhan protein 1 g/kgbb/hari untuk menunjang pertumbuhan janin.
Kadar kolesterol plasma meningkat sampai 300 g/100ml. Kebutuhan kalsium, fosfor,
magnesium, cuprum meningkat. Ferrum dibutuhkan sampai kadar 800 mg, untuk
pembentukan hemoglobin tambahan.
Khusus untuk metabolisme karbohidrat, pada kehamilan normal, terjadi kadar
glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara bermakna karena :
ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
produksi glukosa dari hati menurun
produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis) menurun
aktifita sekskresi ginjal meningkat
efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen, hormon2 plasenta
lainnya, hormon-hormon ovarium, hipofisis, pankreas, adrenal, growth factors, dsb).
Kulit
Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormone menyebabkan perubahan
berupa hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), payudara, striae lividae
pada perut, dsb. Terdapat linea nigra dibagian perut.
Peningkatan Berat Badan Selama Hamil
Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg, terutama dari pertumbuhan isi
konsepsi dan volume berbagai organ / cairan intra uterin.
Berat janin + 2.5-3.5 kg, berat plasenta + 0.5 kg, cairan amnion + 1.0 kg, berat
uterus + 1.0 kg, penambahan volume sirkulasi maternal + 1.5 kg, pertumbuhan
mammae + 1 kg, penumpukan cairan interstisial di pelvis dan ekstremitas + 1.0-1.5
kg.
Usia Organ
gestasi
6 Pembentukan hidung, dagu, palatum, dan tonjolan paru. Jari-jari telah
berbentuk, namun masih tergenggam. Jantung telah terbentuk penuh
7 Mata tampak pada muka. Pembentukan alis dan lidah
8 Mirip bentuk manusia, melalui pembentukan genital eksterna.
Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai terbentuk
9 Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk „muka‟ janin ; kelopak
mata terbentuk namun tak akan membuka sampai 28 minggu
13-16 Janin berukuran 15 cm. ini merupakan awal dari trimester ke-2. Kulit
janin masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo(rambut janin).
Janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban. Telah
terbentuk meconium (feses) dalam usus. Jantung berdenyut 120-
150/menit
17-24 Komponen mata terbentuk penuh,juga sidik jari.seluruh tubuh diliputi
oleh verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai reflex
25-28 Saat ini disebut permulaan trimester ke-3, dimana terdapat
perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan
dan fungsi tubuh, mata sudah membuka. Kelangsungan hidup pada
periode ini sangat sulit bila lahir
29-32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50-70%). Tulang
telah terbentuk sempurna, gerakan nafas telah regular,suhu relative
stabil
33-36 Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit janin (lanugo) mulai
berkurang.pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan dapat
hidup tanpa kesulitan.
38-40 Sejak 38 minggu kehamilan disebut atrem, dimana bayi akan meliputi
seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam
batas normal
1. Pembentukan derm
Ektoderm : membentuk keseluruhan sistem saraf,indera khusus,kulit dan beberapa
kelenjar endokrin
Mesoderm : membentuk sistem rangka, sistem urinaria, sistem sirkulasi, dan sistem
reproduksi
Endoderm : membentuk saluran cerna dan pernafasan serta bagian2 sistem reproduksi
2. Pembentukan membran janin (ekstra-embrionik) :
lapisan2 sel yang tidak bergabung dalam tubuh embrio.Fungsinya melindungi &
memberi nutrisi embrio dan janin yg sedang berkembang
3. Plasenta
Berasal dari penggabungan vili chorionik dan endometrium uterus. Plasenta berperan
dalam fungsi pencernaan, pernafasan, ekskretori, dan fungsi metabolik, serta
merupakan organ endokrin
C. Tahap Perkembangan Janin (akhir minggu ke-8 trimester 1/minggu pertama-12 dan
berlanjut hingga partus) semua sistem tubuh terbentuk setelah minggu ke-8
Sistem kardiovaskular
Tali pusat terdiri dari satu vena dan 2 arteri. Vena ini menyalurkan oksigen dan
makanan dari plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua arteri menjadi pembuluh balik
yang menyalurkan darah kea rah plasenta untuk dibersihkan dari sisa metabolisme.
Perjalanan darah dari plasenta melalui vena umbilical adalah sebagai berikut. Setalah
melewati dinding abdomen, pembuluh vena umbilical mengarah ke atas menuju hati,
membagi menjadi 2, yaitu sinus porta ke kanan- memasok darah ke hati- dan ductus
venosus yang berdiameter lebih besar, akan bergabung dengan vena cava inferior
masuk ke atrium kanan. Darah yang masuk ke jantung kanan ini mempunyai kadar
oksigen seperti arteri meski bercampur sedikit dengan darah dari vena kava.
Darah ini akan langsung menyemprot melalui foramen ovale pada septum , masuk ke
atrium kiri dan selanjutnya melalui ventrikel kiriakan menuju aorta dan seluruh tubuh.
Darah yang berisi banyak oksigen itu terutama akan memperdarahi organ vital jantung
dan otak.
Adanya krista dividens sebagai pembatas pada vena cava memungkinkan sebagian
besar darah bersih dariduktus venosus langsung akan mengalir kearah foramen ovale.
Sebaliknya, sebgaian kecilakan mengalir ke ventrikel kanan.
Darah dari ventrikel kanan akan mengalir kearah paru. Karena paru belum
berkembang, sebagain besar darah dari jantung kanan melalui arteri pulmonalis akan
dialirkan ke aorta melalui suatu pembuluh ductus arteriosus. Darah itu akan
bergabung di aorta desending, bercampur dengan darah bersih yang akan dialirkan ke
seluruh tubuh
Setelah bayi lahir, semua pembuluh umbilical, ductus venosus, dan ductus arteriosus
akan mengerut. Pada saat lahir akan terjadi perubahan sirkulasi, dimana terjadi
pengembangan paru dan penyempitan tali pusat. Akibat peningkatan kadar oksigen
pada sirkulasi paru dan vena pulmonalis, ductus arteriosus akan menutup dalam 3 hari
dan total pada minggu ke-2. Pada situasi diamana kadar oksigen kurang yaitu pada
gagal nafas, ductus akan relative membuka.
Sistem respirasi
Gerakan napas janin telah dapat dilihat sejak kehamilan 12 minggu dan pada 34
minggu secara regular gerakan nafas adalah 40-60/menit dan diantara jeda adalah
periode apnea. Cairan ketuban akan masuk sampai bronkioli, sementara didalam
alveolus terdapat cairan alveoli. Gerakna napas janin dirangsang oleh kondisi
hiperkapnia dan penigkatan kadar glukosa. Sebaliknya, kondisi hipoksia akan
menurunkan frekuensi napas. Pada aterm normal, gerak nafas akan berkurang dan
dapat apnea selama 2jam. Alveoli terdiri atas dua lapis sel epitel yang mengandung
sel tipe I dan II. Sel tipe II membuat skresi fosfolipid suatu surfaktan yang penting
untuk fungsi pengembangan nafas. Surfaktan yang utam ialah sfinngomielin dan
lesitin serta fosfatidil gliserol. Produksi sfingomielin dan fosfatidil gliserol akan
memuncak pada 32 minggu,sekalipun sudah dihasilkan sejak 24 minggu.
Sistem saraf
Mielinisasi saraf spinal terbentuk pada pertengahan kehamilan dan berlanjut sampai
usia bayi 1 tahun. Fungsi saraf sudah tampak pada usia 10 minggu yaitu janin
bergerak, fleksi kaki sedangkan genggaman tangan lengkap dapat dilihat pada 4
bulan. Janin sudah dapat menelan pad 10 minggu sedangkan gerak respirasi pada 14-
16 minggu.
Sistem ginjal
Sistem gastrointestinal
Pada 26 minggu enzim sudah terbentuk meskipun amilasi baru nyata pada periode
neonatal. Janin meminum air ketuban dan akan tampak gerakan peristaltik usus.
Protein dan cairan amnion yang ditelan akan menghasilkan meconium didalam usus.
Meconium ini akan tetap tersimpan sampai partus, kecuali pada kondisi hipoksia dan
stress, akan tampak cairan amnion bercampur meconium.
Pembentukan kelamin
Kelamin janin sudah ditentukan sejak konsepsi. Apabila terdapat kromosom Y , akan
terbentuk testis. Selbenih primordial yang berasal dari yolk sac bermigrasi ke lekukan
bakal gonad. Perkembangan testis diatur oleh gen testis determinating factor(TDF)
atau disebut sex determining region(SRY). Sel sertoli pada testis mengeluarkan zat
mullerian inhibiting substance yang berfungsi represi ductus muller. Testosterone
diproduksi oleh testis akibat rangsangan HCG dan LH. Sebaliknya ,apabila tidak
terdapat testis , akan terbentuk gonad dan fenotip perempuan. Pada kondisi janin
perempuan, akibat terpapar androgen berlebihan, akan timbul genital ambiguitas;
misalnya pada hyperplasia adrenal, luteoma,arenoblastoma atau ibu memakai steroid.
Menurut UsiaKehamilan
- Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup (viable)
berat janin di bawah 1000 gram, usia kehamilan di bawah 28 minggu.
- Partu sprema turus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 28-36
minggu, janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin antara 1000-2500 gram.
- Partus maturus atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu,
janin matur, berat badan diatas 2500 gram.
- Partus post maturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih
dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut post matur.
- Partus presipatatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar mandi, di
atas beca dan sebagainya.
- Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti
tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalo pelvik.
Tanda-tandaInpartu
- Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering, dan teratur.
- Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak robekan-robekan kecil pada
serviks.
- Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
- Pada pemeriksaan dalam :serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
d. Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari
daerah fundus uteri pada daerah di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal
gelombang tersebut didapat dari „pacemaker‟ yang terdapat di dinding uterus daerah
tersebut. Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke
daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir) yang membuka,
untuk mendorong isi uterus ke luar. His dapat terjadi sebagai akibat dari :
- Kerja hormon oksitosin
- Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi
- Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.
b. Tenaga mengedan. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air
besar tapi jauh lebih kuat lagi. Waktu kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu
reflex yang mengakibatkan pasien menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot
perutnya dan menekan diafragmanya kebawah. Tenagamengejan ini hanya dapat
berhasil, kalau pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.
Tenaga ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding rahim.
Mekanisme Persalinan
Turunnya kepala
Bila his cukup kuat kepala akan turun, dan mulai masuk kedalam rongga panggul.
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat terbagi atas dua keadaan
1. Sinklitismus, yaitu bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas
panggul.
2. Asinklitismus ialah, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas
panggul.
Asinklitismus terbagi atas dua bagian :
- Asinklitismus anterior: menurut Naegele ialah apabila arah sumbu kepala membuat
sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul.
- Asinklitismus posterior: menurut Litzman; yaitu keadaan sebaliknya dari
asinklitismus anterior.
Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan dari pada mekanisme turunnya
kepala dengan asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah posterior
adalah lebih luas dibandingkan ruangan pelvis di daerah anterior. Hal asinklitismus
lebih penting, apabila daya akomodasi panggul agak terbatas.
Fleksi
Flexi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari
pinggir pintu atas panggul, cervix, dinding panggul dan dasar panggul.
Defleksi / ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil dibawah simfisis,
maka dengan suboksipot sebagai hipomoklion, kepala akan mengadakan gerakan
defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his, vulva lebih membuka dan kepala janin
makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding
rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut
tampak bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu. Pada kepala bekerja dua kekuatan,
yang satu mendesaknya kebawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang
menolaknya keatas.
D. EPISIOTOMI
Episiotomy adalah sebuah irisan bedah melalui perineum yang dilakukan unuk
memperlebar vagina dengan maksud untuk membantu proses kelahiran bayi.
Perlebaran ini dapat dilakukan di garis tengah ("midline") atau dari sebuah sudut dari
ujung belakang dari vulva, dijahit kembali setelah melahirkan.Ini merupakan suatu
prosedur umum dalam kedokteran yang dilakukan kepada wanita.
E. EKSPULSI KEPALA
1. Pada his berikut minta pasien untuk untuk mengait lipat lutut, pimpin untuk
mengedan sekuat mungkin.
2. Dengan satu tangan, tahan belakang kepala (untuk mengatur defleksi kepala),
letakkan telapak tangan lain pada perineum dengan membentangkan telunjuk dan ibu
jari sehingga bagian di antara kedua jari tersebut, dapat mendorong perineum untuk
membantu lahirnya berturut-turut UUB, mata,hidung, mulut dan dagu (hilangkan
tahanan pada belakang kepala secara bertahap).
3. Lepaskan pegangan pada belakang kepala dan perineum, perhatikan proses putaran
paksi luar (UUK kembali kearah punggung bayi).
4. Ambil kain/handuk bersi, seka muka, mulut, hidung dan kepala bayi dari dara, air
ketuban atau ferniks kaseosa. Bersikan pula lipat paha, perineum dan daerah di sekitar
bokong ibu.
F. MELAHIRKAN BAYI.
1. Dengan tangan kiri dan kanan, pegang kepala bayi secara biparietal (ibu jari pada
pipi depan, jari telunjuk dan tengah pada bawah dagu, jari manis dan kelingking pada
belakang leher dan bawah kepala). Sambil meminta ibu untuk mengedan, gerakan
bayi kebawah sehingga lahir bahu depan.
2. Gerakan bayi keatas sehingga lahir bahu belakang.
Kembalikan bayi pada posisi sejajar lantai, lahirkan berturut-turut dada dan lengan,
perut, pinggul dan tungkai.
Perhatikan:
Pada pertolongan persalinan dengan meja/ranjang persalinan yang dapat dilepas atau
meja ginokologi ( bagian bokong atau kaki), setelah kedua bahu lahir, topangkan
badan bayi pada lengan bawa kanan, tangan kiri memegang bagian belakang tubuh
bayi).
Letakan bayi di antara kedua paha ibu (untuk ranjang atau meja ginekologi, letakan
bayi di atas perut ibu dan minta asisten untuk memegangnya agar tidak terjatuh).
G. MANAJEMEN AKTIF KALA III (lihat prosedur manajemen aktif kala III).
Bila plasenta telah lepas, lahirkan plasenta secara BRANDT –ANDREW:
1. Penolong pada sisi kanan ibu.
2. Regangkan tali pusat dengan menarik klem penjepit dengan salah satu tangan.
3. Dengan 4 jari tangan lain, dorong korpus uteri ke dorsokranial hingga plasenta
masuk ke segmen bawah rahim dan lumen vagina.
4. Regangkan lagi tali pusat,tekan suprasimfisis secara simultan agar plasenta
terdorong keluar.
5. Lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat. Tampung plasenta dengan tangan kiri
(atau mangkok logam).
Mengeluarkan Plasenta
1. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke
arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm
dari vulva.
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:
Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M
Menilai kandungan kemih dan lakukan kateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
2. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-
hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan
atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian
selaput yang tertinggal.
Pemijatan Uterus
1. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan
telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai pendarahan
1. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput
ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil
tindakan yang sesuai.
2. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi
yang mengalami pendarahan aktif.
Mempersiapkan penjahitan:
Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada di tepi tempat tidur
atau meja. Topang kakinya dengan alat penopang atau minta anggota keluarga untuk
memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada dalam posisi litotomi.
Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu.
Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perineum bisa dilihat
dengan jelas.
Gunakan teknik aseptik pada saat memeriksa robekan atau episiotomi, memberikan
anestesi lokal dan menjahit luka (Lihat Bab 1).
Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau yang steril.
Dengan menggunakan teknik aseptik, persiapkan peralatan dan bahan-bahan
disinfeksi tingkat tinggi untuk penjahitan (peralatan dan bahan-bahan ini tercantum
di lampiran 5)
Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah dilihat
dan penjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan.
Gunakan kain/kasa disinfeksi tingkat tinggi atau bersih untuk menyeka vulva, vagina
dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah yang ada
sambil menilai dalam dan luasnya luka.
Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa
laserasi/sayatan perineum hanya merupakan derajat satu atau dua (lihat Bab 5). Jika
laserasinya dalam atau episiotomi telah meluas, periksa lebih jauh untuk memeriksa
bahwa tidak terjadi robekan derajat tiga atau empat. Masukkan jari yang bersarung
tangan ke dalam anus dengan hati-hati dan angkat jari tersebut perlahan-lahan untuk
mengidentifikasi sfingter ani. Raba tonus atau ketegangan sfingter. Jika sfingter
terluka, ibu mengalami laserasi derajat tiga atau empat dan harus dirujuk segera. Ibu
juga dirujuk jika mengalami laserasi serviks.
Ganti sarung tangan dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril yang
baru
setelah melakukan pemeriksaan rektum.
Berikan anestesia lokal (kajilah teknik untuk memberikan anestesia lokal di bawah
ini.
Siapkan jarum (pilih jarum yang batangnya bulat, tidak pipih) dan benang. Gunakan
benang kromik 2-0 atau 3-0. Benang kromik bersifat lentur, kuat, tahan lama dan
paling sedikit menimbulkan reaksi jaringan.
Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, jepit dan jepit
jarum tersebut.
Gunakan tabung suntik steril sekali pakai dengan jarum ukuran 22 panjang 4
cm. Jarum yang lebih panjang atau tabung suntik yang lebih besar bisa digunakan,
tapi, jarum harus berukuran 22 atau lebih kecil tergantung pada tempat yang
memerlukan anestesia. Obat standar untuk anestesia lokal adalah 1% lidokain tanpa
epinefrin (silokain). Jika lidokain 1% tidak tersedia, gunakan lidokain 2% yang
dilarutkan dengan air steril atau normal salin dengan perbandingan 1:1 (sebagai
contoh, larutkan 5 ml lidokain 2% dengan 5 ml air steril atau normal salin untuk
membuat larutan lidokain 1%).
- Jelaskan pada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu ibu merasa santai.
- Hisap 10 ml larutan lidokain 1% ke dalam alat suntik sekali pakai ukuran 10 ml
(tabung suntik yang lebih besar boleh digunakan, jika diperlukan). Jika lidokain 1 %
tidak tersedia, larutkan 1 bagian lidokain 2% dengan 1 bagian normal salin atau air
steril yang sudah disuling.
- Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4 cm ke tabung suntik tersebut.
- Tusukkan jarum ke ujung atau pojok laserasi atau sayatan lain tarik jarum sepanjang
tepi luka (ke arah bawah di antara mukosa dan kulit perineum).
- Aspirasi (tarik pendorong tabung suntik) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada
di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke tabung suntik, jangan suntikkan
lidokain dan tarik jarum seluruhnya. Pindahkan posisi jarum dan suntikkan kembali.
Alasan:Ibu bisa mengalami kejang dan kematian bisa terjadi jika lidokain disuntikkan
ke dalam pembuluh darah.
- Suntikkan anestesia sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik ditarik
perlahan-lahan.
- Tarik jarum hingga sampai ke bawah tempat di mana jarum tersebut disuntikkan.
- Arahkan lagi jarum ke daerah di atas tengah luka dan ulangi langkah ke-4. Tusukkan
jarum untuk ketiga kalinya seperti yang ditunjukkan di Gambar L-4.1 dan sekali lagi
ulangi langkah ke-4 sehingga tiga garis di satu sisi luka mendapatkan anestesia lokal.
Ulangi proses ini di sisi lain dari luka tersebut. Setiap sisi luka akan memerlukan
kurang lebih 5 ml lidokain 1% untuk mendapatkan anestesia yang cukup.
- Tunggu selama dua menit dan biarkan anestesia tersebut bekerja dan kemudian uji
daerah yang dianestesia dengan cara dicubit dengan forseps atau disentuh dengan
jarum yang tajam. Jika ibu merasakan jarum atau cubitan tersebut, tunggu dua menit
lagi dan kemudian uji kembali sebelum mulai menjahit luka.
- Cuci tangan secara seksama dan gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
steril. Ganti sarung tangan jika sudah terkontaminasi, atau jika tertusuk jarum maupun
peralatan tajam lainnya.
- Pastikan bahwa peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan
penjahitan sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril.
- Setelah memberikan anestesia lokal dan memastikan bahwa daerah tersebut sudah di
anestesi, telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari untuk secara jelas
menentukan batas-batas luka. Nilai kedalaman luka dan lapisan jaringan mana yang
terluka. Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan bagaimana cara menjahitnya
menjadi satu dengan mudah.
- Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi di bagian dalam vagina.
Setelah membuat tusukan pertama, buat ikatan dan potong pendek benang yang lebih
pendek dan ikatan.
- Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin himen.
- Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke bawah
cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi. Periksa bagian antara jarum di
perineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum ke puncak luka.
- Teruskan ke arah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga
mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot
yang terluka telah dijahit. Jika laserasi meluas ke dalam otot, mungkin perlu untuk
melakukan satu atau dua lapis jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan
dan/atau mendekatkan jaringan tubuh secara efektif.
- Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum ke atas dan teruskan penjahitan,
menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subkutikuler. Jahitan ini akan
menjadi jahitan lapis ke dua Periksa lubang bekas jarum. Jahitan lapis kedua ini akan
meninggalkan luka yang tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka ini akan
menutup dengan sendirinya pada saat penyembuhan luka.
- Tusukkan jarum dan robekan perineum ke dalam vagina. Jarum harus keluar dari
belakang cincin himen.
- Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung benang dan
sisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang dipotong terlalu pendek, simpul akan
longgar dan laserasi akan membuka.
- Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada kasa
atau peralatan yang tertinggal di dalam.
- Dengan lembut masukkan jari paling kecil ke dalam anus. Raba apakah ada jahitan
pada rektum. Jika ada jahitan yang teraba, ulangi pemeriksaan rektum enam minggu
pascapersalinan. Jika penyembuhan belum sempurna (misalkan jika ada fistula
rektovaginal atau jika ibu melaporkan inkontinensia alvi atau feses), ibu segera
dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
- Cuci daerah genital dengan lembut dengan sabun dan air disinfeksi tingkat tinggi,
kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang lebih nyaman.
- Nasehati ibu untuk:
menjaga perineumnya selalu bersih dan kering
hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali
per hari
kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali
lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang berbau busuk
dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri.
Ingat:
- Tidak usah menjahit laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan dan men-
dekat dengan baik.
- Gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk mendekatkan jaringan dan memastikan
hemostasis.
- Selalu gunakan teknik aseptik.
- Jika ibu mengeluh sakit pada saat penjahitan dilakukan, berikan lagi anestesia lokal
untuk memastikan kenyamanan ibu, inilah yang disebut asuhan sayang ibu.
Penjahitan episiotomy
Secara umum prosedur untuk menjahit episiotomi sama dengan menjahit laserasi
perineum. Jika episiotomi sudah dilakukan, lakukan penilaian secara hati-hati untuk
memastikan lukanya tidak meluas.Sedapat mungkin, gunakan jahitan jelujur.Jika ada
sayatan yang terlalu dalam hingga mencapai lapisan otot, mungkin diperlukan
penjahitan secara terputus untuk merapatkan jaringan.
3.1 Definisi
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr%, sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr%
pada trimester II. Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat
besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia
atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut
adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis,
pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin
berat dengan adanya kehamilan. Hidremia mengakibatkan peningkatan cardiac output,
resistensi perifer berkurang sehingga tekanan darah tidak naik. Selain itu pada
perdarahan waktu persalinan banyak unsur besi yang hilang lebih sedikit
dibandingkan jika darah tersebut kental.
3.2 Etiologi
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
Frekuensi Anemia
Berkisar 10-20% disebabkan defisiensi makanan yang memegang peranan penting.
Itulah alasan mengapa frekuensi anemia lebih tinggi di negara-negara berkembang
dibandingkan negara maju.
Gejala Anemia Pada Ibu Hamil
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi
hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada
hamil muda.
3.3 Klasifikasi
Merupakan anemia yang paling sering ditemukan. Dapat disebabkan karena kurang
asupan besi dalam makanan, gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena
pengeluaran besi terlalu banyak dari tubuh misalnya pada perdarahan. Jika terjadi
defisiensi besi, maka suplai ke sumsum tulang juga berkurang sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan basal produksi Hb. Hal ini menyebabkan setiap sel darah merah
yang terbentuk mengandung sedikit Hb sehingga menjadi mikrositosis dan hipokrom.
Proliferasi prekursor eritroid juga terhambat pada saat defisiensi besi.
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak.
Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi.
Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus,
dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum,
dan infeksi. Walaupun bayi yang dilahirkan tidak menunjukkan Hb yang rendah,
namun cadangan besinya kurang sehingga beberapa bulan kemudian tampak sebagai
anemia infantum.
b. Anemia Megablostik
Disebabkan karena defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12.
Diagnosis dibuat bila ditemukan megaloblas atau promegaloblas dalam darah atau
sumsum tulang. Sifat khas sebagai anemia makrositer dan hiperkrom tidak selalu
dijumpai kecuali anemia berat. Seringkali anemia bersifat normositer dan normokrom
karena defisiensi asam folat sering berdampingan dengan defisiensi besi dalam
kehamilan. Perubahan-perubahan dalam leukopoesis seperti metamielosit datia dan sel
batang datia yang kadang-kadang disertai vakuolisasi dan hipersegmentasi granulosit,
terjadi lebih dini pada defisiensi asam folat dan vitamin B12 bahkan sebelum terdapat
megaloblastosis. Diagnosis pasti baru dapat dibuat dengan percobaan penyerapan dan
pengeluaran asam folik. Pada pengobatan percobaan asam folat menunjukkan naiknya
jumlah retikulosit dan kadar Hb.
Pada anemia ini, terjadi hambatan sintesis DNA menyebabkan pertumbuhan sel yang
tidak seimbang. Namun ketika pembelahan sel terhambat, sintesis RNA tidak
terpengaruh. Hasilnya adalah komponen sitoplasma terutama hemoglobin disintesis
dalam jumlah berlebihan selama penundaan pembelahan sel. Akhirnya terjadi
peningkatan dalam ukuran sel.
c. Anemia Hipoplastik
Disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
Sumsum tulang bersifat normoblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata.
Dapat disebabkan karena kerusakan sumsum tulang, defisiensi besi, atau stimulus
eritropoetin yang inadekuat. Hal terakhir dapat disebabkan karena supresi EPO oleh
sitokin misalnya IL-1, gangguan fungsi ginjal, atau penurunan kebutuhan O2 jaringan
akibat penyakit metabolik seperti hipotiroid. Perbandingan mielosit : eritrosit yang
diluar kehamilan 5 : 1 dan kehamilan 3 : 1 atau 2 : 1 berubah menjadi 10 : 1 atau 20 :
1. Ciri lain ialah bahwa pengobatan dengan segala macam obat penambah darah tidak
memberi hasil. Satu-satunya cara memperbaiki keadaan penderita adalah transfusi
darah yang sering perlu diulang sampai beberapa kali.
Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan apabila selamat mencapai masa nifas
akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya biasanya wanita
menderita anemia hipoplastik lagi. Pada kondisi yang berat jika tidak diobati
mempunyai prognosis yang buruk bagi ibu maupun anak.
d. Anemia Hemolitik
Pada anemia ini terjadi penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari
pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil
maka anemia menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin bahwa kehamilan
menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.
Gejala-gejala yang lazim dijumpai ialah gejala proses hemolitik seperti anemia,
hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinemia, hiperurobilinuria, dan
sterkobilin lebih banyak dalam feses. Disamping itu terdapat tanda regenerasi darah
seperti retikulositosis dan normoblastemia serta hiperplasia eritropoesis sumsum
tulang. Pada hemolisis yang berlangsung lama dijumpai pembesaran limpa dan pada
kasus herediter kadang disertai kelainan radiologis pada tengkorak dan tulang lain.
Perbandingan mielosit:eritrosit biasanya 3 : 1 atau 2 : 1 dalam kehamilan berubah
menjadi 1 : 1 atau 1 : 2. Frekuensi pada kehamilan tidak tinggi, biasanya terjadi pada
sel sabit dan thalasemia.
3.4 TATALAKSANA
Anemia ini adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam
laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat
atau Na-fero bisirat
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral,
dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa
kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum
dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat
meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001)
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan
ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi
digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal.
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena
kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi darah.
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah
merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya
adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosit.
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan
pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta
penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan
obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak
memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
3.5 PENCEGAHAN
3.6 KOMPLIKASI
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan maupun masa nifas. Komplikasi anemia pada ibu hamil dapat
berupa :
1. Komplikasi selama kehamilan
A. Ancaman timbulnya abortus
B. Mudah lelah dan turunnya immature dan premature
C. Ancaman timbulnya persalinan immature dan premature
2. Komplikasi selama persalinan
A. Partus lama karena inersia uteri
B. Pendarahan pasca persalinan
C. Atonia uteri
D. Hipoksia yang dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan
E. Infeksi persalinan dan setelah persalinan
3. Komplikasi terhadap janin
A. Kematian prenatal
B. Prematuritas
C. Cacat bawaan
Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin,
sedangkan pengaruh komplikasi pada kehamilan dapat diuraikan, sebagai berikut :
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau
kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang
disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan
murah.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau
Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut
adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro,
2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja
jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi(malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
Gejala Klinis
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia),
konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih
hebat pada hamil muda.
Efek Anemia
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus
selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat
mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada
kehamilan trimester II dapat menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan
antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai
kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa
mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik
primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan
tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat
menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi
febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.
LI.4 Mampu Memahami dan Menjelaskan Gizi pada Kehamilan
Bila ibu mengalami kekuragan gizi selama hamilakan menimbulkan masalah, baik
pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.
1. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara
lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena
penyakit infeksi.
2. Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan suit
dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan,
serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
3. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian nenonatal, caat bawaan,
anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat
badan yang rendah.
4. Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah di masa kehamilan dengan
frekuensi serta gejala yang jauh lebih parah daripada morning sickness.
5. Konstipasi
Konstipasi atau sembelit adalah kondisi sulit buang air besar secara teratur, tidak bisa
benar-benar tuntas, atau tidak bisa sama sekali.
6. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis di mana tekanan darah
pada dinding arteri meningkat.
LI.5 Mampu Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang Hukum Puasa
Ramadhan pada Ibu Hamil
Hamil dan menyusui adalah dua kondisi berat yang dialami hampir semua
wanita. Dalam hal inilah kewajiban berpuasa bagi wanita hamil dan menyusui agak
berbeda dari kaum muslimin pada umumnya. Kesukaran yang mereka hadapi
diibaratkan orang yang sakit ditengah ketidakberdayaanya melawan penyakit. Sebab
itu, wanita hamil dan menyusui diberikan keringanan (rukhshah) untuk tidak
berpuasa.
ﻓﻣﻦﺍ ﻜﺍﻦ ﻣﻧﻜﻡ ﻣﺭﻴﺿﺍﺍﻮﻋﻠﻲ ﺳﻓﺮﻓﻌﺪﺓ ﻣﻦ ﺍﻴﺍﻡ ﺍﺧﺮﻮﺍﻠﺬﻴﻦ ﻴﻂﻴﻗﻮﺬﻪ ﻂﻌﺍﻡ ﻣﺴﻛﻴﻦ
Ganong, WF. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC.
muslimah.or.id/fikih/antara-qadha-dan-fidyah-bagi-ibu-hamil-dan-menyusui.html
Sherwood, Laralee. 2001. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku kedokteran EGC.