Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama
bagimu ...” [Al-Maa-idah: 3]
عد ًْل
َ صدْقًا َو ْ َوت َ َّم
ِ َت َك ِل َمتُ َربِِّك
Maksudnya benar dalam kabar yang disampaikan, dan adil dalam seluruh
perintah dan larangan. Setelah agama disempurnakan bagi mereka, maka
sempurnalah nikmat yang diberikan kepada mereka. Oleh karena itu, Allah
Azza wa Jalla berfirman:
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama
bagimu ...” [Al-Maa-idah: 3]
Maka ridhailah Islam untuk diri kalian, karena ia merupakan agama yang
dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla. Karenanya Allah mengutus Rasul
yang paling utama dan karenanya pula Allah menurunkan Kitab yang paling
mulia (Al-Qur-an).
Mengenai firman-Nya : “ ا َ ْليَ ْو َم أ َ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم دِينَ ُك ْمPada hari ini telah Ku-sempurnakan
untukmu agamamu.” ‘Ali bin Abi Thalhah berkata, dari Ibnu ‘Abbas
Radhiyallahu anhuma, “Maksudnya adalah Islam. Allah telah mengabarkan
Nabi-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman bahwa
Allah telah menyempurnakan keimanan kepada mereka, sehingga mereka
tidak membutuhkan penambahan sama sekali. Dan Allah Azza wa Jalla telah
menyempurnakan Islam sehingga Allah tidak akan pernah menguranginya,
bahkan Allah telah meridhainya, sehingga Allah tidak akan memurkainya,
selamanya.”
Asbath mengatakan, dari as-Suddi, “Ayat ini turun pada hari ‘Arafah, dan
setelah itu tidak ada lagi ayat yang turun, yang menyangkut halal dan haram.
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kembali dan setelah itu
beliau wafat.”
Dari Thariq bin Syihab, ia berkata, “Ada seorang Yahudi yang datang kepada
‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu, lalu berkata, ‘Wahai Amirul
Mukminin, sesungguhnya kalian membaca sebuah ayat dalam kitab kalian.
Jika ayat tersebut diturunkan kepada kami, orang-orang Yahudi, niscaya kami
akan menjadikan hari itu (hari turunnya ayat itu) sebagai Hari Raya.’ ‘Ayat
yang mana?’ tanya ‘Umar Radhiyallahu anhu. Orang Yahudi itu berkata, ‘Yaitu
firman-Nya:
‘… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama
bagimu ...’ [Al-Maa-idah: 3]
A. Allah Azza wa Jalla Telah Menjelaskan Ushul dan Furu’ Agama Dalam al-
Qur-an [4]
Anda tentu tahu bahwa Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan dalam Al-Qur-
an tentang ushul (pokok-pokok) dan furu’ (cabang-cabang) agama Islam.
Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan tentang tauhid dengan segala macam-
macamnya, sampai tentang bergaul dengan sesama manusia seperti adab
(tata krama) pertemuan, tata cara minta izin dan lain sebagainya.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
َّللاُ لَكُ ْم َ س ُحوا فِي ْال َم َجال ِِس فَا ْف
َ س ُحوا يَ ْف
َّ ِسح َّ َيَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا إِذَا قِي َل لَ ُك ْم تَف
Dan firman-Nya :
علَ ٰى أ َ ْه ِل َها ۚ ٰذَ ِل ُك ْم َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُرونَ فَإِن لَّ ْم ت َِجد ُوا فِي َها
َ س ِلِّ ُموا
َ ُ سوا َوتُ ِغي َْر بُيُوتِ ُك ْم َحت َّ ٰى ت َ ْست َأْن
َ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا َل ت َ ْد ُخلُوا بُيُوتًا
َّ ار ِجعُوا ۖ ه َُو أ َ ْزك َٰى لَكُ ْم ۚ َو
َ ََّللا ُ ِب َما ت َ ْع َملُون
علِي ٌم ْ َار ِجعُوا ف ْ أ َ َحدًا فَ ََل تَدْ ُخلُوهَا َحت َّ ٰى يُؤْ ذَنَ لَكُ ْم ۖ َو ِإن قِي َل لَكُ ُم
Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan pula kepada kita dalam Al-Qur-an
tentang kewajiban wanita muslimah untuk memakai jilbab (busana
muslimah) yang sesuai dengan syari’at.
وراً ُغف َّ َعلَ ْي ِه َّن مِ ن َج ََلبِيبِ ِه َّن ۚ ٰذَلِكَ أ َ ْدن َٰى أَن يُ ْع َر ْفنَ فَ ََل يُؤْ ذَيْنَ ۗ َو َكان
َ َُّللا َ َساءِ ْال ُمؤْ مِ نِينَ يُ ْدنِين
َ ِاجكَ َوبَنَاتِكَ َون ُّ ِيَا أَيُّ َها النَّب
ِ ي قُل ِِِّل َ ْز َو
َّرحِ ي ًما
Juga firman-Nya:
َو َل يَض ِْربْنَ بِأ َ ْر ُج ِل ِه َّن ِليُ ْعلَ َم َما ي ُْخفِينَ مِن ِزينَتِ ِه َّن
ورهَا َو ٰلَك َِّن ْالبِ َّر َم ِن اتَّقَ ٰى ۗ َوأْتُوا ْالبُيُوتَ مِ ْن أَب َْوابِ َها ُ ْس ْالبِ ُّر بِأَن ت َأْتُوا ْالبُيُوتَ مِ ن
ِ ظ ُه َ ۗۗ َولَي
Dan masih banyak lagi ayat seperti ini. Dengan demikian jelaslah bahwa
Islam adalah agama yang sempurna, mencakup segala aspek kehidupan,
tidak boleh ditambahi dan tidak boleh dikurangi. Sebagaimana firman Allah
Azza wa Jalla tentang al-Qur-an:
Dengan demikian, tidak ada sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia baik yang
menyangkut masalah kehidupan di akhirat maupun masalah kehidupan di
dunia, kecuali telah dijelaskan Allah Azza wa Jalla di dalam Al-Qur-an secara
tegas atau dengan isyarat, secara tersurat maupun tersirat.
“Dan tidak ada seekor binatangpun yang ada di bumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan
umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan
di dalam Al-Kitab. Kemudian kepada Rabb-lah mereka dikumpulkan.” [Al-
An’aam: 38]
Mungkin ada orang yang bertanya: “Adakah ayat di dalam Al-Qur-an yang
menjelaskan jumlah shalat lima waktu berikut bilangan raka’at tiap-tiap
shalat? Bagaimanakah dengan firman Allah Azza wa jalla yang menjelaskan
bahwa Al-Qur-an diturunkan untuk menerangkan segala sesuatu, padahal
kita tidak menemukan ayat yang menjelaskan bilangan raka’at tiap-tiap
shalat ?”
Juga firman-Nya:
“… Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah ...” [Al-Hasyr: 7]
Maka segala sesuatu yang telah dijelaskan oleh Sunnah Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam, sesungguhnya al-Qur-an telah menunjukkannya pula.
Karena Sunnah termasuk juga wahyu yang diturunkan dan diajarkan oleh
Allah Azza wa Jalla kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
“… Dan (juga karena) Allah telah menurunkan al-Kitab (Al-Qur-an) dan al-
Hikmah (as-Sunnah) kepadamu ...” [An-Nisaa’: 113]
[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po
Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 3]
_______
Footnote
[1]. HR. Muslim dalam Kitabul Iman (no. 145 (232)) dari Shahabat Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu.
[2]. HR. Al-Bukhari (no. 45, 4407, 4606, 7268) dan Muslim (no. 3017 (5)),
dari Thariq bin Shihab Radhiyallahu anhu.
[3]. Lihat Tafsir Ibnu Katsir (II/15-16), cet I, Maktabah Daarus Salam th.
1413 H.
[4]. Sub bahasan ini dinukil dari kutaib al-Ibdaa’ fi Kamaalisy Syar’i wa
Khatharil Ibtidaa’ oleh Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin
rahimahullah.
[5]. HR. Abu Dawud (no. 4604) dan Ahmad (IV/131), dari Shahabat al-
Miqdam bin Ma’dikarib.