Anda di halaman 1dari 15

USULAN SKRIPSI

IDENTIFIKASI JUMLAH ALUR


BIBIR POSISI TERSENYUM DENGAN MENCIUM
PADA PENDERITA TUNA WICARA
DI JAKARTA

Disusun oleh:

NAUFAL AMAANULLAH BARSAH

NPM 1102015163

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Identifikasi manusia adalah suatu proses yang sangat sulit.Identifikasi


forensik merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi suatu
individu.Hasil dari identifikasi individu berguna untuk kasus-kasus forensik
maupun non forensik. Pada kasus forensik berguna untuk menyelesaikan suatu
kasus pembunuhan, sedangkan dalam kasus non forensik berguna untuk
menentukan usia, ras, dan jenis kelamin(Indri. 2015).Pada identifikasi forensik
terdapat berbagai macam teknik yang dapat digunakan diantaranya adalah
cheiloscopy (Randhawa,dkk. 2011).

Cheiloscopy adalah teknik identifikasi menggunakan alur dan pola kerutan


pada mukosa bibir.Hasil dari cheiloscopy berupa pola yang disebut dengan sidik
bibir(Qomariah, dkk. 2016). Sidik bibir dapat digunakan untuk mengidentifikasi
suatu individu dikarenakan mempunyai sifat yang unik,tetap, dan stabil,serta tidak
bisa berubah sampai dengan kematian oleh karena itu sidik bibir berguna untuk
langsung mengidentifikasi suatu individu(Atmaji,dkk.2013).

Tuna wicara adalah suatu kelainan dalam berbicara normal yang meliputi
kelainan pengucapan ( artikulasi ) maupun suara, sehingga menyebabkan
kesulitan dalam melakukan komunikasi.Salah satu penyebab tuna wicara adalah
gangguan saraf tetapi paling banyak terjadi karena gangguan
pendengaran(Harvey et al, 1995;Muljono dan Sudjadi, 1994).Oleh sebab itu
sampel yang kami ambil adalah penderita tuna wicara dikarenakan penderita tuna
wicara mengalami kelainan yang berkaitan dengan bibir.

Seperti yang telah dijelaskan diatas sidik bibir mempunyai banyak sekali
kelebihan untuk mengidentifikasi suatu individu.Namun penggunan sidik bibir
sebagai alat identifikasi masih jarang digunakan dan jarang diketahui di indonesia.
Padahal sidik bibir merupakan cara yang sederhana,murah,dan mudah untuk
mengidentifikasi suatu individu.Berdasarkan penjelasan diatas, maka dilakukan
penelitian untuk mengidentifikasi jumlah alur bibir posisi tersenyum dan
mencium pada penderita tuna wicara di jakarta untuk mengetahui apakah ada
perbedaan pada jumlah alur masing masing posisi tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Penelitian tentang cheiloscopy yang bertujuan untuk mengidentifikasi


sidik bibir suatu individu sudah banyak dilakukan.Namun penelitian tersebut
hanya membahas tentang sidik bibir pada individu yang normal saja sedangkan
jarang sekali dilakukan pada orang yang mengalami kelainan.Oleh karena itu
dirasa penelitian tentang cheiloscopy belum banyak dilakukan tentang
hubungannya dengan kesehatan atau penyakit.Sehingga peneliti merasa perlu
untuk melakukan penelitian tentang sidik bibir pada individu yang menderita tuna
wicara pada saat bibir tersenyum dan bibir mencium untuk mengetahui apakah
terjadi perbedaan atau tidak.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Berapa jumlah alur bibir pada posisi tersenyum penderita tuna wicara?
2. Berapa jumlah alur bibir pada posisi mencium seorang penderita tuna
wicara?
3. Apakah ada perbedaan jumlah alur pada posisi mencium dan tersenyum
seorang penderita tuna wicara ?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan jumlah alur bibir pada posisi tersenyum dan mencium pada
penderita tuna wicara.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui jumlah alur bibir pada posisi tersenyum seorang penderita tuna wicara.

2. Mengetahui jumlah alur bibir pada posisi mencium seorang penderita tuna
wicara.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Masyarakat

Sebagai informasi untuk masyarakat indonesia tentang pola bibir tuna wicara
yang dapat dijadikan sebagai alat identifikasi.

1.5.2 Bagi Mahasiswa

Sebagai referensi tambahan bagi penelitian tentang identifikasi melalui


cheiloscopy.
BAB II

Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Cheiloscopy

Kerutan dan alur pada mukosa bibir (disebut sulci labiorum) membentuk
suatu pola khas yang disebut "sidik bibir ," studi yang mempelajari sidik bibir
tersebut dikenal sebagai cheiloscopy (Khushali Shah,et al.2015).

Cheiloscopy adalah studi sidik bibir yang digunakan untuk


mengidentifikasi seseorang (Toppo et al.,2014 ).

Cheiloscopy adalah teknik identifikasi forensik yang menggunakan pola


kerutan dan alur pada permukaan mukosa bibir. Pola yang dihasilkan disebut
sebagai sidik bibir (Sitti Nur Qomariah.2016) .

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi pola bibir

A. Jenis kelamin
Sejumlah penelitian membuktikan bahwa pola sidik bibir dapat
digunakan untuk mengidentifikasi jenis kelamin individu. Pola garis
vertikal lebih umum ditemukan pada perempuan dan pola berpotongan
lebih banyak ditemukan pada laki-laki.
Berdasarkan variasi sidik bibir. Pola sidik bibir tipe I merupakan
pola sidik bibir yang paling banyak muncul pada kelompok jenis kelamin
pria dan tipe IV banyak ditemukan pada jenis kelamin wanita. Pola tipe III
paling sedikit muncul pada jenis kelamin wanita, sedangkan pola tipe V
paling sedikit dijumpai pada jenis kelamin pria dengan menggunakan
klasifikasi Suzuki. (Indri.2015)

B. Genetic
Sidik bibir bersifat genetik dan individual. Anak-anak memiliki
pola sidik bibir yang sama dengan orang tua mereka walaupun lokasinya
berbeda (berada pada kuadran bibir yang berbeda) sehingga sidik bibir dari
setiap orang bersifat unik, berbeda antara satu orang dengan orang lainnya
(Indri.2015)

C. Ras
Sauer (1992) membagi klasifikasi ras manusia menjadi 3 ras utama
yaitu, ras Kaukasoid, ras Mongoloid, dan ras Negroid.Faktor perbedaan
ras pada pola sidik bibir didukung oleh beberapa literatur yang
menyebutkan bahwa adanyaperbedaan ketebalan bibir pada populasi ras
yang berbeda. Bibir tipis (thin lips) secara khas ditemukan pada populasi
kulit putih dan populasi ras Kaukasoid. Bibir sedang (mediumlips) dengan
ketebalan 8-10 mm seringditemukan pada semua populasi. Bibir tebal atau
sangat tebal (thick or very thik lips)memiliki bentuk yang kembung atau
sangat besar. Karakteristik bibir ini biasanya ditemukan pada populasi ras
Negroid. Bibi rcampuran (mix lips) biasanya ditemukan pada populasi ras
Mongoloid. Hal ini menggambarkan bahwa selain tipe pola sidik bibir,
ketebalan bibir tiap ras juga berbeda (Sitti Nur Qomariah.2016) .

D. Usia
Usia juga dapat mempengaruhi pola sidik bibir seseorang
berdasarkan usia kematangan bibir. Bibir mencapai kematangan bentuk
pada akhir masa remaja. Bibir atas perempuan mencapai kematangan bibir
diatas usia 14 tahun dan bibir bawah padausia16 tahun, sedangkan bibir
atas dan bawah laki-laki mencapai kematangan bibir pada usia 18 tahun.
Pada usia pertengahan hingga akhir 30-an terjadi perubahan pada wajah
bagian atas, kecuali bibir yang tidak menunjukkan perubahan bentuk pada
usia tersebut. Setelah usia 40 tahun, terjadi keriput pada kulit yang
berdekatan dan penipisan bibir menyebabkan perubahan pola sidik bibir
(Sitti Nur Qomariah.2016) .
2.1.3 klasifikasi pola sidik bibir

Klasifikasi pola sidik bibir menurut Qomariah,dkk dapat dilihat pada tabel
dibawah

Tabel 1. Klasifikasi pola sidik bibir menurut Suzuki dan Tsuchihashi

Klasifikasi Tipe alur

Type I terlihat pola alur vertikal pada seluruh bagian bibir

Type I’ terlihat mirip seperti tipe I namun pola alur tidak pada seluruh
bagian bibir

Type II terlihat pola alur yang bercabang

Type III terlihat pola alur yang saling menyilang

Type IV terlihat pola alur yang membentuk kotak- kotak

Type V pola alur yang bukan salah satu dari tipe tipe di atas atau pola alur
bentuk lainnya

(Sitti Nur Qomariah.2016)


Gambar 1. Pola Sidik Bibir (Suzuki & Tsuchihashi Tipe I-V)

(Indri.2015)

2.1.4 Metode pengambilan sidik bibir

Metode lipstik

Metode pendokumentasian dan pengambilan sidik bibir menggunakan


lipstick dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode single
motion dan metode Prabhu. Dalam metode single motion dibutuhkan beberapa
alat dan bahan antara lain, lipstik berwarna merah, selotif transparan lebar 0,9 cm,
gunting, kertas putih polos, kaca pembesar dan kertas tissue.5 Sedangkan pada
metode Prabu diperlukan alat dan bahan antara lain kertas putih, lipstick, glass
plate, dan kaca pembesar.
Gambar 2. Alat dan Bahan yang digunakan dalam metode lipstik

Tahapan pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dengan


menggunakan metode lipstik yaitu, lipstik dioleskan pada bibir subyek secara
merata, kemudian selotif ditempelkan pada bibir yang telah diolesi lipstik, lalu
ditekan secara perlahan setelah itu selotif ditarik satu arah, dari kanan ke kiri atau
kiri ke kanan.
Gambar 3. Prosedur pengambilan sidiik bibir dengan metode lipstik

Perbedaan antara metode single motion dan metode prabu terletak pada
cara penempelan selotif ke bibir subjek, jika pada metode single motion selotip
ditempelkan searah dari arah kanan ke kiri atau sebaliknya kemudian selotif
dilepas searah, akan tetapi jika metode prabu, selotif ditempelkan pada bibir
bagian tengah kemudian baru selotif ditekankan pada bibir bagian kanan dan kiri.

2.2 kerangka teori

Faktor Biologis

1. Usia
2. Jenis Kelamin Pola Sidik Bibir
3. Genetik
4. Ras

2.3 kerangka konsep

Variabel Dependen:
Variabel Independen:
Jumlah Alur Bibir Posisi Tersenyum
Penderita Tuna Wicara dengan Mencium Penderita Tuna
Wicara

2.4 Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penilitian ini adalah:

H0: Tidak ada hubungan antara penderita tuna wicara terhadap Jumlah alur bibir
posisi tersenyum dengan mencium penderita tuna wicara.
H1: Ada hubungan antara penderita tuna wicara terhadap Jumlah alur bibir posisi
tersenyum dengan mencium penderita tuna wicara.

2.5 definisi operasional

Tabel Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala


Operasional Ukur
1 Penderita Jumlah alur bibir Menghitun Menggunakan Jumlah Ordin
tuna wicara posisi tersenyum g jumlah lipstik untuk alur al
dengan nencium alur bibir mendapatkan bibir
penderita tuna pada posisi cetakan pada
wicara. tersenyum bibir ,ditempel posisi
dan dengan tersenyu
mencium selotip ,ditempel m dan
dikertas dihitung menciu
jumlah alur bibir m
menggunakan
loop
BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian analitik,


dimana peneliti akan melakukan identifikasi serta pengukuran variable.
Untuk menjelaskan hubungan variable dengan kejadian yang diteliti.

1.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional untuk


mengetahui hubungan antara penderita tuna wicara dengan pola bibir pada
posisi tersenyum dan mencium.

1.3 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah penderita tuna wicara yang


berada di panti sosial bina runggu wicara "melati" jakarta.

1.4 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah 30 penderita tuna wicara yang


berada di panti sosisal bina runggu wicara "melati" jakarta.

1.5 Cara Penetapan Sampel

Cara penetapan sampel adalah pemilihan dengan non-probability


sampling, yaitu convenience sampling. Pada cara ini sampel dipilih
berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudahan dalam
memperoleh sampel.

1.6 Penetapan Besar Sampel


Penetapan besar sampel adalah 30 penderita tuna wicara yang
masing masing diambil pada 2 posisi yang berbeda yaitu mencium dan
tersenyum

1.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dari penderita tuna
wicara yang berada di panti sosial bina runggu wicara "melati" jakarta.
Data primer adalah data yang telah direncanakan untuk penelitian dan
didapatkan dari hasil sidik bibir penderita tuna wicara.

1.8 Cara pengumpulan dan Pengukuran Data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah sidik


bibir dengan menggunakan metode lipstik.

1.9 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data berupa sidik bibir yang akan dicetak


dari bibir penderita tuna wicara.

1.10 Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis


Univariat. Analisis Univariat digunakan untuk memperoleh gambaran
distribusi frekuensi masing-masing variabel yang diteliti.

1.11 Alur Penelitian

Pengumpulan Data
menggunakan metode
lipstik

Analisa Data
1.12 Jadwal Penelitian

Daftar Pustaka

1. Indri, S.S. 2015. Identifikasi Individu dan Jenis Kelamin Berdasarkan Pola
Sidik Bibir.jurnal kedokteran dan kesehatan(2) : 231-236.

2. Randhawa, K., Narang, R.S.,and Arora, P.C. 2011. Study of TheEffect of


Age Changes on Lip PrintPattern and Its Reliability in Sex

3. Qomariah, S.,Novita, M., Wulandarik. E. 2016. Hubungan antara Pola


Sidik Bibir dengan Jenis Kelamin pada Mahasiswa.e-Jurnal Pustaka
Kesehatan, vol. 4(no. 2) : 385 - 393

4. Atmaji, M., Yuni,M., dan Atmadja,D.2013. Metode pengambilan sidik


bibir untuk kepentinganidentifikasi individu.Jurnal PDGI 62 (3) : 64-70.

5. Khushali, K,S, et al. J. Pharm. Sci. & Res. Vol. 7(9), 2015, 731-73

6. Syamsiar, T.,Irene, ER.,Lisal, JL.,et al. 2014. Dentofasial, Vol.13, No.1,


Februari 2014:13-16

Anda mungkin juga menyukai