Anda di halaman 1dari 21

FLUOR ALBUS

Akbar Maulana Azhari Kotta (41191396100052)


Pembimbing : dr. Irfan Deliandra, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN


GINEKOLOGI
RSUP FATMAWATI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
Fluor albus

 Keputihan / vaginal discharge/ leukore


 Epidemiologi: 75% wanita di dunia mengalami keputihan  di Indonesia 25% setidaknya 1x
keputihan
 Klasifikasi berdasarkan posisi: vaginitis: bacterial vaginosis 40-50%, kandidiasis 20-25%,
trikomoniasis 15-20%, dan servisitis: infeksi N gonorrhoeae, C trachomatis
 Klasifikasi berdasarkan etiologi
 Non infeksi: fisiologis, polip servikal dan ektopi, benda asing seperti tampon yang tertinggal,
dermatitis vulvas, lichen planus erosive, keganasan tractus genitalia, fistula
 Nonsexually transmitted infection : vaginosis bakteri, kandidiasis
 Sexually transmitted infection: Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae, Trichomonas
vaginalis
Faktor risiko
Leukorea fisiologis

Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, karena pengaruh estrogen dari
plasenta terhadap uterus dan vagina janin;
saat menars, karena pengaruh estrogen dan biasanya akan hilang dengan
sendirinya;
rangsangan seksual sebelum dan pada waktu koitus akibat transudasi dinding
vagina;
saat ovulasi, berasal dari sekret kelenjar serviks uteri yang menjadi lebih encer;
saat kehamilan,
mood (perasaan hati),  
stress;
saat pemakaian kontrasepsi hormonal;
Duh tubuh
vagina dengan
pendekatan
sindrom
Penatalaksanaan DUH TUBUH VAGINA
 
Keluhan Utama Infeksi Organ Genitalia
GONORRHEA
o Etiologi:Neisseria gonorrhoeae
Faktor Risiko
o Masa inkubasi: 3-7 hari
o Lokasi primer infeksi endoserviks, uretra, 1. Berganti-ganti pasangan seks

kelenjar Skene, dan kelenjar Bartholin 2. Homoseksual dan PSK

o Tempatlainnya = faring, konjungtiva 3. Bayi dengan ibu penderita gonore

o N. gonorrhoeae biasanya terjadi koinfeksi 4. Hubungan seksual dengan penderita gonore

dengan penyakit menular seks lainnya dan wanita tanpa proteksi (kondom)

dengan gonore berisiko mengalami sifilis


GONORRHEA

Gejala Tanda

o 50% asimtomatik o Duh tubuh mukopurulen


o Kencing nanah/keluarnya cairan hijau o Labia/orifisium uretra edema dan
kekuningan dari vagina hiperemis
o Gejala traktus urinarius (disuria) (25%) o Tampak penyumbatan pada meatus
o Uretritis = gatal, panas di sekitar OUE, uretral externa dan kelenjar Bartholin
polakisuria, nyeri saat ereksi ketika ditekan akan mengeluarkan cairan
o Nyeri dan bengkak akut pada labia eksudat
unilateral akibat keterlibatan kelenjar o Palpasi kelenjar Bartholin teraba.
Bartholin membesar dan nyeri curiga abses
o Rectal discomfort akibat kontaminasi o Pemeriksaan spekulum = penyumbatan
genital yang menyebabkan proctitis ektoserviks dengan peningkatan sekret
o Lainnya= perdarahan intermenstrual mukopurulen dari serviks
GONORRHEA
Pemeriksaan Penunjang

o Pewarnaan gram diplococcus gram (-) intrasel


o Kultur dengan media Thayer Martin
o Tes definitif [tes oksidasi, tes fermentasi, tes beta-
lactamase]
o NAAT (nucleic acid amplification test)
GONORRHEA
Tatalaksana
Medikamentosa Non-Medikamentosa

• Tidak melakukan hubungan seksual


hingga sembuh
• Menjaga kebersihan organ genitalia
• Meminum obat rutin
• Kembali ke dokter setelah 7 hari untuk
evaluasi penyakit
• Obati pasangan seksual dengan regimen
obat yang sama
• Jika sudah sembuh, edukasi untuk
menggunakan pengaman ketika
melakukan hubungan seksual dengan
pasangan berbeda
KLAMIDIASIS
Pemeriksaan Penunjang
o Etiologi: Chlamydia trachomatis
o Pewarnaan gram coccus gram (-) intrasel
o Masa inkubasi: 6-14 hari
o Pewarnaan Giemsa badan inklusi (+)
o Lokasi primer infeksi uretra , o Kultur dengan McCoy cell monolayers
o Immunofluorescence dengan antibodi
kelenjar Bartholin, serviks
monoklonal
o 20-40% koinfeksi dengan gonore o NAAT (nucleic acid amplification test)

Gejala Tanda
• 70% asimtomatik • Duh tubuh
• Keluar cairan vagina/uretra mukopurulen
abnormal • Edema serviks Tatalaksana
• Disuria • Ektopik serviks
• Dispareunia o Azitromisin 1 gr PO dosis
• Serviks rapuh
• Perdarahan post coitus tunggal, atau
• Perdarahan intermenstrual o Doksisiklin 2 x 100 mg PO
selama 7 hari
TRIKOMONIASIS
Gejala Tanda
o Etiologi : Trichomonas vaginalis
• 20-50% asimtomatik • Duh tubuh berbusa,
o Masa inkubasi : 4-28 hari • Duh tubuh berbusa berbau, berwarna abu-
dan berbau abu, putih, atau kuning
o Lokasi primer infeksi : vagina, serviks,
• Disuria kehijauan
uretra, kelenjar Skene dan Bartholin, • Peningkatan frekuensi • Inflamasi pada vulva
berkemih • Dinding vagina
kandung kemih • Gatal, bengkak, dan bengkak dan hiperemis
o Faktor risiko : penggunaan IUD, merokok, eritema pada vulva • Spot perdarahan
• Dispareunia multipel pada dinding
berganti pasangan seks • Tidak nyaman pada vagina & serviks
abdomen bagian bawah strawberry
TRIKOMONIASIS
Pemeriksaan Penunjang

o Sediaan basah trichomonas (+) Tatalaksana


o Kultur T. Vaginalis
Medikamentosa
o Dipstick immunoassay
o Metronidazol 2 gr PO dosis tunggal, atau
o NAAT o Metronidazol 2 x 500 mg/ hari PO selama 7 hari
o PH vagina (>4,5)
Non-medikamentosa
o Whiff Test dapat (+)
o Anjurkan abstinence sementara pada pasien dan
pasangannya selama pengobatan diberikan
CANDIDIASIS VULVOVAGINITIS

o Etiologi : Candida albicans


o Penyebab keputihan utama pada wanita
Gejala Tanda
usia reproduksi
• Keluar duh tubuh vagina • Duh tubuh cottage cheese-
putih, kental dan like
Faktor Risiko bergumpal, tidak berbau • Hiperemis labia minora,
• Gatal di daerah vulva introitus vagina, dan 1/3
1. Wanita hamil • Disuria bagian bawah vagina
• dispareunia • Edema pada labia minora
2. Diabetes mellitus
3. Penggunaan kontrasepsi oral
4. Pemakaian antibiotik dan kortikosteroid jangka
lama
5. Penyakit kronis : HIV, gizi buruk
6. Pakaian dalam yang ketat & terbuat dari bahan
yang tidak menyerap keringat
CANDIDIASIS VULVOVAGINITIS

Pemeriksaan Penunjang Tatalaksana

o Sediaan basah dengan KOH 10% pseudohifa Medikamentosa


& budding yeast o Flukonazol 150 mg PO dosis tunggal, atau
o Mikonazol atau klotrimazol 200 mg intravagina
o Pewarnaan gram
1x1, 3 hari, atau
o Kultur dengan agar Sabouraud o Klotrimazol 1 x 500 mg intravagina, dosis tunggal,
o pH vagina (<4,5) atau
o Nistatin 100.000 IU intravagina setiap hari
o Whiff Test (-) selama 14 hari

Non-medikamentosa
o Hindari bahan iritan lokal, misalnya produk
berparfum
o Hindari penggunaan bilas vagina
o Hindari pakaian ketat atau dari bahan sintesis
BACTERIAL VAGINOSIS
o Etiologi : Gardnerella vaginalis, Mycoplasma
Gambaran Klinis
hominis, Bacteroides, Peptococcus
o Terjadi pada sekitar 47% wanita usia reproduksi o Pewarnaan gram/sediaan
o Terjadi akibat perubahan lingkungan vagina basah clue cells (+)*
dari asam menjadi basa gangguan flora o pH vagina >4,5*

normal o Whiff test (+)*

Gambaran Klinis
Tatalaksana
Duh tubuh vagina berwarna bening hingga
putih keabuan, homogen, berbau amis, tanpa o Metronidazol 2 gr PO, dosis tunggal, atau
disertai tanda inflamasi yang menempel pada o Metronidazol 500 mg PO 2x1 selama 7 hari
dinding vagina*
o Alternatif : klindamisin 300 mg PO 2x1 selama

*Kriteria diagnostik Amsel (minimal 3/4 terpenuhi) 7 hari


Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai