Anda di halaman 1dari 26

KELOMPOK 1

1.ARRINA SABILAHAQ
2.DINA WANDIKBO
3.ISTI NURFAIZAH
4.NUR ADI WASKITO
5.VERA CANDRA C.P

Presentation Title
Subtitle
ANTIJAMUR
GOLONGAN AZOL

OBAT ANTI JAMUR


GOLONGAN ALILAMIN
SISTEMIK
GOLONGAN POLIEN
OBAT ANTIJAMUR
GOLONGAN EKINOKANDIN

GOLONGAN ANTIJAMUR LAIN

OBAT ANTIJAMUR GOLONGAN AZOL-IMIDAZOL

TOPIKAL
GOLONGAN
ALILAMIN/BENZILAMIN

GOLONGAN POLIEN

ANTIJAMUR GOLONGAN LAIN


ANTIJAMUR
Jamur merupakan organisme uniseluler maupun multiseluler
(umumnya berbentuk benang disebut hifa, hifa bercabang-cabang
membentuk bangunan seperti anyaman disebut miselium, dinding sel
mengandung kitin, eukariotik, tidak berklorofil.
Penyakit yang disebabkan oleh jamur biasanya akan tumbuh
pada daerah-daerah lembab pada bagian tubuh kita, diantaranya
seperti pada bagian ketiak, lipatan daun telinga, jari tangan dan kaki
dan juga bagian lainnya. Penyakit kulit karena jamur bisa menular
karena kontak kulit secara langsung dengan penderitanya.
Gejala dari penyakit ini adalah warna kulit yang kemerahan,
bersisik dan adanya penebalan kulit.
Mekanisme kerja obat antijamur adalah
dengan mempengaruhi
1. sterol membran plasma sel jamur,
2. sintesis asam nukleat jamur, dan
3. dinding sel jamur yaitu kitin, β glukan,
dan mannooprotein.
GOLONGAN POLIEN
AMFOTERISIN B
Mekanisme kerja
Zat Polyen mengikat ergosterol dalam membran sel jamur
dan membentuk pori-pori yang menyebabkan bahan-bahan esensial
dari sel jamur merembas keluar. Amfoterisin memiliki toksisitas yang
selektif, karena dalam sel-sel manusia sterol utamanya adalah
kolesterol dan bukannya ergosterol.
I Sebagai antibiotika spektrum luas, Amfoterisin B bersifat fungisidal dapat
digunakan dalam hampir semua infeksi jamur.

KI Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif, Gangguan fungsi ginjal, Ibu menyusui,
Pada pasien yang mengonsumsi obat antineoplastik.

ES Deman dan menggigil, gangguan ginjal, Hipotensi, Efek neurologik

IO Amikasin, siklosporin, Gentamisin, paromomycin, pentamidine, Streptomycin,


Vancomycin : meningkatkan risiko kerusakan ginjal
Fluconazole : melawan kerja ampulhoterisin B

D Amfoterisin B konvensional untuk injeksi dilarutkan dalam dekstrosa 5% dengan


dosis kecil pada permulaan, lalu dosis bertahap sampai pada 0,5-0,7mg/kg BB.
Kemudian pada sediaan yang telah ada dipasaran berupa formulasi baru yaitu
Amfoterisin B liposomal atau Amfoterisin formulasi lipid. Dosisnya sebanyak 3-
4mg/kgBB /hari yang diberikan dalam bentuk infus dalam 3-4 jam.
Farmakokinetik Obat
: Amfoterisin B diberikan melalui infus intravena yang
lambat. Amfoterisin B deoksikolat diberikan melalui jalur
intratekal yang lebih berbahaya kadang dipilih untuk
menangani meningitis akibat fungi yang sensitif terhadap obat
ini.
Sedangkan Amfoterisin B pada formula liposomal
memiliki keuntungan primer berupa pengurangantoksisitas
terhadap ginjal dan infus. Amfoterisin B berikatan secara
ekstensif dengan protein plasma dan didistribusikan menuju
ke seluruh tubuh. Kadar obat dan metabolitnya yang rendah
muncul dalam urine pada jangka waktu yang lama. Beberapa
juga dieliminasi melalui empedu.
GOLONGAN AZOL
IMIDAZOL
KETOKONAZOL

Mekanisme kerja
Mengganggu sintesis ergosterol, diikuti peningkatan permeabilitas pada
membrane sel fungi (jamur) dan kebocoran komponen sel.
I Efektif untuk histoplasmosis paru, tulang, sendi, dan jaringan lemak. Efektif pula
untuk kriptokokus nonmeningeal, parakoksidioidomikosis, dermatomikosis,
kandidiasis ( mukokutan, vaginal, oral).

KI Penggunaan ketokonazol dengan terfenadin, astemizol atau sisaprid


dikontraindikasikan karena dapat menyebabkan perpanjangan interval QT dan dapat
menyebabkan aritmia ventrikel jantung.

ES Muntah, Sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia,pruritus, parestesia, gusi


berdarah, erupsi kulit dan trombositopenia. Hepatotoksisitas berat pada wanita
berusia lebih dari lima puluh tahun, nekrosis hati pada penggunaan jangka panjang,
ginekomastia pada pasien pria dan haid tidak teratur bagi wanita.

D Dewasa 1X 200-400mg sehari. anak-anak : 3,3-6,6 mg/kgBB/hari. Lama pengobatan:


5 hari untuk kandidiasis vulvovagnitis, 2 minggu untuk kandidiasis esofagus dan 6-
12 bulan untuk mikosis dalam.
IO Pemberian ketokonazol bersama dengan obat yang menginduksi enzim mikrosom
hati (rifampisin, isoniazid, fenitoin) dapat menurunkan kadar ketokonazol.
Sebaliknya, ketokonazol dapat meningkatkan kadar obat yang dimetabolisme oleh
enzim CYP3A4 sitokrom P450 (siklosporin, warfarin, midazolam, indinavir ).
Farmakokinetik obat
Penyerapan melalui saluran cerna berkurang pada pasien
dengan pH lambung tinggi. Setelah pemberian per oral, obat ini
ditemukan dalam urin, kelenjar lemak, liur, juga pada kulit yang
mengalami infeksi.
Dalam plasma 84% ketokonazol berikatan dengan protein
plasma terutama albumin, 15% berikatan dengan eritrosit, dan 1%
dalam bentuk bebas. Ketokonazol sebagian diekskresikan bersama
cairan empedu ke lumen usus dan hanya sebagian kecil saja yang
dikeluarkan bersama urin, semuanya dalam bentuk metabolit yang
tidak aktif.
GOLONGAN AZOL
TRIAZOL
FLUKONAZOL
Mekanisme kerja:
Flukonazol merupakan inhibitor cytochrome P-450 sterol C-14 alpha-
demethylation (biosintesis ergosterol) jamur yang sangat selektif.
Pengurangan ergosterol, yang merupakan sterol utama yang terdapat di
dalam membran sel-sel jamur, dan akumulasi sterol-sterol yang
mengalami metilase menyebabkan terjadinya perubahan sejumlah fungsi
sel yang berhubungan dengan membran.
I candidiasis mulut, kerongkongan, dan vagina
KI Penderita yang hipersensitif terhadap Fluconazole atau golongan azole lainnya.

ES mual, muntah, diare, nyeri abdomen, sakit kepala, hipersensitivitas,


agranulositosis, sindroma Stevens Johnsons, hepatotoksik, trombositopenia
dan efek pada sistem saraf pusat
D kandidiasis mulut 1 X 50-100 mg selama 1-2 minggu, candidiasis vaginal 150 mg
sebagai dosis tungga. Pada candidiasis sistemis , permulaan 400 mg , lalu 1 dd
200-400mg.

IO Kadar plasma fenitoin dan sulfonilurea akan meningkat pada pemakaian


bersama flukonazol, sebaliknya akan terjadi penurunan kadar plasma warfarin
dan siklosporin. Flukonazol berguna untuk mencegah relaps meningitis yang
disebabkan Cryptococcus pada pasien AIDS setelah pengobatan dengan
amfoterisin B.
• Farmakokinetik obat:
Flukonazol larut air dan cepat diabsorpsi sesudah pemberian
oral, dengan 90% bioavailabilitas, 12% terikat pada protein. Obat ini
mencapai konsentrasi tinggi dalam LCS, paru dan humor aquosus, dan
menjadi obat pilihan pertama untuk meningitis karena jamur.
Konsentrasi fungisidanya juga meningkat dalam vagina, saliva, kulit
dan kuku. Obat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa
dipengaruhi adanya makanan ataupun keasaman lambung.
Kadar puncak 4-8 µg dicapai setelah beberapa kali pemberian
100 mg. Waktu paruh eliminasi 25 jam sedangkan ekskresi melalui
ginjal melebihi 90% bersihan ginjal.
GOLONGAN ALILANIN
TERBINAFIN
Mekanisme kerja :

Terbinafin menghambat kerja enzim squalene epoxidase (enzim


yang berfungsi sebagai katalis untuk merubah squalene-2,3 epoxide)
pada membran sel jamur sehingga menghambat sintesis ergosterol
(merupakan komponen sterol yang utama pada membran plasma sel
jamur).
I bekerja terhadap Malassezia furfur, penyebab panu, juga bekerja pada
kandidiasis, lebih banyak terhadap kuku kapur, Tinea capitis pada anak-anak.

KI Penderita hipersensitif terhadap terbinafine dan zat tambahan yang terkandung


dalam tablet atau krim

ES diare, dispepsia, dan nyeri abdomen. Terbinafin tidak direkomendasikan untuk


pasien dengan penyakit hepar kronik atau aktif

IO Konsentrasi terbinafin akan menurun jika diberikan bersama rifampisin. Namun


kadar dalam darah dapat meningkat apabila diberikan bersama simetidin yang
merupakan suatu inhibitor sitokrim P-450.
DOSIS
Dewasa Anak-anak
Onikomikosis Kuku tangan : 250 mg/hr 3-6 mg/khg/hr x 6-12
x 6 minggu minggua
Kuku kaki : 250 mg/hr x
12 minggu

Tinea kapitis 250 mg/hr x 2-8 minggu Infeksi Trichophyton :


3-6 mg/kg/hr x 2-4
minggua
Infeksi Microsporum :
3-6 mg/kg/hr x 6-8
minggua
Tinea korporis, tinea 250 mg/hr x 1-2 minggu 3-6 mg/kg/hr x 1-2
kruris minggu
Tinea pedis (mokasin) 250 mg/hr x 2 minggu b

Dermatitis seboroik 250 mg/hr x 4-6 minggu b


• Farmakokinetik Obat:
Dosis oral 250 mg secara tunggal menghasilkan kadar
puncak plasma 0,8 mg/l 2 jam setelah pemberian. Total klirens
plasma terbinafine sekitar 1250 ml/menit dan paruh eliminasi
plasma sampai 16 jam. Bioavailabilitas terbinafine tidak
dipengaruhi oleh makanan.Terbinafine terikat kuat pada protein
plasma (99%). Obat ini secara cepat berdifusi melalui jaringan
dermis dan tertumpuk di dalam lapisan lipofilik stratum korneum.
GOLONGAN EKINOKANDIN

ANIDULAFUNGIN
Mekanisme kerja:
Inhibitor nonkompetitif dari synthase 1,3- beta - D - glucan
menghasilkan pembentukan berkurang dari 1,3- beta - glukan - D , sebuah
polisakarida penting yang terdiri dari 30 % sampai 60 % dari dinding sel
Candida ( absen dalam sel mamalia ) ; menurun konten glukan mengarah ke
ketidakstabilan osmotik dan lisis seluler
I kandidemia pada pasien dewasa non-neutropenia.

KI hipersensitif terhadap anidulafungin

ES trombositopenia, koagulapati, hiperkalemia, hipokalemia, hipomagnesemia,


kejang, sakit kepala, kemerahan, diare, peningkatan gama-glutamiltransferase,
peningkatan alkalin fosfatase dalam darah, peningkatan alanin aminotransferase,
ruam, pruritus.

D infus intravena, dosis awal 200 mg sebagai dosis tunggal, diikuti 100 mg/hari.
Terapi dilanjutkan selama minimal 14 hari sesudah hasil positif terakhir pada
kultur.

IO Saccharomyces boulardii : Agen antijamur ( sistemik , oral ) dapat mengurangi


efek terapi dari Saccharomyces boulardii . Hindari kombinasi
Farmakokinetik Obat:
Absorbsi : diserap dengan cepat dan baik melalui
saluran cerna.Pemberian bersama makanan memperlambat
penyerapan tapi jumlah yang diserap tidak berkurang.
Penyerapan juga diperlambat pada pemberian bersama suspensi
alumunium hidroksida/magnesium hidroksida dan dengan
neomisin.
GOLONGAN LAIN

FLUSITOSIN
Mekanisme
Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin
deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA
setelah mengalami deaminasi menjadi 5-fluorourasil dan fosforilasi.
Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan Iangsung
sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil. Keadaan ini tidak terjadi pada
sel mamalia karena dalam tubuh mamalia flusitosin tidak diubah
menjadi fluorourasil.
I infeksi sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat diberikan per oral.
Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya diindikasikan pada
kromoblastomikosis

KI hipersensitif terhadap flusitosin

ES mual,muntah dan diare, anemia, leukopenia, dan trombositopenia,


terutama pada penderita dengan kelainan hematologik, yang sedang
mendapat pengobatan radiasi atau obat yang menekan fungsi tulang

D Flusitosin tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg. Dosis yang biasanya
digunakan ialah 50-150 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam 4 dosis.
Indikasi: infeksi sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat diberikan per
oral.
Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya diindikasikan pada
kromoblastomikosis
Farmakokinetik Obat:
Absorbsi : diserap dengan cepat dan baik melalui saluran
cerna.Pemberian bersama makanan memperlambat penyerapan tapi
jumlah yang diserap tidak berkurang. Penyerapan juga diperlambat
pada pemberian bersama suspensi alumunium hidroksida/magnesium
hidroksida dan dengan neomisin.
Distribusi :didistribusikan dengan baik ke seluruh jaringan
dengan volume distribusi mendekati total cairan tubuh.
Ekskresi : 90% flusitosin akan dikeluarkan bersama melalui
filtrasi glomerulu dalam bentuk utuh, kadar dalam urin berkisar antara
200-500µg/ml.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai