Anda di halaman 1dari 10

Anti Jamur

Menurut indikasi klinis obat– obat antijamur dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu:
Antijamur untuk infeksi sistemik, termasuk: amfoterisin B, flusitosin, imidazol
(ketokonazol, flukonazol, mikonazol), dan hidroksistilbamidin.
Antijamur untuk infeksi dermatofit dan mukokutan, termasuk griseofulfin,
golongan imidazol (mikonazol, klotrimazol, ekonazol,isokonazol, tiokonazol, dan
bifonazol), nistatin, tolnaftat, danantijamur topikal lainnya (kandisidin, asam
undesilenat, dannatamisin)

Sistemik
Golongan azol
Ketokonazol
Ketokonazol merupakan antijamur pertama yang dapat diberikanper oral.
Ketokonazol diabsorbsi dengan baik melalui oral yangmenghasilkan kadar yang
cukup untuk menekan pertumbuhan berbagai jamur. Dengan dosis oral 200 mg,
diperoleh kadar puncak 2-3 mcg/ml yang bertahan selama 6 jam atau lebih.
Absorbsi akan menurun pada pH cairan lambung yang tinggi, atau bila diberikan
bersama antasida atauanti histamin H2. Setelah pemberian oral, obat ini dapat
ditemukan dalam urin, kelenjar lemak, air ludah, kulit yang mengalami infeksi,
tendon, dancairan sinovial. Ikatan dengan protein plasma 84% terutama dengan
albumin, 15 % diantaranya berikatan dengan sel darah dan 1% terdapat dalam
bentuk bebas.
Efek samping: Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping yang sering
dijumpai terjadi pada 20% pasien yang mendapat dosis 400 mg/hari. Alergi dapat
terjadi pada 4% pasien, dan gatal tanpa rash terjadi sekitar 2% pada pasien yang
diterapi ketokonazol. Hepatitis druginduced dapat terjadi pada beberapa hari
pemberian terapi atau dapat terjadi berbulan-bulan setelah pemberian terapi
ketokonazol.

Itrakonazol
Itrakonazol dosis kontinyu sama efektif dengan dosis pulse. Pada onikomikosis
kuku tangan, pulse terapi diberikan selama 2 bulan, sedangkan onikomikosis kuku
kaki selama 3 bulan. Itrakonazol tersedia juga dalam bentuk kapsul 100 mg.
Bentuk kapsul diberikan dalam kondisi lambung penuh untuk absorpsi maksimal,
karena cyclodextrin yang terdapat dalam bentuk ini sering menimbulkan keluhan
gastrointestinal.
Efek samping: Efek samping yang sering dijumpai adalah masalah
gastrointestinalseperti mual, nyeri abdomen dan konstipasi. Efek samping lain
seperti sakit kepala, pruritus, dan ruam alergi.

Flukonazol
Penggunaan untuk orang dewasa dan kandidiasis vagina adalah 150 mg dosis tunggal. Pada
kandidiasis vulvovaginal rekuren 150 mgtiap minggu selama 6 bulan atau lebih.
Tinea pedis dengan 150 mg tiapminggu selama 3-4 minggu, dengan 75%
perbaikan pada minggu ke-4. Pada terapi onikomikosis, terbinafin 250 mg sehari
selama 12 minggulebih utama dibandingkan flukonazol 150 mg tiap minggu
selama 24 minggu. Pada pitiriasis versikolor digunakan 400 mg dosis tunggal.
Pada suatu penelitian open label randomized meneliti pitiriasisversikolor yang
diterapi dengan 400 mg flukonazol dosis tunggal dibandingkan dengan 400 mg
itrakonazol, ternyata flukonazol lebihefektif dibandingkan itrakonazol dengan
dosis sama.
Flukonazol diserap baik melalui saluran cerna, dan kadarnya dalam plasma,
setelah pemberian IV, diperoleh lebih dari 90% kadar plasma. Absorpsi per oral
tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Kadar puncak dalam plasma diperoleh
0,5 jam sampai 1,5 jam setelah pemberian denganwaktu paruh sekitar 30 jam.
Kadar menetap dalam plasma dengan dosisharian diperoleh pada hari ke 4 sampai ke 5
yang kira–kira 80% kadar plasma.
Efek samping: Efek samping yang sering adalah masalah gastrointestinal seperti
mual, muntah, diare, nyeri abdomen dan juga sakit kepala. Selain
ituhipersensitivitas, agranulositosis, sindroma Stevens Johnsons, hepatotoksik,
trombositopenia dan efek pada sistem saraf pusat.

Varikonazol
Efek toksik vorikonazol yang sering ditemukan adalah gangguan penglihatan
transien (30%). Meski dapat ditoleransi dengan baik, pada 10-15% kasus
ditemukan adanya abnormalitas fungsi hepar sehingga dalam pemberian
vorikonazol perlu dilakukan monitor fungsi hepar.

Posakonazol
Posakonazol memiliki kemampuan antijamur terluas saat ini. Tidak ditemukan
resistensi silang posakonazol dengan flukonazol. Posakonazol merupakan satu-
satunya golongan azol yang dapatmenghambat jamur golongan Zygomycetes.
Posakonazol juga dapatdigunakan dalam pengobatan aspergilosis dan fusariosis.
Posakonazol hanya tersedia dalam bentuk suspensi oral, dapat diberikan dengan
rentang dosis 50-800 mg. Pemberian awal posakonazol dibagi menjadi empat dosis guna
mencapai level plasma adekuat. Pemberian posakonazol dapat juga diberikan dua
kali sehari pada keadaan tidak membahayakan jiwa.

Golongan Alilamin
Tarbinafin
Oral terbinafin efektif untuk pengobatan dermatofitosis pada kulit dan kuku.
Dosis terbinafin oral untuk dewasa yaitu 250 mg/hari, tetapi pada pasien dengan
gangguan hepar ataufungsi ginjal (kreatinin klirens < 50 ml/menit atau konsentrasi
serum kreatinin > 300 μmol/ml) dosis harus diberikan setengah dari dosis
tersebut. Pengobatan tinea pedis selama 2 minggu, tinea korporis dankruris selama
1-2 minggu, sedangkan infeksi pada kuku tangan selama3 bulan dan kuku kaki
selama 6 bulan atau lebih.
Efek samping: Efek samping pada gastrointestinal seperti diare, dispepsia,
dannyeri abdomen. Terbinafin tidak direkomendasikan untuk pasien dengan
penyakit hepar kronik atau aktif.

Golongan polien
Amfoterisin B
Kebanyakan pasien dengan infeksi mikosis dalam diberikan dosis1-2 gr
amfoterisin B deoksikolat selama 6-10 minggu. Orang dewasa dengan fungsi
ginjal yang normal diberikan dosis 0,6-1,0 mg/kg BB. Sebelum pemberian obat,
terlebih dahulu dites dengan dosis 1 mg amfoterisin B di dalam 50 ml cairan
dextrose dan diberikan selama 1-2 jam (anak-anak dengan berat badan kurang
dari 30 kg diberikan dosis0,5 mg) kemudian diobservasi dan dimonitor suhu,
denyut jantung dantekanan darah setiap 30 menit oleh karena pada beberapa
pasien dapattimbul reaksi hipotensi berat atau reaksi anafilaksis. Dosis obat
dapatditingkatkan > 1 mg/kgBB, tetapi tidak melebihi 50 mg.
Efek samping: Mual dan muntah dapat juga dijumpai tetapi jarang, sedangkan
efeklokal flebitis sering juga dijumpai. Efek samping toksik yang paling serius
adalah kerusakan tubulus ginjal.

Nistatin
Nistatin hampir tidak diabsorpsi melalui kulit, membran mukosa,atau saluran
cerna. Semua nistatin yang masuk kesaluran cerna dikeluarkan kembali melalui
tinja, dan tidak ditemukan adanya nistatin dalam darah atau jaringan.

Golongan Ekinokandin
Kaspofungin
Kaspofungin mempunyai aktifitas spektrum yang terbatas. Kaspofungin
efektif terhadap Aspergillus fumigates, Aspergillus flavus dan Aspergillus terreus.
Kaspofungin mempunyai aktifitas yang berubah-ubah terhadap Coccidioides
immitis, Histoplasma capsulatum dan dermatiaceous molds.
Efek samping: Efek samping yang sering dijumpai yaitu demam, adanya ruam
kulit, mual, muntah.

Mikafungin

Anindulafungin

Golongan antijamur lain


Flusitosin
Pada orang dewasa dengan fungsi ginjal yang normal, pemberian flusitosin
diawali dengan dosis 100 mg/kg BB perhari, dibagi dalam 4 dosis dengan interval
6 jam namun jika terdapat gangguan ginjal pemberian flusitosin diawali dengan
dosis 25 mg/kgBB. Efek samping yang sering dijumpai yaitu mual, muntah dan
diare. Trombositopenia dan leukopenia dapat terjadi jika konsentrasi obat didalam
darah meninggi, menetap (>100 mg/L) dan dapat juga dijumpai jika obat
dihentikan. Peninggian kadar transaminase dapat juga dijumpai pada beberapa
pasien tetapi dapat kembali normal setelahobat dihentikan.

Griseofulvin
Absorpsi griseofulvin sangat bergantung pada keadaan fisik obat ini dan
absorpsinya dibantu oleh makanan yang banyak mengandung lemak. Griseofulvin
berukuran mikro dengan dosis 1 gram / hari akan menghasilkan kadar dalam
darah 0,5– 1,5 mcg/ml. Griseofulvin berukuran ultramikro diabsorpsi 2 kali lebih
baik dari senyawa berukuran mikro. Metabolisme terjadi di hati. Metabolit
utamanya adalah 6-metilgriseofulvin. Waktu paruhnya kira– kira 24 jam. Jumlah
yang diekskresikan melalui urine adalah 50% dari dosis oral yang diberikan dalam
bentuk metabolit dan berlangsung selama 5 hari. Kulit yang sakit mempunyai
afinitas lebih besar terhadap obat ini, ditimbun dalam sel pembentuk kreatin,
terikat kuat dengan kreatin dan akan muncul bersama sel yang baru berdiferensiasi
sehingga sel baru ini akan resisten terhadap serangan jamur. Kreatin yang
mengandung jamur akan terkelupas dan digantikan oleh sel baru yang normal.
Griseofulvin ini dapat ditemukandalam sel tanduk 4– 8 jam setelah pemberian.
Dosis pada anak-anak 20-25 mg/kg/hari (mikrosize), atau 15-20 mg/kg/hari
(ultrasize) selama 6-8 minggu (Bellantoni, 2008). Dosis griseofulvin (pemberian
secara oral) yaitu dewasa 500-1000mg/ hari (microsize) dosis tunggal atau terbagi
dan 330-375 mg/hari (ultramicrosize) dosis tunggal atau terbagi (Rubin, 2002). Lama
pengobatan untuk tinea korporis dan kruris selama 2-4 minggu, untuktinea kapitis
paling sedikit selama 4-6 minggu, untuk tinea pedisselama 4-8 minggu dan untuk
tinea unguium selama 3-6 bulan.
Efek samping: Efek samping griseofulvin biasanya ringan berupa sakit kepala,
mual, muntah, dan nyeri abdomen. Timbulnya reaksi urtikaria danerupsi kulit
dapat terjadi pada sebagian pasien.

Anti jamur topikal


Golongan azol-imidazol
Klotrimazol
Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan krim klotrimazol 1% dosis
dan lamanya pengobatan tergantung kondisi pasien, biasanya diberikan selama 2-
4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari.

Ekonazol
Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulitdigunakan ekonazol krim 1 %, dosis
dan lamanya tergantung dari kondisi pasien, biasanya diberikan selama 2-4
minggu dan dioleskan 2 kali sehari. Ekonazol penetrasi dengan cepat di stratum
korneum. Kurang dari 1% diabsorpsi ke dalam darah.
Efek samping: Sekitar 3% pasien mengalami eritema lokal, sensasi
terbakar,tersengat, atau gatal.

Mikonazol
Mikonazol cepat berpenetrasi pada stratum korneum dan bertahan lebih dari 4
harisetelah pengolesan. Kurang dari 1% diabsorpsi dalam darah. Pengobatan
infeksi jamur pada kulitdigunakan mikonazol krim 2%, dosis dan lamanya
pengobatantergantung dari kondisi pasien, biasanya diberikan selama 2-4 minggu
dan dioleskan 2 kali sehari.
Efek samping: Efek samping pemakaian topikal vagina adalah rasa terbakar,
gatalatau iritasi 7% kadang-kadang terjadi kram di daerah pelvis (0,2%),sakit
kepala, urtika, atau skin rash. Iritasi, rasa terbakar dan maserasi jarang terjadi pada
pemakaian kutaneus. Mikonazol aman digunakan pada wanita hamil.

Ketokonazol
Ketokonazol mempunyai ikatan yang kuat dengan keratin danmencapai keratin
dalam waktu 2 jam melalui kelenjar keringat ekrin. Penghantaran akan menjadi
lebih lambat ketika mencapai lapisan basal epidermis dalam waktu 3-4 minggu.
Konsentrasi ketokonazol masih tetap dijumpai, minimal 10 hari setelah obat
dihentikan.

Sulkonazol
Pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan sulkonazol krim 1%.

Terkonazol
Pengobatan kandidiasis vaginalis yang disebabkan Candida albicans, digunakan
terkonazol krim vagina 0,4% (20 gr terkonazol) yang dimasukkan ke dalam
vagina menggunakan aplikator sebelum waktu tidur, 1 kali sehari selama 3 hari berturut-
turut dan vaginal supositoria dengan dosis 80 mgterkonazol, dimasukkan ke
dalam vagina, 1 kali sehari sebelum waktutidur selama 3 hari berturut-turut.

Tiokonazol
Pengobatan kandidiasis vaginalis yang disebabkan Candida albicans, digunakan
terkonazol krim vagina0,4% (20 gr terkonazol) yang dimasukkan ke dalam vagina
menggunakan aplikator sebelum waktu tidur.

Sertakonazol
Sertakonazol dapat digunakan untuk pengobatan dermatofitosisdan candida sp,
digunakan sertakonazol krim 2%, dioleskan 1-2 kalisehari selama 4 minggu.

Golongan alilamin/benzilamin
Naftifin
Untuk pengobatan digunakan krim naftifin hidrokloridakrim 1% dioleskan 1 kali
sehari selama 1 minggu.

Tarbinafin
Digunakan terbinafinkrim 1% yang dioleskan 1 atau 2 kali sehari.
Butenafin
Butenafin bersifat fungisidal terhadap dermatofita dan dapat digunakan untuk
pengobatan tinea korporis, tinea kruris dan tinea pedis, dioleskan 1 kali sehari
selama 4 minggu.

Golongan polien
Nistatin
Pengobatan kandidiasis kutis dapat digunakan nistatin topikal pada kulit atau
membrane mukosa (rongga mulut, vagina).
Efek samping: Nistatin biasanya tidak bersifat toksik tetapi kadang-kadabng dapat
timbul mual, muntah dan diare jika diberikan dengan dosis tinggi.

Golongan lain
Asam Udesilenat
Tersedia dalam bentuk salep, krim, bedak spray powder , sabun, dancairan. Salap asam
undesilenat mengandung 5% asam undesilenat dan 20% zinc undesilenat. Zinc bersifat
astringent yang menekaninflamasi. Preparat ini digunakan untuk mengatasi
dermatomikosis, khususnya tinea pedis. Efektifitas masih lebih rendah dari
imidazol, haloprogin atau tolnaftat. Preparat ini juga dapat digunakan pada
ruampopok, dan tinea kruris.

Salep whitefield
Arthur Whitefield membuat preparat salep yangmengandung 12% asam benzoate
dan 6% asam salisilat. Kombinasi inidikenal dengan salep Whitefield. Asam
benzoat bekerja sebagai fungistatik, dan asam salisilat sebagai keratolitik
sehinggamenyebabkan deskuamasi keratin yang mengandung jamur. Digunakan untuk
mengatasi tinea pedis, dan tinea kruris.
Efek samping: Preparat ini sering menyebabkan iritasi khususnya jika dipakai
pada permukaan kulit yang luas. Selain itu absorpsi secara sistemik dapat terjadi,
dan menyebabkan toksisitas asam salisilat, khususnya pada pasien yang
mengalami gagal ginjal.
Amorolfin
Amorolfin merupakan phenylpropylpiperidine. Bekerja dengancara menghambat
biosintesis ergosterol jamur. Aktifitas spektrumnya luas, dapat digunakan untuk
pengobatan tinea korporis, tinea kruris,tinea pedis dan onikomikosis. Sediaannya
Amorolfin 5%.

Siklopiroks olamin
Siklopiroks olamin adalah antijamur sintetik hydroxypyridone, bersifat fungisidal,
sporisida dan memiliki penetrasi yang baik pada kulit dan kuku.

Haloprogin
Haloprogin merupakan halogenated phenolic, efektif untuk pengobatan tinea
korporis, tinea kruris, tinea pedis dan pitiriasis versikolor, dengan konsentrasi 1%
dioleskan 2 kali sehari selama 2-4 minggu.

Timol
Timol adalah antiseptik yang larut dalam alkohol efektif dalam bentuk tingtur
untuk mengobati onikolisis. Timol bekerja sebagaiantiseptik membunuh
organisme pada saat alkohol menguap.
Efek samping: Penggunaan timol beresiko iritasi, dan memiliki bau yang tidak
menyenangkan.

Castellani’s paint
Castellani’s paint (carbol fuchsin paint) memiliki aktifitas antijamur dan
antibacterial.
Efek samping: Efek sampingnya adalah iritasi dan reaksi toksik terhadap fenol.

Alumunium chloride
Alumunium Chloride 30% memiliki efikasi mirip dengan Castellani’s paint
pada terapi tinea pedis.

Gentian violet
Solusio gentianviolet dengan konsentrasi 0,5-2% digunakan pada infeksi jamur
mukosa. Gentian violet memiliki efek antijamur dan antibaterial.

Pottasium permanganat
Potassium permanganat tidak memiliki aktifitas antijamur. Pada pengenceran
1:5000 sering digunakan untuk meredakan inflamasi akibat kandidiasi
intertriginosa.

Selenium sulphide
Losio 2,5% selenium sulphide untuk terapi pitiriasis versikolor dan dermatitis
seboroik. Pengguinaan losio selama 10 menit satu kalisehari selama pemakaian 7
hari, tidak terjadi absorpsi perkutaneus yang signifikan. Selenium sulphide 2,5%
dalam bentuk sampo dapat menyebabkan iritasi pada kulit kepala atau perubahan
warna rambut.

Zinc pyrithione
Zinc pyrithione adalah antijamur dan antibakteri yang digunakan mengatasi
pitiriasis sika. Sampo zinc pyrithione 1% efektif pada terapi pitiriasis versikolor
yang dioleskan setiap hari selama 2 minggu.

Sodium thiosulphate dan salicylic acid


Solusio 25% sodium thiosulfate dikombinasi dengan 1% salicylicacid tersedia
preparat komersial dan digunakan pada tinea versikolor.

Prophylen glycol
Prophylen glycol (50% dalam air) telah digunakan untuk mengatasi pitiriasis
versikolor. Prophylen glycol 4-6% sebagai agen keratolitik, yang secara in vitro
bersifat fungistatik terhadap Malassezia furfur kompleks.

Anda mungkin juga menyukai