Anda di halaman 1dari 15

DISKUSI KASUS

1. Tadi disebutkan bahwa didapatkan 3 DD yaitu tinea korporis, pitiriasis


rosea dan psoriasis. Bagaimana anda dapat menyimpulkan bahwa pada
kasus ini tinea?
Jawab:
Kasus Tinea Korporis Pitiriasis Rosea Psoriasis Vulgaris

Epidemiologi Infeksi dermatofita lima kali Pitiriasis rosea didapati pada Psoriasis dapat dijumpai
lebih banyak terjadi pada laki- semua umur, terutama antara pada laki-laki dan
Laki-laki laki daripada perempuan dan usia 15-40 tahun, jarang perempuan dalam jumlah
Usia 55 tahun terutama menyerang pada terjadi pada usia kurang dari yang sama. Puncak insiden
Alamat: Kertapati, Palembang orang dewasa. Tinea corporis 2 tahun dan lebih dari 65 psoriasis terjadi pada usia
merupakan infeksi yang tahun. Beberapa sumber juga dewasa awal (20 sampai 30
umum terjadi pada daerah menyebutkan bahwa pitiriasis tahun) dan dewasa lanjut
dengan iklim tropis seperti rosea terutama muncul pada (50 sampai 60 tahun),
negara Indonesia. remaja dan dewasa muda psoriasis dapat dijumpai
pada usia 10-35 tahun. pada segala usia.
Faktor Predisposisi Kebersihan badan dan Diduga pitiriasis rosea Diduga adanya
lingkungan yang kurang, merupakan eksantema virus Keterkaitan faktor
Aktivitas pasien lebih banyak sangat besar pengaruhnya yang berhubungan dengan genetik dengan beberapa lokus
diluar, sehingga mengakibatkan terhadap perkembangan reaktivasi Human Herpes gen yaitu PSORS1, PSORS2,
lebih banyak berkeringat. penyakit ini. Virus (HHV-7 dan HHV-6). PSORS3, PSORS4, PSORS5,
Pasien mengatakan setelah PSORS6, PSORS7, PSORS 8
Erupsi menyerupai pitiriasis
beraktivitas pasien hanya Faktor iklim atau cuaca dan PSORS 9. Pencetus dari
rosea dapat terjadi setelah
mengganti baju saja dan tidak panas, genetik, hiperhidrosis, lingkungan antara lain infeksi
pemberian obat, misalnya
langsung mandi atau kondisi imunosupresif dan (streptokokus, sstapilokokus
bismut, arsenik, barbiturat,
membersihkan diri. malnutrisi.. dan human
metoksipromazin, captopril,
klonidin, ergotamine, dll. immunodeficiency virus),
Dan telah dilaporkan timbul stress, obat-
setelah pemberian agen obatan (litium, beta
biologik, Terdapat pula blockers, antimalaria, obat
laporan erupsi menyerupai antiinflamasi non steroid,
pitiriasis rosea yang timbul tetrasiklin, angiotensin
setelah vaksinasi difteri, converting enzyme
cacar, pneumokokus, virus inhibitors, calcium channel
Hepatitis B, BCG, dan virus blockers, kalium iodida),
influenza. trauma fisik, paparan sinar
ultraviolet, faktor metabolik
(pubertas, kehamilan),
Lebih sering pada cuaca
merokok, dan konsumsi
dingin
alkohol yang berlebihan.
Gejala Klinis Gambaran klinis pada tinea Dapat terjadi gejala Penderita psoriasis vulgaris
korporis berupa lesi bulat atau menyerupai flu termasuk biasanya memperoleh adanya
Timbul bercak kemerahan di lonjong, berbatas tegas terdiri malaise, nyeri kepala, nausea, keluhan gatal dan bercak
perut. Bercak awalnya sebesar atas eritema, skuama, kadang- hilang nafsu makan, demam merah berisisik pada lokasi
koin logam yang semakin lama kadang dengan vesikel dan dan artralgia. Gejala ini hadir predileksi. Keluhan dapat
semakin meluas dan melebar. papul di tepi. Daerah sebelum atau selama bersifat akut (hitungan hari)
Bercak disertai dengan rasa tengahnya biasanya lebih perjalanan ruam pada 69% maupun kronis (bulanan
gatal. Rasa gatal timbul secara tenang. Kadang-kadang pasien. sampai tahunan), dengan
bersamaan. Rasa gatal semakin terlihat erosi dan krusta akibat ataupun tanpa riwayat
hebat jika pasien berkeringat garukan. Lesi-lesi pada Penyakit ini dimulai dengan rekurensi. Selain lesi kulit
atau saat beraktivitas dan umumnya merupakan bercak- munculnya lesi pertama, lesi penderita psoriasis sering kali
diperingan jika digaruk. Pasien bercak terpisah satu dengan yang lebih besar yang disebut mengeluhkan adanya nyeri
sering menggaruknya sehingga yang lain. "herald patch" soliter, sendi, kerusakan kuku
bercak semakin meluas. Setelah pertama kali muncul di maupun nyeri di lidah. Lesi
pasien menggaruk tempat yang Kelainan kulit dapat pula batang tubuh. Biasanya klasik psoriasis berupa plak
gatal, pasien tidak mencuci terlihat sebagai lesi-lesi berbentuk lingkaran atau oval eritema berbatas tegas dan
tangannya. Untuk mengurangi dengan pinggir yang diameternya kira-kira 3 cm, ditutupi skuama berwarna
rasa gatal, pasien juga polisiklik, karena beberapa berukuran koin atau sedikit putih. Skuama pada lesi
terkadang mandi dengan lesi kulit yang menjadi satu. lebih besar, dan berwarna tampak berwarna putih
menggunakan air hangat. Kemudian pasien akan lebih terang di tengahnya. menyerupai lilin ketika
mengeluh rasa gatal, karena Kemudian munccul lesi baru dikerok (fenomena Kaarsvlek
Tiga hari setelah timbul bercak rasa gatal semakin memberat seperti christmas tree atau tetesan lilin). Ketika
pertama, muncul bercak pasien menggaruk lesi pattern. Ruam terdiri atas pengerokan dilanjutkan maka
kemerahan di tempat lain yaitu sehingga lesi menjadi lebih eritema dan skuama halus di akan dijumpai bintik-bintik
di pinggang. Bercak yang luas dan menyebar. Rasa gatal pinggir. Lamanya beberapa perdarahan berukuran kecil
muncul sama seperti bercak akan semakin meningkat jika hari hingga beberapa minggu. (pin point bleeding) yang
yang berada pada bagian perut banyak berkeringat. disebut sebagai tanda Auspitz.
pasien. Lalu satu minggu Hewan peliharaan
kemudian bercak semakin
melebar dan seakan-akan
menyatu dengan bercak yang
berada di perut, namun masih
terdapat kulit yang sehat. Tepi
bercak tampak lebih merah
dibandingkan pada bagian
dalam. Bercak ditutupi dengan
sisik diatasanya
Predileksi Predileksi tinea korporis Lesi pada pitiriasis rosea Lesi psoriasis vulgaris
dapat terjadi wajah, batang dapat dijumpai pada batang cenderung simetris dijumpai
Regio umbilical, hipogastrica, tubuh, anggota gerak atas dan tubuh, ekstremitas atas pada bagian ekstensor
lumbalis dexta et sinistra, dan bawah. bagian proksimal dan tungkai ekstremitas terutama siku dan
iliaca dextra et sinistra atas, dengan <10% lesi distal lutut, kulit kepala,
hingga pertengahan lengan lumbosakral bagian bawah,
atas atau pertengahan paha. bokong dan genitalia Selain di
tempat-tempat tersebut lesi
juga dapat dijumpai pada
umbilikus dan celah
intergluteal
Efloresensi Lesi anular, bulat atau Lesi bulat atau oval yang Plak eritema berbatas tegas
lonjong berbatas tegas terdiri diskret, dengan skuama ditepi dan ditutupi skuama berwarna
Pada regio umbilical, atas eritema, skuama, kadang- dan bagian tengah yang lebih putih. Skuama tebal berlapis-
hipogastrica, lumbalis dexta et kadang dengan vesikel dan terang. Penyakit dimulai lapis dan berwarna putih
sinistra, dan iliaca dextra et papul di tepi. Daerah dengan lesi pertama (Herald seperti mika.
sinistra tampak patch tengahnya biasanya lebih patch), umumnya di badan,
eritematosa berjumlah multiple tenang yang disebut central soliter, berbentuk oval dan Skuama pada lesi tampak
irreguler ukuran 0,6-8.5 cm x healing. Tapi kadang juga anular, diameternya kira-kira berwarna putih menyerupai
1,2-13 cm, berbatas tegas, tepi dijumpai erosi dan krusta 3 cm, lesi berikutnya timbul lilin ketika dikerok.
aktif dengan central healing, akibat garukan. Lesi-lesi 4-10 hari setelah lesi
polisiklik, penyebaran diskret umumnya merupakan bercak- pertama, memberi gambaran Ketika pengerokan dilanjutkan
sampai konfluens dengan bercak terpisah satu dengan yang khas, sama dengan lesi maka akan dijumpai bintik-
ditutupi skuama di atasnya. yang lain. Kelainan kulit pertama hanya lebih kecil bintik perdarahan berukuran
dapat juga terlihat sebagai yaitu christmas tree pattern, kecil.
lesi-lesi dengan pinggir susunannya sejajar dengan
polisiklik, karena beberapa kosta.
lesi kulit yang menjadi satu.
Pemeriksaan Penujang
 Uji goresan lilin (-)  Uji goresan lilin (-)  Uji goresan lilin (+)
Dermatologi
 Auspitz sign (-)  Auspitz sign (-)  Auspitz sign (+)
 Uji goresan lilin (-)  Fenomena koebner (-)  Fenomena koebner (-)  Fenomena koebner (+)
 Auspitz sign (-)
 Fenomena koebner (-)

Pemeriksaan Penujang  Pemeriksaan kerokan  Pemeriksaan kerokan  Pemeriksaan kerokan kulit


kulit dengan KOH 10%, kulit dengan KOH 10% dengan KOH 10% (-)
dijumpai elemen jamur (-)
Pemeriksaan kerokan kulit berupa hifa (benang-
dengan KOH 10%, dijumpai benang) panjang yang
elemen jamur berupa hifa bersepta.
(benang-benang) panjang yang
bersepta.
2. Mengapa pada kasus diberikan obat antijamur topikal dan sistemik?
Jawab :
Diberikan topikal dan sistemik (oral) :
- Karena lesi lebih dari 1 regio/lokasi
- Dan diperhatikan juga apakah ada indikasi topikal gagal karena pernah
diberi terapi
- Ada dan merupakan kasus tinea ulangan atau rekuren

3. Mengapa anda memilih terbinafin sebagai antifungal topikal pada kasus?


Jawab:
 Golongan allilamin dipilih daripada golongan lain karena berdasarkan
penelitian, efficacy pengobatan dari allilamin lebih baik untuk kasus
dermatofitosis dibandingkan dengan golongan azol.
 Hal ini dikarenakan allilamin memiliki sifat lipofilik dan keratofilik yang
meungkinkan obat ini dapat tetap aktif setelah pengobatan dihentikan karena
adanya ikatan dengan keratin. Selain itu golongan allilamin bersifat
fungisidal sedangkan obat azol bersifat fungistatik.27
 Golongan allilamin terdiri dari naftifin dan terbinafin.
 Naftifin hidroklorida dan terbinafin adalah alillamin yang sangat aktif
terhadap dermatofita, tetapi kurang efektif terhadap ragi. Aktivitas antijamur
berasal dari inhibisi selektif skualen epoksidase, suatu enzim kunci untuk
sintesis ergosterol.28
 Berdasarkan sebuah penelitian didapatkan bahwa terbinafin mempunyai
tingkat kesembuhan yang lebih tinggi (80,6%) dibandingkan dengan
naftifine (75%).
 Terbinafine bekerja dengan cara mengganggu pembentukan sterol, yang
berperan penting untuk menjaga keutuhkan membran sel jamur. Dengan
begitu, dinding sel akan melemah dan jamur akan mati.
 Efek samping terbinafin lebih minimal dibandingkan naftifine. Efek samping
yang sering terjadi, ditandai gatal, kemerahan, kering, mengelupas, iritasi
pada kulit

4. Mengapa terbinafin diberikan 1 kali selama 2 minggu?


Jawab :
o Konsentrasi terbinafine meningkat pada stratum korneum sebesar 15%
pada waktu 7 hari dan aplikasi konsentrasi serta waktu plasama dapat
meningkat sebanyak 40% selama 1 minggu.

o Aplikasi terbinafine 1 kali sehari dalam 1 minggu : mempunyai tingkat


kesembuhan secara klinis 84% dan pemberian dalam 14 hari dapat
memberikan tingkat kesembuhan 94%

Pemberian terbinafine selama 2 minggu (24 hari) berkaitan dengan proses


epidermal turnover time. Epidermal turnover time adalah waktu yang
diperlukan untuk keratinosit berpindah dari stratum basale sampai ke stratum
korneum menjadi keratin. Waktu yang diperlukan berkisar antara 25-56 hari,
sehingga pemberian obat selama 2 minggu diharapkan terjadinya pergantian
keratin yang terinfeksi dengan lapisan keratin baru yang telah resisten terhadap
jamur.

5. Mengapa diberikan Terbinafin 24,5 gram?


Jawab :
1 FTU laki-laki dewasa : 0,5 gram
1 FTU perempuan dewasa : 0,4 gram
Pada kasus pasien laki-laki
- FTU/ Finger Tips Unit yang digunakan untuk trunkus anterior yaitu 7.
Karena pada pasien ini didapatkan lesi diregio umbilicus, hipogastric,
lumbal dex-sin, iliaca dex-sin, dimana diperkirakan jumlahnya ½ dari
regio trunkus anterior yaitu 3,5.
- Kemudian 3,5 x 0,5 = 1,75 gram untuk sekali pemakaian. Karena pada
pasien diberikan selama 14 hari maka 1.75 x 14 = 24,5 gram.
- Jadi, pada pasien ini didapatkan resep
- Terbinafine krim 1% sebanyak 24,5 gram.

6. Mengapa terbinafin (Krim) Topikal dibanding salep atau gel ?


Jawab :
- Topikal/krim lebih disukai dan nyaman
- Krim tidak iritatif
- Sediaan krim mudah menyebar rata, tidak lengket, lebih estetika
dibanding salep
- Mudah dibersihkan dan dicuci, praktis
- Krim lebih baik untuk efeknya dan cepat kering

7. Mengapa pada kasus ini dipilih obat sistemik griseovulfin dibandingkan


obat lain seperti golongan azol (ketokonazole)?
Jawab:
 Griseofulvin merupakan lini pertama dalam sistemik pada tinea, bersifat
fungistatik dengan cara menghambat sintesis asam nukleat, menahan
pembelahan sel di metafase, dan merusak sintesis dinding sel jamur.
Absorbsi meningkat saat diberikan bersamaan dengan makanan berlemak,
sehingga dapat diberikan setelah makan.
 Efek samping griseofulvin minimal dibandingkan ketokonazole.
 Griseofulvin adalah obat yang sangat aman. Efek samping yang serius dan
kelainan laboratorium jarang terlihat, dan tidak ada kematian yang dikaitkan
secara langsung dengan obat tersebut.
 Efek samping yang dijumpai pada pemberian grisefulvin adalah nyeri
kepala, mual, muntah, diare, fotosensitivitas, neuritis perifer, kadang
kekacauan mental. Griseovulfin dikontraindikasikan pada porfirin atau gagal
hati disebabkan atau mereka yang memiliki riayat hipersensitivitas
terhadapnya.28
 Ketokonazol merupakan obat oral pertama dari golongan azole yang
digunakan secara klinis. Berkerja dengan cara mengganggu sintesis
ergosterol melalui inhibisi enzim cytochrome P450 (CYP450) jamur, namun
ketokonazole kurang selektif pada CYP450 jamur.
 Pemakaian jangka panjang ketokonazol secara oral dapat menyebabkan efek
hepatotoksik karena ditemukan peningkatan enzim hati (AST dan ALT)
pada konsumsi ketokonazole secara oral.
 Ketokonazoie menghambat biosintesis steroid pada manusia, tetapi ini hanya
bermakna secara klinis pada dosis yang relatif tinggi, misalnya 800 mg/hari
atau lebih, dan dengan dosis terbagi setiap hari. Hipogonadisme dan
ginekomastia karena penghambatan sintesis testosteron dan insufisiensi
adrenal reversibel telah dilaporkan.
 Efek samping yang paling penting dari ketokonazol adalah hepatotoksisitas.
Peningkatan asimtomatik enzim hati telah ditunjukkan hingga 11% pasien
dengan berbagai penyakit jamur selama pengobatan. Pemakaian jangka
panjang ketokonazol secara oral dapat peningkatan enzim hati (AST dan
ALT) pada konsumsi ketokonazole secara oral. Sehingga pemakaian
ketokonazole secara oral mulai ditinggalkan. Efek samping obat berupa:
anoreksia, mual, muntah, alopesia, ginekomastia
8. Mengapa diberikan griseofulsin diberikan 500 mg ?
Jawab :
9. Mengapa pemberian obat griseovulfin diberikan selama 4 minggu?
Jawab:
 Rekomendasi pemberian griseofulvin diberikan selama 2-4 minggu.
 Setelah sembuh klinis di lanjutkan 2 minggu agar tidak residif.
 Pemberian griseofulvin selama 4 minggu berkaitan dengan proses
epidermal turnover time.
 Epidermal turnover time adalah waktu yang diperlukan untuk keratinosit
berpindah dari stratum basale sampai ke stratum korneum menjadi keratin.
 Waktu yang diperlukan berkisar antara 25-56 hari, sehingga pemberian obat
selama 4 minggu diharapkan terjadinya pergantian keratin yang terinfeksi
dengan lapisan keratin baru yang telah resisten terhadap jamur
 Sehingga pada kasus diberikan selama 4 minggu.

10. Mengapa memilih cetirizin sebagai antihistamin pada kasus?


Jawab: Cetirizin golongan piperazin
 Pada pasien ini bekerja sebagai pensiunan. Dimana meskipun pasien sebagai
pensiunan tentunya pasien masih melakukan kegiatan sehari-hari di rumah.
Oleh sebab disini diberikan antihistamin yang memiliki efek sedasi yang
minimal, yaitu antihistamin H1 generasi ke 2
 Diberikan cetirizine karena cetirizine merupakan antihitamin H1 generasi ke
2 yang tidak menembus sawar darah otak, sehingga memiliki efek sedasi
yang minimal dan waktu paruh yang lama 12-24 jam.

 Selain itu, efek toksik pada antihitamin H1 generasi ke 2 minimal dibanding


antihitamin H1 generasi ke 1.
 Dan mula kerja obat cetirizin lebih cepat dibandingkan generasi II lain
seperti loratadin dan fexofenadin yang mula kerjanya lebih lama. Efek
samping yang dapat terjadi yaitu sakit kepala, sakit perut, mintah, berdebar-
debar, mulut kering.
 Selain karena waktu kerja yang lama, pemberian cetirizine yang hanya 1 kali
sehari diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam
pengkonsumsian obat.
 Pemberian AH selain untuk mengurangi gejala pruritus, AH berguna untuk
memperbaiki quality of life pasien dan menjaga agar tidak bertambah berat
dan meluas akibat garukan yang berulang. Dan pada anamnesis dikatakan
bahwa intensitas gatal yang dirasakan pasien yaitu sedang-berat. Hal ini
menandakan bahwa dapat mengganggu aktivitas sehari-harinya, sehingga
pada pasien diperlukan pemberian antipruritus.
Kenapa tidak AH generasi I ?
Jawab :
- Cepat masuk ke SSP
- Efek sedasi kuat, dan efek toksik AH G1> G2

11. Mengapa cetirizin diberikan selama 14 hari?


Jawab: Cetirizin golongan piperazin
 Digunakan selama 14 hari karena merupakan lini pertama maksimal
pengguanaan pada golongan antihistamin.
 Cetirizin diberikan selama 14 hari dikarenakan keluhan gatal biasanya akan
berkurang bersamaan dengan proses deskuamasi kulit (stratum korneum,
korneosit) yaitu selama 14 hari.

 Pergantian kulit pada stratum korneum memegang peranan penting dalam


menjaga integritas dan kelembutan kulit.
 Deskuamasi meliputi proses enzimatik yang menghancurkan protein bridges
yaitu desmosom diantara sel korneosit dan sel korneosit itu sendiri.
 Enzim proteolitik yang bertanggung jawab dalam proses deskuamasi terletak
intraseluler dan berfungsi pada saat kulit terhidrasi dengan baik.
 Sedangkan jika kurang terhidrasi, sel-sel ini tidak akan terdeskuamasi secara
normal dan kulit menjadi kasar, kering, mengelupas dan terasa tebal. Pada
kulit yang sehat dan normal terdapat produksi dan pergantian korneosit
secara seimbang.

Anda mungkin juga menyukai