Anda di halaman 1dari 26

FARMAKOLOGI KLINIK

“ANTIJAMUR”
KEL 8 :
1. Ma`rifah (1701025)
2. Ayu Suci Ramadani (1901043)
3. Nurul Ulfa Istiqomah (1901063)
4. Ratih Sri Rezeki (1901068)

DOSEN PENGAMPU : Apt.Dra.Syilfia Hasti,M.farm


Jamur atau fungi adalah sel eukariotik yang tidak memiliki klorofil,
tumbuh sebagai hifa, memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat
heterotrof, menyerap nutrien melalui dinding selnya, mengekskresikan enzim
ekstraselular ke lingkungan melalui spora, dan melakukan reproduksi secara
seksual dan aseksual.

Jamur memiliki aktivitas yang menyebabkan penyakit infeksi yang disebut


mikosis. Infeksi ini relatif jarang dibandingkan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri atau virus. Infeksi oleh jamur biasanya baru terjadi apabila ada kondisi
yang menghambat salah satu mekanisme pertahanan.
Infeksi jamur atau mikosis dapat dikelompokkan menjadi dua :

1. mikosis superfisial yang terdiri dari infeksi dermatofit dengan bagian infeksi pada
kulit, kuku, rambut, dan infeksi mukokutan dengan bagian infeksi pada selaput
lendir.
2. mikosis sistemik yang terdapat pada jaringan dan organ yang lebih dalam.

Anti jamur atau dapat disebut juga antifungi adalah suatu golongan obat yang
bersifat fungisida atau fungi statik yang dapat digunakan untuk mengobati dan
mencegah mikosis.
01 02
Golongan Azol Golongan Alilamin

03 04 05
Golongan Polien Golongan Golongan Lainnya
Ekonikandin
01.
Golongan Azol
1. KETOKONAZOL

• Mekanisme kerja ketokonazol sebagai antijamur adalah dengan


mengganggu sintesis ergosterol yang merupakan unsur pokok yang
spesifik pada membran sel jamur.
• Spektrum luas efektif terhadap Blastomyces dermatitidis, Candida
species, Coccidiodes immitis, Histoplasma capsulatum, Malasezzia
furfur, Paracoccidiodes brasiliensis.
• Kontraindikasi:  gangguan hati; kehamilan (teratogenesitas pada
hewan, pada kemasan cantumkan peringatan kehamilan) dan
menyusui; pemberian bersamaan dengan terfenadin atau astemizol.
• Efek Samping:  mual, muntah, nyeri perut; sakit kepala; ruam,
urtikaria, pruritus; jarang trombositopenia, parestesia, fotofobia,
pusing, alopesia, ginaekomastia dan oligospermia; kerusakan hati fatal
Peringatan: risiko terbentuknya hepatitis lebih besar jika diberikan
lebih dari 14 hari.
2. Itrakonazol
• Itrakonazol mempunyai aktifitas spektrum yang luas terhadap
Aspergillosis sp., Blastomyces dermatidis, Candida sp., Cossidiodes
immitis, Cryptococcus neoformans, Histoplasma capsulatum,
Malassezia furfur, Paracoccidiodes brasiliensis, Scedosporium
apiospermum dan Sporothrix schenckii.
• Mekanisme kerja : enghambat pembentukan membran dinding sel
jamur dan memperlambat pertumbuhannya. Cara kerja ini membuat
obat ini bisa digunakan untuk mengatasi beragam penyakit akibat
infeksi jamur, termasuk blastomycosis, histoplasmosis, atau
aspergilosis.
• Efek samping yang sering dijumpai adalah masalah gastrointestinal
seperti mual, nyeriabdomen dan konstipasi. Efek samping lain
seperti sakit kepala, pruritus, dan ruam alergi.
• Kontraindikasi : riwayat hipersensitivitas terhadap obat ini, riwayat
gagal jantung kongestif, dan kehamilan. Peringatan khusus perlu
diperhatikan apabila itraconazole diberikan pada pasien dengan
kerusakan ginjal maupun liver
3. Flukonazol
• Menurut FDA flukonazol efektif untuk mengatasi kandidiasis oral
atau esophageal, criptococcal meningitis dan pada penelitian lain
dinyatakan efektif pada sporotrikosis (limfokutaneus dan visceral).
• Fluconazole bekerja dengan cara mengganggu pembentukan
ergosterol. Ergosterol adalah salah satu komponen penting pada
membran sel jamur. Selain itu, obat ini juga mencegah
pembentukan sel jamur.
• Flukonazol ditoleransi baik oleh geriatrik kecuali dengan gangguan
ginjal. Obat ini termasuk kategori C, sehingga tidak
direkomendasikan untuk wanita hamil dan menyusui.
• Efek samping : masalah gastrointestinal seperti mual, muntah,
diare, nyeri abdomen dan juga sakit kepala. Selain itu
hipersensitivitas, agranulositosis, sindroma Stevens Johnsons,
hepatotoksik, trombositopenia dan efek pada sistem saraf
pusat.
4. Vorikonazol
• Vorikonazol mempunyai spektrum yang luas terhadap Aspergillus sp.,
Blastomyces dermatitidis, Candida sp, Candida spp flukonazol
resistant., Cryptococcus neoforams, Fusarium sp., Histoplasma
capsulatum, dan Scedosporium apospermum. Tidak efektif terhadap
Zygomycetes.
• Vorikonazol bekerja dengan cara memperlambat pertumbuhan
jamur yang menyebabkan infeksi
• Efek toksik vorikonazol yang sering ditemukan adalah gangguan
penglihatan, demam, menggigil, sakit kepala
• Meski dapat ditoleransi dengan baik, pada 10-15% kasus ditemukan
adanya abnormalitas fungsi hepar sehingga dalam pemberian
vorikonazol perlu dilakukan monitor fungsi hepar. Vorikonazol bersifat
teratogenik pada hewan dan kontraindikasi pada wanita hamil
• Kontra indikasi : Tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif
terhadap komponen yang terdapat dalam produk.
5. Posakonazol
• Posakonazol memiliki kemampuan antijamur terluas saat ini. Tidak
ditemukan resistensi silang posakonazol dengan flukonazol. Posakonazol
merupakan satu-satunya golongan azol yang dapat menghambat jamur
golongan Zygomycetes. Posakonazol juga dapat digunakan dalam pengobatan
aspergilosis dan fusariosis
• Pemberian posakonazol dapat juga diberikan dua kali sehari pada keadaan
tidak membahayakan jiwa. Absorbsi posakonazol lebih baik bila diberikan
bersama dengan makanan atau suplemen nutrisi
• Kontraindikasi : Hipersensitivitas,penggunaan bersamaan dengan terfenadin,
astemizol, cisaprid, pimozid, halofantrin dan quinidin (Substrat CYP3A4),
simvastatin, lovastatin dan atorvastatin (inhibitor reduktase HMG-CoA),
alkaloid ergot (ergotamin dan dihidroergotamin).
• Efek samping : umum terjadi neutropenia, ketidakseimbangan elektrolit,
anoreksia, paraestesia, pusing, mengantuk, sakit kepala, muntal, mual, nyeri
abdomen, diare dispepsia, mulut kering, flatulens, peningkatan hasil uji fungsi
hati (AST, ALT, bilirubin, alkalin fosfatase, GGT), ruam, pireksia (demam),
astenia, lelah.
02.
Golongan Alilamin
1. Terbinafin
• Terbinafin merupakan anti jamur yang berspektrum luas. Efektif terhadap
dermatofit yang bersifat fungisidal dan fungistatik untuk Candida albican, s
tetapi bersifat fungisidal terhadap Candida parapsilosis.

• Terbinafin juga efektif terhadap Aspergillosis sp., Blastomyces


dermatitidis, Histoplasma capsulatum, Sporothrix schenxkii dan beberapa
dermatiaceous moulds.

• Efek samping pada gastrointestinal seperti diare, dispepsia, dan nyeri


abdomen.Terbinafin tidak direkomendasikan untuk pasien dengan penyakit heapr
kronik atau aktif

• Indikasi : infeksi dermatofita pada kuku; infeksi kurap (termasuk tinea pedis,
tinea kruris dan tinea korporis), dimana terapi oral diperlukan (disebabkan
tempat, keparahan, atau luas).
03.
Golongan polien
1.Amfoterisin B
• Amfoterisin B mempunyai aktifitas spektrum yang luas terhadap Aspergillus sp.,
Mucorales sp., Blastomyces dermatitidid, candida sp., Coccidiodiodes immitis,
Cryptococcus neoformans, Histoplasma capsulatum, paracoccidioides brasiliensis,
Penicillium marneffei.

• Sedangkan untuk Aspergillus tereus, Fussarium sp., Malassezia furfur,


Scedosporium sp.,
dan Trichosporon asahii biasanya resisten
Lanjutan..

• Pemberian formula konvensional dengan cara intravena dapat segera menimbulkan efek samping
seperti demam, menggigil dan badan menjadi kaku. Biasanya timbul setelah 1-3 jam pemberian
obat.

• Efek samping toksik yang paling serius adalah kerusakan tubulus ginjal

• Pasien yang mendapat pengobatan lebih dari 2 minggu, dapat timbul anemia normokromik dan
normositik sedang.
2. Nistatin
• Nistatin merupakan antibotik yang digunakan sebagai antijamur, diisolasi dari Streptomyces nourse pada
tahun 1951.

• Kontraindikasi nystatin adalah pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap obat ini. Perhatian
khusus diberikan pada pasien immunocompromised, kehamilan, dan ibu menyusui. Perhatian khusus
diberikan pada penggunaan terhadap pasien immunocompromised karena dosis yang lebih besar
mungkin diperlukan

• Efek Samping dan Bahaya Nystatin (mual, muntah ,sakit perut,diare )


04.
Golongan ekinokandin
1. Kaspofungin
• Kaspofungin adalah antijamur sistemik dari suatu kelas baru yang disebut ekinokandin.
Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis beta (1,3)- Dglukan, suatu komponen
esensial yang membentuk dinding sel jamur
• Kaspofungin mempunyai aktifitas spektrum yang terbatas. Kaspofungin efektif terhadap
Aspergillus fumigates, Aspergillus flavus dan Aspergillus terreus.
• Kontraindikasi: hipersensitif terhadap kaspofungin asetat.
Lanjutan..

• Kaspofungin mempunyai aktifitas yang berubah-ubah terhadap Coccidioides immitis,


Histoplasma capsulatum dan dermatiaceous molds.

•Kaspofungin diindikasikan untuk infeksi jamur sebagai berikut:


1.Kandidiasis invasif, termasuk kandidemia pada pasien neutropenia atau non
neutropenia.
2. Kandidiasis esofagus
3. Kandidiasis orofarings
4. Aspergilosis invasif yang sudah refrakter terhadap antijamur lainnya.

• Pengobatan umumnya diberikan selama 14.hari. Keamanan obat ini belum diketahui
pada wanita hamil dan anak berumur kurang dari 18 tahun.

• Efek samping yang sering dijumpai yaitu demam, adanya ruam kulit,
mual, muntah
2. Mikafungin
• Pada tahun 2005, mikafungin disetujui FDA untuk terapi esofagitis kandida pada pasien HIV.

• Mikafungin juga bermanfaat untuk terapi aspergilosis invasif

• Efek Samping: mual, flebitis, muntah, peningkatan enzim aspartat


aminotransferase, peningkatan alkali fosfat darah, netropenia, anemia,
leukopenia, hipokalemia, hipomagnesimia, hipokalsemia, sakit kepala, diare,
nyeri abdominal, penambahan amino-transferase alanin; peningkatan bilirubin
darah, uji fungsi hati abnormal, kemerahan episodik pada wajah/leher,
hiperbilirubinemia, ruam, pireksia, kekakuan, gagal ginjal (lebih sering pada
anak-anak).
• Kontraindikasi:  Hipersensitivitas.
3. Anidulafungin

Anidulafungin merupakan kelompok ekinokandin yang telah disetujui FDA tahun 2006 untuk
penatalaksanaan kandidiasis esophagus, peritonitis dan abses intraabdomen disebabkan
kandida
• Kontraindikasi:  hipersensitivitas.
• Efek Samping: trombositopenia, koagulapati, hiperkalemia, hipokalemia,
hipomagnesemia, kejang, sakit kepala, kemerahan, diare, peningkatan gama-
glutamiltransferase, peningkatan alkalin fosfatase dalam darah, peningkatan alanin
aminotransferase, ruam, pruritus.
05.
Golongan lainnya
1. Flusitosin
• Flusitosin efektif terhadap Candida sp., Cryptococcus neoformans,
Cladophialophora carrionii, Fonsecaea sp., Phialophora verrucosa.

• Efek samping yang sering dijumpai yaitu mual,muntah dan diare

• MEKANISME KERJA
1.Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam
sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-
fluorourasil dan fosforilasi.

2.Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan Iangsung sintesis


DNA oleh metabolit fluorourasil. Keadaan ini tidak terjadi pada sel mamalia
karena dalam tubuh mamalia flusitosin tidak diubah menjadi fluorourasil.
2. Griseofulvin
• Griseofulvin mempunyai aktifitas spektrum yang terbatas
hanya untuk spesies Epidermophyton flocossum,
Microsporum sp., dan Trichophyton sp., yang merupakan
penyebab infeksi jamur pada kulit, rambut kuku.

• Griseofulvin tidak efektif terhadap kandidiasis


kutaneus dan pitiriasis versikolor

• Efek samping griseofulvin biasanya ringan berupa sakit


kepala, mual, muntah, dan nyeri abdomen. Timbulnya reaksi
urtikaria dan erupsi kulit dapat terjadi pada sebagian pasien
Vidio

Anda mungkin juga menyukai