Anda di halaman 1dari 6

3.

ANTlJAMUR UNTUK INFEKSI DERMATOFIT DAN MUKOKUTAN

3.1. GRISEOFULVIN
ASAL DAN KIMIA. Griseofulvin diisotasi dan Penicillium griseovulvum dierckx.
Pada tahun 1946, Brian dkk menemukan bahan yang menyebabkan susut dan
mengecilnya hifa yang disebut sebagai curling factor kemudian temyata diketahui
bahwa bahan yang mereka isolasi dari Penicillim janczewski adalah griseofulvin.
AKTIVITAS ANTIJAMUR. Griseofulvin in vitro efektif terhadap berbagai jenis
jamur dermatofit seperti Trichophyton; Epidermophyton dan Microsporom. Terhadap
sel muda yang sedang berkembang griseofulvin bersifat fungisidal. Obat ini tidak
efektif terhadap bakteri, jamur lain dan ragi, Actinomyces dan Nocardia. Efek
fungistatik obat ini belum sepenuhnya dapat dijelaskan. Ada laporan mengemukakan
mekanisme kerja obat ini mirip dengan kolkisin dan alkaloid vinka. Tetapi seperti
telah diutarakan di atas obat ini akan menghambat mitosis sel muda dengan
mengganggu sintesis dan polimerisasi asam mikleat.
FARMAKOKINETIK. Griseofulvin kurang baik penyerapanriya pada saluran cerna
bagian atas karena obat ini tidak larut dalam air. Dosis oral 0,5 g hanya akan
menghasilkan kadar plasma tertinggi kira-kira 1 µg/ml setelah 4 jam. Preparat dalam
bentuk yang lebih kecil (microsized) diserap lebih baik. Absorpsinya meningkat bila
diberikan bersamaan dengan makanan berlemak. Obat ini dimetabolisme di hati dan
metabolit utamanya adalah 6-metilgriseofulvin. Waktu paruh obat ini kira-kira 24
jam, 50% dari dosis oral yang diberikan dikeluarkan bersama urin dalam bentuk
metabolit selama 5 hari. Kulit yang sakit mempunyai aktivitas yang tinggi terhadap
obat ini. Obat ini akan dihimpun dalam sel pernbentuk keratin, lalu muncul bersama
sel yang baru berdiferensiasi, terikat kuat dengan keratin sehingga sel baru ini akan
resistensi terhadap serangan jamur. Keratin yang mengandung jamur akan terkelupas
dan diganti oleh sel yang normal. Antibiotik ini dapat ditemukan dalam lapisan
tanduk 4-8 jam setelah pemberian per oral. Keringat dan hilangnya cairan
transepidermal memegang peranan penting dalam penyebaran obat ini pada stratum
korneum; kadar yang ditemukan dalam cairan dan jaringan tubuh lainnya kecil sekali.
EFEK SAMPING. Efek samping yang berat jarang timbul akibat pemakaian
griseofulvin. Leukopenia dan granulositopenia dapat terjadi pada pemakaian dosis
besar dalam waktu lama; karena itu sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah yang
teratur selama pemakaian obat ini. Sakit kepala merupakan keluhan utama, terjadi
kira-kira pada 15% pasien, yang akan hilang sendiri sekalipun pemakaian obat
dilanjutkan. Efek samping lainnya seperti artralgia, neuritis perifer, demam,
pandangan kabur, insomnia, berkurangnya fungsi motorik, pusing dan sinkop; pada
saluran cerna dapat terjadi rasa kering mulut, mual, rnuntah, diare. dan flatulensi.
Mungkin pula ditemukan albuminuria dan silinderuria tanpa kelainan ginjal. Pada
kulit dapat terjadi urtikaria, reaksi fotosensitivitas, eritema multiforrne, vesikula dan
erupsi menyerupai morbili. Pada anak dapat timbul reaksi menyerupai efek estrogen.
Griseofulvin menginduksi enzim mikrosom sehingga terjadi peningkatan metabolisme
warfarin. Bebetapa obat Kontrasepsi oral juga mengaiami keadaan serupa. Sebaliknya
griseofulvin akan dihambat penyerapannya dari saluran cerna oleh barbiturat.
INDIKASI. Griseofuivin memberikan hasil yang baik terhadap penyakit jamur di
kulit, rambut dan kuku yang disebabkan oleh jamur yang sensitif. Gejala pada kulit
akan berkurang dalam 48-96 jam setelah pengobatan dengan griseofulvin sedangkan
penyembuhan sempurna baru terjadi setelah beberapa minggu. Biakan jamur menjadi
negatif dalam 1-2 minggu tetapi pengobatan sebaiknya dilanjutkan sampai 3-4
minggu. lnfeksi pada telapak tangan dan telapak kaki lebih lambat bereaksi, biakan di
sini baru negatif setelah 2-4 minggu dan pengobatan membutuhkan waktu sekitar 4-8
minggu. lnfeksi kuku tangan membutuhkan waktu 4-6 bulan sedangkan infeksi kuku
kaki meinbutuhkan waktu 6-12 bulan. Trichophyton rubrum dan Trichophyton
mentagrovites membutuhkan dosis yang lebih tinggi daripada dosis biasa. Pada
keadaan yang disertai hiperkeratosis perlu penambahan zat keratolitik. Kandidiasis
maupun tinea versi kolor tidak dapat diobati dehgan griseofulvin. Dosis Farmakologi
dan Terapi sangat tinggi griseofulvin bersifat karsinogenik dan teratogenik sehingga
dermatofitosis ringan tidak perlu diberikan griseofulvin, cukup dengan pemberian
preparat topikal.
POSOLOGI. Di Indonesia griseofulvin rnikrokristal tersedia dalam bentuk tablet
berisi 125 dan 500 mg dan tablet yang mengandung partikel ultramikro kristal tersedia
dalam takaran 330 mg. Untuk anak, griseofulvin diberikan 5-15 mg/kgBB/hari
sedangkan untuk dewasa 500-1000 mg/hari dalam dosis tunggal. Bila dosis tunggal
tidak dapat ditoleransi, maka dibagi dalam beberapa dosis.
3.2. IMIOAZOL DAN TRIAZOL
Antijamur golongan imidazol mempunyai spektrum yang luas. Karena sifat dan
penggunaannya praktis tidak berbeda, maka hanya mikonazol dan klotrimazol yang
akan dibahas. Ketokonazol yang juga terrnasuk golongan imidazol telah di bahas pada
pembicaraan mehgenai antijamur mtuk infeksi sistemik, juga itrakonazol (golongan
triazol). Resistensi terhadap imidazol dan triazol sangat jarang terjadi dari jamur
penyebab derrnatofitosis, tetapi dari jamur kandida paling sering terjadi.

MIKONAZOL
ASAL DAN KIMIA. Mikonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif
stabil, mempunyai spektrum antijamur yang lebar terhadap jamur dermatofit. Obat ini
berbentuk kristal putih, tidak bewarna dim tidak berbau, sebagian kecil larut dalam air
tapi lebih larut dalam pelarut organik.
AKTIVITAS ANTIJAMUR. Mikonazol menghambat aktivitas jamur Trichophyton,
Epidermophyton, Micro sporum, Candida dan Malassezia furfur. Mikortazol in vitro
efektif terhadap beoerapa kuman Gram positif. Mekanisme kerja obat ini belum
diketahui seipenuhnya. Mikonazol masuk ke dalam sel jamur dan menyebabkan
kerusakan dinding sel sehingga permeabilitas terhadap berbagai zat intrasel
meningkat. Mungkin pula terjadi gangguan sintesis asam nukleat atau penirnbunan
peroksida dalam sel jamur yang akan menyebabkan kerusakan. Obat yang sudah
rnenembus ke dalam lapisan tanduk kulit akan menetap disana sampai 4 hari.
Mikonazol topikal diindikasikan untuk derma tofitosis, tinea versikolor, dan
kandidiasis mukokutan. Untuk dermatofitosis sedang atau berat yang mengenai kulit
kepala, telapak dan kuku sebaiknya dipakai griseofulvin.
EFEK SAMPING. Efek samping berupa iritasi, rasa terbakar dan maserasi
memerlukan penghentian terapi. Sejumlah kecil mikonazol diserap melalui mukosa
vagina tapi belum ada laporan tentang efek samping pada bayi yang ibunya mendapat
mikonazol intravaginal pada waktu hamil, tetapi penggunaannya pada kehamilan
trimester pertama sebaiknya dihindari.
SEDIAAN DAN POSOLOGI. Obat ini tersedia dalam bentuk krim 2% dan bedak
tabur yang dipakai dua kali sehari selama 2-4 minggu. Krim 2% untuk penggunaan
intravaginal diberikan sekali sehari pada malam hari selama 7 hari. Gel 2% tersedia
untuk kandidiasis oral. Mikonazol tidak boleh di bubuhkan pada mata.
KLOTRIMAZOL
Klotrimazol berbentuk bubuk tidak berwarna yang praktis tidak larut dalam air, larut
dalam alkohol dan kloroform, sedikit larut dalam eter. Klotrimazol mempunyai efek
antijamur dan antibakteri dengan mekanisme kerja mirip mikonazol dan secara topikal
digunakan untuk pengobatan tinea pedis, kruris dan korporis yang disebabkan oleh T.
rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum, dan M. canis dan untuk tinea versikolor.
Juga untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis yang disebabkan oleh C. albicans. Obat ini
tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1% untuk dioleskan dua
komplikasi dan penyakit darah yang ganas terutama pada pasien yang mendapat
pengobatan imunosupresif. Sebagiah besar infeksi ini memberikan respons yang baik
terhadap nistatin. Namun demikian bila disfagia tidak menunjukkan perbaik
an .setelah beberapa hari pengobatan atau bila pasien dalam keadaan sakit berat
sebaiknya di berikan ketokonazol. Kandidiasis saluran cerna jarang ditemukan, tetapi
keadaan ini dapat merupakan penyebab timbulnya nyeri perut dan diare.
EFEK SAMPING. Jarang ditemukan efek samping pada pemakaian nistatin. Mual,
muntah, dan diare ringan mungkin didapatkan setelah pemakaian per oral. lritasi kulit
maupun selaput lendir pada pemakaian topikal belum pernah dilaporkan. Nistatin
tidak mempengaruhi bakteri, protozoa dan virus maka pemberian nistatin dengan
dosis tinggi tidak akan inenimbulkan superinfeksi.
POSOLOGI. Dosis nistatin dinyatakan dalam unit, tiap 1 mg obat ini mengandung
tidak kurang dari 200 unit nistatin. Untuk pemakaian klinik tersedia dalam bentuk
krim, bubuk, salep, suspensi dan obat tetes yang mengandung 100.000 unit nistatin
per gram atau per ml. Untuk pemakaian per oral tersedia tablet 250.000 dan 500.000
unit, tablet vagina mengandung 100.000 unit nistatin. Untuk kandidiasis mulut dan
esofagus pada pasien dewasa diberikan dosis 500.000-1.000.000 unit, 3 atau 4 kali
sehari. Obat tidak langsung ditelan tetapi ditahan dulu dalam rongga mulut.
Pemakaian pada kulit disarankan 2-3 kali sehari, sedangkan pemakaian tablet vagina
1-2 kali sehari selama 14 hari.

3.5. ANTIJAMUR TOPIKAL LAINNYA


ASAM BENZOAT DAN ASAM SALISILAT
Kombinasi asam benzoat dan asam salisilat dalam perbandingan 2 : 1 (biasanya 6%
dan 3%) ini dikenal sebagai salep Whitfield. Asam benzoat memberikan efek
fungistatik sedangkan asam salisilat memberikan efek keratolitik. Karena asam
benzoat hanya bersifat fungistatik maka penyembuhan baru tercapai setelah lapisan
tanduk yang menderita infeksi terkelupas seluruhnya, sehingga pemakaian obat ini
membutuhkan waktu beberapa minggu sampai bulanan. Salep ini banyak digunakan
untuk pengobatan tiriea pedis dan kadang-kadang juga untuk tinea kapitis. Dapat
terjadi iritasi ringan pada tempat pemakaian, juga ada keluhan kurang menyenangkan
dari para pemakainya karena salep ini berlemak.

ASAM UNDESILENAT
Asam undesilenat merupakan cairan kuning dengan bau khas yang tajam. Dosis biasa
dari asam ini hanya menimbulkan efek fungistatik tetapi dalam dosis tinggi dan
pemakaian yang lama dapat memberikan efek fungisidal. Obat ini aktif terhadap
Epidermophyton, Trichophyton, dan Microsporum. Tersedia dalam bentuk salep
campuran mengandung 5% undesilenat dan 20% seng undesilenat. Bentuk bedak dan
aerosol mengandung 2% undesilenat dengan 20% seng undesilenat. Dalam hal ini
seng berperan untuk menekan luasnya peradangan. Pemakaian pada mukosa dapat
menyebabkan iritasi bila kadarnya lebih dari 1%. lritasi dan sensitivitas jarang terjadi
pada pemakaian topikal. Pada tinea kapitis efektivitasnya tidak nyata sehingga tidak
digunakan lagi. Obat ini dapat menghambat pertumbuhan jamur pada tinea pedis,
tetapi efektivitasnya tidak sebaik mikonazol, haloprogin atau tolnaftat.

HALOPROGIN
Haloprogin merupakan suatu antijamur sintetik, berbentuk kristal putih kekuningan,
sukar larut dalam air tetapi larut dalam alkohol. Obat ini bersifat fungisidal terhadap
Epidermophyton, Trichophyton, Microsporum dan Malassezia furfur. Haloprogin
sedikit sekali diserap melalui kulit, dalam tubuh akan terurai menjadi triklorofenol.
Selama pemakaian obat ini dapat timbul iritasi lokal, rasa terbakar, vesikel, meluasnya
maserasi dan sensitisasi. Sensitisasi mungkin merupakan pertanda cepatnya respons
pengobatan sebab toksin yang dilepaskan kadang-kadang memperburuk lesi.
Haloprogin tersedia dalam berituk krim dan larutan dengari kadar 1%. Terhadap tinea
pedis efektivitasnya. mendekati tolnaftat. Di samping itu obat ini juga digunakan
untuk tinea versikolor.
SIKLOPIROKS OLAMIN
Obat ini merupakan antijamur topikal berspektrum luas. Penggunaan kliniknya ialah
untuk dermatofitosis, kandidiasis dan tinea versikolor. Siklopiroks olamin tersedia
dalam bentuk krim 1% yang dioleskan pada lesi 2 kali sehari. Reaksi iritatif dapat
terjadi walaupun jarang.

TERBINAFIN
Terbinafin merupakan suatu derivat alilamin sintetik dengan struktur mirip naftitin.
Obat ini digunakan untuk terapi dermatofitosis, terutama onikomikosis dan juga
digunakan secara topikal untuk dermatofitosis. Terbinafin topikal tersedia dalam
bentuk krim 1% dan gel 1%. Terbinafin topikal digunakan untuk pengobatan tinea
kruris dan korporis yang diberikan 1-2 kali sehari selama 1-2 minggu.

Anda mungkin juga menyukai