Anda di halaman 1dari 12

Tugas Kulit & Kelamin

Dosen Pengajar : dr. Vivi Sumolang, dr,.SpKK

Nama : Helgi F A E Wairara

NIM : 20140811014068

Buatalah tentang farmakokinetik dan mekanisme kerja obat :

 Griseovulfin
 Ketokonazol
 Itrakonazol
 Terbinafin

Jawaban

 Griseofulvin

Griseofulvin adalah obat untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh jamur di kulit kepala,
selangkangan atau lipat paha ( tinea cruris), dan kuku. Griseofulvin mencegah sel jamur
berkembang dengan cara mengendap di sel keratin yang ada di permukaan kulit, sehingga
menghalangi jamur untuk menyerang kulit.

Golongan : Obat Anti jamur

Kategori : Obat resep

Dikonsumsi oleh : Dewasa dan anak – anak

Bentuk obat : Tablet

Penggunaan : Griseofulvin digunakan untuk mengobati dermatofitosis, penyakit jamur


golongan dermatofita pada jaringan yang mengandung zat tanduk, seperti kuku, rambut, dan
stratum korneum pada epidermis.

Peringatan :

 Griseofulvin tidak direkomendasikan untuk anak di bawah usia 2 tahun, karena manfaaty
dan keamanannya tidak diketahui.
 Griseofulvin tidak boleh diberikan pada penderita gagal hati dan porfiria.
 Informasikan kepada dokter mengenai obat – obatan yang rutin dikonsumsi, termasuk
suplemen dan obat herbal.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah mengkonsumsi griseofulvin, segera temui
dokter.

Cara Kerja Obat :

Griseofulvin bekerja dengan cara membantu pembentukan kulit, rambut, dan kuku baru
untuk melawan serangan yang disebabkan oleh jamur. Saat jaringan yang baru tumbuh,
jaringan yang lama dan terinfeksi akan terlepas. Pengobatan harus tetap dilanjutkan
sampai jaringan lama yang terinfeksi benar-benar telah hilang.

Efek Samping :

Pehatikan beberapa efek samping dari griseofulvin yang mungkin terjadi saat digunakan,
antara lain kulit kemerahan, biduran, gangguan pencernaan, mulut kering, perubahan
fungsi pengecap, sakit kepala, angioedema (pembengkakan bawah kulit yang disebabkan
oleh reaksi alergi), leukopenia (kekurangan leukosit), proteinuria (urine mengandung
jumlah protein yang tidak normal), kandidiasis oral, sensitif terhadap cahaya matahari,
pening, kebingungan, depresi, gangguan koordinasi tubuh, insomnia, kelelahan, serta
memperparah penyakit lupus.

Ada pula efek samping yang berakibat fatal, seperti reaksi kulit parah (Stevens-Johnson
syndrome), toxic epidermal necrolysis (tipe reaksi kulit yang parah), erythema
multiforme (inflamasi akut yang terjadi pada kulit dan membran mukosa), serta
kerusakan pada hepar.

Pemakaian Obat :

Agar obat griseofulvin dapat dikonsumsi dengan aman, pastikan Kamu memperhatikan
aturan pemakaiannya berikut ini:
1) Gunakan griseofulvin tablet sesuai dengan anjuran dokter dan selalu baca aturan pakai
yang tertera pada label obat.
2) Minum griseofulvin segera setelah makan dengan segelas air putih.
3) Griseofulvin dapat meningkatkan efek dari alkohol. Minum alkohol bersamaan dengan
tablet griseofulvin dapat menyebabkan jantung berdetak cepat, berkeringat, atau
kemerahan pada wajah.
4) Griseofulvin dapat menyebabkan rasa lelah dan kantuk berlebih. Jika hal tersebut
terjadi, jangan mengendarai kendaraan dan mengoperasikan mesin.
5) Griseofulvin dapat membuat kulit lebih sensitif terhadap cahaya matahari. Hindari
terkena cahaya matahari secara langsung atau sinar UV buatan. Saat berada di luar
ruangan, gunakan pakaian pelindung, topi, dan kacamata, serta gunakan sunblock dengan
SPF minimal 15.
6) Jangan gunakan griseofulvin jika sedang hamil atau menyusui.
7) Simpan griseofulvin pada suhu kamar dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Dosis :

Griseofulvin tersedia dalam bentuk oral yang dapat digunakan dengan dosis sebanyak
0,5-1 g/hari dalam dosis tunggal atau dosis terbagi. Durasi pengobatan infeksi kulit dan
rambut adalah 2-8 minggu dan bisa sampai 6 bulan untuk pengobatan infeksi pada kuku
jari tangan. Sedangkan durasi pengobatan bisa lebih dari 12 bulan pada infeksi kuku jari
kaki.

Interaksi :

Hati-hati penggunaan griseofulvin jika bersamaan dengan obat-obatan berikut karena


dapat menimbulkan interaksi dalam tubuh.
1) Griseofulvin dapat menurunkan efektivitas dari obat kontrasepsi oral, phenylbutazone,
sedative, obat hypnotic, serta antikoagulan golongan kumarin.
2) Penyerapan obat griseofulvin dalam darah dapat menurun jika digunakan bersamaan
obat barbiturate.
3) Penyerapan obat griseofulvin dapat meningkat jika diminum bersamaan dengan
makanan, terutama makanan yang mengandung lemak yang tinggi.
4) Griseofulvin dapat meningkatkan efek dari alkohol.

 Ketoconazole (Ketokonazol)

Golongan : Obat antijamur

Kategori obat : Obat resep dan obat bebas

Bentuk sediaan obat : Tablet, obat oles (topikal)


Dikonsumsi oleh : Dewasa dan anak-anak

Kategori kehamilan dan menyusui

Kategori C: Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan efek buruk terhadap janin dan tidak
ditemukan studi yang memadai pada manusia. Namun, mengingat efektivitasnya,
penggunaannya dapat dipertimbangkan pada wanita hamil sekalipun berisiko.

Dosis obat

Dosis setiap orang pasti berbeda-beda. Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter
sebelum mengonsumsi obat.

Infeksi Jamur

Dewasa: Dosis per oral 200 mg satu kali sehari; dapat ditingkatkan menjadi 400 mg satu kali
sehari jika gejala klinis tidak membaik

Anak: Umur lebih dari 2 tahun berikan dosis per oral 3.3-6.6 mg / kg satu kali sehari. Durasi
pengobatan: 1-2 minggu untuk kandidiasis; setidaknya 4 minggu untuk infeksi dermatophyte dan
sampai 6 bulan untuk mikosis sistemik.

Infeksi Jamur Kulit

Dewasa: Sebagai 2% krim: Oleskan 1-2 kali sehari pada area yang terinfeksi dan sekitarnya
sampai beberapa hari setelah hilangnya gejala. Sebagai sampo 2%: Oleskan pada kulit kepala
setiap hari selama 5 hari. Untuk profilaksis: Sebagai sampo 2%, gunakan satu kali setiap hari,
maksimal 3 hari sebelum paparan sinar matahari.

Efek samping obat

Efek samping dapat ditemukan pada setiap pemakaian obat. Efek samping yang sering terjadi
pada pemakaian ketokonazol, seperti kemerahan, gatal, gangguan cerna (mual, muntah, nyeri
perut), pusing, dan sakit kepala. Jika efek samping semakin memburuk, segera hubungi dokter
untuk mendapatkan penanganan medis. Jika Anda mengalami gejala lainnya setelah
menggunakan obat ketokonazol, konsultasikan kepada dokter Anda.

Perhatian Khusus

Konsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum pemakaian obat, terutama jika Anda memiliki
kondisi medis, seperti:Alergi, Kehamilan dan menyusui

Penggunaan obat ini tidak disarankan pada kondisi medis berikut: Hipersensitivitas, riwayat
penyakit hati
Informasi lebih lengkap bisa dilihat pada kemasan.

Interaksi obat (jangan digunakan bersamaan dengan)

Interaksi pada obat mungkin akan terjadi jika mengonsumsi beberapa obat secara bersamaan
dengan obat ini. Informasikan kepada dokter semua obat yang sedang Anda konsumsi. Bila
diperlukan, dokter akan mengganti atau mengubah dosis obat tersebut.

Mengonsumsi obat ketoconazole dengan obat lain secara bersamaan dapat menyebabkan
beberapa interaksi, seperti:

o Efektifitas kadar plasma dapat berkurang dengan rifampicin dan isoniazid


o Dapat mengurangi efektivitas kontrasepsi oral

Informasi yang diberikan bukan sebagai pengganti konsultasi medis langsung dengan dokter,
atau mengarahkan pemakaian obat dengan merek tertentu. Pemakaian obat harus dengan resep
dokter. Ketersediaan obat tergantung pada indikasi yang disetujui Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM).

 Itrakonazole

Golongan Obat resep

Kategori Obat antijamur jenis azole

Manfaat Mengobati infeksi jamur

Dikonsumsi oleh Dewasa

Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan


  adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan
  jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya
risiko terhadap janin.
Itraconazole untuk ibu
hamil dan menyusui Itraconazole dapat terserap ke dalam ASI, tidak boleh
digunakan selama menyusui.

Bentuk obat Kapsul

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Itraconazole


Itraconazole hanya boleh digunakan berdasarkan resep dokter. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan sebelum mengonsumsi obat ini, antara lain:

 Jangan mengonsumsi itraconazole bila Anda alergi terhadap obat ini dan obat antijamur
golongan azole lainnya, seperti fluconazole atau ketoconazole.

 Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menggunakan obat ini.

 Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang mengalami penyakit liver, penyakit
ginjal, cystic fibrosis, penyakit paru-paru, penyakit jantung, HIV/AIDS, atau gangguan
produksi asam lambung.

 Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat, suplemen, atau produk herbal
tertentu.

 Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.

 Jangan berkendara atau melakukan aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan setelah


mengonsumsi itraconazole, karena obat ini dapat menyebabkan pusing.

 Beri tahu dokter bahwa Anda sedang mengonsumsi itraconazole sebelum menjalani
perawatan atau operasi gigi.

 Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat atau overdosis setelah mengonsumsi
itraconazole.

Dosis dan Aturan Pakai Itraconazole

Berikut ini adalah dosis umum penggunaan itraconazole pada orang dewasa yang
dikelompokkan berdasarkan infeksi jamur yang diderita pasien:

 Kondisi: Infeksi jamur yang menyeluruh (sistemik)


Dosis 100–200 mg, sekali sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 200 mg, 2–3 kali
sehari untuk infeksi jamur yang berat hingga mengancam nyawa.

 Kondisi: Histoplasmosis, blastomycosis, atau aspergillosis


Dosis awal 200 mg, 3 kali sehari untuk 3 hari pertama pengobatan. Dosis perawatan
adalah 200 mg 1–2 kali sehari. Durasi pengobatan minimal 3 bulan.

 Kondisi: Candidiasis orofaring
Dosis 100 mg per hari, selama 15 hari. Pada pasien AIDS dan neutropenia, dosis yang
diberikan adalah 200 mg sekali sehari, selama 15 hari.

 Kondisi: Kandidiasis vagina atau infeksi jamur vagina


Dosis 200 mg, 2 kali sehari. Hanya dikonsumsi untuk satu hari.
 Kondisi: Panu
Dosis 200 mg per hari, selama 7 hari.

 Kondisi: Kurap (tinea corporis) atau kurap di lipat paha (tinea cruris)


Dosis 100 mg per hari, selama 15 hari, atau 200 mg per hari, selama 7 hari.

 Kondisi: Infeksi jamur kuku
Dosis 200 mg per hari, selama 3 bulan.

 Kondisi: Infeksi jamur pada tangan (tinea manum) atau kaki (tinea pedis)
Dosis 100 mg sekali sehari, selama 30 hari, atau 200 mg, 2 kali sehari, selama 7 hari.

 Kondisi: Pencegahan infeksi jamur pada pasien HIV/AIDS atau pasien dengan sel darah
putih rendah (neutropenia)
Dosis 200 mg per hari. Bila diperlukan, dosis bisa ditingkatkan menjadi 200 mg, 2 kali
sehari.

Cara Mengonsumsi Itraconazole dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca petunjuk penggunaan pada kemasan obat sebelum


mengonsumsi itraconazole.

Konsumsi itraconazole setelah makan dan telan dengan kapsul secara utuh. Minum obat ini
secara teratur, pada waktu yang sama setiap harinya.

Jika lupa mengonsumsi itraconazole, disarankan untuk segera melakukannya begitu ingat
bila jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan
dan jangan menggandakan dosis.

Teruskan konsumsi itraconazole meski gejala sudah menghilang. Berhenti mengonsumsi obat
ini sebelum pengobatan selesai bisa menyebabkan infeksi kambuh.

Jika Anda sedang menjalani pengobatan dengan antasida, konsumsilah itraconazole 2 jam
sebelumnya atau 1 jam setelah mengonsumsi antasida

Simpan itraconazole di ruangan dengan suhu kamar. Jangan menyimpannya di tempat yang
lembap atau terkena paparan sinar matahari secara langsung. Jauhkan dari jangkauan anak-
anak.

Interaksi Itraconazole dengan Obat Lain

Penggunaan itraconazole bersamaan dengan obat-obatan lain dapat menimbulkan efek


interaksi antarobat, antara lain:
 Meningkatkan risiko terjadinya aritmia jika dikonsumsi bersama cisapride, felodipine,
halofantrine, mizolastine, pimozide, atau terfenadine

 Meningkatkan risiko terjadinya kerucunan ergotamine (ergotismus) jika digunakan


dengan obat yang mengandung alkaloid ergot, seperti ergotamine

 Meningkatkan risiko terjadinya miopati jika digunakan bersama obat kolesterol golongan
statin, misalnya simvastatin atau atorvastatin

 Meningkatkan efek sedatif dari obat triazolam atau midazolam

 Menurunkan kadar itraconazole jika digunakan dengan carbamazepine, phenobarbital,


phenytoin, isoniazid, nevapirene, atau rifampicin

 Menurunkan penyerapan itraconazole dalam darah jika dikonsumsi bersama antasida,


obat golongan PPI, atau obat histamin H2 receptor antagonist, seperti ranitidin

 Meningkatkan efek inotropik negatif, yaitu efek melemaskan otot jantung, dari
obat verapamil

 Meningkatkan kadar itraconazole dalam darah jika dikombinasikan dengan


ritonavir, erythromycin, ciprofloxacin, atau clarithromycin

 Meningkatkan risiko terjadinya gangguan pernapasan serius jika dikonsumsi


dengan fentanyl

Efek Samping dan Bahaya Itraconazole

Efek samping yang mungkin timbul setelah mengonsumsi itraconazole adalah:

 Sakit perut, kembung, atau heartburn

 Sakit kepala

 Diare atau sembelit

 Nyeri otot atau nyeri sendi

 Gusi berdarah

 Lemas

 Pusing

 Hidung meler dan gejala pilek lainnya


 Gairah seks menurun

Periksakan diri ke dokter jika efek samping di atas tak kunjung reda atau justru semakin
memburuk. Hentikan penggunaan itraconazole dan segera temui dokter bila terjadi reaksi
alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti:

 Demam

 Penglihatan kabur

 Telinga berdenging

 Tuli mendadak

 Kelelahan yang semakin memberat

 Tidak nafsu makan

 Urine berwarna gelap

 Kesemutan, mati rasa, atau rasa terbakar

 Tinja berwarna pucat

 Kulit dan mata menguning (penyakit kuning)

 Terbinafine
Terbinafine adalah obat untuk mengobati infeksi jamur pada kuku atau kulit, termasuk
kulit kepala. Beberapa kondisi akibat infeksi jamur yang bisa diobati dengan obat ini
adalah kutu air, panu, dan kurap. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan tablet.

Golongan Obat resep

Kategori Antijamur

Manfaat Mengatasi infeksi jamur kulit

Digunakan oleh Dewasa

Terbinafine untuk Kategori B: Studi pada binatang percobaan tidak


ibu hamil dan memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, tetapi belum
ada studi terkontrol pada wanita hamil.
Terbinafine dapat terserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang
menyusui
menyusui, jangan menggunakan obat ini sebelum
berkonsultasi dengan dokter.

Bentuk obat Krim dan tablet

Peringatan Sebelum Menggunakan Terbinafine


Terbinafine hanya boleh digunakan sesuai dengan resep dokter. Oleh karena itu,
perhatikan hal-hal berikut sebelum menggunakan terbinafine:
 Jangan menggunakan obat ini jika Anda alergi terhadap terbinafine. Beri tahu dokter jika
Anda memiliki riwayat alergi dengan antijamur jenis allylamine lain, seperti naftifine
 Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit hati, kondisi yang
menyebabkan sistem imun, atau lupus.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang mengalami penyakit kulit lain.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
 Jangan mengonsumsi minuman yang mengandung kafein, termasuk kopi, teh, atau
minuman soda, selama menjalani pengobatan dengan terbinafine.
 Sebisa mungkin, hindari paparan sinar matahari langsung secara berlebihan selama
menjalani pengobatan dengan terbinafine, karena obat ini dapat menyebabkan kulit lebih
sensitif terhadap sinar matahari.
 Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis setelah menggunakan
terbinafine.
Dosis dan Aturan Pakai Terbinafine
Dosis terbinafine yang diberikan dokter dapat berbeda, tergantung pada kondisi pasien.
Di bawah ini adalah rincian dosis umum terbinafine untuk mengatasi infeksi jamur kulit:
 Bentuk obat tablet
Dosisnya adalah 250 mg, sekali sehari. Masa pengobatan sekitar 2–4 minggu untuk
infeksi jamur selangkangan (tinea cruris), 4 minggu untuk kurap (tinea corporis), 2–6
minggu untuk kutu air (tinea pedis), dan 6–12 minggu untuk jamur kuku.
 Bentuk obat krim
Krim 1% dioleskan sebanyak 1–2 kali sehari pada bagian yang terinfeksi. Masa
pengobatan sekitar 1–2 minggu untuk tinea corporis dan tinea cruris, 1 minggu
untuk tinea pedis, dan 2 minggu untuk kandidiasis kulit dan panu.
Cara Menggunakan Terbinafine dengan Benar
Ikuti anjuran dokter dan baca keterangan yang tertera pada kemasan dalam menggunakan
terbinafine.
Untuk terbinafine tablet, telan tablet secara utuh dengan segelas air, jangan mengigit atau
menghancurkannya. Obat ini dapat dikonsumsi sebelum dan setelah makan.
Gunakan terbinafine tablet hingga masa pengobatan yang disarankan dokter selesai,
meskipun gejala sudah membaik. Hal ini dilakukan agar infeksi dapat teratasi
sepenuhnya.
Untuk terbinafine krim, oleskan tipis-tipis pada kulit yang sudah dibersihkan dan
dikeringkan. Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan krim, kecuali ketika yang
diobati adalah tangan. Saat gejala mulai membaik, tetap lakukan pengobatan dengan
terbinafine krim selama 2–3 hari guna mencegah kambuhnya infeksi.
Gunakan terbinafine pada waktu yang sama setiap harinya untuk memperoleh hasil yang
optimal. Jika lupa menggunakan obat, segera melakukannya jika jeda dengan jadwal
penggunaan berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan
menggandakan dosis.
Simpan terbinafine di tempat bersuhu ruangan. Hindarkan obat dari paparan sinar
matahari langsung dan suhu panas, serta jangan menyimpan obat di tempat yang lembap.
Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
Interaksi Terbinafine dengan Obat Lain
Berikut ini adalah interaksi antarobat yang dapat terjadi jika menggunakan terbinafine
bersamaan dengan obat lain:
 Meningkatkan kadar terbinafine dalam darah jika digunakan dengan
cimetidine, fluconazole, amiodarone, atau ketoconazole.
 Meningkatkan kadar obat penghambat beta, antidepresan jenis SSRI, MAOI, atau
obat antiaritmia.
 Menurunkan kadar terbinafine dalam darah jika digunakan bersama dengan rifampicin.
 Meningkatkan risiko terjadinya gangguan menstruasi jika digunakan dengan pil KB.
Efek Samping dan Bahaya Terbinafine
Efek samping yang mungkin dapat muncul setelah menggunakan terbinafine antara lain:
 Kulit mengelupas
 Kulit gatal
 Otot atau sendi terasa sakit
 Sakit kepala
 Mual
 Sakit maag
 Gangguan pencernaan
 Diare

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping di atas tidak lekas sembuh dan justru
memburuk. Berhenti menggunakan obat dan segera hubungi dokter jika Anda
mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius, seperti mudah memar, urine
berwarna gelap, penyakit kuning, nyeri perut yang semakin berat, atau demam.
MEREK DAGANG YANG TERDAFTAR DI INDONESIA

 Merek Dagang. Fulcin; Fungistop; Gricin; Grivacin; Mycostop; Omefulvin;


Rexavin. 
 Merek dagang : Anfuhex, Dermaral, Erazol, Funet, Fungoral, Fungasol, Formyco,
Formyco Cream, Grazol, Interzol, Nizol, Nizoral Cream, Nizoral-SS, Solinfec,
Solinfec Cream, Tokasid, Tokasid Cream, Zoloral Cream, Zoloral-SS

 Merek dagang Itraconazole: Fungitrazol, Forcanox, Itzol, Itraconazole, Sporacid,


Spyrocon, Trachon

 Merek dagang terbinafine: Interbi, Lamisil, Meccaderma, Termisil

Anda mungkin juga menyukai