koriamnionitis
KELOMPOK 7
1.HELGI F.A.E WAIRARA
2.JUNE CARYN DIOVER
3.LENA KOBAK
4.MESIKE WETIPO
5.YUSINTHA BIBIANA BAME
6.NATALIA C.F. AMPASOI
7.BERNADUS BAME
Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membranes (PROM)
merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan komplikasi kelahiran
berupa prematuritas dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis yang
meningkatkan morbiditas atau mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu
maupun bayi.
Anomali janin/trisomy
Sindrom antifosfolipid
SLE
Gaya Hidup :
Merokok, Narkoba
Kekurangan gizi, ekonomi rendah
Pada kehamilan 16-20 minggu sebaiknya dapat ditentukan apakah ada kelainan atau
cacat janin. Apabila ada indikasi sebaiknya ditentukan adanya kelainan genetic.
Pertumbuhan janin terhambat ditemukan bila berat janin kurang dari 10% dari
berat yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu
Biasanya perkembangan yang terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak
pertumbuhan
Tidak semua PJT adalah hipoksik atau patologik karena ada 25-60% yang
berkaitan dengan konstitusi etnik dan besar orang tua
Penyebab korioamnionitis yang paling sering adalah bakteri yang menumpuk di
vagina.
Infeksi lebih sering terjadi ketika kantung ketuban sudah pecah dalam waktu
lama, sebelum janin lahir.
Saat ketuban sudah pecah dalam waktu lama dan bayi tidak keluar,
memungkinkan bakteri di vagina naik ke dalam rahim.
Ibu berusia muda, kurang dari 21 tahun
Hamil untuk pertama kalinya
Tanda dan Gejala
Korioamnionitis tidak selalu menunjukkan gejala, tetapi beberapa ibu hamil dengan kondisi ini bisa
menunjukkan tanda-tanda seperti: Demam,Jantung berdebar (takikardia) Berkeringat.
Tanda-tanda klinis yang khas dan gejala koriomniositis meliputi berikut :
Demam ibu (suhu intrapartum> 100.4° F atau> 37,8 ° C): Paling sering diamati tanda takikardia
ibu signifikan (>120 denyut / menit)
Janin takikardia (> 160-180 denyut / menit)
Purulen atau berbau busuk cairan ketuban atau keputihan nyeri tekan uterus
Ibu leukositosis (Jumlah total leukosit darah > 15.000 – 18.000 sel / uL)
Resiko sepsis neonatal meningkat ketika 2 dari kriteria diatas yang muncul
Diagnosis
Korioamnionitis adalah diagnosis klinis yang ditegakkan bila ditemukan demam >38° C
dengan dua atau lebih tanda berikut ini :
• Leukositosis > 15.000 sel/mm3
•Denyut jantung janin >160 kali/menit
•Frekuensi nadi ibu >100 kali/menit
•Nyeri tekan fundus saat tidak berkontraksi
•Cairan amnion berbau (air ketuban)
•Pemeriksaan USG
•Sampel darah
•Sampel cairan
•Dilihat dari gejala yang dirasakan ibu hamil
Faktor Predisposisi
Persalinan premature
Persalinan lama
Ketuban pecah lama
Pemeriksaan yang dilakukan berulang-ulang
Adanya bakteri pathogen pada traktus genitalia
Alkohol
Rokok
Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal dan kariopulmonal dan pada
kehamilan ganda
USG Fetomaternal
Bila pada USG ditemukan cephalometry yang tidak normal maka dapat kita sebut
asimetris PJT
Doppler Velocymetry
Dengan menggunakan dopper kita dapat mengetahui adanya bunyi end-diastolic yang
tidak normal pada arteri umbilicalis ini menandakan bahwa adanya PJT
Pengobatan
Infeksi cairan ketuban tergantung pada gejala,usia, kesehatan ibu hamil dan
seberapa parah kondisinya jika ibu hamil mengalami korioamnionitia seperti
takikardia, demam, atau keputihan segera periksakan ke dokter.
Penatalaksanaan korioamnionitis mencakup pemberian antibiotik, ditambah
dengan pemberian antipiretik. Terminasi kehamilan umumnya tidak diperlukan,
tetapi dapat dipertimbangkan pada kondisi tertentu, misalnya abses otak atau
perforasi intestinal.
Antibiotik Intrapartum
Pemberian antibiotik intrapartum disertai dengan pemberian antipiretik
direkomendasikan, baik pada kasus suspek atau kasus korioamnionitis yang telah
terkonfirmasi. Pemberian antibiotik dapat mengurangi angka kejadian bakteremia,
pneumonia, dan sepsis pada neonatus.
Terima Kasih
Tuhan Berkati