Anda di halaman 1dari 80

Bab I

Pendahuluan

Akhir-akhir ini banyak ditemukan kasus keadaan normal di dalam


mulut/variannya yang diinterpretasikan sebagai suatu penyakit atau
kelainan sehingga dilakukan pengobatan. Hal ini akan menimbulkan
permasalahan besar dan kompleks, baik dari sudut interpretasi sebagai
penyakit/kelainan maupun tindakan pengobatan yang dilakukan.
Masalah yang timbul jika keadaan normal dianggap sebagai suatu
penyakit/kelainan adalah timbulnya kepanikan jika dianggap sebagai
keganasan, pasien terus-menerus berusaha mendapat pengobatan
untuk masalah tersebut, dan pasien sulit diyakinkan bahwa kelainan di
dalam mulutnya bukan merupakan penyakit, melainkan suatu varian
keadaan normal. Sedangkan jika dilakukan tindakan pengobatan,
masalah yang akan timbul adalah efek samping yang ditimbulkan
obat yang diberikan secara setempat (dalam mulut) dan kemungkinan
timbulnya kelainan lain yang lebih parah dibanding keadaan semula.
Jika obat diberikan secara sistemik, efek samping yang dapat terjadi
adalah kelainan/penyakit pada bagian tubuh lainnya, seperti kerusakan
hati atau kerusakan ginjal.
Keadaan normal di dalam mulut/variannya yang sering diinter-
pretasikan sebagai penyakit atau kelainan adalah torus mulut, bercak
Fordyce, duktus Stensoni, linea alba bukalis, morsicatio buccarum,
papilla foliata, papilla sirkumvalata, varises sublingual, pigmentasi
fisiologis, leukoedema, fissured tongue, geographic tongue, white
sponge nevus, median rhomboid glossitis. Keempat belas keadaan
normal ini kadang-kadang memberikan tampilan klinis yang bervariasi
atau sangat mencolok sehingga dapat menimbulkan kesalahan
interpretasi oleh dokter gigi. Oleh sebab itu, dokter gigi harus selalu
menambah pengetahuan dan keterampilannya, terutama mengingat
era globalisasi dalam segala bidang termasuk bidang layanan
kesehatan yang akan segera tiba harus diantisipasi sedini mungkin.

1
2 Varian Normal Lesi Mulut

Jika tidak, bukan tidak mungkin kita akan menjadi penonton di rumah
sendiri.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, akan dibahas
kriteria khusus keempat belas keadaan normal di dalam mulut beserta
variasinya. Melalui uraian ini diharapkan kesalahan interpretasi yang
merugikan masyarakat dapat dihindari.
Ada kriteria umum yang harus dipenuhi untuk menentukan apakah
suatu lesi dalam mulut termasuk varian normal atau tidak. Kriteria
umum yang harus dipenuhi oleh suatu keadaan normal/variannya
adalah:
1. Bersifat unilateral simetris. Namun, ada beberapa penyakit atau
kelainan yang menunjukkan gambaran simetris dan bilateral, tetapi
tingkatan gambaran abnormal yang disebabkan oleh penyakit
biasanya berbeda antara satu sisi dengan sisi yang lain.
2. Berada di lokasi tertentu. Sebagai contoh, duktus Stensoni yang
lokasinya selalu berada di mukosa pipi yang berhadapan dengan
gigi molar pertama rahang atas.
3. Tanpa keluhan dan biasanya individu yang bersangkutan tidak
menyadari meskipun gambaran klinisnya agak menyimpang dari
keadaan normal. Misalnya, papilla sirkum valata yang ekstrim dan
langsung terlihat sewaktu lidah dijulurkan keluar.
4. Independent finding. Pada umumnya varian keadaan normal
diidentifikasi sebagai independent finding. Sedangkan kelainan
dalam mulut sering kali menunjukkan perubahan sekunder seperti
kemerahan atau perubahan konsistensi jaringan pada manifestasi
primer.
5. Statis (tidak berubah). Varian suatu keadaan normal biasanya
bersifat tetap atau statis (tidak berubah), sedangkan suatu
penyakit atau kelainan dapat menghilang/bertambah besar selama
periode pengamatan.
6. Cenderung terlihat lebih nyata dengan bertambahnya usia. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan oleh paparan lingkungan mulut
yang terjadi selama bertahun-tahun.
7. Tidak berubah setelah pengobatan. Hal ini berbeda dengan
penyakit atau kelainan yang dapat sembuh atau semakin parah
sesudah dilakukan pengobatan.
Pendahuluan 3

Setelah suatu lesi ditentukan termasuk dalam varian normal atau


bukan, langkah selanjutnya adalah memilih varian normal yang mana?
Untuk menentukan ini diperlukan suatu kriteria khusus. Namun,
sekalipun sudah ada kriteria umum maupun kriteria khusus untuk
penetapan keadaan normal atau variannya, kadang-kadang masih saja
sulit untuk menentukan apakah suatu lesi merupakan keadaan normal
atau suatu penyakit/kelainan. Untuk mengatasi hal ini diperlukan
pengalaman dan selalu mencantumkan keadaan normal/variannya da-
lam diagnosis banding.
4
Bab II
Varian Keadaan Normal

Kondisi apa saja yang termasuk varian keadaan normal?


1. Torus mulut
2. Bercak Fordyce
3. Duktus Stensoni
4. Linea alba bukalis
5. Morsicatio buccarum/labiorum/linguarum chronic cheek chewing/
chronic labial chewing)
6. Papila foliata
7. Papila sirkum valata
8. Varises sublingual
9. Pigmentasi fisiologis
10. Leukoedema
11. Fissured tongue
12. Geographic tongue
13. White sponge nevus
14. Median rhomboid glossitis
Masing – masing kondisi di atas memiliki kriteria khusus tersendiri.

5
6 Varian Normal Lesi Mulut

TORUS MULUT
Torus Palatinus
³ Merupakan eksostosis tulang.
³ Terdapat di sepanjang midline palatum durum.
³ Biasanya simetris terhadap midline.
³ Tumbuh dengan lambat.
³ Tidak menimbulkan keluhan, kecuali jika mengalami iritasi.
³ Etiologi dan patogenesisnya tidak diketahui.
³ Diperkirakan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
³ Prevalensinya 20%–30%.
³ Terdapat pada laki-laki dan perempuan dengan perbandingan 2:1.
Varian Keadaan Normal 7

GAMBAR 2.1 Torus palatinus empat lobus.

GAMBAR 2.2 Torus palatinus empat lobus.


8 Varian Normal Lesi Mulut

Gambaran Klinis
³ Ukuran torus bervariasi antara 1–3 cm.
³ Kadang-kadang ukurannya begitu besar sehingga hampir menutupi
seluruh rongga palatum. Hal ini dapat menyebabkan fungsi bicara
terganggu.
³ Bentuknya bermacam-macam:
® Flat (terbanyak)
® Spindle (kumparan)
® Nodular
® Lobular
® Tidak beraturan
³ Mencapai ukuran maksimal pada usia 35 tahun.
³ Umumnya pasien tidak menyadari keberadaan torus.
Varian Keadaan Normal 9

GAMBAR 2.3. Torus palatinus satu lobus.

GAMBAR 2.4 Torus palatinus dua lobus.


10 Varian Normal Lesi Mulut

GAMBAR 2.5 Torus palatinus dengan bentuk seperti ginjal.

GAMBAR 2.6 Torus palatinus tiga lobus.


Varian Keadaan Normal 11

GAMBAR 2.7. Torus palatinus tiga lobus.

GAMBAR 2.8 Torus palatinus tiga nodul.


12 Varian Normal Lesi Mulut

GAMBAR 2.9 Torus palatinus empat lobus.

GAMBAR 2.10 Torus palatinus empat lobus.


Varian Keadaan Normal 13

GAMBAR 2.11 Torus palatinus enam lobus.

GAMBAR 2.12 Torus palatinus dua


lobus.
14 Varian Normal Lesi Mulut

Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinisnya.

Diagnosis Banding
Osteoma, sindrom Gardner, osteosarkoma.

Perawatan
Tidak diperlukan.

Masalah akan Timbul


³ Jika diperlukan penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan dan gigi
tiruan lengkap.
³ Jika teriritasi.
Varian Keadaan Normal 15

GAMBAR 2.13 Torus palatinus empat nodul.


16 Varian Normal Lesi Mulut

Torus Mandibularis
³ Merupakan eksostosis tulang.
³ Terdapat di sepanjang bagian lingual mandibula, di atas linea
milohioidea regio kaninus dan premolar.
³ Sekitar 80%–90% kelainan bersifat bilateral.
³ Jarang terdapat bersamaan dengan torus palatinus.
³ Prevalensinya berkisar 6%–40%.
³ Terdapat pada laki-laki dan perempuan dengan perbandingan 1:1.

Gambaran Klinis
³ Umumnya terdiri atas satu nodul, kadang-kadang lebih dari satu.
³ Torus ini dapat tumbuh sedemikian besar sehingga hampir bertemu
di midline dan disebut sebagai “kissing tori”.
³ Perkembangannya multifaktorial dan berkaitan dengan stres
fungsional.

Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis.

Diagnosis Banding
Osteoma, sindrom Gardner, abses gigi yang bersifat kronis, osteo-
sarkoma.

Perawatan
Tidak diperlukan.

Masalah akan Timbul


³ Jika diperlukan penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi
tiruan lengkap.
³ Jika teriritasi.
Varian Keadaan Normal 17

GAMBAR 2.14 Torus mandibularis kanan 2 nodul yang terpisah, kiri 1


nodul.

GAMBAR 2.15 Torus mandi­


bularis 3 nodul yang bertemu
di midline (kissing tori).
18 Varian Normal Lesi Mulut

GAMBAR 2.16 Torus mandibularis 1 nodul simetris kiri dan ka­


nan.

GAMBAR 2.17 Torus mandibularis yang berhimpitan dan simetris.


Varian Keadaan Normal 19

GAMBAR 2.18 Torus mandibularis 3 nodul yang simetris.


20 Varian Normal Lesi Mulut

Eksostosis Multipel
³ Merupakan eksostosis tulang (walaupun relatif jarang).
³ Terdapat pada bagian bukal maksila dan mandibula.
³ Biasanya bersifat bilateral.
³ Keberadaannya berkaitan dengan meningkatnya usia.
³ Eksostosis multipel jarang terdapat bersamaan dengan torus pala-
tinus dan torus mandibularis.
³ Lebih sering ditemukan di maksila dibandingkan mandibula.
³ Kadang-kadang merupakan eksostosis soliter yang terdapat di
daerah tuberositas maksila.

Gambaran Klinis
³ Merupakan nodul tulang yang menonjol dan multipel di sepanjang
bagian bukal tulang alveolar rahang dan tertutup oleh mukosa
normal.

Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis.

Diagnosis Banding
Osteoma, sindrom Gardner, penyakit Paget, displasia fibrosa.

Perawatan
Tidak diperlukan perawatan.

Masalah akan Timbul


³ Jika diperlukan penggunaan gigi tiruan sebagaian lepasan dan gigi
tiruan lengkap.
³ Jika teriritasi.
Varian Keadaan Normal 21

GAMBAR 2.19 Eksostosis rahang atas dan rahang bawah terdapat ber­
samaan.
22 Varian Normal Lesi Mulut

BERCAK FORCYCE
³ Merupakan variasi normal yang khas ditandai dengan pengumpulan
kelenjar sebasea di mukosa mulut.
³ Insidensi: 70%–80%.
³ Bercak Fordyce lebih prominen dengan meningkatnya usia.

Gambaran Klinis
³ Terlihat sebagai lesi makulopapular berwarna kuning yang kadang-
kadang bersatu membentuk plak kuning dan kasar.
³ Bilateral simetris.
³ Tidak sakit sehingga pasien sering kali tidak menyadari keberada-
annya.
³ Tempat predileksi:
® Mukosa pipi di sekitar duktus Stensoni.
® Mukosa pipi di daerah retromolar.
® Bibir atas dan sudut bibir.
³ Bercak Fordyce ini kadang-kadang mengalami hipertrofi akibat:
® Trauma karena pengunyahan.
® Iritasi karena merokok.
® Kombinasi dari faktor-faktor di atas.

Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis.
Varian Keadaan Normal 23

GAMBAR 2.20 Bercak Fordyce di vermilion bibir atas.

GAMBAR 2.21 Bercak Fordyce di daerah retromolar kiri.


24 Varian Normal Lesi Mulut

Diagnosis Banding
Lichen planus, kandidiasis, leukoplakia.

Perawatan
Tidak diperlukan, hanya penyuluhan.

Peran Dokter Gigi


³ Menenangkan dan memberikan penjelasan kepada pasien tentang
bercak Fordyce.
³ Dokter gigi harus dapat membedakan bercak Fordyce dari kega-
nasan.
Varian Keadaan Normal 25

GAMBAR 2.22 Bercak Fordyce di mukosa pipi.


26 Varian Normal Lesi Mulut

DUKTUS STENSONI
Merupakan muara dari kelenjar liur parotis.

Gambaran Klinis
³ Merupakan tonjolan pada mukosa pipi, di dalamnya terdapat muara
saluran liur kelenjar parotis.
³ Di mukosa pipi, tonjolan ini terletak berhadapan dengan gigi molar
1 dan 2 atas, kiri dan kanan.
³ Bentuknya bervariasi, ada yang berwarna merah disertai penon-
jolan, ada juga yang bentuknya mirip ulkus sehingga diduga sebagai
ulkus dekubitalis.
³ Jika berbentuk papula atau nodula, akan mudah terkena iritasi
oleh tepi gigi atau tambalan yang tajam sehingga menimbulkan
peradangan.
Varian Keadaan Normal 27

GAMBAR 2.23 Duktus Stensoni.

GAMBAR 2.24 Duktus Stensoni yang mirip ulkus.


28 Varian Normal Lesi Mulut

Diagnosis
Jika tonjolan tersebut ditekan dengan kaca mulut, alir liur akan me-
netes.

Diagnosis Banding
Ulkus dekubitalis, stomatitis aftosa.

Perawatan
Tidak diperlukan.
Varian Keadaan Normal 29

GAMBAR 2.25 Duktus Stensoni berupa titik merah.


30 Varian Normal Lesi Mulut

LINEA ALBA BUKALIS


³ Berupa garis putih-keabuan yang berjalan memanjang dari anterior
hingga posterior di mukosa pipi setinggi garis oklusi. Keadaan ini
disebabkan oleh tertekannya otot buccinator pada tonjol (cusp)
gigi-geligi belakang atas dan ke dalam garis oklusal (terutama indi-
vidu dengan pipi tebal).
³ Biasanya bersifat bilateral.
³ Pada beberapa individu garis putih ini menonjol akibat clenching
atau bruxism. Dengan demikian dapat membantu dokter gigi dalam
mengevaluasi keparahan clenching atau bruxism.

Gambaran Klinis
³ Berupa penonjolan linear berwarna putih, konsistensinya normal.
³ Dapat bersifat unilateral, tetapi biasanya bilateral.
³ Biasanya terdapat pada mukosa pipi setinggi garis oklusal gigi.
³ Lebih sering terjadi pada individu yang bertubuh gemuk.

Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis.

Diagnosis Banding
Morsicatio buccarum, kandidiasis, leukoedema.

Perawatan
Tidak diperlukan.
Varian Keadaan Normal 31

GAMBAR 2.26 Linea alba bukalis yang lurus.

GAMBAR 2.27 Linea alba bukalis di regio oklusal.


32 Varian Normal Lesi Mulut

MORSICATIO BUCCARUM/
LABIORUM/LINGUARUM
(CHRONIC CHEEK CHEWING/
CHRONIC LABIAL CHEWING)
³ Merupakan kebiasaan menggigit-gigit pipi/bibir/lidah secara berle-
bihan.
³ Biasanya terjadi pada individu dengan gangguan psikologis atau
stres.
³ Pada umumnya pasien tidak menyadari kondisi tersebut.

Gambaran Klinis
³ Kebiasaan menggigit-gigit pipi menyebabkan timbulnya lesi merah
dan putih disertai permukaan kasar.
³ Beberapa di antaranya terdapat hanya pada mukosa bibir bawah
atau mukosa pipi saja dekat dengan garis oklusi, seringkali bilateral,
tetapi kadang-kadang hanya terdapat pada satu lokasi di sekitar
komisura.
³ Pada tahap awal, bercak yang terbentuk terlihat pucat dan
translusen, tetapi akan memadat dan berubah warna menjadi putih.
³ Kadang pasien dapat menarik serpihan keratin yang terlepas dari
permukaan mukosa.
Varian Keadaan Normal 33

GAMBAR 2.28 Morsicatio bu­


ccarum.

GAMBAR 2.29 Morsicatio buccarum (cheek biting).


34 Varian Normal Lesi Mulut

PAPILA FOLIATA
Gambaran Klinis
³ Terdiri atas 3–4 lipatan vertikal yang sejajar di lateral lidah daerah
molar yang merupakan daerah berisiko tinggi untuk terjadi ke-
ganasan. Kondisi seperti ini menimbulkan cancerphobia pada pen-
deritanya.
³ Ukuran dan bentuknya bervariasi. Adakalanya menjadi rudimenter
atau berupa nodul yang menonjol.
³ Kondisi ini kadang-kadang meradang karena iritasi setempat yang
bersifat kronis atau karena ada infeksi saluran napas bagian atas.
Pada keadaan ini, papila dapat membesar ukurannya hingga dua
kali dari ukuran sebenarnya dan mempunyai outline lobus dengan
mukosa yang utuh.
³ Selain itu, elemen-elemen vaskular superfisial dapat menonjol
sehingga warnanya merah sekali. Sebenarnya papila ini merupakan
kumpulan jaringan limfoid.
³ Keadaan ini tidak dipengaruhi oleh penyakit sistemik.
³ Pada lansia, jika meradang biasanya akan menimbulkan rasa takut
akan adanya keganasan.

Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis.

Diagnosis Banding
Karsinoma sel skuamosa.

Perawatan
Tidak diperlukan, kecuali jika meradang.
Varian Keadaan Normal 35

GAMBAR 2.30 Papila foliata.

GAMBAR 2.31 Papilitis foliata.


36 Varian Normal Lesi Mulut

PAPILA SIRKUMVALATA
Gambaran Klinis
³ Merupakan papila lidah yang paling besar.
³ Terdapat di bagian belakang punggung (dorsum) lidah dalam po-
sisi “V” terbalik di depan linea terminalis kiri dan kanan foramen
caecum.
³ Biasanya berjumlah 10-16 buah.
³ Papila ini mengandung kapiler dan reseptor indera perasa.
³ Keberadaan papila tidak terpengaruh oleh adanya penyakit sis-
temik.
³ Jika ekstrim dapat menimbulkan ketakutan sehingga membuat pa-
sien pergi ke dokter gigi.
³ Biasanya tidak terlalu diperhatikan.
Varian Keadaan Normal 37

GAMBAR. 2.32 Papilitis sirkumvalata di posterior lidah.

GAMBAR 2.33 Papila sirkumvalata.


38 Varian Normal Lesi Mulut

Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis.

Perawatan
Tidak diperlukan.
Varian Keadaan Normal 39

GAMBAR 2.34 Papila sirkumvalata dengan lobus besar.

GAMBAR 2.35 Papila sirkumvalata yang ukurannya bervariasi.


40 Varian Normal Lesi Mulut

VARISES SUBLINGUAL
Gambaran Klinis
³ Vena pada bagian lingual lidah sering kali menonjol dan melebar,
berkelok-kelok atau berkelompok, berwarna merah sampai ungu
sehingga penampilannya menyeramkan.
³ Biasanya terdapat pada lansia di atas usia 60 tahun.
³ Kemungkinan besar berkaitan dengan proses menua. Akan tetapi,
ada pendapat yang menghubungkan kondisi tersebut dengan
meningkatnya tekanan vena seperti pada penyakit katup mitral,
hipertensi, emfisema.
³ Jika terdapat pada usia muda harus diwaspadai.
Varian Keadaan Normal 41

GAMBAR 2.36 Varises sublingual.

GAMBAR 2.37 Varises sublingual pada perempuan berusia 81 tahun.


42 Varian Normal Lesi Mulut

Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis.

Perawatan
Tidak memerlukan perawatan.
Varian Keadaan Normal 43

GAMBAR 2.38 Varises sublingual di ventral lidah.

GAMBAR 2.39 Varises sublingual dipandang lebih dekat.


44 Varian Normal Lesi Mulut

PIGMENTASI FISIOLOGIS
³ Merupakan pigmentasi dalam mulut yang umumnya terdapat pada
individu berkulit gelap.
³ Disebabkan oleh peningkatan produksi pigmen melanin oleh sel
melanosit.

Gambaran Klinis
³ Tempat predileksi: gingiva cekat (attached gingiva) (paling sering),
mukosa pipi, palatum durum, dan lidah.
³ Cenderung bersifat bilateral.
³ Letaknya di gingiva beberapa millimeter dari tepi bebas gusi.
Namun letak ini dapat bervariasi.
³ Terdapat melingkar seperti ikat pinggang dengan lebar beberapa
millimeter.
³ Berupa bercak-bercak yang berdiri sendiri berwarna coklat-kehi-
taman hingga hitam.

Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis.

Diagnosis Banding
Smoker’s melanosis, pigmentasi karena penyakit sistemik, pigmentasi
karena obat-obatan.

Perawatan
Tidak diperlukan.
Varian Keadaan Normal 45

GAMBAR 2.40  Pigmentasi fisiologis di regio anterior rahang bawah.

GAMBAR 2.41  Pigmentasi fisiologis di gingiva cekat rahang atas dan rahang bawah.


46 Varian Normal Lesi Mulut

GAMBAR 2.42  Pigmentasi fisiologis berupa makula berwarna hitam.

GAMBAR 2.43  Pigmentasi fisiologis berupa garis dengan bentuk seperti ikat 


pinggang.
Varian Keadaan Normal 47

GAMBAR 2.44 Smoker’s melanosis di mukosa pipi kiri.

GAMBAR 2.45 Smoker’s melanosis di palatum.


48 Varian Normal Lesi Mulut

GAMBAR 2.46 Smoker’s melanosis di mukosa pipi kanan.

Smoker’s Melanosis

GAMBAR 2.47 Smoker’s melanosis di gingiva rahang atas dan rahang


bawah.
Varian Keadaan Normal 49

GAMBAR 2.48 Smoker’s melanosis pada mukosa bibir bawah.

GAMBAR 2.49 Smoker’s melanosis pada mukosa bibir atas.


50 Varian Normal Lesi Mulut

LEUKOEDEMA
Merupakan varian normal mukosa mulut yang disebabkan oleh pe-
nebalan epitel dan edema interselular pada sel di stratum spinosum.

Gambaran Klinis
³ Terlihat berupa film putih-keabuan pada mukosa pipi dengan se-
dikit kerutan dan merupakan bagian integral mukosa pipi. Jika di-
regangkan akan hilang.
³ Biasanya bersifat bilateral.
³ Paling banyak terdapat di mukosa pipi.
³ Lebih sering ditemukan pada individu berkulit gelap dan pada pe-
rokok.

Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis.

Diagnosis Banding
Chronic cheek biting, kandidiasis pseudomembranosa, lichen planus,
white sponge nevus, dan cinnamon contact stomatitis.

Perawatan
Tidak memerlukan perawatan, tidak memiliki potensi untuk berubah
menjadi ganas.
Varian Keadaan Normal 51

GAMBAR 2.50 Leukoedema di mukosa pipi kiri. (atas izin Laskaris, 2003).

GAMBAR 2.51 Leukoedema di mukosa pipi kanan.


52 Varian Normal Lesi Mulut

FISSURED TONGUE
(SCROTAL/PLICATED TONGUE)
Merupakan salah satu varian normal pada lidah.

Gambaran Klinis
³ Punggung lidah penuh dengan kerutan atau celah sehingga ben-
tuknya terkadang sangat menyeramkan. Hal tersebut membuat
pasien panik karena dikira sebagai suatu keganasan.
³ Terdapat celah-celah pada punggung (dorsum) lidah.
³ Celah pada lidah tersebut memiliki alur yang berbeda-beda:
® Sejajar dengan median lingual fissure.
® Transversal terhadap median lingual fissure.
® Oblique (miring / bersudut) terhadap median lingual fissure.
® Kombinasi.
³ Ukuran, jumlah, dan dalamnya celah bervariasi.
³ Dengan bertambahnya usia, celah tersebut semakin bertambah
jumlahnya, lebarnya dan dalamnya.
³ Biasanya bersifat simetris.
³ Prevalensinya berkisar antara 7%–15%.
³ Biasanya pasien tidak menyadari keberadaannya. Baru diketahui
setelah ada peradangan ringan yang menyebabkan rasa sakit.
³ Kadang-kadang terdapat bersamaan dengan geographic tongue
(5%–25%).

Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis.

Perawatan
Menjaga kebersihan mulut, sisa makanan yang terjebak dibersihkan
untuk mencegah timbulnya peradangan dan halitosis.
Varian Keadaan Normal 53

GAMBAR 2.52 Fissured tongue.


54 Varian Normal Lesi Mulut

GEOGRAPHIC TONGUE
(BENIGN MIGRATORY GLOSSITIS/
ERITEMA MIGRAN)

³ Merupakan salah satu kelainan lidah yang paling sering ditemukan.


³ Penyebabnya belum jelas, diperkirakan dipengaruhi oleh faktor
herediter, stres,dan alergi.
³ Prevalensinya berkisar antara 1%–2% dan umumnya ditemukan pada
anak-anak dan dewasa muda, sedikit lebih banyak pada perempuan
dibandingkan laki-laki.

Gambaran Klinis
³ Berupa bercak-bercak merah bulat yang dikelilingi tepi putih yang
menonjol.
³ Bercak-bercak tersebut biasanya mutipel dan tidak sakit.
³ Ukurannya bervariasi dari beberapa millimeter sampai beberapa
sentimeter.
³ Bercak kemerahan tersebut terjadi akibat deskuamasi papila fili-
formis.
³ Papila fungiformis masih tetap ada di daerah yang mengalami
deskuamasi tersebut.
³ Lesi-lesi ini menetap sebentar di satu tempat dan sembuh untuk
kemudian timbul kembali di tempat lain.
³ Variasi:
® Kadang-kadang tepi putih-kekuningan tersebut lebih menonjol
dibandingkan daerah depapilasi.
® Sewaktu-waktu terlihat hanya berupa satu daerah kemerahan
dengan tepi putih-kekuningan dan cenderung statis sehingga
sering keliru dengan lesi akibat trauma.
Varian Keadaan Normal 55

GAMBAR 2.53 Geographic tongue.

GAMBAR 2.54 Geographic tongue yang lebih luas.


56 Varian Normal Lesi Mulut

³ Ciri khas:
® Gambaran merah dan putih ini berubah setiap jam/hari dan meng-
hilang dalam waktu 14 hari. Siklus baru dapat timbul setiap waktu.
³ Tempat predileksi:
® Biasanya terdapat di punggung (dorsum) lidah.
® Kadang-kadang dapat terlihat di bagian ventral dan lateral lidah.
³ Selain di lidah, lesi juga dapat ditemukan di mukosa pipi, mukosa
bibir, palatum molle (paling jarang). Untuk lesi di lokasi tersebut,
kondisi ini disebut eritema migran/migratory stomatitis.
³ Geographic tongue bersifat jinak dan biasanya menetap selama
berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan
cenderung berkurang dengan meningkatnya usia. Kisaran waktu
perubahan antara 2 minggu sampai 10 tahun. Ada yang kisaran
waktu perubahannya kurang dari satu tahun, tetapi hanya pada
74%.
³ Beberapa geographic tongue seringkali disertai fissured tongue.
³ Satu-satunya keluhan pasien adalah tampilan klinis kelainan ini,
meskipun sering disertai rasa nyeri dan panas akibat makanan yang
pedas, terutama pada saat permulaan timbul. Rasa panas pada lidah
sangat ringan jika dibandingkan dengan sindrom lidah terbakar.
Varian Keadaan Normal 57

GAMBAR 2.55 Eritema migrans pada palatum molle (atas izin Neville et
al., 2017).

GAMBAR 2.56 Eritema migrans pada mukosa bibir bawah (atas izin Neville
et al., 2017).
58 Varian Normal Lesi Mulut

Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis berupa gambaran merah dan putih
seperti peta yang berubah dengan cepat.

Diagnosis Banding
Kandidiasis, eritroplakia.

Perawatan
³ Tidak memerlukan perawatan.
³ Jika ada keluhan, hindari makanan dan minuman yang mengiritasi.
³ Berikan penyuluhan bahwa keadaan ini tidak berbahaya.
Varian Keadaan Normal 59

GAMBAR 2.57 Eritema migrans pada mukosa bibir bawah (atas izin Gandolfo
et al., 2006)

GAMBAR 2.58 Eritema migrans pada ujung lidah (atas izin Strassburg and
Knolle, 1994).
60 Varian Normal Lesi Mulut

WHITE SPONGE NEVUS


(FAMILIAL WHITE FOLDED
GINGIVOSTOMATITIS)
³ Merupakan kelainan yang bersifat autosomal herediter.
³ Penyebabnya adalah kerusakan pada keratinisasi mukosa mulut
normal (keratin 4 dan keratin 13 yang secara spesifik terlihat
di stratum spinosum). Hal ini akan menyebabkan maturasi dan
eksfoliasi epitel berubah. Perubahan keratinisasi mukosa juga
dapat terlihat pada mukosa vagina dan rektum.
³ Terlihat pada waktu lahir dan masa anak-anak, kadang berkembang
pada waktu remaja.

Gambaran Klinis
³ Ciri khasnya ditandai oleh:
® Plak putih, lunak, seperti bunga karang pada mukosa mulut yang
tidak berkeratin.
® Permukaannya tebal dan bergelombang.
® Simetris dan bilateral.
® Asimptomatik.
® Lesi putih tidak hilang jika mukosa diregangkan.
³ Tempat predileksi:
® Mukosa pipi (paling banyak), mukosa bibir, alveolar ridge, dasar
mulut, dan lidah.

Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis dan riwayat keluarga.

Diagnosis Banding
Leukoedema, leukoplakia.

Perawatan
Tidak memerlukan pengobatan karena jinak, hanya perlu penyuluhan.
Varian Keadaan Normal 61

GAMBAR 2.59 White sponge nevus pada mukosa pipi kanan (atas izin Regezi
et al., 2017).

GAMBAR 2.60 White sponge nevus pada mukosa pipi kiri (atas izin Regezi et
al., 2017).
62 Varian Normal Lesi Mulut

MEDIAN RHOMBOID GLOSSITIS


(GLOSITIS RHOMBOIDEA)
³ Dibagi atas: nodular glossitis rhomboidea dan flat glossitis rhom-
boidea
³ Sebenarnya merupakan kesalahan perkembangan karena bagian
kanan dan kiri lidah belum menjadi satu pada waktu tuberkulum
impar tumbuh di antaranya. Akan tetapi, sekarang penyebabnya
diperkirakan karena infeksi kronis Candida albicans.

Gambaran Klinis
³ Terlihat sebagai tonjolan berbentuk rhomboid (jajaran genjang)
pada dorsum lidah di depan papila sirkumvalata.
³ Daerah rhomboid ini bebas dari papilla filiformis dan fungiformis,
berwarna lebih merah dari sekitarnya.
³ Biasanya asimtomatik.
³ Prevalensi: pada laki-laki 78%–80%, ditemukan pada dekade ke-
empat.
³ Ada 2 macam median rhomboid glossitis: flat (rata) dan berupa
tonjolan.
Varian Keadaan Normal 63

GAMBAR 2.61  Median rhomboid glossitis bentuk flat (rata).

GAMBAR 2.62 Median rhomboid glossitis berbentuk tonjolan tunggal.


64 Varian Normal Lesi Mulut

Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis.

Perawatan
Tidak memerlukan perawatan. Jika ada infeksi Candida albicans dapat
dipakai nistatin secara topikal. Pilihan lain adalah clotrimazole.
Varian Keadaan Normal 65

GAMBAR 2.63 Median rhom­


boid glossitis berbentuk tonjolan
multipel. (Atas izin Strassburg
and Knolle, 1994).
Bab 3
Ringkasan

Untuk penentuan apakah suatu lesi itu merupakan keadaan normal/


variannya ataukah suatu keganasan/penyakit diperlukan pengetahuan
mengenai kriteria khusus, kriteria umum, dan pengalaman. Dengan
bekal tersebut, kesalahan dalam melakukan interpretasi dapat di-
hindari sehingga tidak perlu dilakukan suatu tindakan pengobatan.

66
Daftar Pustaka

Coleman GC. Concepts of Differential Diagnosis dalam Principles of Oral


Diagnosis. Gary C Coleman et al editor. Mosby, St Louis. 1993
Gandolfo S, Scully C, Carrozzo M. Oral Medicine. Churchill Livingstone.2006
Ibsen OAC and Phelan JA. Oral Pathology for the Dental Hygienist. 2nd edition.
WB Saunders. Philadelphia.1996
Kahn MA, Hall JM, The ADA Protocol Guide to Soft Tissue Oral Disease. Wiley
Blackwell
Laskaris G. Color Atlas of Oral Diseases. Diagnosis and Treatment. 4th Edition
Thieme. 2017
Langlais RP, Miller CS, Nield-Gs of ehrig JS. Color Atlas of Common Oral
Diseases. 4th Edition Lippincott William & Wilkins.2009
Odell EW. Cawson’s Essential of Oral Pathology and Oral Medicine. 9th Edition.
Elsevier. 2017
Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral Pathology Clinical Pathologic
Correlations. 7th Edition Elsevier. 2017
Ruslijanto H. Keadaan normal di dalam mulut atau variannya yang sering
diintepretasikan sebagai kelainan atau penyakit. Majalah Ilmiah
Kedokteran Gigi Th. 17 No. 47 Maret 2002
Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary Oral and Maxillofacial
Pathology. 2nd Edition C.V. Mosby 2004
Strassburg M, Knolle G. Diseases of the Oral Mucosa. A Color Atlas. 2nd ed.
Quintessence Publishing Co. Chicago. 1994

67
68

Anda mungkin juga menyukai