Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU

OBSERVASI DAN ASISTENSI RAWAT JALAN UPU


BIDANG ILMU BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
PERAWATAN SALURAN AKAR ABSES PERIAPIKAL

Nama DPJP:
drg. Yon Triono, M.M.

Disusun Oleh:
Hanifah Tantri
G4B022011

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
PURWOKERTO
2023
LAPORAN KASUS

A. Anamnesis
1. Chief of Complaint:
Seorang pasien laki-laki berusia 25 tahun datang ke RSGMP Unsoed dengan
keluhan gigi depan atas terasa ngilu.
2. Present Illness:
Pasien merasakan ngilu dan ingin memeriksakan giginya.
3. Past Medical History:
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik, tidak memiliki alergi, dan tidak
sedang mengkonsumsi obat-obatan.
4. Past Dental History:
Pasien belum pernah periksa ke dokter gigi sebelumnya.
5. Family History:
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.
6. Social History:
Pasien seorang pekerja militer yang ditugaskan di Purwokerto.
B. Pemeriksaan Ekstraoral
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital:
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Suhu tubuh : 36,5oC
c. Denyut nadi : 77x/menit
d. Pernapasan : 13x/menit
2. Berat badan : 50 kg
3. Tinggi badan : 160 cm
4. Kesadaran pasien : compos mentis
5. Wajah pasien : simetris, tidak terdapat pembengkakan wajah
6. Assesment nyeri : 0 (tidak terdapat nyeri)
7. Pemeriksaan TMJ, limfonodi, dan buka tutup mulut pada pasien tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Intraoral
1. Tes vitalitas : + (vitalitas gigi pasien baik).
2. Tes perkusi : + (pasien merasakan nyeri)
3. Tes palpasi : + (terdapat lesi inflamasi)
4. Tes mobilitas : - (tidak ada mobilitas gigi)

1
5. Tes sondasi : + (pasien merasakan nyeri saat dilakukan tes menggunakan sonde).
6. Perubahan warna gigi : Perubahan warna gigi 21 menjadi lebih gelap

Gambar 1. Gambaran intraoral pasien


D. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan penunjang radiografi periapical gigi 21. Pemeriksaan
penunjang dilakukan untuk mengetahui kondisi gigi incisivus atas yang diduga
terdapat abses. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk memastikan kondisi gigi 21
apakah terdapat kista atau kelainan lainya

Gambar 2. Radiografi periapikal gigi 11 dan 21.


E. Diagnosis
Diagnosis pada kasus yaitu abses periapikal (K07.1).
F. Diagnosis banding
1. Kista Periapikal
2. Granuloma periapikal

2
G. Rencana Perawatan
1. Informed consent
2. Trepanasi
3. Perawatan saluran akar
4. Ekstraksi
5. Medikasi
6. KIE.

H. Tindakan
1. Informed consent
2. Perawatan saluran akar
3. Medikasi
4. KIE

3
PEMBAHASAN KASUS
A. Skema Analisis Kasus

ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki berusia 25 tahun
datang ke RSGMP Unsoed dengan
keluhan gigi depan terasa ngilu

PEMERIKSAAN EO & IO
Pemeriksaan EO : tekanan darah normal, suhu
tubuh, laju pernapasan, dan denyut nadi
RIWAYAT normal, kesadaran compos mentis, wajah
SISTEMIK simetris, asesmen nyeri 0, tidak ada
Tidak ada riwayat pembengkakan wajah, tidak dilakukan
penyakit sistemik, pemeriksaan TMJ, limfonodi, dan PEMERIKSAA
konsumsi obat, pemeriksaan buka tutup mulut pada pasien N PENUNJANG
atau alergi obat Pemeriksaan IO : Terdapat perubahan warna Radiografi
pada gigi 21, perkusi (+), palpasi (+), Periapikal
mobilitas (-), sondasi (+), dan vitalitas (+)

DIAGNOSISDx : Abses
periapikal (K07.1).
DD : Kista dan granuloma.

RENCANA PERAWATAN
Informed consent
Perawatan saluran akar
Ekstraksi
Medikasi dan KIE
Kontrol

TINDAKAN
Informed consent
PSA
Medikasi dan KIE
Kontrol

4
B. Anamnesis
Dokter melakukan assesmen ulang dengan komunikasi mendalam tentang
keluhan dan tujuan pasien datang ke RSGMP Unsoed. Berdasarkan assesmen ulang
yang dilakukan oleh dokter, pasien ingin dilakukan perawatan pada gigi depan atasnya
karena merasa sakit. Pasien baru pertama kali datang ke dokter gigi sehingga terlihat
tegang dan gugup. Dokter melakukan komunikasi yang lebih hangat agar pasien lebih
tenang dan rileks. Edukasi untuk psikologi pasien-dokter mulai dibangun untuk
menenangkan pasien dan memberikan penjelasan tentang prosedur perawatan saluran
akar gigi 21 yang akan dilakukan. Assesmen ulang oleh dokter untuk lebih mendalami
dan mengetahui dengan memastikan 6 sasaran keselamatan pasien yaitu:
1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif
3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (high-alert)
4. Memastikan sisi yang benar, prosedur yang sesuai pada pembedahan/ tindakan
invasif
5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
6. Mengurangi risiko cedera akibat jatuh
C. Riwayat Sistemik
Saat assesmen dokter banyak menanyakan tentang riwayat penyakit sistemik
pasien dari mulai riwayat penyakit diabetes, jantung, paru, ginjal, hati, dan penyakit
lainya yang berisiko tinggi. Dokter juga menanyakan riwayat konsumsi obat yang
sedang dijalani, seperi obat pengencer darah, obat hipertensi, obat asam urat, obat
kolesterol dan sebagainya. Tujuan dari komunikasi dokter tentang riwayat panyakit
dan konsumsi obat pada pasien untuk memastikan dalam tindakan penambalan tidak
terjadi resiko yang tinggi. Hasil dari pendalaman mengenai riwayat sistemik pasien
dan riwayat konsumsi obat pada pasien yaitu pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik dan tidak mengkonsumsi obat-obatan.
D. Pemeriksaan Penunjang
Tindakan penunjang dilakukan dikarenakan dokter menilai gigi incisivus atas
terdapat adanya abses maka dokter gigi merujuk pasien untuk melakukan foto rontgen
yang bertujuan untuk mengetahui apakah abses tersebut terdapat kista atau kelainan
lainya. Pemeriksaan penunjang berupa dilakukan rontgen foto periapikal terdapat
gambaran abses periapikal pada gigi 21 dengan gambaran diffuse pada akar gigi 21.

5
E. Pemeriksaan Ekstraoral
Dari pemeriksaan yang dilakukan dokter mulai dari pengamatan bentuk wajah
pasien tidak mengalami bentuk asimetris dan tidak terdapat pembengkakan. Dokter
tidak melakukan pemeriksaan TMJ sehingga tidak diketahui terdapat clicking pada
pasien dan tidak dilakukan pemerikaan membuka dan menutup mulut.
Pemeriksaan selanjutnya dokter tidak melakukan penekanan pada daerah
limfonodi karena pasien tidak mengeluhkan nyeri. Pemeriksaan nadi pasien 70x/menit
yang menandakan normal. Pemeriksaan tekanan darah pasien 120/80 mmHg yang
menandakan pasien memiliki tekanan darah yang normal. Pemeriksaan laju
pernapasan 17x/menit menandakan normal. Berat badan pasien 50 kg dan tinggi
badan 160 cm dengan indeks BMI 19,5 termasuk dalam kategori normal. Assesmen
nyeri pada pasien tidak terdapat nyeri.
F. Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan ini dilakukan dokter untuk mengetahui dan mengamati kondisi
klinis yang dikeluhkan pasien dan untuk menyesuaikan antara keluhan dan kondisi
klinis gigi mulai dari melakukan pencatatan odontogram, dilanjutkan mukosa sekitar
rongga mulut dan memeriksa gigi yang akan dicabut. a) Dari pemeriksaan dokter ohi
pasien baik namun pasien memiliki kebiasaan merokok b) Hasil pemeriksaan
odontogram tidak dijelaskan oleh dokter c) Hasil pemeriksaan mukosa mulut tidak
ada kelainan d) Pemeriksaan gigi 21: Perkusi : +, Palpasi : +, Mobilitas : -, Vitalitas :
+, Sondasi : +.
G. Diagnosis Banding
1) Granuloma Periapikal
Periapikal granuloma merupakan lesi yang berbentuk bulat dengan
perkembangan yang lambat yang berada dekat dengan apex dari akar gigi,
biasanya merupakan komplikasi dari pulpitis. Terdiri dari massa jaringan
inflamasi kronik yang berprolifersi diantara kapsul fibrous yang merupakan
ekstensi dari ligamen periodontal. Gambaran klinis pasien dengan granuloma
periapikal umumnya tidak bergejala, namun jika terdapat eksaserbasi akut maka
akan menunjukkan gejala seperti abses periapikal. Secara histologi, granuloma
periapikal didominasi oleh jaringan granulasi inflamasi dengan banyak kapiler,
fibroblast, jaringan serat penunjang, infiltrat inflamasi, dan biasanya dengan
sebuah kapsul. Jaringan ini menggantikan kedudukan dari ligamen periodontal,

6
tulang apikal dan kadangkala dentin dan sementum akar gigi, yang diinfiltrasi oleh
sel plasma, limfosit, mononuklear fagosit, dan neutrofil.
2) Kista Periapikal

Kista periapikal (radikular atau periodontal apikal) merupakan kista yang


paling sering terjadi di rahang. Inflamasi kista berasal dari ephitelial lining yang
mengalami poliferasi akibat adanya sedikit residu (sisa) epitel odontogenik (rest
malassez) di dalam periodontal ligament. Gambaran klinis dari kista periapikal
merupakan kista rahang yang terjadi sebanyak setengah atau tiga perempat dari
semua kista rahang yang ada. Distribusi usia terjadi pada dekade ke tiga hingga ke
enam. Jarang sekali di temukan kista periapikal pada dekade pertama, walaupun
munculnya karies dan gigi nonvital sering terjadi pada usia ini. Kebanyakan kista
terjadi pada rahang atas, terutama pada regio anterior, lalu pada regio posterior
rahang atas kemudian gigi posterior rahang bawah, terakhir pada regio anterior
rahang bawah. Gambaran histopatologi kista periapikal dibentuk dari epitel
squamos nonkeratinasi dengan ketebalan yang beragam. Perpindahan dari sel
inflamasi ke epitelium mungkin akan terjadi, dengan jumlah polymorphonuclear
leukosit (PMNs) yang besar dan beberapa limposit. Jaringan yang berada di
bawahnya mungkin akan mengalami infiltrasi fokal atau difuse dengan campuran
dari sel inflamasi. Inflamasi plasma sel dan hubungan refractile dan interselular
spherical Russel Bodies, menunjukan adanya akumulasi gamma globulin, sering
di temukan dan kadang mendominasikan pada gambaran mikroskopis. Kalsifikasi
Foci of distrophi, pecahan kolesterol, multinukleal dari benda asing- tipe giant sel
akan terlihat subsequent hingga hemorhage pada dinding kista. Benih dari
granuloma biasanya juga sering ditamakan pada dinding ista periapikal, yang
menunjukan bahwa terdapat hubungan dengan rongga mulut terutama pada sekitar
root canal dan lesi karies.

Gambar 3. Granuloma periapikal, abses periapikal, kista periapikal

7
H. Rencana Perawatan

Perawatan pada pasien yang didiagnosis abses periapikal memiliki beberapa opsi,
yaitu medikasi, drainase atau insisi abses, ekstraksi gigi penyebab yang nantinya
dilakukan pembuatan gigi tiruan cekat atau lepasan, ataupun perawatan saluran akar
(PSA).

a. Drainase atau Insisi abses dan Medikasi


Langkah utama yang paling penting dalam penatalaksanaan abses gigi
adalah insisi abses, dan drainase pus yang berisi bakteri. Tujuan dari tindakan
insisi dan drainase, yaitu mencegah terjadinya perluasan abses/infeksi ke
jaringan lain, mengurangi rasa sakit, menurunkan jumlah populasi mikroba
beserta toksinnya, memperbaiki vaskularisasi jaringan sehingga tubuh lebih
mampu menanggulangi infeksi yang ada dan pemberian antibiotik lebih
efektif. Selain itu, drainase dapat juga dilakukan dengan melakukan open bur
dan ekstirpasi jaringan pulpa nekrotik yang nantinya dilanjutkan dengan
perawatan PSA atau dengan pencabutan gigi penyebab (Saleh, 2017).
Selanjutnya pasien diberi medikasi antibiotik. Sebagian besar abses gigi dapat
diobati dengan antibiotik yang menghambat bakteri gram negatif, anaerob
fakultatif, dan anaerob obligat. Penggunaan kortikosteroid dan analgesik
diberikan untuk mengurangi pembengkakan, respon inflamasi, serta nyeri
(Ortiz dan Espinoza, 2021).
b. Ekstraksi gigi

Ekstraksi gigi adalah suatu prosedur dental mengeluarkan gigi dari


soketnya. Pencabutan gigi dikatakan ideal jika dalam pelaksaannya tidak
disertai rasa sakit, trauma yang terjadi pada jaringan sekitar gigi seminimal
mungkin, luka pencabutan dapat sembuh secara normal dan tidak
menimbulkan permasalahan pasca pencabutan. Ekstraksi merupakan pilihan
terakhir yang akan dipilih dokter gigi apabila gigi sudah tidak dapat
dipertahankan lagi. Ekstraksi pada gigi dengan abses yang disertai rasa nyeri
tidak dapat langsung dilakukan karena dapat menimbulkan resiko penyebaran
infeksi dan anastesi tidak bekerja secara maksimal (Kartinawanti dan Asy’ari,
2021). Setelah dilakukan ekstraksi gigi, untuk mempertahankan oklusi dan

8
proses mastikasi dapat dilanjutkan dengan perawatan pembuatan gigi tiruan
baik berupa lepasan atau cekat.

c. Perawatan Saluran Akar (PSA)


Perawatan saluran akar adalah suatu perawatan penyakit pulpa dengan
cara pengambilan pulpa vital atau nekrotik dari saluran akar dan menggantinya
dengan bahan pengisi untuk mencegah terjadinya infeksi berulang. Tujuan
dilakukannya perawatan saluran akar adalah mencegah perluasan penyakit dari
pulpa ke jaringan periapikal, menghilangkan lesi periapikal, dan
mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis
oleh jaringan sekitarnya. Tiga tahap penting dalam perawatan saluran akar
adalah triad endodontik, yang meliputi preparasi biomekanis, sterilisasi dan
pengisian saluran akar yang hermetis (Kartinawanti dan Asy’ari, 2021). Gigi
dengan abses periapikal dapat dilakukan PSA setelah dilakukan trepanasi
terlebih dahulu dan dinding mahkota gigi masih dapat dilakukan restorasi.

I. Tindakan Perawatan
1. Informed consent
Informed consent untuk mendapatkan persetujuan dari pasen terkait tindakan
yang akan dilakukan oleh dokter gigi setelah mendapatkan informasi dan
penjelasan sebelumnya dari dokter gigi yang bersangkutan. Tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien adalah perawatan saluran akar pada gigi 21. Kemudian,
persiapan operator, pasien, serta alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Tindakan perawatan

Tindakan pertama dilakukan preparasi akses. Negoisasi saluran akar dilakukan


dengan menggunakan file #10 dan #15, kemudian ditentukan file awal pada gigi
21 setara dengan file no 30. Panjang kerja ditentukan menggunakan alat penentu
apeks (Propex Mini, Dentsply) , kemudian dilakukan preparasi saluran akar
menggunakan menggunakan file Protaper, hingga mencapai F5 pada gigi 21.
Selama preparasi saluran akar, dinding saluran akar dilumasi menggunakan pasta
EDTA 17%. Kemudian diirigasi menggunakan cairan NaOCl 5,25% . Irigasi
terakhir dilakukan menggunakan cairan Chlorhexidine (CHX) 2%, kemudian
dimasukkan pasta kalsium hidroksida, lalu diaplikasikan tambalan sementara.

9
Pasien diinstruksikan untuk control Kembali seminggu setelah tindakan. saat
kunjungan berikutnya, saluran akar dilakukan pembersihan dan pembentukan
saluran akar, kemudian diirigasi menggunakan NaOCl 52,5%, dikeringkan,
kemudian pasta Ca(OH)2 diaplikasikan kembali.

J. Medikasi

Gambar 4. Medikasi pasien


Berdasarkan resep diatas, maka interpretasinya adalah:
a. Ambilah amoxicilin dengan dosis 500 mg sebanyak 10 tablet diminum setiap 8 jam,
sebanyak 1 tablet, setelah makan
b. Ambilah ibuprofen dengan dosis 500 mg sebanyak 10 tablet diminum setiap
diminum jika perlu sebanyak 1 tablet, setelah makan
Alasan pemilihan obat
1. Amoxicilin
Amoxicilin dalah obat antibiotik kelas penicillin yang berfungsi untuk
mengobati infeksi tertentu yang disebabkan oleh bakteri. Obat ini bekerja dengan
cara menghentikan pertumbuhan bakteri. Biasanya, amoxicillin digunakan dalam

10
pengobatan pneumonia, bronkitis, atau infeksi lainnya yang menyerang telinga,
hidung, dan kulit. Terkadang, obat digunakan dalam kombinasi dengan obat
lainnya untuk mengobati infeksi bakteri Helicobacter pylori. Ada beberapa jenis
sakit gigi dan tidak semuanya boleh langsung diatasi dengan obat amoxicillin.
Bahkan, penggunaannya sering kali tidak disarankan. Sekalipun penyebabnya
adalah infeksi, dokter biasanya menghindari pemberian resep antibiotik untuk
sakit gigi kecuali jika benar-benar dibutuhkan (Teoh, 2021).

Dokter baru meresepkan antibiotik seperti amoxicillin ketika infeksi gigi telah
menyebar dan menimbulkan gejala fisik pada bagian tubuh yang lain. Beberapa
gejala yang menandakan infeksi sudah semakin parah meliputi:

• demam,
• kelelahan,
• malaise (perasaan tidak enak badan),
• pembengkakan pada rahang atau leher, serta
• nyeri hebat yang tidak kunjung membaik setelah diberi obat.
Selain karena keparahan infeksi, dokter juga memberikan amoxicillin untuk
pasien sakit gigi dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi lebih
lanjut serta menghindari risiko kehilangan gigi.
Infeksi gigi yang sudah parah harus segera diobati. Jika dibiarkan, infeksi bisa
menyebar ke tulang dan jaringan di sekitarnya. Hal ini akan menimbulkan
komplikasi penyakit yang serius, seperti:
• infeksi darah,
• pneumonia,
• infeksi otak, dan
• endokarditis (infeksi pada jantung).
Dosis amoxicillin akan ditentukan oleh dokter berdasarkan kondisi Anda.
American Dental Association (ADA) menyarankan pemberian obat sebanyak
500 mg yang harus diminum tiga kali sehari. Biasanya, lama pengobatan
berkisar antara 3–7 hari.
2. Ibuprofen

11
Ibuprofen adalah obat pereda nyeri yang termasuk ke dalam golongan
nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID). Obat ini bermanfaat untuk
mengobati rasa nyeri ringan hingga sedang. Obat ini sering juga digunakan untuk
mengatasi sakit gigi.

Orang dewasa dan remaja: Dosis 200-400 mg setiap 4 hingga 6 jam,


tergantung dengan kebutuhan dan rasa sakit yang dirasakan. Batas dosis yang
paling tinggi adalah 3.200 mg/hari (jika mendapatkannya dari resep dokter). Anak
di atas 6 bulan: Dosis penggunaan obat harus disesuaikan dengan berat badan
anak. Dokter akan menentukan dosis ibuprofen untuk anak-anak, akan tetapi
biasanya 10 mg/kg setiap 6-8 jam sekali atau 40 mg/kg per hari. Bayi di bawah
usia 6 bulan: Dosis harus ditentukan oleh dokter.

Meminum obat melebihi batas dosis atau lebih dari 400 mg pada orang dewasa
tidak terbukti lebih efektif untuk menghilangkan rasa sakit. Jika rasa sakit sudah
menghilang, sebaiknya Anda segera hentikan penggunaan ibuprofen.

K. Kesimpulan
Pada kasus abses yang dilaporkan dalam laporan kasus berdasarkan hasil
observasi UPU RSGMP Unsoed. Penatalaksanaan harus dipilih sesuai kondisi dan
keinginan pasien yang dapat diketahui dari pemeriksaan subjektif dan objektif. Pada
pemeriksaan ini juga dilakukan pemeriksaan penunjang dengan radiografi periapikal
untuk melihat adanya kelainan atau tidak pada abses gigi pasien tersebut. Dokter gigi
memberikan perawatan saluran akar pada gigi 21.

L. Saran

Pada kasus ini perlu ditambahkan medikasi antibiotic seperti clindamycin,


pengobatan abses periapikal karena memiliki sifat bakteriostatik broad spectrum dan
memiliki potensi untuk melawan infeksi odontogenik. Bahkan beberapa penelitian
sebelumnya menunjukkan hampir 75% dari semua bakteri penyebab infeksi
odontogenik sensitif terhadap obat salah satunya yaitu clindamycin. Clindamycin
dapat diresepkan dalam kasus infeksi yang persisten, karena lebih ampuh
dibandingkan dengan penisilin dan metronidazole. Selain itu, telah ditunjukkan bahwa
tingkat resistensi bakteri terhadap penisilin lebih tinggi dibandingkan dengan
klindamisin.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dwita Budiarti, dkk. 2018. Penatalaksanaan Abses Periapikal yang Besar pada
Gigi Insisiv Sentral Rahang Atas. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Airlangga Surabaya.
Kartinawanti, A.T. and Asy'ari, A.K., 2021. Penyakit pulpa dan perawatan saluran
akar satu kali kunjungan. JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi), 4(2), pp.64-
72.
Malinda, Y., Prisinda, M. 2022. The Antibiotics Sensitivity Test On Staphylococcus
and Streptococcus from Chronic Apical Abscess. Odonto Dental Journal.
9(1): 131-137
Ortiz R, dan Espinoza V. 2021. Odontogenic Infection. Review of the Pathogenesis,
Diagnosis, Complications and Treatment. Res Rep Oral Maxillofac
Surg.5(2);1-10.
Saleh, E.2017. Abses rongga mulut. Makalah kedokteran gigi: bagian bedah mulut
PSKG FKIK UMY. Yogyakarta.
Utami, I., D., Pramanik, F., Epsilawati, L. 2019. Proporsi Gambaran Radiografis
Lesi Periapikal Gigi Nekrosis pada Radiografi Periapikal. Padjajaran J Dent
Res Student. 3(1): 64-69

13

Anda mungkin juga menyukai