Anda di halaman 1dari 22

MODUL 4

EKSTRAKSI GIGI PERMANEN

PENATALAKSANAAN EKSTRAKSI PADA GIGI 14 DENGAN


DIAGNOSIS GANGREN PULPA DISERTAI POLIP GINGIVA

LAPORAN KASUS

Disusun oleh :
Siti Aisyah
041051800006
KBK 14

Pembimbing :
drg. Hartono Pudjowibowo, MS., DURMF

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2021
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS TRISAKTI

DUMMY
EKSTRAKSI

Nama Mahasiswa : Siti Aisyah


NIM Profesi : 041051800006
Dosen Pembimbing : drg. Hartono Pudjowibowo, MS, DURMF

IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : TP
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 8 Mei 1991
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Pendidikan : SMA
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 164 cm
Keinginan Pasien : Ingin mencabut gigi belakang atas kanan yang terasa
tajam.

KELUHAN UTAMA :
Gigi belaksng atas kiri terasa tajam saat tersentuh lidah, terasa mengganggu pada
saat makan, dan pasien ingin mencabut giginya.

ANAMNESIS :
Pasien perempuan usia 30 tahun datang ke RSGM Usakti dengan keluhan gigi
belakang atas kiri terasa tajam bila tersentuh lidah dan tertutup oleh gusi. Gigi
tersebut tidak sakit dan pasien ingin mencabut giginya.

PEMERIKSAAN KLINIS :
1. Pemeriksaan umum
a. Tekanan Darah : 118/80 mmHg
b. Frekuensi Nadi : 72 x/ menit
c. Frekuensi Respirasi : 18 x/ menit
d. Temperatur : 36,3°C
2. Asimetri Wajah : Simetris, ovoid

PEMERIKSAAN LOKAL :
Ekstra Oral
1. Inspeksi : tidak ada kelainan
2. Kelenjar Limfe :
a. Submental : tidak teraba, tidak sakit
b. Submandibular : tidak teraba, tidak sakit
c. Servikal : tidak teraba, tidak sakit
3. Kelenjar Saliva :
a. Parotis : tidak ada pembengkakan dan tidak sakit
b. Submandibular : tidak ada pembengkakan dan tidak sakit

Intra Oral
1. Gigi Geligi : Gigi 25 Gangren radiks
2. Gingiva : Tidak ada kelainan

GAMBARAN KLINIS :
PEMERIKSAAN TAMBAHAN:
Rontgen foto : Tidak terdapat gambaran mahkota.
Terdapat 1 akar dan 1 saluran akar, dilaserasi pada 1/3 apikal. Ruang
ligamen periodontal dalam batas normal. Lamina dura dalam batas normal.
Hasil radiodiagnosa merupakan gangren radiks.

Laboratorium : Tidak dilakukan


Laboratorium PA : Tidak dilakukan

Rontgen foto gigi 25

RIWAYAT KESEHATAN :
1. Pasien sedang dalam perawatan dokter.
2. Pasien tidak pernah masuk Rumah Sakit/ menjalani operasi.
3. Pasien tidak pernah membutuhkan transfusi darah.
4. Pasien tidak menderita diabetes mellitus, rheumatic fever, inflammatory
rheumatism, jaundice, hepatitis A, B, C, D, HIV, tuberculosis, veneral
disease, dan gastric ulcer.
5. Pasien tidak memiliki gejala dan tidak menderita penyakit jantung
6. Pasien tidak lekas lelah bila bekerja ringan/ jalan dekat.
7. Pasien tidak pernah batuk dalam jangka waktu lama.
8. Pasien tidak pernah batuk darah.
9. Pasien tidak alergi terhadap obat-obatan aspirin (pernah meminum
bodrexin, inzana), penisilin (pernah meminum amoxicillin), dan
anastheticum (pernah mencabut gigi sebelumnya). Pasien tidak tahu
apakah dirinya alergi terhadap obat-obatan sulfa dan barbiturate karena
tidak pernah menggunakan obat tersebut sebelumnya.
10. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap ikan, kepiting, udang dan
telur
11. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit asma
12. Pasien tidak sedang dalam perawatan dokter untuk penyakit paru-paru dan
penyakit kelamin.
13. Pasien tidak menderita hipertensi.
14. Pasien tidak mengalami perdarahan yang lama/ luar biasa bila terluka.
15. Pasien tidak pernah mengalami cedera pada muka dan rahang.
16. Pasien tidak pernah dioperasi/mendapat perawatan penyinaran untuk suatu
tumor atau keadaan lain-lain dalm mulut dan bibirnya.
17. Pasien pernah mengalami sakit gigi.
18. Gusi pasien tidak sering berdarah.
19. Pasien pernah mencabut gigi.
20. Pasien tidak mengalami kesukaran saat membuka mulut lebar-lebar.
21. Rahang pasien tidak berbunyi klik ketika mengunyah.
22. Pasien tidak sedang hamil dan haid
23. Pasien tidak pernah mengalami demam selama 14 hari, tidak memiliki
gangguan pernafasan, tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar kota / luar
negeri serta tidak berkontak dengan orang-orang yang dicurigai menderita
COVID 19

ANALISIS KASUS
: GR

PEMERIKSAAN GIGI-GELIGI :
 Gigi 25 : Gangren radiks

No Gigi S P D Ch/ Diagnosis


pt

1 25 - - - - Gangren radiks

RENCANA PERAWATAN :
1. Gigi 25 →gangren radiks→ ekstrasi dengan teknik transalveolar/ open/
surgical method dengan anestesi infiltrasi.
LAPORAN KASUS
PENATALAKSANAAN EKSTRAKSI GIGI 25 DENGAN DIAGNOSIS
GANGREN PULPA DISERTAI POLIP GINGIVA

Identitas Pasien
Nama Pasien : TP
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 8 Mei 1991
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Temuan Kasus :
Seorang pasien wanita berusia 30 tahun datang dengan keluhan gigi
belakang atas kiri terasa tajam bila tersentuh lidah dan tertutup oleh gusi. Gigi
tersebut tidak sakit. Pasien sudah pernah ke dokter gigi sebelumnya. Pasien ingin
gigi tersebut dicabut. Berdasarkan anamnesa diketahui pasien tidak memiliki
riwayat penyakit sistemik, tidak memiliki alergi, tidak minum-minuman alkohol
dan tidak memiliki kebiasaan merokok. Pasien diketahui pernah datang ke dokter
gigi untuk melakukan pencabutan. Pasien tidak mengalami demam, batuk dan
riwayat ke luar kota/ negeri dalam waktu 14 hari sebelum diperiksa.
Pemeriksaan ekstraoral ditemukan bentuk wajah pasien ovoid, simetris
dan secara keseluruhan tidak memiliki kelainan. Pemeriksaan intraoral terlihat
gigi 25 gangren radiks. Sondasi (-), Perkusi (-), Palpasi (-), Ch/pt (-). Gingiva,
dasar mulut, palatum, bibir, mukosa tidak ada kelainan.
Pada kunjungan pertama pasien dilakukan anamnesis untuk mengisi rekam
medis, pemeriksaan klinis pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen periapikal
untuk melihat keadaan periapikal dari gigi 25. Pada kunjungan berikutnya pasien
datang kembali untuk dilakukan pencabutan, pasien diberikan penjelasan
mengenai perawatan yang akan dilakukan dan pasien menandatangani informed
consent kemudian dilakukan pemeriksaan dengan hasil Tekanan darah
118/80mmHg, Frekuensi Nadi 72X/menit, Frekuensi Pernapasan 18X/menit, dan
Suhu 36,3 o
C. Prosedur pencabutan dilakukan dengan Teknik
transalveolar/open/surgical method. Prosedur ekstraksi dengan Teknik
transalveolar terdiri atas tindakan asepsis povidone iodine, anastesi topical
precaine, anastesi infiltrasi dengan pehacaine, insisi dengan desain flap
triangular mucoperiosteal full thickness, reduksi tulang bagian bukal dan
pencabutan dengan melakukan bein dan forcep kemudian dilanjutkan dengan
aproksimasi flap dan jahit dengan metode interrupted suture. Setelah selesai
tindakan, instruksi pasca operasi diberikan kepada pasien, dan pasien
diinstruksikan untuk mengonsumsi Asam mefenamat 500 mg apabila ada keluhan
sakit, dan antibiotik Amoxicilyn 500 mg sehari 3 kali yang wajib dihabiskan.

Diagnosis:
Gigi 25 →gangren radiks

Teknik Pencabutan
Pada kasus ini prosedur ekstraksi gigi 25 dilakukan dengan Teknik
transalveolar/open/surgical method dengan anestesi infiltrasi

Alat dan bahan


1. Alat
a. Peralatan set diagnostik: dua buah kaca mulut, pinset, sonde halfmoon
dan eskavator
b. Handle no. 3
c. Blade no. 15
d. Raspatorium
e. Flap retractor
f. Syringe 3 cc dan 10 cc
g. Needle 23 g
h. Straight handpiece
i. Bur tulang round & fissure
j. Elevator
k. Forcep
l. Curved hemostat
m. Kuret
n. Bone file
o. Needle holder
p. Pinset chirurgis
q. Gunting
r. Suture needle (atraumatic half circle)
s. Suction tip
2. Bahan
a. Suturing material (silk 3.0)
b. Povidone iodine 10%
c. Anestesi topikal (prekaine) lidocaine 8% + dibucaine 0,8%
d. Anestesi local ampul 2cc (pehacaine) lidocaine 2% + epinefrin
1:80.000)
e. Tampon, cotton roll
f. NaCl 0,9%
Prosedur pemakaian APD
Pemakaian APD yang digunakan dalam masa pandemik COVID 19 ini
adalah APD level 3, berikut tahap-tahap penggunaan APD level 3:
a. Melakukan cuci tangan 6 langkah menurut WHO, berikut langkah-
langkahnya :
 Tuangkan cairan hand rub pada telapak tangan kemudian usap dan
gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar
 Usap dan gosok kedua punggung tangan secara bergantian
 Gosok sela-sela jari tangan
 Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling
mengunci
 Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
 Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

b. Menggunakan baju dan celana surgical scrub.


c. Memakai masker minimal N95 dan pastikan bagian bawah dagu, mulut,
dan hidung tertutup. Daerah tepi masker di atas hidung ditekan agar
rapat. Memakai masker bedah dilapisan luar.
d. Memakai disposable surgical cap dan harus menutupi seluruh rambut.
e. Menggunakan gloves dengan teknik hand to hand, gloves to gloves.
f. Memakai surgical gown
g. Menggunakan penutup kepala dari hazmat kemudian mengencangkan
baju hazmat
h. Menggunakan shoes cover
i. Memasang face shield untuk mencegah percikan droplets
j. Menggunakan gloves lapis kedua dan tepi gloves menutupi tepi luar dari
hazmat

Pengaturan posisi pasien :


 Kepala, leher, dan punggung berada dalam satu garis lurus
 Headrest kemudian diatur agar dapat melihat area kerja dengan baik
 Menutup muka dan badan pasien dengan duk steril yang dijepit dengan towel
clamp dan daerah operasi dapat divisualisasi dengan baik
 Kursi pasien diatur sehingga rahang atas pasien setinggi antara siku dan bahu
operator.
 bidang oklusal rahang atas membentuk sudut 60 terhadap lantai

Pengaturan Posisi operator:


 Operator berdiri tegak dengan berat badan bertumpu pada kedua kaki
 Pada saat anestesi, operator berada di depan kanan pasien pada arah jam 8 .
 Pada saat pencabutan, operator berada di depan kanan pasien pada arah jam 8.
 Fungsi tangan kiri operator:
o Menahan tulang alveolar agar rahang stabil dan menjaga agar elevator
dan forceps tidak terdorong terlalu dalam sehingga tidak merusak
tulang dan jaringan lunak
o Mengembalikan kortikal plat.
o Memeriksa ada tulang yang tajam atau ada pecahan gigi yang masih
tersisa setelah pencabutan.
o Meregangkan bibir pasien saat sedang melakuka anastesi infiltrasi
pada bagian bukal.
o Memperkirakan besarnya tekanan saat menggerakan forceps.

Prosedur ekstraksi transalveolar gigi 25

1) Diawali dengan persiapan operator dan asisten melakukan cuci tangan


6 langkah menurut WHO & sesuai dengan 5 momen mencuci tangan
dan menggunakan APD level 3 (Donning)
2) Memperkenalkan diri sebagai operator.
3) Operator melakukan anamnesis, pengukuran tanda vital pasien
pemeriksaan klinis, pengisian status, form bedah, informed consent.
Pengisian informed consent dilakukan setelah pasien mendapatkan
penjelasan mengenai prosedur yang akan dilakukan dan menyetujui
perawatan. Kemudian pasien menandatangani informed consent.
4) Penandaan lokasi bedah (site marking) dengan spidol merah pada
berkas bedah dan radiografis
5) Asisten sirkuler melakukan sign in dengan memastikan:
 Identitas pasien (nama, tanggal lahir, nomor rekam medis) dan
rencana Tindakan
 Penandaan lokasi bedah
 Riwayat alergi pasien
 Persiapan alat instrument dan bahan yang digunakan
 Pemeriksaan dokumen pemeriksaan penunjang radiologi
6) Mengatur posisi pasien :
 Kepala, leher, dan punggung berada dalam satu garis lurus
 Headrest kemudian diatur agar dapat melihat area kerja dengan
baik
 Menutup muka dan badan pasien dengan duk steril yang dijepit
dengan towel clamp dan daerah operasi dapat divisualisasi dengan
baik
 Kursi pasien diatur sehingga rahang atas pasien setinggi antara
siku dan bahu operator.
 bidang oklusal rahang atas membentuk sudut 60 terhadap lantai
7) Mengatur posisi operator :
 Operator berdiri tegak dengan berat badan bertumpu pada kedua
kaki
 Pada saat anestesi, operator berada di depan kanan pasien pada
arah jam 8 .
 Pada saat pencabutan, operator berada di depan kanan pasien pada
arah jam 8.
8) Asepsis intra oral dengan povidone iodine yang diencerkan dengan 5
mL air, lalu instruksikan pasien untuk berkumur selama 30 detik
9) Asepsis ekstra oral dengan povidone iodine menggunakan cotton roll
pada seluruh bibir dan kulit sekitarnya dengan gerakan sirkuler dari
dalam dan ke luar.
10) Aplikasikan anestesi topikal precaine menggunakan cotton pellet pada
daerah kerja ( sisi bukal & sisi palatal) yang akan diinsersikan jarum
lalu tunggu 1-2 menit
11) Melakukan prosedur anastesi infiltrasi pada gigi 25 dengan larutan
pehacaine.
 Regangkan mukosa dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk
tangan kiri.
 Insersikan jarum di mukobukalfold gigi 14 lebih kearah mukosa
bergerak, arah jarum 45° dengan bevel menghadap tulang.
 Lakukan aspirasi, jika hasil negatif deponir 1,5 cc untuk nervus
alveolaris superior media.
 Tarik jarum secara perlahan.
 Selanjutnya insersikan jarum pada bagian palatal pada daerah
sekitar apeks gigi 25, lakukan aspirasi jika hasil negatif deponir
sebanyak 0,5 cc untuk nervus palatinus mayus.
12) Setelah selesai prosedur anestesi, tunggu 2-5 menit hingga pasien
merasa baal atau kesemutan. Cek kebaalan dengan numbness test
menggunakan pinset dan bandingkan dengan regio sebelahnya.
13) Asisten sirkuler melakukan time out dengan memastikan :
 Semua anggota tim medis memperkenalkan diri (nama dan peran)
 Memastikan dan baca ulang nama pasien, Tindakan medis, area
yang akan diinsisi
 Apakah pasien diberikan profilaksis 1 jam sebelum? (ya/tidak
perlu)
Untuk dokter bedah
 Apakah Tindakan beresiko, berapa lama Tindakan akan
dikerjakan, apakah sudah antisipasi perdarahan?
Untuk tim Perawat
 Memastikan kesterilitasannya alat
 Apakah ada masalah dengan alat?
 Apakah hasil radiologinya sudah ada?
14) Melakukan insisi menggunakan scalpel (handel no.3 dan blade no.15)
membuat flap triangular mucoperiosteal full thickness (1 insisi
horizontal, 1 insisi vertikal) pegang scalpel dengan pen grasp.
 Insisi horizontal dibuat mulai dari margin gingiva mesial gigi 26
hingga distal gigi 24
 Insisi vertical dibuat mulai dari dari margin gingiva distal gigi 24,
insisi dibuat divergen 45 derajat (dasar flap lebih lebar)
15) Melakukan retraksi full thickness flap yang cukup luas menggunakan
flap retractor
16) Melakukan pembuangan tulang disekitar akar gigi 25 dengan bur
tulang round diikuti bur fissure
 untuk membuat guiding groove sedalam mata bur dengan gerakan
mesiobukal-distobukal diservikal gigi. Lebar tulang dari bag.bukal
yang dibuang sama dengan lebar gigi dalam mesio distal. Bagian
vertical sampai 1 ½-2/3 panjang akar gigi
 gunakan fissure bur untuk memperdalam pembuangan tulang
terlihat akar gigi
 Selama reduksi tulang dilakukan irigasi menggunakan NaCl 0,9%
untuk mencegah overheating

17) Dengan menggunakan elevator lakukan pembebasan ligament


periodontal gigi 25. kemudian diungkit bagian interproksimalnya
18) Fiksasi dengan tangan kiri, jari telunjuk pada bagian bukal, ibu jari
pada bagian palatal
19) Masukkan forcep (handle-beak-joint membentuk 90 derajat, ujung
tertutup kedua ujungnya licin) seapikal mungkin kemudian gerakan
dengan gerakan luksasi dan rotasi
20) Pastikan gigi yg dicabut lengkap dan tidak ada patahan.
21) Melakukan kuretase soket dengan kuret, irigasi soket dengan saline
(NaCl 0,9%), cek apakah ada tulang yang tajam haluskan dengan bone
file
22) melakukan aproksimasi flap menggunakan pinset chirurgis jahit
dengan metode interrupted suture dari arah mukosa bergerak menuju
mukosa tidak bergerak
 suture needle dimasukkan ke jaringan hingga sisa benang ±1,5-2
cm. needle holder dipegang secara horizontal dengan tangan kanan
 tangan kiri melilitkan sisi panjang jahitan 2x searah jarum jam (2x
putaran)
 buka ujung needle holder dan ambil ujung dari sisi pendek jahitan
 tarik ujung dari sisi pendek jahitan dalam arah berlawanan untuk
mengencangkan simpul
 akhir dari tahap pertama surgeons knots
 lepas needle holder dari jahitan dan kembali ke posisi semula.
 tangan kiri melilitkan sisi panjang jahitan pada needle holder 1x
berlawanan arah jarum jam
 ambil ujung dari sisi pendek jahitkan, tarik dan kencangkan simpul
23) Memberikan instruksi pasca operasi
 Gigit tampon selama 1 jam
 Rasa sakit dan tidak nyaman dapat terjadi
 Hindari makan dan minuman panas, pedas, asam
 Jangan memainkan daerah pasca operasi dengan lidah
 Hindari untuk merokok selama 1-2 hari, minum dengan sedotan,
menghisap/meludah
 Makan makanan lunak
 Jaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi 2x sehari, hindari
menyikat gigi di daerah paska operasi
 Minum obat yang telah diresepkan
 beberapa prosedur bedah mulut dapat terjadi pembengkakan,
pembengkakan biasanya terjadi selama 36-48 jam, mereda setelah
3-4 hari, berakhir setelah 1 minggu
 12-24 jam kompres dengan air dingin sisi luar operasi dengan ice
pak selama 20 menit
 Hari ke-2 jangan kompres air dingin/hangat
 Hari ke-3 kompres air hangat
 Kontrol 1 minggu, membuka jahitan

Resep Obat
R/ Asam mefenamat tab 500 mg No. XV
S 3 dd tab I

24) Pembuangan jarum suntik ke kotak kuning/ needle disposal box.


Bekas tampon atau cotton roll yang terkena darah dibuang ke tempat
pembuangan sampah infeksius (kantong kuning).

Prosedur Pelepasan APD


Berikut adalah prosedur pelepasan APD, yaitu :

a) Lakukan handrub dengan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%


b) Melepaskan sarung tangan lapis kedua dengan menggunakan teknik hand
to hand, gloves to gloves. Teknik tersebut dilakukan agar bagian luar
sarung tangan tidak berkontak dengan sarung tangan dalam.
c) Lakukan handrub dengan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%
d) Melepaskan face shield kemudian meletakkan dalam wadah khusus
barang kontaminasi yang akan digunakan ulang dan melakukan desinfeksi
e) Lakukan handrub dengan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%
f) Melepaskan sepatu boots dan lakukan desinfeksi
g) Lakukan handrub dengan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%
h) Melepaskan baju hazmat, diawali dari bagian kepala, leher, pundak,
dengan hanya menyentuh bagian dalam baju hazmat tersebut. Baju
digulung agar sisi dalam baju berada di luar.
i) Lakukan handrub dengan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%
j) Melepaskan surgical gown
k) Lakukan handrub dengan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%
l) Melepaskan goggles kemudian meletakkan dalam wadah khusus barang
kontaminasi yang akan digunakan ulang dan melakukan desinfeksi
m) Lakukan handrub dengan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%
n) Melepaskan head cap dan buang ke tempat sampah infeksius
o) Lakukan handrub dengan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%
p) Melepaskan masker bedah kemudian buang ke tempat sampah infeksius
q) Lakukan handrub dengan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%
r) Melepaskan masker N95 kemudian buang ke tempat sampah infeksius
s) Lakukan handrub dengan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%
t) Terakhir adalah melepaskan sarung tangan lapis pertama dan buang ke
tempat sampah infeksius
u) Lakukan handrub dengan hand sanitizer berbahan dasar alkohol 70%
PEMBAHASAN

Seorang pasien wanita berusia 30 tahun datang dengan keluhan gigi


belakang atas kanan terasa tajam dan terasa ada benjolan di dalam giginya pada
saat tersentuh lidah, mengganggu saat makan. Gigi tersebut tidak sakit. Pada saat
dilakukan tes chloretyl (-), perkusi (-), sondasi (-) dan palpasi (-). Penatalaksanaan
yang dilakukan pada kasus ini adalah ekstraksi dengan intra-alveolar extraction /
closed method.
Pencabutan intra-alveolar adalah pencabutan gigi atau akar gigi dengan
menggunakan tang atau bein atau dengan kedua alat tersebut. Metode ini sering
juga disebut forceps extraction dan merupakan metode yang biasa dilakukan pada
sebagian besar kasus pencabutan gigi. Dalam metode ini instrumen yang
digunakan yaitu tang atau bein ditekan masuk ke dalam ligamen periodontal
diantara akar gigi dengan dinding tulang alveolar. Bila akar telah terpegang kuat
oleh tang, dilakukan gerakan kearah buko-lingual atau buko-palatal dengan
maksud menggerakkan gigi dari soketnya. Gerakan rotasi kemudian dilakukan
setelah dirasakan gigi agak goyang. Tekanan dan gerakan yang dilakukan harus
merata dan terkontrol sehingga fraktur gigi dapat dihindari.
Diagnosis pada kasus ini adalah gangren pulpa, karena gejala subjektif
tidak ada keluhan sakit, pada tes vitalitas pulpa didapatkan hasil negatif, dan ada
bau busuk dari mulutnya karena toksin kuman serta dari hasil radiografi biasanya
terlihat adanya gambaran radiolusensi pada bagian korona yang meluas hingga ke
pulpa. Gangren pulpa adalah keadaan gigi dimana jaringan pulpa sudah mati
sebagai pertahanan, pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga
jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak, dan menempati sebagian
besar ruang pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan menjadi
antigen sel-sel sebagian besar pulpa yang masih hidup. Proses terjadinya gangren
pulpa diawali oleh proses karies. Perjalanan gangrene pulpa dimulai dengan
adanya karies superfisial yaitu karies pada bagian email, dimana terdapat lubang
dangkal yang tidak lebih dari 1 mm. Selanjutnya proses berlanjut menjadi karies
media yaitu karies pada bagian dentin, dimana terdapat rasa nyeri spontan pada
saat pulpa terangsang oleh suhu dingin ataupun makanan manis. Rasa nyeri akan
hilang sesaat setelah rangsang dihilangkan. Karies media akan berlanjut menjadi
karies profunda yaitu karies yang sudah mencapai kamar pulpa, dimana terdapat
rasa nyeri berkepanjangan pada saat pulpa terangsang oleh suhu dingin maupun
panas. Maka akan menyebabkan terjadinya gangren pulpa yang ditandai dengan
perubahan warna gigi menjadi kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada lubang
perforasi tersebut tercium bau busuk dari proses pembusukan dari toksin kuman.
Polip merupakan reaksi tubuh untuk melawan infeksi secara fisik, artinya
membentuk jaringan granulasi yang berguna untuk melokalisir infeksi. biasanya
dijumpai pada pasien muda atau pasien yang sistem kekebalan tubuhnya masih
baik. Polip gingiva terjadi dikarenakan iritasi akibat gesekan dengan tepi
permukaan gigi yang tajam dan dengan ketinggian hampir sama atau dibawah
crest gingiva, biasanya berasal dari karies yang besar di proksimal, sehingga
memungkinkan terbentuknya polip gingiva. Polip gingiva biasanya berwarna
merah muda pucat, yang dapat membesar hingga mengisi area dalam karies gigi,
dan tidak mudah berdarah namun tidak sakit jika ditekan. Gangguan ini ditandai
oleh perkembangan jaringan granulasi, kadang-kadang tertutup oleh epithelium
dan disebabkan karena iritasi ringan yang berlangsung lama. Keadaan ini bukan
merupakan hal berbahaya, tetapi sebagai tanda adanya infeksi pada gigi. Polip
gingiva yang dibiarkan tanpa dilakukan perawatan dapat menyebabkan inflamasi
periapikal.
Pemeriksaan radiologi biasanya dilakukan untuk melihat adanya
keterlibatan tulang alveolar dan sejauh mana kerusakan struktur gigi telah terjadi.
Pada gambaran radiologi biasanya terlihat adanya gambaran radiolusensi pada
bagian korona yang meluas hingga ke pulpa. Pemeriksaan radiologi sangat
penting untuk dilakukan agar dapat menentukan diagnosis dan rencana perawatan
yang tepat. Pada kasus ini, terlihat gambaran radiolusensi pada bagian sepertiga
oklusal hingga sepertiga servikal dari korona gigi yang meluas hingga ke pulpa.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan klinis dapat


ditegakkan bahwa diagnosis gigi 14 adalah gangren pulpa disertai polip pulpa.
Ekstraksi dilakukan dengan teknik intra alveolar extraction. Gangren pulpa
merupakan keadaan gigi dimana jaringan pulpa sudah mati sebagai pertahanan.
Biasanya tidak menimbulkan keluhan rasa sakit, tes vitalitas pulpa negatif, dan
adanya bau busuk akibat pembusukan dari toksin kuman. Komplikasi dari
Gangren pulpa jika tidak dilakukan perawatan dapat mengakibatkan periodontitis.
Polip gingiva terjadi dikarenakan iritasi akibat gesekan dengan tepi
permukaan gigi yang tajam dan dengan ketinggian hampir sama atau dibawah
crest gingiva, biasanya berasal dari karies yang besar di proksimal, sehingga
memungkinkan terbentuknya polip gingiva. Polip gingiva yang dibiarkan tanpa
dilakukan perawatan dapat menyebabkan inflamasi periapikal.
Perencanaan tindakan pencabutan yang baik, ketrampilan operator dan
kerjasama pasien dibutuhkan untuk mencapai hasil perawatan yang baik dan
mencegah terjadinya komplikasi yang dapat terjadi saat perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Carranza A.F. Tooth Mobility and Pathologic. Dalam: Glickman’s Clinical


Periodontology. 7th. W.B. Saunders, Philadelphia. 1984. pp: 283-290.
2. Archer, W.Harry. Oral and Maxillofacial Surgery. 5th ed. Saunders
Company. Philadelphia. 1975. pp: 16-17
3. Smulson MH, Sieraski SM. Histophysiology and diseases of in dental

pulp. In: Weine FS, ed. Endodontic Therapy, 4th edn. St. Louis, USA: CV
Mosby, 1989; pp. 142-45.
4. Brown L.J, Oliver R.C, Loe. H. Periodontal Disease in the US in 1981.
Dalam: Journal of Periodontology. Vol.60 No.7. American Academi of
Periodontology. 1989. pp: 363-370.
5. Suci, E. S. T. Pulpa Polip Dan Gingival Polip. Psikobuana Vol.1 (2009).

Anda mungkin juga menyukai