Anda di halaman 1dari 3

Penatalaksanaan kasus toxoplasmosis bergantung pada jenisnya.

Secara umum, regimen obat


yang digunakan adalah pyrimethamine dan sulfadiazine, diberikan selama 6 minggu.

Berobat Jalan
Pengobatan toxoplasmosis diberikan dengan rute oral sehingga bila tidak ada indikasi rawat
inap, dapat dilakukan rawat jalan.

Persiapan Rujukan
Rujukan dilakukan bagi mereka dengan keterlibatan organ mata dan susunan saraf pusat agar
pengobatan dapat segera diberikan untuk mencegah kerusakan organ lebih lanjut. Individu
dengan faktor risiko (imunokompromais, ibu hamil dan bayi baru lahir dari ibu terinfeksi
toksoplasma) juga perlu ditindaklanjuti dengan spesialis terkait untuk skrining toxoplasmosis.

Medikamentosa
Pemberian terapi medikamentosa diberikan hanya kepada pasien imunokompeten yang
bergejala, pasien imunokompromais, dan anak < 5 tahun. Terapi pada dewasa yang diberikan
adalah sebagai berikut:
Regimen 1
Regimen 1 diberikan selama 6 minggu dengan 4 alternatif obat yang dapat diberikan:
 Dosis awal: Pyrimethamine 100 mg
 Dosis lanjutan alternatif 1: pyrimethamine 25-50 mg/hari + sulfadiazine 2-4 g/hari
dalam dosis terbagi 4 kali/hari
 Dosis lanjutan alternatif 2: pyrimethamine 25-50 mg/hari + klindamisin 300 mg 4
kali/hari
 Dosis lanjutan alternatif 3: pyrimethamine 25-50 mg/hari + azithromycin 500 mg/hari
2 kali/hari
 Dosis lanjutan alternatif 4: pyrimethamine 25-50 mg/hari + atovaquone 750 mg 2
kali/hari
Regimen 2
Regimen 2 diberikan selama 4 minggu sebagai berikut:
 Trimethoprim (TMP) 10 mg/kg/hari + sulfamethoxazole (SMX) 50 mg/kg /hari
selama 4 minggu[25]
Regimen 2 dapat digunakan pada pasien yang memiliki kontraindikasi terhadap
pyrimethamine.
Toxoplasmosis Gestasional
Pencegahan transmisi vertikal yang dapat diberikan pada ibu hamil dengan kecurigaan infeksi
toksoplasma dan di bawah usia gestasi 18 minggu adalah pemberian spiramisin melalui rute
oral dalam dosis 1 gram sebanyak 3 kali per hari. Spiramisin dapat diteruskan selama masa
kehamilan bila hasil PCR dari amniosentesis dinyatakan negatif. Pada hasil positif PCR dari
cairan amnion, tata laksana yang direkomendasikan adalah pemberian pyrimethamine,
sulfadiazine dan asam folinik.[7,20]
Toxoplasmosis Kongenital
Regimen pengobatan yang direkomendasikan untuk toxoplasmosis kongenital yang dipakai
saat ini adalah pyrimethamine dan sulfadiazine dengan leukovorin (asam folinik).[6]
Pengobatan pada toxoplasmosis kongenital rekomendasi dari American Academy of
Pediatric adalah:
 Pyrimethamine: 2 mg/kgBB per hari terbagi dalam 2 dosis selama 2 hari pertama,
dilanjutkan dengan 1mg/kgBB per hari kemudian 1 mg/kgBB dalam 3 kali per minggu,
tergantung pada kondisi klinis
 Sulfadiazine: 100mg/kgBB per hari terbagi dalam 2 dosis
 Asam Folinik: 10 mg sebanyak 3 kali per minggu[28]
Toxoplasmosis Okular
Pada toxoplasmosis okular, kombinasi pyrimethamine dan azitromisin lebih menjadi pilihan
karena ditoleransi lebih baik dibandingkan dengan kombinasi pyrimethamine dan
sulfadiazine. Dosis pyrimethamine yang digunakan adalah 100 mg/hari diberikan beberapa
hari kemudian diturunkan menjadi 50 mg/hari. Dosis azitromisin yang diberikan adalah 250
mg/hari. Dosis sulfadiazine 75 mg/kg/hari terbagi 4 dosis. Kortikosteroid (prednisone 0.5-1
mg/kg/hari) diberikan kecuali pada pasien imunokompromais. Jika penggunaan
pyrimethamine tidak dapat ditoleransi maka dapat diberikan klindamisin 450-600 mg/hari.[3]
Toxoplasmosis Ensefalitis (Serebral)
Terapi toksoplasma ensefalitis dimulai bila didapatkan satu atau lebih lesi desak ruang (space
occupying lesion) pada CT scan atau MRI, pemeriksaan serologi toksoplasma positif dan
jumlah CD4 < 100 sel/mm3. Regimen terapi primer untuk toxoplasmosis pada kondisi
imunokompromais adalah pyrimethamine dengan dosis awal 100-200 mg yang terbagi dalam
2 dosis, sulfadiazine 4-6 gram/hari per oral dalam 4 kali pemberian, dan asam folinik 10-20
mg/hari. Dosis rumatan yang digunakan adalah setengah dari dosis awal. Terapi rumatan
dihentikan bila setidaknya selama 6 bulan jumlah CD4 > 200 /mm3, asimtomatis dan tidak
ditemukan lesi penyengatan pada MRI.[5,28]
Relaps setelah terapi dihentikan dapat terjadi dan regimen obat yang direkomendasikan
adalah pyrimethamine 25-50 mg/hari, sulfadiazine 2-4 gram / hari dalam 4 kali pemberian,
dan asam folinik 10 mg /hari po. Profilaksis primer diberikan pada pasien HIV dengan
seropositif dan jumlah CD4 <100 /mm3. Regimen yang disarankan
adalah cotrimoxazole double strength atau dapsone-pyrimethamine dan asam folinik.
[6,11,17] Profilaksis dapat dihentikan apabila ada respon positif terhadap HAART (Highly
Active Antiretroviral Therapy), CD4 meningkat > 200 /mm3 selama minimal 3 bulan.[18]

Pembedahan
Terapi pembedahan tidak umum pada infeksi toksoplasma, kecuali pada kasus okular.
Pembedahan untuk komplikasi berat toxoplasmosis okular telah dicoba namun terapi
medikamentosa tetap perlu dioptimalkan karena stres pembedahan dapat memperburuk gejala
klinis dan meningkatkan tingkat kekambuhan.[10]
Terapi Suportif
Asam folinik (leukovorin) 10-25 mg/hari diberikan pada semua pasien untuk mencegah
depresi sumsum tulang dan toksisitas hematologi dari pyrimethamine.
Steroid pada toxoplasmosis okular umum digunakan walaupun peranannya dalam terapi
toxoplasmosis okular belum jelas. Kondisi seperti reaksi inflamasi vitreous yang berat,
penurunan penglihatan menurun, dan lesi yang besar menjadi pertimbangan penggunaan
steroid.[29]

Anda mungkin juga menyukai