Anda di halaman 1dari 34

FARMAKOTERAPI II

REMATOID ARTRITIS

Disusun oleh Kelompok 3 :


Evita Trie Utami (F120155009)
Husna Lathifatu Hilma (F120155010)
Ima Alimatul Habibah (F120155011)
Meta Ayu Masfiroh (F120155016)
Yulius Tri Handoko (F120155030)
DEFINISI
Artritis Reumatoid atau Rheumatoid arthritis (RA) adalah
penyakit autoimun sistemik (Symmons, 2006).
RA merupakan salah satu kelainan multisistem yang etiologinya
belum diketahui secara pasti dan dikarateristikkan dengan
destruksi sinovitis (Helmick, 2008).Penyakit ini merupakan
peradangan sistemik yang paling umum ditandai dengan
keterlibatan sendi yang simetris (Dipiro, 2008).
EPIDEMIOLOGI
 Di poliklinik reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta, kasus pada periode januari s/d juni 2007 didapatkan
sebanyak 203 kasus RA dari jumlah seluruh kunjungan
sebanyak 12.346 orang (15,1%).
 Prevalensi RA lebih banyak ditemukan pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki dengan rasio 3:1 dan dapat
terjadi pada semua kelompok umur (Suarjana, 2009).
ETIOLOGI
Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya
dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik
dan lingkungan (Suarjana, 2009)
a. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor
ini memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%
(Suarjana, 2009).
b. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel
induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T
sehingga muncul timbulnya penyakit RA (Suarjana, 2009).
c. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok
(Longo, 2012).
MANIFESTASI KLINIS
RA dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung tendo, tetapi
paling sering di tangan. RA juga dapat menyerang sendi siku, kaki,
pergelangan kaki dan lutut. Sinovial sendi, sarung tendo, dan bursa
menebal akibat radang yang diikuti oleh erosi tulang dan destruksi
tulang disekitar sendi (Syamsuhidajat, 2010).
PATOFISIOLOGI
Reaksi autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan
sendi mulai terjadi dari proliferasi makrofag dan fibroblas sinovial.
Terbentuknya pannus akibat terjadinya pertumbuhan yang iregular
pada jaringan sinovial yang mengalami inflamasi.
Pannus kemudian menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang.
Respon imunologi melibatkan peran sitokin, interleukin,
proteinase dan faktor pertumbuhan.
Respon ini mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik
(Suarjana, 2009).
STRATEGI TERAPI
 Untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien
 Mempertahakan status fungsionalnya
 Mengurangi inflamasi
 Mengendalikan keterlibatan sistemik
 Proteksi sendi dan struktur ekstraartikular
 Mengendalikan progresivitas penyakit
 Menghindari komplikasi yang berhubungan dengan terapi
TATA LAKSANA TERAPI
Terapi Non Farmakologi
 Terapi modalitas berupa diet makanan (salah satunya dengan
suplementasi minyak ikan cod), kompres panas dan dingin
serta massase untuk mengurangi rasa nyeri.
 Terapi komplementer berupa obat-obatan herbal,
accupressure, dan relaxasi progressive (Afriyanti, 2009).
 Terapi bedah dilakukan pada keadaan kronis, bila ada nyeri
berat dengan kerusakan sendi yang ekstensif, keterbatasan
gerak yang bermakna, dan terjadi ruptur tendo.
 Pemakaian alat bantu ortopedis digunakan untuk menunjang
kehidupan sehari-hari
Terapi Farmakologi
DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs),
pemilihan jenisnya pada pasien harus mempertimbangkan
kepatuhan, berat penyakit, pengalaman dokter, dan penyakit
penyerta. DMARD yang paling sering digunakan adalah :
1. MTX (Metrothexate)
2. Hidroksiklorokuin atau klorokuin fosfat
3. Sulfasalazin
4. Leflunomide
5. Infliximab dan
6. Etarnecept
KASUS
SA seorang wanita berusia 60 tahun dibawa ke RS dengan keluhan
rasa sakit dan nyeri di bagian punggung kebawah dan bagian lutut
kirinya. Rasa sakit tersebut dirasakan sejak 2 hari yang lalu akibat
terjatuh.
 Riwayat penyakit : osteoporosis sejak 2 tahun yang lalu, juga
PUD dan menopouse di usia 55 tahun.
 Riwayat keluarganya: ibunya menderita kanker payudara.
 Riwayat sosial : Sejak suami SA meninggal 6 bulan yang lalu
membuat SA sangat stress dan mempunyai kebiasaan merokok
serta minum kopi 2 gelas tiap pagi.
 Riwayat pengobatan :
a. Parasetamol 2x500 mg po QID jika perlu untuk nyeri
sendinya.
b. Simetidin 400 mg BID selama beberapa tahun.
c. Tablet Calsium carbonat chewable 500 mg BID,
d. Prednison 10 mg BID sejak 9 bulan yang lalu.
PENGEMBANGAN KASUS
Selama 3 minggu terakhir ini pasien sering merasakan kaku dan
nyeri pada persendian (kanan dan kirinya). jika terasa nyeri SA
minum parasetamol 2x500mg.
 Hasil Pemeriksaan
 KU : muka pucat, terlihat capek
 HEENT : pucat pasi dan moon facies
 Tanda vital : BP 128/84 mmHg, HR 70, RR 20, T 37,3°C,
BB 61 kg, TB 168 cm
 Rheumatoid factor titer = 1: 65
Hasil Pemeriksaan Lab
ANALISIS SOAP
1. Subjective
 Keluhan utama pasien : rasa sakit dan nyeri di bagian punggung ke
bawah dan bagian lutut kirinya.
 Riwayat penyakit : osteoporosis, rheumatoid arthritis, dan PUD.
 Riwayat sosial: mempunyai kebiasaan merokok serta minum kopi 2
gelas tiap pagi.
 Riwayat keluarga : ibunya menderita kanker payudara.
 Riwayat pengobatan : PUD dan osteoporosis.
 Tidak ada riwayat alergi pada pasien.
 Review of System : muka pucat, terlihat capek, HEENT pucat pasi
dan moon facies.
 Riwayat pengobatan : parasetamol 2x500 mg PO QID jika perlu
untuk nyeri sendinya, simetidin 400 mg BID sudah beberapa tahun,
tablet Calcium carbonat chewable 500 mg BID, Prednison 10 mg BID
sejak 9 bulan yang lalu.
2. Objective
3. Assessment
Pasien menderita rheumatoid arthritis yang masih ringan
disertai osteoarthritis dan PUD.
4. Plan
 Mengatasi gejala penyakit.
 Mengurangi progresivitas penyakit.
 Meningkatkan keadaan fisik dan psikis pasien.
 Mengurangi resiko morbiditas dan mortalitas.
MONITORING DAN FOLLOW UP
Hal yang penting dalam pengobatan AR adalah perlunya
penjelasan kepadapasien tentang penyakitnya, apa itu AR,
bagaimana perjalanan penyakitnya, kondisi pasien saat ini dan
bila perlu penjelasan tentang prognosis penyakitnya. Pasien
harus diberitahu tentang program pengobatan, risiko dan
keuntungan pemberian obat dan modalitas pengobatan yang
lain.
Terapi RA
a. Nonfarmakologis
 Istirahat yang cukup.
 Terapi fisik dapat memberi pasien ketrampilan dan latihan yang
diperlukan untuk meningkatkan atau memelihara mobilitas.
 Aplikasi dingin/panas
Handuk hangat, kantung panas (hot packs), atau mandi air hangat
dapat mengurangi kekakuan dan rasa sakit. Kadang kantung es
(cold packs) dibungkus handuk dapat menghilangkan rasa sakit
atau mengebalkan bagian yang ngilu.
b. Farmakologis
Sulfasalazine (Sulcolon®)
 Mekanisme aksi : merupakan prodrug yang dipecah oleh bakteri kolon menjadi
sulfapyridine dan 5-aminosalicylic acid. Sulfapyridine dipercaya bertanggung
jawab untuk agen antirematik, meskipun mekanisme aksinya belum diketahui.
 Dosis : Loading dose : 500 mg 1x sehari selama 1 minggu pertama
 Dosis maintenance : 500 mg 2x sehari
 Durasi : 3 bulan
 KI : hipersensitif terhadap sulfonamida dan salisilat, kerusakan saluran urinari
atau intestinal.
Celecoxib (Celebrex®)
 Mekanisme aksi : menghambat enzim siklooksigenase yang bertanggung jawab
mengubah asam arakidonat menjadi prostagandin.
 Dosis : 200 mg
 Frekuensi : 1x jika terasa nyeri.
 Durasi : sampai rasa nyeri sudah teratasi.
 KI : reaksi alergi terhadap sulfonamid, aspirin, dan NSAID lain;
asma, urtikaria.
Terapi Osteoporosis
a. Nonfarmakologis
 Menu yang seimbang dengan asupan kalsium dan vitamin D yang
mencukupi.
 Membatasi konsumsi kopi, alkohol, natrium, cola, dan minuman lain yang
mengandung karbonat.
 Berhenti merokok.
 Aerobik latihan beban dan olahraga
b. Farmakologis
Ca dan vitamin D (Licokalk Plus®)
 Dosis : dua kaplet (per kaplet mengandung Ca lactate 300 mg vit D
 Frekuensi : 3x sehari
 Durasi : seumur hidup
 KI : hiperkalsemia dan fibrilasi ventrikuler
Terapi PUD
a. Terapi Nonfarmakologis
 Mengurangi stress, merokok, dan penggunaan NSAID.
 Menghindari makanan dan minuman yang dapat menyebabkan
dispepsia atau yang dapat menyebabkan penyakit tukak
(makanan pedas, kafein, dan alkohol).
b. Terapi Farmakologis
 PUD bisa disebabkan oleh 2 hal, yaitu karena bakteri (H.pylori)
dan akibat penggunaan obat NSAID.
 Dalam kasus ini hasil kultur bakteri menunjukkan hasil negatif,
oleh karena itu PUD yang dialami pasien terjadi akibat pasien
mengkonsumsi Parasetamol dan juga dipacu oleh kebiasaan
minum 2 gelas kopi tiap pagi. Solusi untuk PUD akibat
penggunaan NSAID adalah dengan menghentikan konsumsi
NSAID tersebut.
 Namun apabila penggunaan NSAID masih diperlukan (dalam
kasus ini NSAID masih diperlukan untuk kombinasi terapi RA)
maka dipilihkan NSAID yang sifatnya selektif seperti Celecoxib.
Maka diharapkan dengan penggantian NSAID yang sifatnya
selektif serta dengan mengurangi konsumsi kopi, PUD yang
dialami pasien bisa tertangani.
KOMUNIKASI, EDUKASI DAN INFORMASI

 Penggunaan obat :
 Sulfasalazine (Sulcolon®) diminum sesudah makan untuk
meminimalkan gejala GI yang mungkin timbul.
 Celecoxib (Celebrex®) dapat diminum sebelum atau sesudah
makan.
 Ca dan vitamin D (Licokalk Plus®) diminum setelah makan.
 Parasetamol dihentikan karena sudah diganti dengan celecoxib
(Celebrex®).
 Calsium carbonat chewable dihentikan karena sudah diganti
dengan Licokalk Plus®.
 Prednison dihentikan secara perlahan-lahan (tapering dose).
 Obat disimpan pada tempat yang kering, terhindar dari kontak
sinar matahari langsung, dan pada suhu ruangan
 Diet sehat.
 Istirahat yang cukup.
 Aerobik latihan beban dan olahraga dapat mencegah hilangnya
masa tulang dan mengurangi jatuh dan fraktur.
 Mengurangi stress, merokok, dan penggunaan NSAID.
 Dianjurkan kepada pasien dan keluarga pasien untuk selalu
berhati-hati dan jangan sampai terjatuh.
 Diminta untuk selalu menjaga berat badan.
 Edukasi pasien tentang penyakit dan pengobatan untuk
meningkatkan compliance pasien.
GLOSARIUM
 ANA : Anti Nuclear Antibody.
Tes yang digunakan untuk mengukur kadar dan pola aktivitas
antibodi pada darah yang melawan tubuh (reaksi autoimun).
 AR : Artritis Rematoid
 BB : Berat Badan
 BID : Bis in Die (2X sehari)
 BMD : Bone Mineral Density
Pemeriksaan Kepadatan Mineral Tulang. Umumnya berkorelasi
dengan kekuatan tulang dan digunakan untuk mendiagnosis
osteoporosis. Dengan mengukur BMD, memungkinkan untuk
memprediksi risiko patah tulang.
 BMI : Body Mass Index
Ukuran yang digunakan untuk mengukur proporsionalitas antara
tinggi dan berat badan seseorang.
 BP : Blood Presssure (Tekanan Darah)
 CRP : C-Reactive Protein
Tes darah yang mengukur jumlah protein (yang disebut protein C-
reaktif) dalam darah. Protein C-reaktif adalah suatu protein yang
dihasilkan hati, terutama saat terjadi infeksi atau inflamasi di dalam
tubuh.
 DAS28 : Disease Activity Score-28
Penilaian nyeri tekan dan pembengkakan pada 28 sendi.
 DMARD : Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs (Obat anti-
rematik modifikasi-penyakit). Merupakan perawatan tahap awal yang
diberikan untuk menghambat dan meredakan gejala rheumatoid
arthritis, serta mencegah kerusakan permanen pada persendian dan
jaringan lainnya.
 DXA : Dual-energy X-ray Absorptiometry
Pemeriksaan kepadatan tulang manusia menggunakan sinar-X.
 Hb : Hemoglobin
 Hct : Hematocrit (menunjukan persentase sel darah merah tehadap
volume darah total).
 HEENT : Heart, Eyes, Ears, Nose and Throat
Tes fisik pada bagian tertentu seperti jantung, mata, telinga, hidung
dan tenggorokan.
 HLA-DRB1 : jenis gen yang menjadi faktor pemicu RA.
 HR : Heart Rate (detak jantung)
 KU : Keadaan Umum
 LED : Laju Endap Darah LED atau juga biasa disebut Erithrocyte
Sedimentation Rate (ESR) adalah ukuran kecepatan endap eritrosit,
menggambarkan komposisi plasma serta perbandingan eritrosit dan
plasma. LED dipengaruhi oleh berat sel darah dan luas permukaan sel
serta gravitasi bumi.
 MCV : Mean Corpuscular Volume
Salah satu pemeriksaan darah yang menunjukkan volume rata-rata satu
sel darah merah dibandingkan dengan volume sel darah merah
keseluruhan dalam darah.
 MTX : Methotrexate
Pada pengobatan RA, obat ini menghambat enzim-enzim yang
terlibat dalam metabolisme purin dan respon imun, serta
menghambat aktivasi selT.
 NSAID : Non Steroidal Anti Inflamasi Drug
 PUD : Peptic Ulcer Disease (Penyakit Ulkus Peptik)
Merupakan pembentukan ulkus pada saluran pencernaan bagian
atas yang diakibatkan oleh pembentukan asam dan pepsin.
 QID : Quarter in Die (4X sehari)
 RA : Rheumatoid Arthritis
 RR : Respiratory Rate
 T : Temperature (suhu tubuh)
 TB : Tinggi Badan

Anda mungkin juga menyukai