OLEH :
KELOMPOK 5
KELAS VB
I. Definisi Penyakit
Jerawat adalah penyakit kulit inflamasi umum yang mempengaruhi unit pilosebaceous
dari
kulit. Ini dapat memiliki efek psikologis yang parah dan dapat meninggalkan pasien
dengan jaringan parut kulit yang parah (Fox et al., 2016). Berdasarkan keparahan lesi,
jerawat bisa ringan, sedang atau berat. Jerawat parah biasanya ditampilkan dengan
perjalanan yang berlarut-larut dan bekas luka yang tersisa (Li et al., 2018).
II. Etiologi atau Faktor Resiko Penyakit
Beberapa faktor dapat menginduksi produksi jerawat atau meningkatkan keparahannya.
Beberapa faktor ini termasuk genetika, laki-laki seks, remaja, stres dan merokok serta
obat-obatan komedogenik seperti androgen, halogen, kortikosteroid dan kosmetik
penyumbat pori (Fox et al., 2016).
III. Patofisiologi Penyakit
Jerawat atau yang biasa disebut Acne Vulgaris telah lama dipahami sebagai
penyakit kronis gangguan inflamasi folikel pilosebasea. Ditandai dengan komedo terbuka
dan tertutup, papula, pustula, dan nodul, perkembangan jerawat lesi terjadi dengan urutan
kejadian patofisiologis yang masih belum jelas.Kejadian yang memicu diyakini menjadi
stimulasi unit pilosebaceous oleh androgen yang bersirkulasi. Produksi sebum
menyebabkan retensi hiperkeratosis yang menyumbat dan melebarkan folikel
infundibulum yang mengakibatkan pembentukan komedo.
Penyumbatan folikel, bersama dengan kolonisasi bakteri pada folikel oleh
Propionibacterium acnes, menyebabkan mediator inflamasi yang akan dilepaskan ke
dalam kulit. Lesi inflamasi termasuk papula, pustula, dan nodul berkembang sebagai
akibat akumulasi neutrofil, limfosit, dan sel raksasa benda asing di dalam dan di sekitar
unit pilosebasea yang terkena. Jerawat cenderung muncul pada masa pubertas, bertepatan
dengan peningkatan hormon seks selama periode ini. Pasien jerawat sering datang dengan
berbagai lesi di berbagai tahap bersama dengan bekas jerawat pasca-inflamasi dan
hiperpigmentasi. Faktor potensial lain yang mungkin berkontribusi pada perkembangan
dan keparahan jerawat termasuk genetika, stres, dan paparan eksogen terhadap zat
komedogenik termasuk tar, polivinil klorida, dan obat-obatan (kortikosteroid, androgen,
halogen) (Olutunmbi et al., 2008).
IV. Klasifikasi Penyakit
Jerawat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Jerawat Noninflamasi (tidak
menyebabkan pembekakan) dan Jerawat Inflamasi (menyebabkan pembengkakan pada
kulit yang merah). Terdapat lima jenis jerawat yang sering muncul pada wajah, yaitu
blackhead komedo, whitehead komedo, papul, pustul dan nodul. Setiap jenis jerawat
berbeda jenis pengobatannya agar efektif. (Susanto, 2017).
V. Gejala Penyakit
Jerawat umumnya muncul di wajah dan bahu. Ini juga dapat terjadi pada batang
tubuh, lengan, kaki, dan bokong. Perubahan kulit meliputi Pengerasan benjolan kulit,
Kista, Papula (benjolan kecil berwarna merah), Pustula (benjolan merah kecil berisi
nanah putih atau kuning), Kemerahan di sekitar erupsi kulit, Bekas luka pada kulit,
komedo putih, Komedo.
VI. Penatalaksanaan Terapi
Terapi Farmakologi
Adapun terapi farmakologi swamedikasi jerawat yaitu menggunakan obat-obatan
seperti Benzoil peroksida, sulfur dan asam salisilat. Benzoil peroksida merupakan salah
satu obat golongan antimikroba non antibiotik. Mekanisme kerja benzoil peroksida dapat
diuraikan oleh sistein pada kulit sehingga dapat membebaskan radikal bebas oksigen
yang akan mengoksidasi protein bakteri (Ameliani et al., 2019). Asam salisilat dan sulfur
sebagai antijerawat termasuk kedalam golongan peeling agent. Asam salisilat dapat
menghilangkan ikatan kovalen lipid interselular yang berikatan dengan cornified
envelope di sekitar keratinosit (agen keratolitik)(Ameliani et al., 2019).
4. Plan (P)
PLAN
Mengurangi serta mengobati jerawat
Pemilihan Terapi
Mediklin gel 15 gram : Mediklin gel adalah obat antibiotik topikal untuk mengobati
jerawat yang parah pada orang dewasa dan anak-anak yang berusia minimal 12 tahun.
Mediklin Gel mengandung Clindamycin, antibiotik golongan lincosamida semisintetik
yang terutama bersifat bakteriostatik. Obat ini digunakan untuk perawatan acne
vulgaris/jerawat. Digunakan dengan cara di oleskan 2 x sehari setiap habis mandi
dalam keadaan wajah yang bersih.
Terapi Non Farmakologi :
Terapi non farmakologi jerawat yaitu mencuci wajah dengan tepat, tidak memencet
jerawat, hindari stress, memperbaiki pola makan dan gaya hidup
Rencana Konseling Informasi dan Edukasi Pada Pasien :
Memberikan edukasi kepada pasien tentang cara penggunaan obat jerawat yang
tepat dan benar
Memberitahukan agar segera ke dokter apabila jerawat tidak kunjung sembuh
atau semakin parah
5. Monitoring Terapi
Ameliani, H., Suwendar, & Yuniarni, U. (2019). Survei gambaran pengetahuan dan pola
swamedikasi jerawat pada mahasiswa FMIPA Universitas Islam Bandung. Prosiding
Farmasi, 306.
Fox, L., Csongradi, C., Aucamp, M., Du Plessis, J., & Gerber, M. (2016). Treatment modalities
for acne. Molecules, 21(8), 1–20. https://doi.org/10.3390/molecules21081063
Li, S. S., Zhang, L. L., Nie, S., Lv, T., & Wang, H. W. (2018). Severe acne in monozygotic twins
treated with photodynamic therapy. Photodiagnosis and Photodynamic Therapy, 23, 235–
236. https://doi.org/10.1016/j.pdpdt.2018.06.016
Olutunmbi, Y., Paley, K., & English, J. C. (2008). Adolescent Female Acne: Etiology and
Management. Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology, 21(4), 171–176.
https://doi.org/10.1016/j.jpag.2007.07.004
James WD, Elston DM, Treat JR, Rosenbach MA, Neuhaus IM. Acne. In: James WD, Elston
DM, Treat JR, Rosenbach MA, Neuhaus IM, eds. Andrews' Diseases of the Skin: Clinical
Wasitaatmaja SM. Pedoman Tata Laksana Akne di Indonesia. In: Wasitaatmaja SM, Arimuko A, Norawati
L, Bernadette I, Legiawati L, editors. Resume Hasil Indonesian Acne Expert Meeting 2015. 2nd ed.
Jakarta: Centra Communications; 2016. p. 1-13.
Pertanyaan :