Anda di halaman 1dari 9

TUGAS FARMASI KLINIS

“Kasus 4 Severe Acne”

OLEH :

KELOMPOK 5

I Gede Agus Indra Praditya 1909484010050

Ni Putu Diah Anggita 1909484010053

Ida Ayu Made Dewi Ambarawati 1909484010054

Ni Kadek Dewantary Suwirtawati 1909484010057

Ni Kadek Septhia Acca Gayatri 1909484010062

KELAS VB

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN 2021
KASUS IV
SEVERE ACNE
Seorang Ibu berusia 37 tahun, Ny EV, datang ke apotek Anda dengan resep regulernya yaitu
Microgynon 30. Tiga bulan lalu pasien mengeluhkan masalah jerawat sehingga Anda
merekomendasikan agar pasien mencoba topikal yang dijual bebas formulasi benzoil peroksida.
Jerawatnya tampaknya tidak membaik setelah diberikan terapi dan pasien mengeluhkan nyeri
disekitar jerawat, sehingga Anda merekomendasikan agar pasien berkosultasi dengan dokter.
Minggu berikutnya pasien menyajikan resep baru untuk tablet oxytetracycline (500 mg 2 kali
sehari).

I. Definisi Penyakit
Jerawat adalah penyakit kulit inflamasi umum yang mempengaruhi unit pilosebaceous
dari
kulit. Ini dapat memiliki efek psikologis yang parah dan dapat meninggalkan pasien
dengan jaringan parut kulit yang parah (Fox et al., 2016). Berdasarkan keparahan lesi,
jerawat bisa ringan, sedang atau berat. Jerawat parah biasanya ditampilkan dengan
perjalanan yang berlarut-larut dan bekas luka yang tersisa (Li et al., 2018).
II. Etiologi atau Faktor Resiko Penyakit
Beberapa faktor dapat menginduksi produksi jerawat atau meningkatkan keparahannya.
Beberapa faktor ini termasuk genetika, laki-laki seks, remaja, stres dan merokok serta
obat-obatan komedogenik seperti androgen, halogen, kortikosteroid dan kosmetik
penyumbat pori (Fox et al., 2016).
III. Patofisiologi Penyakit
Jerawat atau yang biasa disebut Acne Vulgaris telah lama dipahami sebagai
penyakit kronis gangguan inflamasi folikel pilosebasea. Ditandai dengan komedo terbuka
dan tertutup, papula, pustula, dan nodul, perkembangan jerawat lesi terjadi dengan urutan
kejadian patofisiologis yang masih belum jelas.Kejadian yang memicu diyakini menjadi
stimulasi unit pilosebaceous oleh androgen yang bersirkulasi. Produksi sebum
menyebabkan retensi hiperkeratosis yang menyumbat dan melebarkan folikel
infundibulum yang mengakibatkan pembentukan komedo.
Penyumbatan folikel, bersama dengan kolonisasi bakteri pada folikel oleh
Propionibacterium acnes, menyebabkan mediator inflamasi yang akan dilepaskan ke
dalam kulit. Lesi inflamasi termasuk papula, pustula, dan nodul berkembang sebagai
akibat akumulasi neutrofil, limfosit, dan sel raksasa benda asing di dalam dan di sekitar
unit pilosebasea yang terkena. Jerawat cenderung muncul pada masa pubertas, bertepatan
dengan peningkatan hormon seks selama periode ini. Pasien jerawat sering datang dengan
berbagai lesi di berbagai tahap bersama dengan bekas jerawat pasca-inflamasi dan
hiperpigmentasi. Faktor potensial lain yang mungkin berkontribusi pada perkembangan
dan keparahan jerawat termasuk genetika, stres, dan paparan eksogen terhadap zat
komedogenik termasuk tar, polivinil klorida, dan obat-obatan (kortikosteroid, androgen,
halogen) (Olutunmbi et al., 2008).
IV. Klasifikasi Penyakit
Jerawat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Jerawat Noninflamasi (tidak
menyebabkan pembekakan) dan Jerawat Inflamasi (menyebabkan pembengkakan pada
kulit yang merah). Terdapat lima jenis jerawat yang sering muncul pada wajah, yaitu
blackhead komedo, whitehead komedo, papul, pustul dan nodul. Setiap jenis jerawat
berbeda jenis pengobatannya agar efektif. (Susanto, 2017).
V. Gejala Penyakit
Jerawat umumnya muncul di wajah dan bahu. Ini juga dapat terjadi pada batang
tubuh, lengan, kaki, dan bokong. Perubahan kulit meliputi Pengerasan benjolan kulit,
Kista, Papula (benjolan kecil berwarna merah), Pustula (benjolan merah kecil berisi
nanah putih atau kuning), Kemerahan di sekitar erupsi kulit, Bekas luka pada kulit,
komedo putih, Komedo.
VI. Penatalaksanaan Terapi
Terapi Farmakologi
Adapun terapi farmakologi swamedikasi jerawat yaitu menggunakan obat-obatan
seperti Benzoil peroksida, sulfur dan asam salisilat. Benzoil peroksida merupakan salah
satu obat golongan antimikroba non antibiotik. Mekanisme kerja benzoil peroksida dapat
diuraikan oleh sistein pada kulit sehingga dapat membebaskan radikal bebas oksigen
yang akan mengoksidasi protein bakteri (Ameliani et al., 2019). Asam salisilat dan sulfur
sebagai antijerawat termasuk kedalam golongan peeling agent. Asam salisilat dapat
menghilangkan ikatan kovalen lipid interselular yang berikatan dengan cornified
envelope di sekitar keratinosit (agen keratolitik)(Ameliani et al., 2019).

Terapi Non Farmakologi


Terapi Non Farmakologi dapat dilakukan dengan cara yaitu mencuci wajah dengan
tepat, tidak memencet jerawat, hindari stress, memperbaiki pola makan dan gaya hidup (Ameliani
et al., 2019)
VII. Penyelesaian Kasus Dengan Metode SOAP
1. Subjective (S) :

Klasifikasi Penyakit Data Subjektif yang Mungkin Ditemukan


Jerawat Seorang Ibu berusia 37 tahun, Ny EV mengalami
jerawat
2. Objective :-
3. Assessment (A)

Problem Terapi Assessment Rekomendasi


Medik
Jerawat yang Oxytetracycline DRP:  Menghentikan
disertai nyeri P1.1 (Tidak ada efek penggunaan
benzoilperoksida
dari terapi obat)
 Mengganti obat
P1.2 (Efek terap tidak kontrasepsi
optimal)  Menyarankan
P2.1 (Kejadian obat pasien lebih
rutin dalam
yang merugikan membersihkan
(mungkin) terjadi) area wajah.
P3.2 (Pengobatan
yang tidak
diperlukan)
C3.5 (Instruksi waktu
pemberian dosis
salah, tidak jelas, atau
tidak ada)
C5.2 (Informasi yang
diperlukan tidak
tersedia)
I2.3 (Pasien
disarankan kembali
kedokter)
I3.1 (Obat diubah)

4. Plan (P)

PLAN
Mengurangi serta mengobati jerawat
Pemilihan Terapi
Mediklin gel 15 gram : Mediklin gel adalah obat antibiotik topikal untuk mengobati
jerawat yang parah pada orang dewasa dan anak-anak yang berusia minimal 12 tahun.
Mediklin Gel mengandung Clindamycin, antibiotik golongan lincosamida semisintetik
yang terutama bersifat bakteriostatik. Obat ini digunakan untuk perawatan acne
vulgaris/jerawat. Digunakan dengan cara di oleskan 2 x sehari setiap habis mandi
dalam keadaan wajah yang bersih.
Terapi Non Farmakologi :
Terapi non farmakologi jerawat yaitu mencuci wajah dengan tepat, tidak memencet
jerawat, hindari stress, memperbaiki pola makan dan gaya hidup
Rencana Konseling Informasi dan Edukasi Pada Pasien :
 Memberikan edukasi kepada pasien tentang cara penggunaan obat jerawat yang
tepat dan benar
 Memberitahukan agar segera ke dokter apabila jerawat tidak kunjung sembuh
atau semakin parah

5. Monitoring Terapi

Nama Obat Kondisi Klinik Tanda Vital Parameter Lab


Monitoring Efektivitas Terapi
Benzoil peroksida Nyeri disekitar - -
Oxytetrasicline area jerawat
Monitoring ESO
Microgynon Timbulnya - -
jerawat akibat
pemakaian
Benzoil peroksida Jerawat tidak - -
membaik disertai
nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Ameliani, H., Suwendar, & Yuniarni, U. (2019). Survei gambaran pengetahuan dan pola
swamedikasi jerawat pada mahasiswa FMIPA Universitas Islam Bandung. Prosiding
Farmasi, 306.

Fox, L., Csongradi, C., Aucamp, M., Du Plessis, J., & Gerber, M. (2016). Treatment modalities
for acne. Molecules, 21(8), 1–20. https://doi.org/10.3390/molecules21081063

Li, S. S., Zhang, L. L., Nie, S., Lv, T., & Wang, H. W. (2018). Severe acne in monozygotic twins
treated with photodynamic therapy. Photodiagnosis and Photodynamic Therapy, 23, 235–
236. https://doi.org/10.1016/j.pdpdt.2018.06.016

Olutunmbi, Y., Paley, K., & English, J. C. (2008). Adolescent Female Acne: Etiology and
Management. Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology, 21(4), 171–176.
https://doi.org/10.1016/j.jpag.2007.07.004

James WD, Elston DM, Treat JR, Rosenbach MA, Neuhaus IM. Acne. In: James WD, Elston
DM, Treat JR, Rosenbach MA, Neuhaus IM, eds. Andrews' Diseases of the Skin: Clinical
Wasitaatmaja SM. Pedoman Tata Laksana Akne di Indonesia. In: Wasitaatmaja SM, Arimuko A, Norawati
L, Bernadette I, Legiawati L, editors. Resume Hasil Indonesian Acne Expert Meeting 2015. 2nd ed.
Jakarta: Centra Communications; 2016. p. 1-13.
Pertanyaan :

1. Bagaimana konseling pasien yang menggunakan benzoil peroksida?


Jawaban :
Oleskan sekali atau 2x sehari, sebaiknya setelah dicuci dengan sabun dan air. Perawatan
harus dimulai dengan formulasi dosis yang lebih rendah. Efek samping dapat mencakup
iritasi kulit lokal, seperti kulit bersisik dan kemerahan, terutama saat dimulainya terapi.
Jika ini terjadi, anjurkan pasien untuk mengurangi frekuensi penggunaa. Formulasi
benzoyl peroxide juga dapat menyebabkan pemutihan pada pakaian.
2. Bagaimana cara mengkonseling pasien yang mengkonsumsi oxytetracycline? Apakah ada
tindakan pencegahan khusus yang dilakukan oleh pasien Ny EV?
Jawaban :
Oxytetracycline diizinkan untuk diminum 4x sehari, tetapi bisa diminum 2x sehari untuk
pengobatan jerawat (dua tablet 250 mg dua kali sehari). Tablet oxytetrasicline ini harus
diminum 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan, diikuti dengan segelas air. Tidak
boleh dikonsumsi bersamaan dengan susu, makanan atau antasida, karena bisa membuat
obat kurang efektif. Tablet harus ditelan saat duduk atau berdiri dan tidak boleh langsung
diambil sebelum tidur.
3. Apakah penyebab terjadinya jerawat pada pasien Ny EV?
Jawaban :
Penyebab terjadinya jerawat ny ev bisa dikarenakan obat kontrasepsi oral yg dikonsumsi
sebelumnya
4. Pasien bertanya kapan akan terjadi perbaikan jerawat dalam dirinya? Dan berapa lama
pengobatan harus berlangsung?
Jawaban :
Oxytetracyclin 500mg harus diberikan minimal selama 3 bulan dengan dosis pemakaian
2 x sehari atau setiap 12 jam dalam pengobatan acne
5. Apakah pilihan terapi dengan oxytetracycline sudah tepat? Ataukah ada rekomendasi
terapi yang lain?
Jawaban :
Tetrasiklin direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama. Jika tetrasiklin tidak
ditoleransi atau dikontraindikasikan, eritromisin merupakan alternatif. Namun eritromisin
memiliki masalah dengan resistensi dan efek samping gastrointestinal. Jika kepatuhan
menjadi masalah, doksisiklin atau lymecycline dapat diresepkan (dapat diminum 1x
sehari dengan makanan). Minocycline adalah pengobatan lini kedua (misalnya jika
antibiotik oral gagal).

Anda mungkin juga menyukai