Anda di halaman 1dari 19

FARMAKOTERAPI TERAPAN

KASUS 9 - Acne Conglobata

Dosen Pengajar:
Apt. Marvel, M. Farm

Disusun oleh :
Kelompok 9
Agung Fitria Nugraha 41201097000004
Mariyatul Qibtiyah 41201097000029
Sahrul Fauzi 41201097000048
Ziah Azkia 41201097000059

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit

Acne conglobata merupakan salah satu jenis jerawat yang parah disertai dengan
abses (benjolan yang nyeri dan penuh nanah) yang dalam dan saling berhubungan
(Hafsi & Badri, 2020). Tipe jerawat ini dapat meninggalkan bekas luka dan kerusakan
jaringan tubuh. Nodul jerawat konglobata dapat ditemukan di wajah, bahu, dada, lengan
atas, bokong, dan paha.

B. Patofisiologi Penyakit

Banyak faktor yang dapat memicu timbulnya jerawat konglobata, bakteri


Propionibacterium acnes (P. Acnes) memiliki peran penting dalam perkembangan
jerawat. Bakteri ini berperan sebagai antigen dan memicu reaksi hipersensitivitas
terhadap jaringan sekitar sehingga terjadi reaksi imunologi dan menimbulkan inflamasi
kronis (Hafsi & Badri, 2020). Jerawat ini juga dapat dipicu oleh hormon testosteron,
oleh karena itu jerawat konglobata lebih banyak menyerang pria dari pada wanita
(Canpolat, Kurmus, & Gonul, 2017). Jerawat jenis ini juga dapat disebabkan karena
terpapar hidrokarbon aromatik terhalogenasi atau mengkonsumsi obat yang
mengandung halogen (pengobatan tidroid, agen hipnotik). Lesi akne yang terbentuk
diantaranya disebabkan oleh peningkatan produksi sebum, pengelupasan keratinosit,
pertumbuhan bakteri, dan inflamasi. Sebum terdiri dari gliserida, ester wax, skualen,
dan kolesterol. Gliserida yang terdapat dalam sebum dapat dikonversi menjadi asam
lemak bebas dan gliserol oleh bakteri P. Acnes. Asam lemak dapat mengiritasi dinding
folikular dan menyebabkan dan memperparah inflamasi (Sukandar, Andrajati, Sigit,
Adnyana, Setiadi, & Kusnandar, 2011). Bakteri P. Acnes merupakan organisme
anaerobik yang berproliferasi pada lingkungan yang terbentuk dari campuran sebum
dan keratinosit.

1
C. Klasifikasi Penyakit

Acne diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya sebagai berikut (Nast,


Dreno, & Bettoli , 2012) :

1. Acne Ringan

Berupa komedo atau inflamasi atau campuran keduanya, terdapat papula (acne
menonjol, teraba padat dan nyeri, tidak mengandung nanah) dan pustula (acne
benjolan kecil di permukaan kulit yang berisi nanah, puncak berwarna keputihan
yang dikelilingi kulit kemerahan)

2. Acne Sedang

Acne jenis ini muncul berupa campuran antara papula dan pustula atau nodula.

3. Acne Parah

Jerawat jenis ini muncul berupa nodula atau konglobata yang ditandai dengan
munculnya benjolan-benjolan keras, besar, dan terasa menyakitkan di bawah
permukaan kulit dalam jumlah yang cukup banyak

D. Upaya Pencegahan Penyakit

Dilansir dari healthline.com untuk mencegah timbulnya acne sebaiknya


dilakukan dengan merawat terutama kulit wajah dengan mencucinya dengan benar dan
bersih menggunakan sabun. Hal ini dilakukan untuk mengontrol kelebihan sebum,
kotoran debu atau kulit mati dan keringat. Gunakan pembersih yang bebas alkohol.
Ketahui tipe kulit yang dimiliki agar dapat menentukan produk perawatan kulit yang
tepat. Misalnya untuk kulit berminyak tidak disarankan untuk menggunakan produk
kosmetik atau skin care yang dapat menyumbat pori (nonkomedogenik). Kemudian
batasi penggunaan make-up yang dapat menyumbat pori-pori terutama heavy make-up
seperti foundation dan gunakan make-up yang bebas pewangi. Langkah mudah terakhir
yaitu jangan terlalu sering menyentuh muka karena di tangan terdapat banyak bakteri,
atau sebelum menyentuh muka dipastikan tangan bersih.

E. Faktor Risiko

Acne conglobata lebih sering terjadi pada laki-laki karena hormon testosteron
dapat memicu timbulnya jerawat jenis ini. Produksi hormon yang meningkat saat

2
remaja dapat menyebabkan terjadinya acne, selain itu orang yang menerima terapi
tiroid lebih beresiko.

F. Diagnosis Penyakit

1. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik biasanya akan terlihat bentuk jerawat yang parah. Lesi
nodular lembut dan berbentuk kubah. Ketika nodul sudah pecah, akan ada keluarnya
cairan yang berbau busuk. Setelah nanah keluar seluruhnya, sering terjadi pengerasan
kulit, diikuti oleh pembentukan bekas luka besar yang tidak teratur (Hafsi & Badri,
2020).

2. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Oon, et.al., 2019 The Comprehensive Acne Severity Scale (CASS)
dapat digunakan secara kualitatif untuk mengukur keparahan acne dengan menilai lesi
inflamasi dan lesi non-inflamasi dan juga untuk mengevaluasi pengobatan pada pasien.

Tabel 1.1. The Comprehensive Acne Severity Scale (CASS)

Grade Deskripsi
Bersih 0 Tidak ada lesi yang terlihat, terdapat sejumlah komedo dan
papula yang samar
Hampir Bersih 1 Sukar terlihat pada jarah 2,5 meter, terdapat sejumlah komedo
dan beberapa papula
Ringan 2 Mudah dilihat, kurang dari setengah area yang terpengaruh,
banyak komedo, papula dan pustula
Sedang 3 Lebih dari setengah area yang terpengaruh, banyak komedo,
papula, dan pustula
Parah 4 Semua area terpengaruh, penuh dengan komedo, banyak papula
dan pustula, terdapat beberapa nodul
Sangat Parah 5 Acne inflamasi menyerang menutupi seluruh area, banyak
nodul.

3
Selanjutnya dapat dilakukan penelusuran faktor penyebab (penggunaan produk
acnegenic, riwayat pengobatan tertentu, stres, diet, merokok, obesitas, pekerjaan, olah
raga, dan kebiasaan gaya hidup, serta kelainan sistemik seperti sindrom Cushing,
androgen-secreting tumor) harus ditelusuri. Pada wanita, praktisi harus menilai tanda-
tanda hiperandrogenisme (menstrual yang tidak teratur, andrognic alopecia).

3. Diagnosa Banding

Diagnosa banding untuk acne conglobata menurut Hafsi & Badri, 2020 yaitu:

a. Acne Suppurative Hidradenitis (PASH) Syndrome

b. Acne fulminans

c. Acne vulgaris

d. Acneiform Papulonodules

e. Bromoderma

f. Iododerma

g. Rosacea fulminans

4
G. Guideline Pengobatan (European S3 Guidelines for The Treatment of Severe Acne)

Papulopustular parah/ Nodular parah/ Acne


moderate nodular acne Conglobata
Sangat Oral isotretinoin Oral Isotretinoin
direkomendasikan
Direkomendasikan Oral antibiotik+ adapalena Antibiotik sistemik + Asam
atau Oral antibiotik + Asam azelait atau antibiotik
azelait atau Oral antibiotik + sistemik+ adapalena atau
adapalena + BPO antibiotik sistemik+
adapalena + BPO
Kurang Oral antibiotik + BPO Oral antibiotik + BPO atau
direkomendasikan Oral antibiotik + adapalena
atau Oral antibiotik +
adapalena + BPO
Alternatif untuk pasien Hormon antiandrogen + oral Hormon antiandrogen +
wanita antibiotik oral antibiotik

Keterangan :

- BPO : Benzoyl Peroxide

5
KASUS

Seorang pasien bernama RK, laki-laki berusia 28 tahun, datang dengan keluhan
jerawat meradang, kulit wajah berminyak, jerawat conglobata meradang disekitar pipi
hingga rahang kanan dan kiri. Sehari-hari RK bekerja sebagai sales sebuah perusahaan
farmasi, bekerja dengan mengendarai motor. Pasien belum pernah menggunakan obat-
obatan untuk terapi jerawatnya. Bagaimana terapi yang tepat menurut saudara untuk
pasien tersebut?

6
ANALISA KASUS

4.1 Subjek

a. Identitas pasien : Laki – laki, 28 tahun

b. Keluhan : Jerawat meradang, kulit wajah berminyak, jerawat conglobata meradang


di sekitar pipi hingga rahang kanan dan kiri

c. Riwayat pengobatan : belum pernah menggunakan obat – obatan

4.2 Data objektif

Tidak ada data objektif dalam kasus ini.

4.3 Diagnosis

Berdasarkan keluhan pasien yaitu jerawat meradang, kulit wajah yang


berminyak dan memiliki jerawat conglobata yang meradang maka pasien didiagnosis
acne vulgaris dengan tingkat keparahan grade 4 dimana pada tingkat ini terjadi nodul
yang sudah parah dan terjadi jerawat conglobata (Nast dkk., 2016) . Adapun
penggolongan tingkat keparahan pada acne vulgaris menurut European Union
Guidelines adalah sebagai berikut:

Grade I Comedones only


Grade II Mild – moderate papulopustular acne
Grade III Severe papulopustular acne, moderate
nodular acne
Grade IV Severe nodular acne, conglobate acne

4.4 Probem klinis pasien

Jerawat meradang, kulit wajah berminyak, jerawat conglobata meradang di


sekitar pipi hingga rahang kanan dan kiri.

7
4.5 Skrining DRP

Pasien belum pernah menggunakan obat – obatan untuk jerawatnya


sebelumnya, sehingga dalam kasus ini tidak dilakukan skrining DRP.

8
4.6 Rencana terapi pasien

4.6.1 Tatalaksana Jerawat Conglobata (Gollnick, 2016)

4.6.2 Terapi Farmakologi

Severe papulopustular/ Severe nodular/ conglobate


moderate nodular acn acnea
High strength of Oral isotretinoinb (EL 3b) Isotretinoin(EL 1b)
recommendation
Medium strength of Oral antibioticsc + adapalene or Systemic antibioticsc +
recommendation Oral antibioticsc + azelaic acidd azelaic acid or Systemic
or Oral antibiotics + adapalene antibioticsc + adapalenede
+ BPO (f.c.) (EL 2b) or Systemic antibioticsc +
adapalene + BPO (f.c.)f
(EL 2b)

9
Low strength of Oral antibioticsc + BPOg (EL Oral antibioticsc + BPOg or
recommendation 3b) Oral antibioticsc +
adapalenede or Oral
antibioticse + adapalene +
BPO (f.c.)g (EL 3b)
Alternatives for female Hormonal antiandrogens + Hormonal antiandrogens +
patients topical treatment or Hormonal oral antibioticsh (EL 3b)
antiandrogens + oral
antibioticsh (EL 3b)
L, evidence level (see Nast et al.);17 BPO, benzoyl peroxide; f.c., fixed combination. a Systemic treatment with
corticosteroids can be considered. b Limitations can apply that may necessitate the use of a treatment with a lower
strength of recommendation as a first-line therapy (e.g. financial resources/reimbursement limitations, legal
restrictions, availability, drug licensing). c Doxycycline and lymecycline. d Indirect evidence from nodular and
conglobate acne following expert opinion. e Only studies found on oral antibiotic + adapalene, isotretinoin and
tretinoin can be considered for combination treatment. f Indirect evidence from severe papulopustular acne. g Indirect
evidence from a study also including chlorhexidine, recommendation additionally based on expert opinion. h Low
strength of recommendation.

Berdasarkan European S3 guidelines for the treatment of severe acne terapi


yang tepat diberikan untuk pasien dengan diagnosis acne vulgaris yang memiliki
jerawat conglobata diberikan Isotretinoin dengan Evidance base level 1b sebagai first
line. Isotretinoin dapat diberikan sebanyak 0,5 mg /kg perhari selama 4-6 bulan
(Sinclair, 2014). Namun karena di Indonesia sendiri hanya tersedia produk isotretinoin
dalam bentuk topikal yang sudah mendapatkan izin BPOM maka terapi dapat diganti
ke terapi alternatif yaitu antibiotik sistemik+retinoid topikal+ benzoyl peroxide
(Evidence level 2b).

1. Antibiotik Sistemik

Berdasarkan guidline European S3 guidelines for the treatment of severe acne


antibiotik yang direkomendasikan dan tersedia di Indonesia adalah tetrasiksin dan
doksisilin. Tetrasiklin dapat digunakan dengan dosis 1500mg/hari-3500mg/hari
sebelum makan dengan dosis terbagi. Sedangkan untuk doksisilin dapat digunakan
dengan dosis 2x 50-100mg/hari. Tetapi menurut Dipiro, 2015, Tetrasiklin sendiri tidak
lagi menjadi obat pilihan dalam hal ini karena efek terkait diet pada penyerapan dan
dapat menurunkan khasiat antibakteri dan anti-inflamasi. Minocycline telah dikaitkan

10
dengan deposisi pigmen di kulit, selaput lendir, dan gigi; juga dapat menyebabkan
pusing terkait dosis, urtikaria, sindrom hipersensitivitas, hepatitis autoimun, sindrom
mirip lupus eritematosus sistemik, dan reaksi seperti serum sickness. Doxycycline
adalah fotosensitizer, terutama pada dosis yang lebih tinggi.

2. Retinoid

Retinoid topikal bersifat antiinflamasi dan komedolitik, bekerja dengan cara


menormalisasi hiperproliferasi folikular dan hiperkerantinisasi. Retinoid topikal efektif
menormalkan deskuamasi dan digunakan untuk lesi komedo serta lesi infiamasi. Agen
ini mengurangi obstruksi folikel sehinggamengurangi risiko ruptur dan lesi
inflamasi(Sibero dkk., 2019). Retinoid topikal juga memfasilitasi masuknya agen
topikal lain seperti BPO agar dapat berpenetrasi ke unit pilosebasea dibagian yang lebih
dalam. Berdasarkan European S3 guidelines for the treatment of severe acne adapalane
merupakan pilihan yang paling baik untuk retinoid topikal dari segi keamanannya.
Adapalene-benzoyl peroxide fixed-dose combination (0,1/2,5)% dapat diaplikasikan 1x
sehari pada malam hari.

3. Benzoyl Peroxide

Benzoyl peroksida bersifat antimikroba, antiinflamasi dan komedolitik.


mengurangi terbentuknya asam lemak bebas, meningkatkan deskuamasi folikuler dan
mengurangi terbentuknya follicular pluging (Sibero dkk., 2019). Menurut rekomendasi
Global Alliance BPO Adapalene-benzoyl peroxide fixed-dose combination (0,1/2,5)%
dapat diaplikasikan 1x sehari pada malam hari.

4.6.2 Terapi Non Farmakologis


Pada kasus ini pasien juga harus diberikan edukasi mengenai terapi non
farmakologi yang harus dilakukan untuk mendukung terapi yang akan dijalani. Terapi
non farmakologis yang dapat dilakukan oleh pasien, yaitu :

1. Membersihkan wajah

Pembersih wajah yang digunakan harus mengandung surfaktan untuk


mengangkat minyak dari permukaan kulit. Pasien setidaknya harus mencuci mukanya
dua kali sehari crubbing harus diminimalkan untuk mencegah terjadinya folikuler
pecah. Hindari juga pembersih berbahan dasar krim (Dipiro, 2015)

11
2. Menghindari pemakaian kosmetik

Pasien disarankan berhenti menggunakan kosmetik yang mengandung minyak


dan hindari program kosmetik yang menganjurkan mengaplikasikan beberapa lapis
pembersih dan penutup berbasis krim. Pasien harus membatasi penggunaan kosmetik
pada produk berlabel bebas minyak

3. Hindari merokok

Merokok dilaporkan berkontribusi terhadap prevalensi acne dan derajat acne.


Rokok mengandung banyak asam arakhidonat dan hidrokarbon aromatik polisiklik
yang menginduksi jalur inflamasi melalui fosfolipase A2, dan selanjutnya merangsang
sintesis asam arakhidonat lebih banyak. Selain itu, diduga terdapat reseptor asetilkolin
nikotinik keratinosit yang menginduksi hiperkeratinisasi sehingga terjadi komedo
(Ramdani & Sibero, 2015).

4. Hindari makanan olahan susu

American Academy of Dermatology mengeluarkan rekomendasi pada tahun


2007 produk olahan susu memperburuk acne vulgaris. Produk olahan susu dan
makanan lainnya, mengandung hormon 5 α reduktase dan prekursor DHT lain yang
merangsang kelenjar sebasea. Selain itu, acne vulgaris dipengaruhi oleh hormon dan
growth factors, terutama insulin-like growth factor (IGF-1) yang bekerja pada kelenjar
sebasea dan keratinosit folikel rambut. Produk olahan susu mengandung enam puluh
growth factors, salah satunya akan meningkatkan IGF-1 langsung melalui
ketidakseimbangan peningkatan gula darah dan kadar insulin serum. Makanan dengan
indeks glikemik tinggi juga meningkatkan konsentrasi insulin serum melalui IGF-1 dan
meningkatkan DHT sehingga merangsang proliferasi sebosit dan produksi sebum
(Movita, 2013).

12
4.7 Pemantauan dan Evaluasi terapi

4.7.1 Pemantauan terapi

Nama obat Efek samping Monitoring


Tetrasiklin Gangguan GI, sensitif Beritahukan pasien jika ada
terhadap cahaya perubahan pada bagian kulit
yang terkena cahaya
Doksisilin Gangguan GI, sensitif Jika terjadi gangguan
terhadap cahaya gastrointestinal maka
monitorhidrasi pasien,
Adapalene Eritema, kulit kering, rasa Nilai tingkat iritasi yang
terbakar, kulit mengelupas, terjadi padapasien
Informasikan kepada pasien
untukmemakai sunscreen
dan menghindari sinar
mataharil langsung
Benzoyl Peroksida Kulit kering dan terkelupas Nilai tingkat iritasi yang
setelah beberapa hari terjadi padapasien
pemakaian
(Dipiro, 2015)

4.7.2 Evaluasi terapi

Evaluasi lesi, komedo,dan jerawat yang terjadi pada pasien setelah pemakaian
terapi 4-8 minggu. Untuk pemakaian antibiotik oral dianjurkan tidak lebih dari 4-6
bulan. Jika setelah 3-6 bulan terapi tidak terjadi perubahan, maka dapat disarankan
mengganti terapi dengan isotretinoin oral dengan memperhatikan keselamatan pasien
(Dipiro, 2015). Pada penelitian, multisenter (Galderma Laboratories, L.P. 2009), acak
dari 459 pasien, dengan terapi doksisiklin, adapalene/BPO terjadi penurunan bakteri
pada minggu ke 8 berlanjut menjadi 72,9% dan dipertahankan pada minggu ke 12
(73,6%).

13
4.8 Rencana Asuhan Kefarmasian

Tujuan Obat Dosis Cara pemberian Monitoring


pengobatan
Antibiotik Doksisilin 100 mg 1 x sehari Jika terjadi
sistemik sesudah makan, gangguan
(menghambat sebelum tidur gastrointestinal
pertumbuhan maka monitor
bakteri) hidrasi pasien
Sebagai Adapalene Adapalene Topikal Nilai tingkat
Expoliant 0,1% diaplikasikan iritasi yang
(mengeringkan 1x sehari pada terjadi pada
jerawat dan malam hari di pasien.
membantu seluruh area Informasikan
pelepasan sel jerawat. kepada pasien
kulit mati) untuk memakai
sunscreen dan
menghindari
sinar mataharil
langsung
Menekan Benzoyl Konsentrasi 2,5 Topikal Nilai tingkat
produksi sebum Peroksida % digunakan 1 x iritasi yang
dan sehari pada terjadi pada
mengurangi malam hari di pasien
asam lemak seluruh area
bebas, yang jerawat.
merupakan
pemicu
komedogenik
dan inflamasi.

14
4.9 Komunikasi dan Informasi Obat

4.9.2 Lembar Informasi Obat

a. Tablet Doksisiklin
Tablet Doksisiklin merupakan obat golongan antibiotik sistemik yang
berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan bakteri. Penggunaan obat
doksisiklin diminum sesudah makan pada malam hari. Obat harus dihabiskan
sesuai jumlah tablet yang diberikan dokter untuk menghindari resistensi obat
pada bakteri jerawat. Efek samping yang bisa terjadi gangguan saluran cerna
dan sensitif terhadap cahaya, jika terjadi jaga asupan cairan tubuh. Hentikan
pengobatan jika terjadi efek samping yang parah dan segera hubungi dokter.

b. Topikal Adapalene
Sediaan Topikal Adapalene merupakan obat jerawat yang berfungsi
mengeringkan jerawat dan membantu pelepasan sel kulit mati. Penggunaan obat
ini dioleskan pada malam hari sebelum tidur pada area yang berjerawat. Efek
samping yang ditimbulkan kulit akan terasa kering, kulit mengelupas dan
menimbulkan sensasi terbakar. Disarankan pada siang hari hindari terkena sinar
matahari langsung, jika perlu gunakan sunscreen cream untuk membantu
percepat kesembuhan. Hentikan pengobatan jika terjadi efek samping yang
parah dan segera hubungi dokter.

c. Topikal Benzoyl Peroksida

Sediaan topikal benzoyl peroksida merupakan obat jerawat yang bekerja


menahan produksi sebum dan mengurangi asam lemak bebas, sehingga akan
mengurangi pembentukan folikel jerawat. Penggunaan obat ini dioleskan pada
malam hari sebelum tidur di area wajah. Efek samping obat ini dapat terjadi
iritasi kulit, kulit kering dan mengelupas. Hentikan pengobatan jika terjadi efek
samping yang parah dan segera hubungi dokter.

Untuk mempercepat pemulihan pasien disarankan untuk menerapkan gaya


hidup yang sehat dan bersih, yaitu memperbanyak makan makanan bergizi, cukup
istirahat, dan rajin membersihkan tubuh dengan baik. Pada siang hari, pasien disarankan

15
mencuci muka dua kali sehari dengan sabun wajah untuk mengurangi minyak dan
kotoran pemicu jerawat karena aktivitas. Jika merokok, pasien juga disarankan untuk
berhenti karena merokok bisa memicu pemebentukan komedo jerawat. Pasien juga
disarankan hindari mengkonsumsi makanan dan minuman olahan susu, karena dapat
memicu pembentukan jerawat.

Untuk penyimpanan obat, taruh pada kotak obat atau tempat yang aman
terhindar dari jangkauan anak-anak. Simpan dibawah suhu 30oC, hindari kontak
langsung dengan sinar matahari.

4.9.3 Informasi Beyond Use Date (BUD)/ Exipred Date (ED) Penggunaan Obat
(Rasional,2012)

a. Tablet Doksisiklin
Jika obat mempunyai ED kurang dari 1 tahun lagi dari BUD, maka maksimal
penggunaan obat sesuai dengan ED pabrik. Jika ED obat lebih dari 1 tahun dari BUD,
maka maksimal penggunaan obat hanya 1 tahun.

b. Topikal Adapalene
Jika ED obat kurang dari 1 tahun, maka BUD obat maksimal sesuai
dengan labl ED pada obat. Jika ED lebih dari 1 tahun, maka BUD obat maksimal
penggunan hanya 1 tahun. Jika obat semisolid topikal racikan, maka hanya
boleh digunakan selama 30 hari.
c. Topikal Benzoyl Peroksida
Jika ED obat kurang dari 1 tahun, maka BUD obat maksimal sesuai dengan labl
ED pada obat. Jika ED lebih dari 1 tahun, maka BUD obat maksimal penggunan hanya
1 tahun. Jika obat semisolid topikal racikan, maka hanya boleh digunakan selama 30
hari.

16
SIMPULAN

1. Berdasarkan keluhan pasien yaitu jerawat meradang, kulit wajah yang berminyak
dan memiliki jerawat conglobata yang meradang maka pasien didiagnosis acne
vulgaris dengan tingkat keparahan grade 4 dimana pada tingkat ini terjadi nodul
yang sudah parah dan terjadi jerawat conglobata

2. Terapi Farmakologi:

Obat Dosis Cara pemberian


Doksisilin 100 mg 1 x sehari sesudah makan, sebelum tidur
Adapalene Konsentrasi 0,1% Topikal diaplikasikan 1x sehari pada
malam hari di seluruh area jerawat.
Benzoyl Konsentrasi 2,5% Topikal digunakan 1 x sehari pada
Peroksida malam hari di seluruh area jerawat.

3. Terapi Non-farmakologi:

Pasien disarankan untuk menerapkan gaya hidup yang sehat dan bersih,
yaitu memperbanyak makan makanan bergizi, cukup istirahat, dan rajin
membersihkan tubuh dengan baik. Pada siang hari, pasien disarankan mencuci
muka dua kali sehari dengan sabun wajah untuk mengurangi minyak dan kotoran
pemicu jerawat karena aktivitas. Jika merokok, pasien juga disarankan untuk
berhenti karena merokok bisa memicu pemebntukan komedo jerawat. Pasien juga
disarankan hindari mengkonsumsi makanan dan minuman olahan susu, karena
dapat memicu pembentukan jerawat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Canpolat, F., Kurmus, G. I., & Gonul, M. (2017). Acne Conglobata. Romanian Journal of
Clinical and Experimental Dermatology, 68-73.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,. “Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit”. McGraw-Hill Education. Companies, Inggris.
Galderma Laboratories, L.P. (2009). Treatment with adapalene 0.1%-bpo 2.5% and
doxycycline 100 mg/day.
H.P. Gollnick, V. Bettoli, J. Lambert, E. Araviiskaia, I. Binic, C. Dessinioti, I. Galadari, R.
Ganceviciene, N. Ilter, M. Kaegi, L. Kemeny, J.L. Lopez-Estebaranz, A. Massa, C.
Oprica, W. Sinclair, J.C. Szepietowski, B. Dreno. (2016). A consensus-based practical
and daily guide for the treatment of acne patients. European Academy of Dermatology
and Venereology. JEADV 2016, 30, 1480–1490
Hafsi, W., & Badri, T. (2020). Acne Conglobata. Treasure Island: StatPearls Publishing.
Movita T.(2013) Acne Vulgaris. Contunuing Medical Education202; 40 resulted in rapid and
sustained decrease in Propionibacterium acnes
Nast, A., Dreno, B., & Bettoli , V. (2012). European Dermatology Forum. European Evidence-
Based guidelines for The Treatment of Acne. J Eur Acad Dermatol Venereol, 1-29.
Oon, H. H., Wong, S.-N., Wee, D. C., Cheong, W. K., Goh, C. L., & Tan, H. H. (2019). Acne
Management Guidelines by The Dermatological Society of Singapore. J Clin Aesthet
Dermatol, 34-50.
Rasional. 2012. Media Informasi Peresepan Rasional Bagi Tenaga Kesehatan Indonesia.
Vol.10, No.3. ISSN 1411-8742.
Sukandar, E. Y., Andrajati, R., Sigit, J. I., Adnyana, I. K., Setiadi, A. P., & Kusnandar. (2011).
ISO Farmakoterapi Buku 2. Jakarta: Ikatan Apoteker Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai