Dosen Pengajar:
Apt. Marvel, M. Farm
Disusun oleh :
Kelompok 9
Agung Fitria Nugraha 41201097000004
Mariyatul Qibtiyah 41201097000029
Sahrul Fauzi 41201097000048
Ziah Azkia 41201097000059
A. Definisi Penyakit
Acne conglobata merupakan salah satu jenis jerawat yang parah disertai dengan
abses (benjolan yang nyeri dan penuh nanah) yang dalam dan saling berhubungan
(Hafsi & Badri, 2020). Tipe jerawat ini dapat meninggalkan bekas luka dan kerusakan
jaringan tubuh. Nodul jerawat konglobata dapat ditemukan di wajah, bahu, dada, lengan
atas, bokong, dan paha.
B. Patofisiologi Penyakit
1
C. Klasifikasi Penyakit
1. Acne Ringan
Berupa komedo atau inflamasi atau campuran keduanya, terdapat papula (acne
menonjol, teraba padat dan nyeri, tidak mengandung nanah) dan pustula (acne
benjolan kecil di permukaan kulit yang berisi nanah, puncak berwarna keputihan
yang dikelilingi kulit kemerahan)
2. Acne Sedang
Acne jenis ini muncul berupa campuran antara papula dan pustula atau nodula.
3. Acne Parah
Jerawat jenis ini muncul berupa nodula atau konglobata yang ditandai dengan
munculnya benjolan-benjolan keras, besar, dan terasa menyakitkan di bawah
permukaan kulit dalam jumlah yang cukup banyak
E. Faktor Risiko
Acne conglobata lebih sering terjadi pada laki-laki karena hormon testosteron
dapat memicu timbulnya jerawat jenis ini. Produksi hormon yang meningkat saat
2
remaja dapat menyebabkan terjadinya acne, selain itu orang yang menerima terapi
tiroid lebih beresiko.
F. Diagnosis Penyakit
1. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik biasanya akan terlihat bentuk jerawat yang parah. Lesi
nodular lembut dan berbentuk kubah. Ketika nodul sudah pecah, akan ada keluarnya
cairan yang berbau busuk. Setelah nanah keluar seluruhnya, sering terjadi pengerasan
kulit, diikuti oleh pembentukan bekas luka besar yang tidak teratur (Hafsi & Badri,
2020).
2. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Oon, et.al., 2019 The Comprehensive Acne Severity Scale (CASS)
dapat digunakan secara kualitatif untuk mengukur keparahan acne dengan menilai lesi
inflamasi dan lesi non-inflamasi dan juga untuk mengevaluasi pengobatan pada pasien.
Grade Deskripsi
Bersih 0 Tidak ada lesi yang terlihat, terdapat sejumlah komedo dan
papula yang samar
Hampir Bersih 1 Sukar terlihat pada jarah 2,5 meter, terdapat sejumlah komedo
dan beberapa papula
Ringan 2 Mudah dilihat, kurang dari setengah area yang terpengaruh,
banyak komedo, papula dan pustula
Sedang 3 Lebih dari setengah area yang terpengaruh, banyak komedo,
papula, dan pustula
Parah 4 Semua area terpengaruh, penuh dengan komedo, banyak papula
dan pustula, terdapat beberapa nodul
Sangat Parah 5 Acne inflamasi menyerang menutupi seluruh area, banyak
nodul.
3
Selanjutnya dapat dilakukan penelusuran faktor penyebab (penggunaan produk
acnegenic, riwayat pengobatan tertentu, stres, diet, merokok, obesitas, pekerjaan, olah
raga, dan kebiasaan gaya hidup, serta kelainan sistemik seperti sindrom Cushing,
androgen-secreting tumor) harus ditelusuri. Pada wanita, praktisi harus menilai tanda-
tanda hiperandrogenisme (menstrual yang tidak teratur, andrognic alopecia).
3. Diagnosa Banding
Diagnosa banding untuk acne conglobata menurut Hafsi & Badri, 2020 yaitu:
b. Acne fulminans
c. Acne vulgaris
d. Acneiform Papulonodules
e. Bromoderma
f. Iododerma
g. Rosacea fulminans
4
G. Guideline Pengobatan (European S3 Guidelines for The Treatment of Severe Acne)
Keterangan :
5
KASUS
Seorang pasien bernama RK, laki-laki berusia 28 tahun, datang dengan keluhan
jerawat meradang, kulit wajah berminyak, jerawat conglobata meradang disekitar pipi
hingga rahang kanan dan kiri. Sehari-hari RK bekerja sebagai sales sebuah perusahaan
farmasi, bekerja dengan mengendarai motor. Pasien belum pernah menggunakan obat-
obatan untuk terapi jerawatnya. Bagaimana terapi yang tepat menurut saudara untuk
pasien tersebut?
6
ANALISA KASUS
4.1 Subjek
4.3 Diagnosis
7
4.5 Skrining DRP
8
4.6 Rencana terapi pasien
9
Low strength of Oral antibioticsc + BPOg (EL Oral antibioticsc + BPOg or
recommendation 3b) Oral antibioticsc +
adapalenede or Oral
antibioticse + adapalene +
BPO (f.c.)g (EL 3b)
Alternatives for female Hormonal antiandrogens + Hormonal antiandrogens +
patients topical treatment or Hormonal oral antibioticsh (EL 3b)
antiandrogens + oral
antibioticsh (EL 3b)
L, evidence level (see Nast et al.);17 BPO, benzoyl peroxide; f.c., fixed combination. a Systemic treatment with
corticosteroids can be considered. b Limitations can apply that may necessitate the use of a treatment with a lower
strength of recommendation as a first-line therapy (e.g. financial resources/reimbursement limitations, legal
restrictions, availability, drug licensing). c Doxycycline and lymecycline. d Indirect evidence from nodular and
conglobate acne following expert opinion. e Only studies found on oral antibiotic + adapalene, isotretinoin and
tretinoin can be considered for combination treatment. f Indirect evidence from severe papulopustular acne. g Indirect
evidence from a study also including chlorhexidine, recommendation additionally based on expert opinion. h Low
strength of recommendation.
1. Antibiotik Sistemik
10
dengan deposisi pigmen di kulit, selaput lendir, dan gigi; juga dapat menyebabkan
pusing terkait dosis, urtikaria, sindrom hipersensitivitas, hepatitis autoimun, sindrom
mirip lupus eritematosus sistemik, dan reaksi seperti serum sickness. Doxycycline
adalah fotosensitizer, terutama pada dosis yang lebih tinggi.
2. Retinoid
3. Benzoyl Peroxide
1. Membersihkan wajah
11
2. Menghindari pemakaian kosmetik
3. Hindari merokok
12
4.7 Pemantauan dan Evaluasi terapi
Evaluasi lesi, komedo,dan jerawat yang terjadi pada pasien setelah pemakaian
terapi 4-8 minggu. Untuk pemakaian antibiotik oral dianjurkan tidak lebih dari 4-6
bulan. Jika setelah 3-6 bulan terapi tidak terjadi perubahan, maka dapat disarankan
mengganti terapi dengan isotretinoin oral dengan memperhatikan keselamatan pasien
(Dipiro, 2015). Pada penelitian, multisenter (Galderma Laboratories, L.P. 2009), acak
dari 459 pasien, dengan terapi doksisiklin, adapalene/BPO terjadi penurunan bakteri
pada minggu ke 8 berlanjut menjadi 72,9% dan dipertahankan pada minggu ke 12
(73,6%).
13
4.8 Rencana Asuhan Kefarmasian
14
4.9 Komunikasi dan Informasi Obat
a. Tablet Doksisiklin
Tablet Doksisiklin merupakan obat golongan antibiotik sistemik yang
berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan bakteri. Penggunaan obat
doksisiklin diminum sesudah makan pada malam hari. Obat harus dihabiskan
sesuai jumlah tablet yang diberikan dokter untuk menghindari resistensi obat
pada bakteri jerawat. Efek samping yang bisa terjadi gangguan saluran cerna
dan sensitif terhadap cahaya, jika terjadi jaga asupan cairan tubuh. Hentikan
pengobatan jika terjadi efek samping yang parah dan segera hubungi dokter.
b. Topikal Adapalene
Sediaan Topikal Adapalene merupakan obat jerawat yang berfungsi
mengeringkan jerawat dan membantu pelepasan sel kulit mati. Penggunaan obat
ini dioleskan pada malam hari sebelum tidur pada area yang berjerawat. Efek
samping yang ditimbulkan kulit akan terasa kering, kulit mengelupas dan
menimbulkan sensasi terbakar. Disarankan pada siang hari hindari terkena sinar
matahari langsung, jika perlu gunakan sunscreen cream untuk membantu
percepat kesembuhan. Hentikan pengobatan jika terjadi efek samping yang
parah dan segera hubungi dokter.
15
mencuci muka dua kali sehari dengan sabun wajah untuk mengurangi minyak dan
kotoran pemicu jerawat karena aktivitas. Jika merokok, pasien juga disarankan untuk
berhenti karena merokok bisa memicu pemebentukan komedo jerawat. Pasien juga
disarankan hindari mengkonsumsi makanan dan minuman olahan susu, karena dapat
memicu pembentukan jerawat.
Untuk penyimpanan obat, taruh pada kotak obat atau tempat yang aman
terhindar dari jangkauan anak-anak. Simpan dibawah suhu 30oC, hindari kontak
langsung dengan sinar matahari.
4.9.3 Informasi Beyond Use Date (BUD)/ Exipred Date (ED) Penggunaan Obat
(Rasional,2012)
a. Tablet Doksisiklin
Jika obat mempunyai ED kurang dari 1 tahun lagi dari BUD, maka maksimal
penggunaan obat sesuai dengan ED pabrik. Jika ED obat lebih dari 1 tahun dari BUD,
maka maksimal penggunaan obat hanya 1 tahun.
b. Topikal Adapalene
Jika ED obat kurang dari 1 tahun, maka BUD obat maksimal sesuai
dengan labl ED pada obat. Jika ED lebih dari 1 tahun, maka BUD obat maksimal
penggunan hanya 1 tahun. Jika obat semisolid topikal racikan, maka hanya
boleh digunakan selama 30 hari.
c. Topikal Benzoyl Peroksida
Jika ED obat kurang dari 1 tahun, maka BUD obat maksimal sesuai dengan labl
ED pada obat. Jika ED lebih dari 1 tahun, maka BUD obat maksimal penggunan hanya
1 tahun. Jika obat semisolid topikal racikan, maka hanya boleh digunakan selama 30
hari.
16
SIMPULAN
1. Berdasarkan keluhan pasien yaitu jerawat meradang, kulit wajah yang berminyak
dan memiliki jerawat conglobata yang meradang maka pasien didiagnosis acne
vulgaris dengan tingkat keparahan grade 4 dimana pada tingkat ini terjadi nodul
yang sudah parah dan terjadi jerawat conglobata
2. Terapi Farmakologi:
3. Terapi Non-farmakologi:
Pasien disarankan untuk menerapkan gaya hidup yang sehat dan bersih,
yaitu memperbanyak makan makanan bergizi, cukup istirahat, dan rajin
membersihkan tubuh dengan baik. Pada siang hari, pasien disarankan mencuci
muka dua kali sehari dengan sabun wajah untuk mengurangi minyak dan kotoran
pemicu jerawat karena aktivitas. Jika merokok, pasien juga disarankan untuk
berhenti karena merokok bisa memicu pemebntukan komedo jerawat. Pasien juga
disarankan hindari mengkonsumsi makanan dan minuman olahan susu, karena
dapat memicu pembentukan jerawat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Canpolat, F., Kurmus, G. I., & Gonul, M. (2017). Acne Conglobata. Romanian Journal of
Clinical and Experimental Dermatology, 68-73.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,. “Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit”. McGraw-Hill Education. Companies, Inggris.
Galderma Laboratories, L.P. (2009). Treatment with adapalene 0.1%-bpo 2.5% and
doxycycline 100 mg/day.
H.P. Gollnick, V. Bettoli, J. Lambert, E. Araviiskaia, I. Binic, C. Dessinioti, I. Galadari, R.
Ganceviciene, N. Ilter, M. Kaegi, L. Kemeny, J.L. Lopez-Estebaranz, A. Massa, C.
Oprica, W. Sinclair, J.C. Szepietowski, B. Dreno. (2016). A consensus-based practical
and daily guide for the treatment of acne patients. European Academy of Dermatology
and Venereology. JEADV 2016, 30, 1480–1490
Hafsi, W., & Badri, T. (2020). Acne Conglobata. Treasure Island: StatPearls Publishing.
Movita T.(2013) Acne Vulgaris. Contunuing Medical Education202; 40 resulted in rapid and
sustained decrease in Propionibacterium acnes
Nast, A., Dreno, B., & Bettoli , V. (2012). European Dermatology Forum. European Evidence-
Based guidelines for The Treatment of Acne. J Eur Acad Dermatol Venereol, 1-29.
Oon, H. H., Wong, S.-N., Wee, D. C., Cheong, W. K., Goh, C. L., & Tan, H. H. (2019). Acne
Management Guidelines by The Dermatological Society of Singapore. J Clin Aesthet
Dermatol, 34-50.
Rasional. 2012. Media Informasi Peresepan Rasional Bagi Tenaga Kesehatan Indonesia.
Vol.10, No.3. ISSN 1411-8742.
Sukandar, E. Y., Andrajati, R., Sigit, J. I., Adnyana, I. K., Setiadi, A. P., & Kusnandar. (2011).
ISO Farmakoterapi Buku 2. Jakarta: Ikatan Apoteker Indonesia.
18