Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu masalah pada kulit yang sering dialami oleh remaja hingga
orang dewasa adalah jerawat. Acne vulgaris atau lebih sering disebut jerawat
merupakan suatu penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang
ditandai dengan terbentuknya papul, pustul ataupun nodul. Acne vulgaris
merupakan kelainan kulit yang bersifat umum, dan menyerang hampir pada
semua remaja yang berusia 16 – 19 tahun, bahkan dapat berlanjut hingga usia
30 tahun (James WD, 2000). Insidens Acne Vulgaris umumnya dimulai pada
masa pubertas/prapubertas (12-15 tahun), mengenai hampir semua remaja usia
13-19 tahun dengan puncak tingkat keparahan pada usia 17-21 tahun (Cunliffe
WJ, 2001). Prevalensi acne pada masa remaja cukup tinggi, yaitu berkisar
antara 47-90%. Pada penelitian yang dilakukan di Brazil dari 2200 remaja
laki-laki berusia 18 tahun didapatkan 76% menderita acne vulgaris.
Sedangkan di Prancis dari 852 remaja berusia 12-25 tahun didapatkan 66,2 %
menderita acne vulgaris. Di Indonesia sendiri berdasarkan penelitian yang
dilakukan di kota Palembang, dari 5204 subjek didapatkan prevalensi umum
acne vulgaris sebanyak 68,2% (Primadani, 2015).
Manifestasi klinis akne dapat berupa lesi non inflamasi (komedo
terbuka dan komedo tertutup), lesi inflamasi (papul dan pustul) dan lesi
inflamasi dalam (nodul). Diagnosis akne vulgaris ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan klinis. Keluhan penderita dapat berupa gatal atau
sakit, tetapi pada umumnya keluhan penderita lebih bersifat kosmetik. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan komedo, baik komedo terbuka maupun komedo
tertutup. Adanya komedo diperlukan untuk menegakkan diagnosis akne
vulgaris (Wolff & Johnson, 2009). Berdasarkan Klasifikasi ASEAN grading
Lehmann yang mengelompokkan akne menjadi tiga kategori sesuai dengan
tingkat keparahan dari akne vulgaris yaitu : Ringan, Sedang dan Berat. Acne
vulgaris dapat dikategorikan ringan bila jumlah komedo <20, jumlah
papul/pustule <15 dan tidak terdapat nodul di area wajah dan tubuh. Lalu
dapat dikategorikan sedang bila jumlah komedo berkisar 20-100, jumlah
papul/pustule berkisar 15-50 dan adanya nodul yang berjumlah <5. Sedangkan
acne vulgaris akan dikategorikan sebagai kategori berat bila jumlah komedo
yang terlihat sebesar >100, jumlah papul/pustule >50 serta banyaknya nodul
yang terdapat didalam wajah dan tubuh.
Acne merupakan penyakit multifaktorial karena banyak faktor yang
menjadi penyebab dan mempengaruhi timbulnya acne. Faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya acne vulgaris pada remaja menurut (Hardianti Hasan
dkk, 2015) yaitu faktor umur yang terjadi pada usia remaja pada umur 14-17
tahun pada Wanita, umur 16-19 pada pria adalah sebesar 80-100%.
Selanjutnya pada faktor kosmetik yang menjadi penyebab timbulnya acne
vulgaris karena sering mengunakan jenis bedak/krim pada wajah. Kemudian
yang terakhir adalah faktor makanan yang menjadi penyebab timbulnya acne
vulgaris yaitu makanan yang tinggi lemak, makanan tinggi karbohidrat dan
makanan tinggi yodium. Hal ini disebabkan menjelang dewasa tubuh
mengalami berbagai penyesuaian fisik, sosial dan psikologi yang pada
umumnya disebabkan oleh hormon dimana salah satunya adalah hormon
androgen. Hormon androgen merupakan hormon yang berperan aktif dalam
merangsang tubuh, kadar hormon androgen meningkat dan mencapai puncak
pada umur 18-20 tahun (Winarno & Ahnan, 2014). Selain faktor yang
disebutkan itu, ada beberapa faktor yang dapat memicu acnes vulgaris juga,
antara lain adalah faktor genetic, lingkungan, musim, faktor psikis, tipe kulit,
dan keaktifan dari kelenjar sebasea sendiri (Yuindartanto, 2009). Dari faktor-
faktor yang sudah disebutkan, rata-rata faktor pertumbuhan acne vulgaris
merupakan hal yang paling sering kita jumpai, sehingga sangat
memungkinkan bagi seseorang untuk terkena acne vulgaris.
Penyakit kulit jerawat memang bukan merupakan penyakit yang
berbahaya namun mempunyai dampak yang besar bagi para remaja baik
secara fisik maupun psikologik dapat menimbulkan kecemasan dan depresi.
Wajah yang berjerawat akan berpengaruh pula pada perkembangan
psikososial termasuk kepercayaan diri (Saragih, 2016). Karena tingginya
prevalensi terjadinya acne vulgaris serta dampak yang terjadi Ketika
seseorang terkena acne vulgaris pada remja, maka berhubungan pula dengan
tingginya penggunaan obat atau terapi yang digunakan untuk menyembuhkan
jerawat atau acne vulgaris itu sendiri. Pemilihan terapi yang tepat dan rasional
dapat memperbaiki kualitas hidup dari penderita acne vulgaris. Pengobatan
akne vulgaris harus diberikan berdasarkan derajat keparahannya, yakni akne
vulgaris derajat ringan, sedang dan berat. Pengobatan ini dapat berupa terapi
topikal dan terapi sistemik (Zaenglein AL, 2012). Obat-obatan yang dapat
dibeli tanpa resep dokter dan dapat dibeli di apotek biasanya obat-obatan
dengan penggunaan secara topical. Salah satu jenis terapi topical yang sering
digunakan untuk mengobati acne vulgaris adalah antibiotic topical.
Antibiotik topikal sudah secara luas digunakan sebagai salah satu cara
efektif dalam pengobatan acne vulgaris selama 30 tahun terakhir. Terapi
antibiotik tidak hanya menurunkan jumlah P. Acnes pada kulit, tetapi juga
bekerja dengan menurunkan jumlah mediator inflamasi P. Acnes. Terapi
topikal biasanya digunakan untuk pengobatan mild acne. Obat topikal ini bisa
langsung bekerja pada folikel sebaseous tanpa memberi pasien resiko adverse
drugs effect, yang kemungkinan dapat ditimbulkan obat sistemik (Resh
William, 1976).
Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam penggunaan antibiotika
topical secara rasional antara lain tepat indikasi, tepat penderita, tepat
pemberian jenis antibiotika, tepat dosis, waspada terhadap efek samping, tepat
kombinasi bila diperlukan, serta mempertimbangkan aspek ekonomi. Namun
pada saat studi pendahuluan yang dilakukan di beberapa apotek, kebanyakan
dari pasien yang menderita acne vulgaris datang ke apotek meminta saran
obat, dan diberikan terapi antibiotika topical oleh petugas apotek. Hal ini bisa
saja menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan bila antibiotik topical itu
sembarang diberikan tanpa melihat derajat keparahan dari acne vulgaris yang
diderita pasien itu sendiri. Bahkan bisa sampai menyebabkan resisten
antibiotika bila pemberian antibiotika topical itu tidak tepat pada diagnose
penyakitnya. Dilihat dari permasalahan yang dialami, membuat penulis ingin
meneliti dan menilai rasionalitas terhadap penggunaan antibiotika topical
terhadap pasien yang mengalami acne vulgaris dan akan dilaksanakan di
beberapa apotek yang terletak di Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran rasionalitas penggunaan antibiotic topical terhadap
penyakit acne vulgaris?
2. Apa saja obat-obatan yang sering digunakan untuk swmedikasi acne vulgaris?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Memberikan gambaran yang tepat terhadap rasionalitas penggunaan
obat antibiotic topical pada pasien acne vulgaris
2. Mengetahui obat-obatan yang sering digunakan sebagai swamedikasi
acne vulgaris
1.4 Manfaat
Adapun manfaat teoritis dan manfaat praktisi dari penelitian yang telah
dilakukan :
1.4.1. Manfaat Teoritis
a) Manfaat Bagi Institut Pendidikan
Menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat
diletakkan di perpustakaan Universitas Bali Internasioanl
b) Manfaat Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan teori-teori yang telah dipelajari serta
mampu mengembangkan potensi atau kemampuan dalam meneliti
permasalahan yang terkait dengan rasionalitas penggunaan
antibiotic topical pada acne vulgaris, agar bisa digunakan sesuai
dengan diagnose yang tepat. Selain itu juga bisa menjadi dasar
informasi untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2. Manfaat Praktisi (revisi)
a) Manfaat Bagi Masyarakat
Masyarakat menambah ilmu pengetahuan terkait penggunaan
antibiotic topical yang tepat pada jerawat, dosis, serta cara
penggunaan yang tepat agar mampu menggunakan obat secara
rasional.
b) Manfaat Bagi Profesi Kesehatan
Diharapkan penelitian ini mampu dijadikan informasi untuk profesi
Kesehatan saat akan menggunakan antibiotic topical pada pasien
dengan masalah acne vulgaris agar obat ini bisa digunakan sesuai
dengan kebutuhan pasien, dan dapat digunakan secara rasional.
Serta mampu memberikan KIE yang tepat kepada pasien.
KERANGKA KONSEP

Faktor yang mempengaruhi:


1. Usia
2. Kosmetik
3. Makanan
4. Hormon
Acne vulgaris 5. Genetik
6. Lingkungan
7. Psikis
8. Musim
Terapi non Terapi 9. Tipe Kulit
farmakologi farmakologi 10. Keaktifkan kelenjar sebasea

Topikal Sistemik

Kortikosteroid Antibiotik Asam Asam Asam Benzoil Anti


Retinoat Salisilat Azaleat Peroksida Androgen

Tidak Rasional Rasional Tepat indikasi

Tepat penderita

Tepat jenis

Tepat dosis

Waspada efek
samping obat
(ESO)

Gambar 2. Skema Kerangka Konseptual


Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai