PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
GESKI MAHENDRA
2019206
AKADEMI FARMASI
PADANG
2020
PROPOSAL PENELITIAN INI TELAH DISETUJUI UNTUK
DISEMINARKAN PADA UJIAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
AKADEMI FARMASI YAYASAN RANAH MINANG PADANG
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
GESKI MAHENDRA
2019206
Disetujui oleh :
Pembimbing
i
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesehan i
Daftar Isi ii
Daftar Lampiran
Daftar Gambar iii
Daftar Tabel iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.3.1 Tujuan Umum 2
1.3.2 Tujuan Khusus 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
1.5 Ruang Lingkup Penelitian 2
Daftar Pustaka 21
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Hadi, 2008). Antibiotik adalah
khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri (PMK RI Nomor 2406, 2011). Akan
tetapi, istilah antibiotik sebenarnya mengacu pada zat kimia yang dihasilkan oleh
Sampai saat ini peresepan antibiotik oleh dokter masih menjadi salah satu
pilihan utama, baik pada kondisi dimana terjadinya infeksi maupun pada kondisi
yang bukan disebabkan oleh bakteripun masih banyak ditemukan, baik di rumah
indikasi, cara pemberian, frekuensi dan lama pemberian menjadi salah satu
2002). Apotek Kimia Farma 146 Bukittinggi merupakan salah satu Apotek yang
memiliki banyak pelayanan, baik dokter umum maupun dokter spesialis yang
1
opsi untuk terapi bagi kondisi - kondisi dari pasien yang datang dan berobat ke
Bukittinggi”
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
suatu infeksi karena bakteri. Infeksi bakteri terjadi bila bakteri mampu melewati
barrier mukosa atau kulit dan menembus jaringan tubuh. Pada umumnya tubuh
masuk. Jika perkembangbiakan bakteri lebih cepat dari respon imun yang ada,
maka akan terjadi penyakit infeksi yang ditandai dengan adanya inflamasi
(Permenkes, 2011). Antibiotika, yang pertama kali ditemukan oleh Paul Ehlrich
pada 1910, sampai saat ini masih menjadi obat andalan dalam penanganan
peningkatan yang luar biasa, hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga
menjadi masalah di negara maju seperti Amerika Serikat. The Center for Disease
memberikan manfaat yang tidak perlu diragukan lagi. Namun bila dipakai atau
yang luas dari segi kesehatan, ekonomi bahkan untuk generasi mendatang.
3
sangat menyulitkan proses pengobatan. Pemakaian antibiotika lini pertama yang
sudah tidak bermanfaat harus diganti dengan obat-obatan lini kedua atau bahkan
lini ketiga. Hal ini jelas akan merugikan pasien, karena antibiotika lini kedua
maupun lini ketiga masih sangat mahal harganya. Sayangnya, tidak tertutup
kemungkinan juga terjadi kekebalan kuman terhadap antibiotika lini kedua dan
ketiga. Disisi lain, banyak penyakit infeksi yang merebak karena pengaruh
morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan
sosial yang sangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit,
XII/2011).
yang sangat telah maju dan canggih ini akan kembali ke masa-masa kegelapan
4
didefinisikan sebagai resistensi terhadap daua atau lebih obat maupun klasifikasi
obat. Sedangkan cross resistance adalah resistensi suatu obat yang diikuti dengan
obat lain yang belum pernah dipaparkan (Tripathi, 2003). Resistensi terjadi ketika
bakteri berubah dalam satu atau lain hal yang menyebabkan turun atau hilangnya
efektivitas obat, senyawa kimia atau bahan lainnya yang digunakan untuk
mencegah atau mengobati infeksi. Bakteri yang mampu bertahan hidup dan
tertimbun dalam bakteri yang rentan tetapi tidak pada bakteri yang resisten.
hilangnya (atau perubahan) protein spesifik pada subunit 30s ribosom bakteri
oleh obat. Misalnya beberapa bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak
5
5. Bakteri mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat melakukan fungsi
metabolismenya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat dari pada enzim pada
kuman yang rentan. Misalnya beberapa bakteri yang rentan terhadap sulfonamid,
2000) :
tobramisin.
dan dekaplanin.
6
g. Siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin dan trovafloksasin.
bakteri.
a. Antibiotik Bakterisid: Definisi dari zat bakterisid yaitu pada dosis biasa
yaitu :
kuionolon-kuinolon.
7
3. Berdasarkan mekanisme kerja antibiotik
a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri Efek bakteriosid dengan memecah enzim
dinding sel dan menghambat enzim yang berguna dalam sintesis dinding sel.
Contoh antibiotic yang bekerja dengan cara ini adalah golongan β-laktam seperti
sintesis peptidoglikan.
laktamase.
kloramfenikol.
8
negatif, baik aerob maupun anaerob.
aktif terhadap bakteri gram positif, tetapi juga dapat menghambat beberapa
sebagian besar bakteri anaerob, tetapi tidak bisa menghambat bakteri gram
negatif aerob.
replikasi DNA.
9
4. Berdasarkan aktifitas antibiotik Berdasarkan aktifitasnya, antibiotik
b. Antibiotik spektrum kerja sempit Antibiotik jenis ini bekerja hanya pada
salah satu kelompok bakteri terutama terhadap kokus gram positif dan basil
infeksi bakteri setelah diketahui jenis bakteri penyebab. Hal yang paling
10
neutrofilik leukositosis, suhu tubuh yang tidak menentu, kondisi seperti
2.4 Resep
pengelola apotek untuk memberikan obat jadi atau meracik obat dalam bentuk
tertentu sesuai dengan keahliannya, takaran dan jumlah obat sesuai dengan yang
dan terapi. Resep juga perwujudan hubungan profesi antara dokter, apoteker dan
pasien.penulisan resep harus ditulis dengan jelas sehingga dapat dibaca petugas di
apotek. Standar penulisan resep yang rasional terdiri dari inscription, invocation,
diantaranya nama dokter, SIP dokter, alamat dokter, nomor telepon, tempat dan
tanggal penulisan resep. Untuk invocation yaitu tiap resep dimulai dengan R/.
Pada prescrption terdiri dari nama obat, kekuatan obat yang diberikan dan
jumlah obat. Dalam signatura adalah nama pasien, jenis kelamin pasien, umur
pasien, berat badan pasien, alamat pasien, dan aturan pakai obat, yang
menjadikan suatu resep tersebut otentik dan diakhiri dengan tanda penutup dan
paraf atau tanda tangan dokter yang disebut dengan subscrption, sehingga resep
11
Pola peresepan adalah gambaran penggunaan obat secara umum atas
permintaan tertulis dokter, dokter gigi kepada apoteker untuk menyiapkan obat
pasien. Secara praktis untuk memantau gambaran penggunaan obat secara umum
telah dikembangkan indikator WHO yakni: rata – rata pemberian obat per lembar
Apotek Kimia Farma 146 merupakan salah satu Apotek yang cukup besar
merupakan Visi dari Apotek Kimia Farma, sedangkan misi yang diusung Apotek
bidang - bidang :
yang inovatif.
perusahaan.
12
Apotek Kimia Farma juga memiliki budaya perusahaan yang disingkat dengan
I CARE yaitu :
1. Innovative
2. Custumer First
3. Accountable
4. Responsible
5. Eco - Friendly
Apotek Kimia Farma 146 juga memiliki pelayanan dokter umum dan beberapa
2. Spesialis Onkologi
3. Spesialis Syaraf
5. Spesialis Anak
6. Spesialis Mata
13
BAB III
KERANGKA KONSEP
keseluruhan Antibiotik
1. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (Permenkes RI No.
58 Tahun 2014).
generik maupun nama dagang di Apotek Kimia Farma 146 Bukittinggi periode
14
3.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah persentase atau banyak resep antibiotik
yang masuk ke Apotek Kimia Farma 146 Bukittinggi dari bulan Januari - Maret
15
BAB IV
METODE PENELITIAN
bulan Januari - Maret 2020, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah
observasi yaitu suatu prosedur yang terencana, meliputi kegiatan melihat dan
mencatat jumlah dari resep. Pengolahan data dengan memilih resep pasien
tersebut.
16
2. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
2. Alat tulis
terhadap seluruh resep yang masuk di Apotek Kimia Farma 146 Bukittinggi
periode Januari - Maret 2020. Dimana penyajian data ini dilakukan dengan:
17
Bulan Tanggal Jumlah Resep Jumlah Resep Antibiotik Persentase
%
Januari 1
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
18
24
25
26
27
28
29
30
19
DAFTAR PUSTAKA
Lullmann H., Mohr K., Ziegler A. 2000. Antibacterial drugs color atlas of
pharmacology 2nd ed. New York: Thieme. p.267.
Hersh, A. L., Jackson, M., Anne, & Hicks, L. A. 2013. Principles of Judicious
Antibiotic Prescribing for Upper Respiratory Tract Infections in
Pediatrics.Pediatrics, 132, 1146.
Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V (cetak ulang dengan
perbaikan). Jakarta: Gaya Baru
Ullah A., Kamal Z., Ullah G., and Hussain H., 2013, To Determine The Rational
Use of Antibiotics : A Case Study Conductedat Medical Unit of
Hayatabad medical Complex, Peshawar, International Journal of
Research in Applied Natural and Social Science (IJRANSS), 1 (2), p. 66.
20
Sari, P.Y., Aznan, L. 2010. Peresepan Obat yang Rasional. Fakultas Kedokteran
(Dept. Farmakologi dan Terapeutik): Universitas Sumatera Utara.
Anief, M.1983. Perihal resep dalam Ilmu Farmasi. Ghalia Indonesia 2-16.
21