Anda di halaman 1dari 16

Swamedikasi Diare

DISUSUN OLEH :

1. Rasi Fitri Yanti Tuasikal ( 14820118013)

2. Lisna (14820118010)

3. Maria Ikawati M. Rattagi (14820119024)

4. Eka Savira N. Arfiani (14820119010)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI (FST)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH (UNIMUDA)

SORONG 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-

Nya ialah, kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”DIARE”.Makalah ini dibuat

berdasarkan hasil pencarian yang telah kami dapatkan berbagai jurnal. Dan kami juga

mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu “Bapak Apt. Lukman Hardia, M.Si”

yang telah memberikan bimbingan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan

pembuatan makalah ini.Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah sebagai tugas yang

diberikan oleh dosen dan untuk menambah pengetahuan kami tentang “Diare”.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa banyak kekurangan, untuk itu

kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca yang sangat bermanfaat diperlukan

demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Kami juga mengharapkan semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya saya sebagai penulis dan diharapkan Allah SWT

akan membalas segala kebaikan kita. Aamiin yaa Robbal Alamin.

Sorong, 26 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

DAFTAR ISI iii

BAB I 1
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan 2
Manfaat Penelitian 2
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
DEFINISI DIARE 3
ETIOLOGI 3
a. Faktor Infeksi 4
b. Faktor Malabsorbsi 4
1) Malabsorbsi karbohidrat 5
2) Malabsorbsi lemak 5
3) Malabsorbsi protein 5
PENYEBARAN KUMAN PENYEBAB DIARE 6
DASAR – DASAR DIARE 6
PENCEGAHAN 7
FAKTOR – FAKTOR 7
1. Faktor Keadaan Lingkungan 7
Sarana Air Bersih 8
PATOFISIOLOGI DIARE 8
SWAMEDIKASI DIARE SECARA NONFARMAKOLOGI 9
Terapi non-farmakologi 9
a). Cairan dan Elektrolit 9
b). Pengaturan makanan 9
c). Pencegahan 9
Terapi Farmakologis 9
BAB III 11

ii
PENUTUPAN 11
KESIMPULAN 11
SARAN 11
DATAR PUSTAKA 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia serta
menjadi masalah kesehatan masyarakat walaupun secara umum angka kesakitan masih
berfluktuasi dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan
mengalami penurunan namun penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (kejadian luar
biasa) yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian. Di dunia, diare adalah penyebab
kematian paling umum, kematian balita, dan membunuh lebih besar dari 1,5 juta orang per-
tahun. Di Indonesia, hasil survey yang dilakukan oleh program diperoleh angka kesakitan
diare untuk tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk, angka ini meningkat bila
dibandingkan dengan hasil survey yang sama pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000
penduduk (Sardjana, 2007).

Diare infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit.3 Diare akut sampai saat ini
masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara
maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan
penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.4,5 Dinegara maju walaupun sudah terjadi
perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan
masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap
tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi.
Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne
infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus
aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli
(EHEC). Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta
penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di
banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun.6 Di
Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang datang kerumah sakit dari
beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam
yang dianalisa dari 1995 s/d 2001 penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti
dengan Shigella spp, Salmonella spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter
Jejuni, V. Cholera non-01, dan Salmonella paratyphi A.

1
Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara nonfarmakologi dalam menyembuhkan diare secara mandiri ?

2. Bagaimana cara farmakologi dalam menyembuhkan diare secara mandiri ?

Tujuan

1. Mengetahui bagaimana caranya pengobatan mandiri dari diare secara


nonfarmakologi

2. Mengetahui bagaimana caranya pengobatan mandiri dari diare secara farmakologi

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi terhadap


khalayak umum tentang swamedikasi dari diare secara farmakologi ataupun
nonfarmakologi

2
BAB II

PEMBAHASAN

DEFINISI DIARE
MARKUM (1999) menyebutkan bahwa diare adalah buang air besar dengan frekuensi
tiga kali atau lebih dalam sehari. Disertai perubahan feses yang terlihat cair dengan atau tanpa
lendir atau darah. Definisi lain tentang diare adalah keadaan disenfaksi encer lebih dari 3 kali
sehari dengan atau tanpa darah/lendir dalam feses (Noerasid,dkk,1998).

Diare merupakan gejala ketidaknormalan seringnya buang air besar dikatakan tidak
normal jika lebih dari 3 kali dalam sehari (24 jam) dimana wujud fases merupakan parameter
yang penting meskipun buang air besarnya sering tetapi wujud fasesnya berisi dan lunak
belum dikatakan diare. (Info POM, 2013)

Diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan racun atau zat
yang merugikan dari dalam tubuh. Namun demikian, banyaknya cairan tubuh yang
dikeluarkan bersama fases akan mengakibatkan dehidrasi yang merugikan. Diare sendiri
dapat dibedakan yaitu diare tanpa dehidrasi dan diare dengan dehidrasi. (Info POM, 2013)

ETIOLOGI
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu

1. infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit)


2. malabsorpsi,
3. alergi,
4. keracunan,
5. imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2011).

Menurut Kemenkes RI (2014) beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden
beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah:

a) Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat
melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti: Shigella dan V
cholera

b) Kurang gizi beratnya Penyakit, lama dan risiko kematian karena diare meningkat
pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada penderita gizi buruk.

3
c) Campak, diare dan desentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai akibat dari
penurunan kekebalan tubuh penderita.
d) Imunodefesiensi /Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara,
misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung
lama seperti pada penderita AIDS (Automune Deficiensy Syndrome) pada anak
imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak parogen dan
mungkin juga berlangsung lama,
e) Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan Balita (55 %) Penyakit
diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua faktor yang
dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak
sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian
penyakit diare (Kemenkes RI,2014).

Menurut Airani (2016) dalam Kurniawati (2018) terdapat 2 faktor penyebab diare yang
meliputi :

a. Faktor Infeksi
1) Faktor enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama pada
diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:

a) Infeksi bakteri: vibrio E Coli, Salmonella, Shigella, Compylobacter,


b) Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
c) Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsackie, polimeilitis),Adenovirus
Rotavirus, astrovirus dan lain-lain.
d) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, trichuris, oxyuris, strongilodes)
e) Jamur (candida albicans)

2) . Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaa seperti Otitis
Media Acut (OMA), tonsiloperingitic, broncopneumatic, ensefalitik, dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 .

b. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi adalah gangguan pernyerapan bahan makanan yang dimakan. Dengan
demikian malabsorbsi dapat juga berupa gangguan absorbsi: karbohidrat, lemak, protein dan
vitamin.Pada anak yang sering dijumpai adalah

4
1) Malabsorbsi karbohidrat
Disakardia (intoleransi laktos, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi
glukosa, fruktosa dan galaktosa) pada bayi/anak yang terpenting adalah intoleransi laktosa.
Intoleransi laktosa terjadi karena defisiensi enzim laktose dalam brush border usus
halus.Gejala klinis yang muncul baik pada yang bawaan maupun yang didapat penderita
menunjukkan gejala klinis yang sama yaitu diare yang sangat frekuen, cair (watery) dan
berbau asam. Akibat gejala tersebut pertumbuhan anak akan terlambat bahkan tidak jarang
akan terjadi malnutrisi.

2) Malabsorbsi lemak
Di alam bentuk trigliserida asam lemak umumnya mengandung atom C lebih dari 14,
seperti asam palmitat, asam stearat, asam oleat dan asam linoleat. Bentuk ini disebut LCT
(Long Chain Trygliceride). Disebut MCT (Medium Chain Trygliceride) adalah trigliserida
dengan atom C6-12 buah. Untuk pengobatan anak dengan malabsorbsi lemak, susu MCT
telah banyak digunakan. Gangguan absorbsi lemak (LCT)dapat terjadi pada keadaan: lipase
tidak ada atau kurang, mukos usus halus rusak dan gangguan sistem limfe usus. Keadaan ini
akan menyebabkan diare dengan tinja lemak dapat terjadi pada kelainan sebagai berikut:

a) Penyakit pankreas: fibrosis kistik, insufisiensi lipase pankreas


b) Penyakit hati: hepatitis neonatal, atresia biliaris, sirosis hepatitis
c) Penyakit usus halus: reseksi usus halus yang ekstensif (pada atresia, volvulus, infark
mesenterium), penyakit seliak dan malabsorbsi yang sebabnya tidak diketahui.
Mungkin sekali terjadi pada diare berulang dan kronis pada malnutrisi protein.
d) Kelainan limfe: limangiekstasia usus, gangguan limfe karena trauma, tuberkulosis,
kelainan kongeital.
e) Neonatus kurang bulan
f) Pengobatan lebih banyak ditujukan pada penyebab terjadinya absorbsi
lemak,kemudian untuk penyebab malabsorbsi lemaknya senidri diberikan susu
MCT.berlemak (steatorea) dan malabsorbsi lemak. Dalam keadaan sehat absorbsi
LCT dari usus halus bergantung pada beberapa factor. Malabsorbsi

3) Malabsorbsi protein
Diare yang disebabkan karena malabsorbsi secara umum mempunyai ciri tinja berair,
berbui, perut kembung, tinja lengket, mengkilat dan berlemak (Kemenkes RI, 2014).

5
PENYEBARAN KUMAN PENYEBAB DIARE

Menurut Widoyono (2011) penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh
kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal terjadi dengan
mekanisme berikut ini.

a. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila
seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya,
tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan di
rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila
tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

b. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri
dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang
tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang
memakannya.

c. Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan menyebabkan


permukaan makanan mengalami kontak dengan peralatan makan yang merupakan media
yang sangat baik bagi perkembangan mikroba.

d. Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau sesudah buang air besar
(BAB) akan memungkinkan kontaminasi langsung.

DASAR – DASAR DIARE

Menurut Kemenkes RI (2014) jenis-jenis diare adalah sebagai berikut:

a. Diare Akut Cair , Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering
dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) per hari dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari 7 hari.
b. Diare bermasalah , Diare bermasalah terdiri dari diare berdarah, kolera, diare
berkepanjangan (prolonged diarrhea), diare persisten/kronik dan diare dengan
malnutrisi.
c. Diare berdarah , Diare berdarah atau disentri adalah diare dengan darah dan lendir
dalam tinja dan dapat disertai dengan adanya tenesmus.
d. Kolera , Diare terus menerus, cair seperti air cucian, tanpa sakit perut, disertai muntah
dan mual diawal penyakit.
e. Diare berkepanjangan , Diare berkepanjangan (prolonged diarrhea) yaitu diare yang
berlangsung lebih dari 7 hari dan kurang dari 14 hari. Penyebab diare berkepanjangan
berbeda dengan diare akut. Pada keadaan ini kita tidak lagi memikirkan infeksi virus

6
melainkan infeksi bakteri, parasit, malabsorpsi, dan beberapa penyebab lain dari diare
persisten.
f. Diare persisten/diare kronik , Diare persisten/diare kronik adalah diare dengan atau
tanpa disertai darah, dan berlangsung selama 14 hari atau lebih. Bila sudah terbukti
disebabkan oleh infeksi disebut sebagai diare persisten.

PENCEGAHAN

Menurut Widoyono (2011) penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan
antara lain:

a. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air besih adalah “3 tidak” yaitu tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak berasa,
b. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar
kuman penyakit.
c. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan dan
sesudah buang air besar (BAB) d. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua
tahun
d. Menggunakan jamban yang sehat
e. Membuang tinja bayi dam anak dengan benar (Widoyono, 2011: 199).

FAKTOR – FAKTOR
Diare dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : Keadaan lingkungan, perilaku
masyarakat, pelayanan masyarakat, gizi, kependudukan, pendidikan, dan keadaan sosial
ekonomi. (Widoyono, 2011:193)

1. Faktor Keadaan Lingkungan


Widoyono (2011:4) membagi lingkungan menjadi lingkungan fisik dan non fisik.
Lingkungan fisik meliputi keadaan geografis, kelembaban udara, temperatur, dan lingkungan
tempat tinggal. Hal ini yang menjadi perhatian pada lingkungan tempat tinggal adalah
sanitasinya. Sanitasi Lingkungan perumahan beraitan dengan penularan penyakit, khususnya
diare. Sementara itu, lingkungan non fisik meliputi sosial, budaya, kebiasaan ekonomi dan
politik. Sosial masyarakat nantinya akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, sikap, dan
praktek masyarakat dalam bidang kesehatan. Secara umum, ada empat aspek sanitasi
perumahan yang berisiko dalam penularan diare, yaitu sarana air bersih, jamban, sarana
pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah. Berikut akan dibahas lebih lanjut
menegenai keempat aspek tersebut.

7
Sarana Air Bersih
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh manusia sebagian besar
terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-
anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks
antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di
antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum.
Oleh karena itu, untuk keperluan minum dan masak air harus mempunyai persyaratan khusus
agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2014:175).

Menurut Kemenkes RI (2014), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air
bersih adalah :

a. Mengambil air dari sumber air yang bersih.


b. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutupserta
menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.
c. Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang,anakanak, dan
sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minumdengan sumber pengotoran seperti
septictank, tempat pembuangansampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter.
d. Mengunakan air yang direbus.
e. Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup.

PATOFISIOLOGI DIARE
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non
inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di
kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah.
Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik,
mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi.

Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah,
serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear. Pada diare non inflamasi, diare
disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa
lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun
gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan
pengganti.

Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit. Mekanisme terjadinya
diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik,
eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat
diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga
terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat
garam magnesium.

8
SWAMEDIKASI DIARE SECARA NONFARMAKOLOGI

Terapi non-farmakologi

a). Cairan dan Elektrolit

Pada saat diare disarankan untuk serimg-sering minuman cairan sebanyak mungkin
karena dengan sering BAB maka tubuh akan kehilangan banyak cairan yang harus
selalu digantikan dengan yang baru. Hal ini sangat penting untuk mencegah terjadinya
dehidrasi. Targetnya adalah minum terutama air setidaknya 8-10 gelas sehari atau
lebih dari 2 liter/sehari. Minum cairan dalam bentuk yang lain juga baik untuk
menggantikan garam yang hilang dan menyediakan tenaga/energi. (kemenkes,2014)
Oralit atau cairan harus diberikan dampai diare berhenti (dapat memakan waktu
beberapa hari).minum oralit/cairan pengganti cairan tubuh jangan dipaksakan harus
sekaligus banyak. Hal ini akan menyebabkan anda muntah atau terangsang buang air
lagi.

b). Pengaturan makanan


Jangan menunda/berhenti makan ketika diare. Teruskan pemberian makanan yang
dapat ditoleransi anda. Hal ini memberikan tenaga sehingga tidak merasa lemas.
Makan dalam porsi kecil secara sering sepanjang hari yaitu makan setiap 3-4 jam
sekali. Makanan dalam porsi kecil akan lebih mudah di toleransi dalam sehari.
Hindari makanan atau minuman yang terlalu dingin/panas yang akan mengiritasi
saluran pencernaan(kemenkes,2014)

c). Pencegahan
infeksi bakteri terjadi disebabkan oleh kuman dalam gastroinstestinal. Hal tersebut
terjadi karena kurangnya perawatan dirumah dan dilingkunmgan sekitar yang tidak
higienis. Pencegahan untuk diare yaitu mencuci tangan, dan menggunakan teknik
sterilisasi yang mungkin dapat mencegah terjadinya infeksi kuman. Menjaga makanan
agar tetap terjaga sanitas untuk menghindari kuman yang mungkin muncul.

Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis pada diare ini dapat menggunakan antidiare dan antibiotik :
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi,seperti diare berdarah atau diare karena
kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Selain bahaya resistensi kuman,
pemberian antibiotic yang tidak tepat bisa membunuh flora normal yang justru
dibutuhkan tubuh, efek sampiung dari penggunaan antibiotic yang tidak rasional

9
adalah timbuknya gangguan fungsi ginjal,hati dan diare yang disebabkan oleh
antibiotik. (Depkes, 2011).
Ketika terkena diare, tubuh akan memberikan reaksi berupa peningkatan motilitas
atau pergerakan usus untuk mengeluarkan kotoran atau racun. Perut akan terasa
banyak gerakan dan berbunyi, Anti diare akan menghambat gerakan itu sehingga
kotoran yang seharusnya dikeluarkan, justru dihambat keluar. (Depkes,2011).

10
BAB III

PENUTUPAN

KESIMPULAN
Pada kesimpulan ini, dimana penyakit diare merupakan penyakit yang disebabkan
oleh bakteri dan dapat menyebabkan dehidrasi. Seseorang dikatakan diare apabila mengalami
buang air besar dengan frekuensi 3 kali sehari (24 jam) dengan kondisi fisik fases cair
berlendir atau berdarah

SARAN
Disini penulis menyadari bahwa masih banyak hal yang kurang dan memerlukan
perbaikan dari beberapa pihak. Sehingga penulis mengucaokan terimakasih sehingga dapat
memperbaiki dari makalah. Sehingga diperlukan saran dan kritik dari beberapa pihak

11
DATAR PUSTAKA
Suffah. 2017. “ Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap Tindakan Swamedikasi
Diare di Kecamatan Karanggeneng Lamongan”. Farmasi.Fakultas Kedokteran dan
Ilmu – Ilmu Kedokteran. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

12

Anda mungkin juga menyukai